Pemberdayaan Peladang Berpindah : Kasus Kabupaten Kutai Kertenegara, Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Kutai Barat di Provinsi Kalimantan Timur

PEMBERDAYAAN PELADANG BERPINDAH: KASUS
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KABUPATEN
KUTAI TIMUR, DAN KABUPATEN KUTAI BARAT
DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

JAWATIR PARDOSI

SEKOLAH PASCASARJANA
TNSTlTUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMAS1
Dengm ini saya menyatakan bahwa drsertasi Pemberdayaan Peladang Berpindah: Kasus Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, dan Kabupaten
Kutai Barat di Provinsi Kalimantan Timur adalah kaya saya sendiri dan belum
d i a j u h ddarn bentuk apa pun kepada perguruan tinggr rnana pun. Sumber infomasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan daIm teks dm dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir disertasi ini.


Bogor, Maret 2005

1-

~awatirPardosi
NRP 995060

ABSTRAK
JAWATIR PAKDOSI. Pernberdayaan Peladang Berpindah: Kasus Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, dan Kabupaten Kutai Barat di Provinsi Kalirnantan Timur. Di bimbing oleh PANG S. ASNGART, RUDY C-TARUMWGKENG,
DJOKO SUSANTO, clan SUMARDJO.
Peladang berpindah (PB) menggantungkan hidup dari sumberdaya hutan
mengaIami kekurangkrdayaan karena kuditas sumberdaya manusianya yang rendah
dan semakin menguat desakan penggunaan sumberdaya hutan oleh pemsahaan.
Penelitan ini bertujuan (1) mengkaji faktor-faktor determinan peningkatan (a) keberdayaan PB, (b) kualitas penyuluhan memberdayakan PB, (c) pemenuhan kebutuhan
PB, (d) kualitas pengelolaan perladangan, dm (2) memuskan model penyuluhan
yang tepat d m efekhf bag upaya memberdayakan PB.
Penelitian ini menggunakan sampel purposif. Terpilih t i p kabupatan, enam
kecamatan dm 12 desa. Responden penelitian terdri atas 36 penyuluh dan 288 PB.
Analisis data menggunakan teknik andisis deskriptif Chi Syuure, analisis Rank

Spearman, dm analisis Jalur.
Hasil penelitian menunji k k m bahwa: ( 1) faktor deterininan peningkatan keberdayaan PB adalah: (a) kualitas sumberdaya pri badi PB, (b) kekuatan motivasi PB
(c) tingkat pemenuhan kebutuhan PB, (d) kualitas pendukung keberdayaam PB,
(e) kualitas lingkungan esktemal PB, dan (f) kualitas penyuluhan memberdayakan
PB; (2) faktor determinan peningkatan kualitas penyuluhan memberdayakan PI3
adalah: (a) kditas sumberdaya pribadi penyuIuh, (b) kualitas sikap profesionaIisrne
penyuluh, (c) iklim organisasi penyuluhan,(d) kekuatan motivasi penyuluh, dan
(e) kompetensi penyuluh; (3) faktor determinan peningkatan pemenuhan kebutuhan
PB amah: (a) kualitas surnberdaya pribadi PB, (b) kekuatan motivasi PB, (c)kualitas
pendukung keberdayaan PB, dm (d) kualitas lingkungan eksternal PB; (4) faktor
determirum peningkatan kualitas pengelolaan perladanp adalah: (a) kualI tas
sumberdaya pribadi PB, (b) kekuatan motivasi PB, (c) tingkat pernenuhan kebutuhan
PB, (d) kualitas pendukung keberdayaan PB, ( e ) kualitas lingkungan eksternal PB,
dm (f) tingkat keberdayaan PB; (5) faktor-faktor yang terkait dengan pernberdayaan
PB terdiri atas 13 peubah pada umumnya adalah rendah. Nilai terendah terdapat pada
tingkat pemenuhan kebutuhan PI3 yaitu rata-rata sebesar 39,36 (pada skda 0-loo),
sedangkan nilai tertinm terdapat pads kualitas sikap profesionalisme pertyuluh yaitu
rata-rata sebesar 65 $3 (pada skala 0- 100); (6) kegiatan penyuluhan yang dibutuhkan
oleh PB adaIah kegiatan yang bertujuan memecalkan masdah PB, yaitu (a) penyuM a n tentang cars berkebun menetap, (b) perbaikan infrasmktw, (c) keterjaminan
melakukan usaha perladangan, (d) teknologi, (e) sarana produksi, (f) peningkatan

produksi, (g) peningkatan pendapatan, (h) pasar, (i) kerjasarna dengan pihak lain,
kredit permodalan, (k)pengembangan usaha, dm (1) dternatif usaha baru; dan
(7)model penyuluhm yang tepat dan efektif memberdayakan PB adalah penyuluhan
merupakan program PB yang rnenerapkan (a) model mertggali, menemukan, &n
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknolog, (b) komunlkasi interaktiff
konvergen, (c) substansi pyuluhan berbasis kebutuhan PB,(d) proses belajar orang
dewasa, dm (e) pengeloIaan hutan behasis masyarakat.

u)

ABSTRACT
JAWATR PARDOSI. Empowering Shifting Cultivators: Case Study in Kutai Kartanegara Regency, Kutai Timur Regency, and Kutai Barat Regency, East Kalimantan
Province. Under the direction of PANG S.ASNGART, RUDY C.TARUMTNGKENG,
DJOKO SUSANTO, and SUMARDJO
Shlfiing cultivators (SC) who are rely on their livelihood of forest resources are
empowerless mainly caused by their low quality of human resources and pressures of
the forest resources utiIization which covering the cuItivation areas by companies.
The studies were aimed: (1) to analyze determinant factors to improve: (a) the empowemess of SC, (b) the quality of extension that is able to empower the SC, (c) to
meet the need of SC, (d) the quality of shifting cultivation management; and ( 2 ) to
formulate a model of the effectively extension education in order to empower the SC.

The study used a purposive sampling method. There were chosen three
regencies, six districts, and twelve villages. The respondents are 36 extention agents
and 288 SC. Data analysis used the descriptive analysis technique such as Chi
Square, Rank Spearman, and Path Analysis.
The results of this study showed that: (1) determinant kctors for increasing the
empowemess of SC were (a) the quality of persona1 resources of SC, (b) the motivation force of SC, ( c ) the level of fulfillness of SC need, (d) the supporting quality
of ernpowemess of SC, (e) the quality of external environment of SC, and (f) the
extension q d i t y which empowering the SC; (2) determinan factors that increasing
the extension quality were (a) the quality of personal resources of extension agent, (b)
the quality of professionalism attitude of extension agents, (c) the condusive climate
of extension organization, (d) the motivation force of extension agents, and (e) extension agent competency; (3) the determi~lantfactors which increasing the fulfillness of
SC need were (a) the quality of personal resources of SC, (b) the motivation force of
SC, (c) the supportrng quality of the empowerness of SC, and (d) the quality of external environment of SC; (4) the determinant factors whch increasing the quality of
shifting cultivation management were (a) the quality of personal resources of SC, (b)
the motivation force of SC, ( c ) the level of the fulfillness of SC need, (d) the sup
porting quality of the ernpowemess of SC, (e) the quality of external environment of
SC, and (f) the empowerness level of SC; ( 5 ) the factors related to ampwering the
SC consisted of 13 variables were low; ( 6 ) the acivities needed by SC are the activeities aimed to solve the SC problems, such as (a) the qualified extension about the
permanent cultivation, (b) the availability of infrashucture, (c) the insurance for
shifting cultivation activities, (d) the availability of specific I c a l technology, (e) production apparatus, ( f ) production increase, (g) income increase, (h) market, (i) cooperation, Cj) capita1 credit, (k) business development, and (1) new business

alternative; and (7) the effectively extension model that might be able to empower
the SC is the extension that became their own program and it applies (a) a digging,
finding, and developing science and technology model, (b) interachvdconvergent
communication, (c) extension substances based on SC need, (d) adult learning
process, and (e) community based forest management.

0 Rak cipta milik Jawstir Pantmi, tahrrn 2005
Hak cipta diIindungi
Dilarang mengudp dan v r b a ~ ~ y tanpa
u k izh temlh dari
Institut Perianian Bogor, sebagJan atau seluruhnya dalum
b e m k q a pun, baik cetuk maupurnfotokopi, microflnt, dan sebagainya

PEMBERDAYAAN PELADANG BERPINDAH: KASUS
KABUPATEN KUTAl KARTANEGARA, KABUPATEN
KUTAT TIMUR, DAN KABUPATEN KUTAI BARAT
DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

JAWATTR PAIlDOSI


Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk mernperoleh gelar

Doktor pada
Program Studi Ilmu Penyuluham Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTTTUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2005

Judul Di sertasi

: Pemberdayaan Peladang Berpindah: Kasus Kabupaten

Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai Timur, dan Kabupaten Kutai Barat di Provinsi Kalimantan Timur
Nama

: Jawatir Pardosi


Nomor Pokok

: 995060

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Im. Djoko Susanto. SKM, APU.

Ketua

Anggota

L!P

Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tamingkenn, M. Sc.

Dr. 1 . umard'o M.S.

hggou


Ketua Program Studi

Dr.Ir. Amri Jahi, M.Sc.

Tanggal Ujian: 26 April 2005

da Manuwoto, M.Sc.

Tanggal Lulus:

3

JUN

pIPJ

PRAKATA
Fuji dm syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang atas berkat dm dunat-Nya sehingga Disertasi dengan judul "Pember-


dayaan Peladang Berpindah: Kasus Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Kutai
Timur, dan Kabupaten Kutai Barat di Provinsi Kal imantan Timur" ini &pat diselesai-

kan dengan baik. Disertasi ini di samping sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar doktor (Dr) pada Program Studi Ilrnu Penyuluhan Pemban-,

Sekolah

Pascaqana, Jnstitut Pertaman Bogor, juga merupakan langkah awal yang sangat

b e n d m a bagi penulis untuk &pat lebih berprestasi mengembangkan ilmu di masa
depan.
Pemberdayaan PI3 di Provinsi Kalimantan Timur dipilih sehgai tema studi ini
adalah karena di samping Kalimantan Timur sebagai tempat penulis mengabdikan
diri, tepatnya di Universitas Mulawarman, Samarindajuga penulis mempunyai rninat

yang besar mempelajari persoalan-persoalan yang sedang diaIami masyarakat

PB


yang dicirikan dengan perilaku "sederharra" dm "bersahaja," namun di tengah-tengah

perubahan yang sedang terjadi sejumlah persoalan muncul antara lain ( 1 ) sistem
perlltdangan berpindah untuk jangka waktu yang lama di masa depan &an mengalami
kesulitan dan tidak &an terlanjutkan la@; ( 2 ) kearifan lokal (locul wisdom) dan belref
sy~ternsebagai

suatu sistem nilai bagj rnasyarakat PB amat mendukung bagi

pengelolm ekosistern hutan lestari, kini kian rnelemah dan cenderung bergeser ke

arah pemikiran ekonomi rasiond; (3) terjadinya eksploitasi sumberdaya hutan secara
terus-menerus berdarnpak bumk terhadap pelaksanw perladangan berpindah; dm
(4) belum berfungsinya secara efektif lembap-lembaga pemkrdayaan, khususnya

penyuluhan kehutanan, melakukan proses pemberdayaan terhadap PB karena

lemahnya orgmisasilkelembagaan penyuluhan, sarana dan prasarana yang h a n g
memadai, dan rendahnya kualitas profesionalisrne/kompetensipenyuluh.


Dalam penyusunan disertasi ini, penulis mendapt bimbingan yang sangat
berharga dari para Dosen Pembimbing, yakni Bapak Pr0f.B. H. Pang S . Asngari

sebagai ketua dan Bapak Rof Dr.lgn. Djoko Susanto, SKM, APU, Bapak Prof.
Dr.Ir.Rudy C.Tarumingkeng, M. Sc, dan Bapak Dr.Ir.Sumardjo, MS sebagai anggota.

Kepada beliau semua yang telah dengan hilus membimbing dengan h i k , penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besamya baik atas bimbingannya selama

menyusun disertasi ini maupun p d a masa perkuliahan dsn pada kesempatan lainnya.
Secara khusus, penulis mengucapkm terimaksih yang tulus kepada Ibunda

tercinta Oppu Bertua Pardosi boru Sitorus, j u g kepada lsteri Ir.Julinda Rornauli
Manullang, MP dan putri tersayang Devina Ruth Sheylen Pardosi dm semua sanak

keluarga, muhi dari Bapak/Tbu Mertua, Kel. Abang Oppu RonaIdo, Kel.Ito Oppu
Marlina, Kel.Abang Domy, Kel. Abang Omri, Kel .It0 Perancis, Ke1.Abang Daniel,
KeI.Adik Hana, dan Kel.Abang Lola atas segaIa doa dan kasih sayanpya.

Ucapan terimakasih yang tulus juga penul i s sampaikan kepada Kel. Bapak
Drs-Yurnalis Ngayo, MM baik selaku Wakil Gubernur Kdimantan Timur maupun

sebagai keluarga, yang telah banyak membantu penuIis baik berupa materi I maupun

moril tenrtama pada saat pengumpulan data.
Kepada Bapak Drs.Syaukani H.R, MM sebagai mantan Bupati Kutai Kartanegara, Bapk 1r.Mahyudin Bupati Kutai Tirnur, dan Bapak Ir-Rama Asia Bupti
Kutai Barat penulis rnengucapkan terimakasih atas bmtuan baik berupa materil
maupun moril selama rnelakukan pengurnpulan data di tiga Kabupaten tersebut.

Kepada Bapak-bapak Kepala Dinas Kehutanan di tiga Kabupaten lokasi penelitian ini

teristimewa kepada Bapak Ir. Ary Philippus, MA selaku Kepala Dinas Kehutanan
Kutai Barat, penulis mengucapkan terimakas~hyang tak terhingga atas segala
d h g a n yang sangat besar manfaatnya mdai &in pengumsan ijin penelitian,

pengaturan waktu para staf dan penyuluh, penyediaan kendaraan dan akomodasi

selama penulis melakukan pengumpulan data lapangan.
Kepada para penyuluh lapangan di tiga Dinas Kabupaten teristimewa kepada
Bapak Hairul Fahmi, Bapak Supeno, Bapak Vincje di Dinas Kehutanan Kutai

Kartanegam, Bapak Mahram, Bapak W i t , Bapak KorneIius di Dinas Kehutanan
Kutai Barat, Bapak Robert Napitupulu, Bapak Sir Efendi, Bapak Sabri, Bapak

Ferdinan S.Jurnpu1 di Dinas Kehutafian Kutai Tirnur, penulis menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besamya atas kerjasama yang baik selama pengambilan
data lapangan.

Kepada para Kepala DesalPetingg, Kepala Adat DesalKampung, Kepala Adat

Besar dm Badan Perwakilan Karnpung (BPK) di I2 Desa Lokasi penelitian, penulis
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas kqasama yang balk selama
melakukan pengumpulan data Itpangan. Kepach para responden PB, penulis
berhutang budi atas kerjasama yang luar biasa dam perdabatan ysng menghafirkan

selama berada di desa. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih lagi

Penyayang

rnelirnpahkm berkat d m h a t - N y a kepada Bapak dan Ibu sekalian.

Kepada berbagai pihak yang telah rnendukung

penyelesaian pendidikan

penulis, yang tidak mungkin penulis tuliskan semuanya di sini, penulis mengucapkm
terimakasih yang setulus-tulusnya,semoga Tuhan memberkati kita semuanya.
Bogor, 8 Maret 2005

Jawatir Pardosi

Penulis dilahirkan di Lumban Pardosi, sebuah desa di Sumatera Utara, pa&
tanggal 19 Maret 1964 sebagai anak ke 7

d m 8 betsaudara dari ayah Adrianus

Pardosi (+) dm ibu Rulianna Sitorus. Penulis menikah dengan Ir.Julinda Romauli
Manullan& MP dan dikaruniai satu orang putn bemama Devina Ruth Sheylen
Pardosi.
Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Pendidikan Moral Pancasila dan
Kewargaan Negara, Fakultas Pendidikan dan llmu Pengetahuan SosiaI KIP Medan,

lulus pada tahun 1988. Pada tahun 1996, pendis diterima di

Program Studi

PengeIolaan Lingkungan Hidup kekhususan Kependudukan dan Pengembangan
Sumberdaya Manusia pada Program Pascamjana Universitas Hasanuddin dan
rnenamatkannya pada tahun 1998.

Kesempatan menempuh pendidikan S3 penulis peroleh pada hhun 1999 mehlui
Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS) Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan Nasional. RI pada tahun 1999-2002. Sejak d u n 1991
pendis menjad staf pengajar di Fakultas Kegunran dan Ilmu Pendidikan Universitas

Mulawarman, Samarinda hiagga sekarang.

DAFTAR ISI

Halaman
DMTAR TABEL ................................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPRAN ....................................................................................
xvii

1
Latar Belakang ...............................................................................................
. .
7
Perrnasalahm.Penel
n
. t t ~ a .................................................................................
Tujuan Penel~han...........................................................................................
8
Manfaat Penelitian .........................................................................................
8
Defnisi Istilah ...............................................................................................
9

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Pemberdayaan ...................................................................................
Paradigma Baru Penyuluhan Pernbangunan dalam Pemberdayaan
Masya d a t .....................................................................................................
Pemberdayaan Masyarakat ...........................................................................
Fdsafah dan Pnnsigprinsi p Penyduhan .......................................................
Pengertian Penyuluhan...........................................................................
Falsafah dan Tujuan Penyuluhan ...........................................................
Perm Penyuluh dan Metode Penyuluhan.......................................................
Pengembangan Sumberdaya Mmusia melalui f enyuluhan ...........................
. .
Teori Mot~vasl................................................................................................
Pengertian Perladangan Berpindah .........................,.....................................
Siapakah PB? ..................................................................................................
Perladzingan Berpindah merupkan Strategi Manajemen Sumberdaya
Hutan Tropis ...................................................................................................
Perladangan Berpindah di L&an Tropis ........................................................
Konsep Pembangunan Berkelanjutan ..........................................................
Konsep Pengelolaan Sumberdaya Hutan Lestari ..........................................

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Kermgka Berpikir .........................................................................................
Pola Pemkrday am Masyarakat ....................................................................
Masyarakat
Berdaya vs TidaWKurang Berdaya.............................................
. .
Kondln Internal PB .......................................................................................
Motivasi Melaksanakan Perladanp Berpindah ...................................
Faktor Kualitas Surnberdaya Manusia ...................................................
Faktor Kebutuhan PB .............................................................................
Faktor Eksternal ............................................................................................

42
44
48
54
54
56

57
58

Faktor-faktor Pendukung ...............................................................................
PoIa Pengefolaan Perladangan .......................................................................
Keragaman Kondisi Perladangan................................................................
Pengelolaan Hutan Lestari .............................................................................
Hipotesis.........................................................................................................

METODE PENELITIAN

Populasi clan Sampel
....................................................................................
. .
Lokasi Penel man ....................................................................................
Teknik Sampling ....................................................................................
Responden .............................................................................................
..
Rancangan Penelltian....................................................................................
Rancangan .............................................................................................
Peubah-pubah yang Diamati ...............................................................
Data dan Znstntmentasi .................................................................................
Data .......................................................................................................
Model Hubungan antar Peubah &lam Hipotesis .........................
Definisi Operasional dan Pengukwan Peubah .............................
Instrumen PeneIitian ..............................................................................
Kesahihan .....................................................................................
Keterandalan ................................................................................
Pengumpulan Data ......................................................................................
..
Anal~srsData ...............................................................................................
HASIL PENELITTAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umurn Lokasi Penelitian ..............................................................
Letak Geografis dan Iklim.....................................................................
Demografi ..............................................................................................
Pertmian................................................................................................
Luas Hutan ...........................................................................................
Kadaan Umum Desa Sarnpel ...............................................................
Pola Perladangan Berpindah ........................................................................
Siklus Perladangan ...............................................................................
Karakteristi
k Responden ...............................................................................
. .
Pend~d~
kan ............................................................................................
Pemilikan Luas Lahan ..........................................................................
Sumber Penghasilan .............................................................................
Penyuluh Kehutanan..............................................................................
Tingkat Keberdayaan PB ..............................................................................
Kondisi Faktor-faktor yang Terkait dengan Pernberdayaan PB melalui
Penyuluhan....................................................................................................
Kualitas Sumberdaya h b a d i Penyuluh ..............................................
Kditas S i h p Profesionalisme Penyuluh ...........................................
Kompetensi Penyuluh ..........................................................................

.

.

Mohvas~Penyuluh ..............................................................................
Mim Organisasi Penyuluhan ...............................................................
Kualitas
Sumkrdaya Pribadi PB .........................................................
.
.
Motlvas~PI3 .........................................................................................
Tingkat Pernenuhan Kebutuhan PB ......................................................
Kualitas Pendukung Keberdayaan PB ................................................
Lingkungan Eksternal PB ....................................................................
Kual i tas Peny uluhan Memberdayakan PB ...........................................
Pengelolaan Perladangan .....................................................................
Faktor-faktor Determinan yang Mempengaruhi Tingkat Keberdayaan PB .
Faktor-f&or Determinan yang Mempengaruhi Kualitas Penyuluhan
Memberdayakan PB ......................................................................................
Faktor-faktor Determinan yang Mernpengaruhi Tingkat Pemenuhm
Kebutuhan PB ..............................................................................................
Faktor-faktor Determinan yang Mernpenganlhi KuaIitas Pengelolaan
Perladangan ...................................................................................................
Isu-isu Pemkrdayaan PB melalui Penyuluhan ............................................
Isu Profesionalisme Penyuluhan Kehutanan .....................................
Isu Pemkrdayaam ...............................................................................
lsu Kebutuhan PB .............................................................................
Isu Pengeloiaan Hutan Lestari ............................................................
Kondisi d m Pelaksanaan Penyuluhan PB di Kalirnantan Timur ................
MODEL PEMBERDAYAAN PB

Prakondisi Penerapan Model Pemberdayaan PI3 .........................................
...................................................
Sy arat Keharusan ...................... .
.
...............................................................................
Syarat Kecukupan
Langkah-langkah Operasional Pemberdayaan f 3 .............................
KESIMPULAN DAN SARAN
KesimpuIan .................................................................................................
Saran .............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

DAFTAR TABEL
No.

Teks

Halaman

I . Perbedaan antara Penyuluhan Paradigma Lama dengan Paradigma Banr .......

2 . PoIa PenyuIuhan Pemberdayaan vs TidakKurang Pernberdayaan ..................
3 . Ciri-ciri Masyarakat Berdaya vs TidaklKurang Berdaya.................................
4 . Kelompok Masyarakat yang dapat Mengakibatkan Kerusakan Hutan ...........

5. Pandangan Masyarakat Dayak terhadap Eksploitasi Hutan ............................
6 . Pertanian Sistern Tebang-Bakar Perlaclangan .................................................
7. Gagasan Pengelolam Hutan Lestan di Sekitar P e r W g a n ...........................

8. Mamks Kerangka Sampling ........................................................................

9. hdkator dan Parameter KuaIitas Sumberdaya Pribadi Penyuluh .................

10. Indikator dan Parameter Kualitas Sikap Profesionalisme Penyuluh .............
I 1. Indikator dm Parameter Kompetensi Penyuluh .........................................

12. Indikator dan Parameter Kekuatan Motivasi Penyuluh ................................
1 3 . Indikator dan Parameter lklim Organisasi Penyuluhan ................................
14 . Jndi kator dan Parameter Kual itas Sumberdaya Pribadi PB ...........................
15. Indikator dan Parameter Kekuatan Motivasi PB ............................................

16. Indikator dan Parameter Tingkat Pemenuhan Kebutuhan PI3 ......................

1 7. hdi kator dan Parameter Kualitas Pendukung Kekrdayaan PI3 ...................
18. Indikator dan Parameter KuaIitas Lingkungan EkstemaI PB ........................

m Parameter Kual i tas Penyuluhan Pemberdayaan PI3 ...............
20 . Jndikator clan Parameter Tingkat Keberdayaan PB .......................................
19. lndi kator d

2 I . Indikator dan Parameter Kualitas Pengelolaan Perladangan ........................
22 . Uji Korelasi antar Pernyataan dalam Suatu Peubah yang Diukur .................

23. Luas Hutan menurut Tata Guna Hutan Kesepatakan CII Tiga
Kabupaten Lokasi Penelitian..........................................................................

24. Jumlah Responden Menurut Matapencaharian Penduduk Desa Sampel .......
25 . Distribusi Persentase Responden P e l a h g menurut Judah Tahun
Pendidikan dan Tempt Tinggal Kabupaten ..................................................

No.

Halaman

Teks

26. Distribusi Persentase Jumlah Tahun Pendidikan Responden Peladang
menurut Umur ................................................................................................
27. Distribusi Persentase Responden Peladang menurut Jumlah Tahun

Pendidikan dan Penghasilan Perbutan .......................................................
28. Distribusi Persentase Responden Peladang menurut Pengusahaan Luas
Lahan dm Ternpat Tinggal Kabupaten ..........................................................
29. Distribusi Persentase Responden Peladang menurut J umlah Penghasilan
Pehulm dm Penpahaan Luas Lahan ........................................................
30. Distri busi Persentase Responden Penyuluh menurut Tingkat Pendidikan
dan Tempat Tugas Kabupaten........................................................................
3 1. Distribusi Persentase Responden Penyuluh menurut Tingkat Pendidikan

dan Umur........................................................................................................
32. Uji Koefisien Lintas untuk Model Hubungan antar Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Keberdayaan PB .....................................................

33. P e n g a d Langsung dan Tidak Langsung Kualitas Penyuluhan
Memberdayah PI3 (Y1) terhadap Tingkat Keberdayam PB (Y2)

............

34. Uji Koefisien Lintas untuk Model Hubungm antar Faktor-faktor yang
Mempengamhi Peningkatan Kual itas Penyduhan Memberdayakan PB..
...
35. Uji Koefisien Lintas untuk Model Hubungan antar Faktor-faktor yang
Mempengaruhr Pemenuhan Kebutuhan Pi3 .................................................

36. Uji Koefisien Lintas untuk Model Hubungan antar Faktor-faktor yang
Mempengmh Kualitas Pengelolaan Perladangan .......................................

37. Paradigma Model Pernberdayaan PB ...........................................................
38. Deskripsi PI3 Kurang Berdaya dan PI3 Berdaya ..........................................

DAFTAR GAMBAR
No.

Teks

Halaman

1 . Model Hubungan antara Ekosistem Hutan Tropis Dinamis dengan
Swidden ..........................................................................................................

2 . Kerangka Berpilur P e n y u s m Model Pemberdayaan PB ..........................
3 . Keragaman Kondisi Perladangan Kawasan Hutan .........................................
4.1. Made1 Hubungan antar Peubah dalam Hipotesis Satu .................................

4.2. Model Hubungan antar Peubah ddarn Kipotesis Dua .................................
4.3. Model Wubungan mtar Peubah dalam Hipotesis Tiga .................................

4.4.Model Hubungan antar Peubah dalam Hipotesis Empat ..............................
5 . Pola Perladangan Bergindah di Kalimantan Timur .........................................
6. Model Hubungan antar Faktor-faktor yang Mempengaruh Tingkat
Keberdayaan PB ..............................................................................................

7. Model Hubungan antar Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peningkatan
K d i t a s Penyuluhan Memberdayakan PB .......................................................
8. Model Hubungan antar Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan

Kebutuhan PI3 ..................................................................................................
9. Model Hubungan antar Faktor- faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Pengelolaan Perladangail ................................................................................
10. Model Penyulullan PI3 Konvensional ...........................................................
1 1: . Model Pemberdayaan PB

..............................................................................

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Teks

Hasil Uji Statistik Hubungm antara Jumlah Tahun Pendidikan
Responden PeIadang dengan Tempat Tinggd Kabupaten .....................

Hasil Uji Statistik Hubungan antara Jumlah Tahun Pendidikan
Responden dengan Umur .......................................................................
Hasil Uji Statistik Hubungan antara JumlahTahun Pendidikan
Responden Peladang dengan Jumlah Penghasilan Perbulan ..................
Hasil Uji Statistik Hubungan antara Pengusahaan Luas Lahan
Responden Peladang dengan Ternpat Tinggal Kabupaten ......................
Hasil Uji Statistik Hubmgan antara J umlah Penghasilan Perbutan
Responden Peladang dengan Pengusahaan Luas Lahan .....................
HasiI Uji Statistik Hipotesis 1 Hubungan antar Faktor-faictor
yang Mernpengaruhi Peningkatan Kualitas Penyuluhan &lam
Memberdayakan PB ...............................................................................
h s i 1 Uji Statistik Hipotesis 2 Hubungan antar Faktor-faktor
yang Mempenganrhi Tingkat Keberdayaan PI3 .....................................

HasiI Uji Statistik Hipotesis 3 Hubungm antar Faktor-faktor
yang MempenTingkat Pemenuhan Kebutuhan PB .....................
Hasil Uji Statistik I-hpotesis 4 Hubungan antar Faktor-faktor
yang Mempengaruhi KuaIitas Pengetalaan PerIadangan ........................
Distnbusi Nilai .Korelasi
Rank Spearman Rata-rata Peubah dm
.
Indikator Penel~tran.................................................................................

Distnbusi Nilai Rata-rata Peubah dan Tndikator Penelitian .....................

lstilah pemberdayaan (empuwsrmenf) dewasa ini digunakan secara Iuas oleh
berbagai pihak, seperti oleh pembuat kebijakm, praktisilpelaksana program atau
proyek, petugas sasial, dan kelompol profesional. Tmpaknya, konsep tersebut di-

gunakan sebagai pengganti konsep pernbangunan yang sudah terlanjur terkontamim-

si karena pembmgunan yang selama ini dilaksanakan dinilai kurang berhasil atau
gaga1 meningkatkm harkat hidup, termasuk mengangkat manusia dari lembah ke-

miskinan. Proyek-proyek pembangunan yang sudah dilaksanakan tidak marnpu

mengangkat harkat martabat masyarakat miskin baik di perkotaan maupun di pedesaan. Kebijakan pernhgunan selama ini cenderung bersifat top down, penyeragaman,

non-demokratik dan mengabaikan aspirasi Serb kebutuhan masyarakat bawah.
Mternatif pernecafian masalah kerniskinan (ketidakberdayaan) telah banyak

diterapkan tetapi masih ditemukan ketidakefektifan di dalam pelaksanaannya, antara
lain telah diperkenalkan berbagai program pembangunan seperti Program Takesrai

Kukesra, Program Jaring Pengaman Sosial, Proyek Peningkatan Pendapatan Petani

dan Nelayan Kecil (P4K), dan Proyek Pengentasan Kerniskinan metatui Program
Inpres Desa Tertinggal (IDT). Menurut Sumardjo ( 1 999), kelernahan yang muncul

terutama Qse babkan oleh heterogenitas ciri rnasyarakat dan k w ekaragaman perma-

salahan yang kurang mendapat perhatian pihak perencana &ri tingkat Pusat, pa& ha1
sebenarnya memerlukan spesifikasi pula dalam pernecahamya. Pendekatan yang

Iebi h bersifat top down ternyata cendemg menyebabkan penyeragaman dalam
penerapan berbagai program pada masyarakai yang rnajernuk. Akibamya, sulit

dihindari timbulnya berbagai konflik kepentingan yang bersumber pda ketidaksesuaian antara jenis program dengan potensi permasalahan yang bersifat spesifik

itu (Sumardjo, 1999).
Oleh karena itu, diperlukan paradigma baru, yaitu

aspirasi d m kebutuhan

dari bawah (borrom up) hams rnendapat peluang dan prioritas tin@ melalui ke-

bebasan berpendapat secara demokratik

dengan penghargaan akan harkat dm

martabat kernmusiaan. Partisipasi dan pembangunan masyarakat (curnmunily
helupmenr) hams diterjemahkan sebagai peclple 's programme fucil itated or helped
by the government. Dengan pendekatan barn ini, mka proses pemberian pengakuan,

penghargaan (recognilion) kepada potensi masyarakat akan memperkuat jati diri dan
harkat-martabat masyarakat (Susanto, 200 1 : 1 f 9).

Kebanyakan kegratan pembangunan belurn secara nyata mernberdayakan
rnasyarakat. Tingkat partisi pasi masyarakat pada umumnya masih rendah. Slamet
(2000) menyatakam bahwa masyarakat madani (crvd soc~ely)masih merupakan citacita, b n a masih banyaknya ken&Ia yang dihadapi, dan berbagai situasi belm

kondusif. Masyarakat masih hidup dalarn "kegelapn," kurang memiliki informasi
yang bergma untuk &pat memilih alternatif perilaku yang menguntungkan bagi
ke hidupannya.
Menunit Slarnet (2000), penyuluhan antara lain berfungsi mengernbangkan

masyarakat madani yang merniliki kemampuan (berdaya) untuk rnembangun dirinya

sendiri atau berdaya memperbaiki kehidupannya sendiri. Dengan kata lain, pemberdayaan masyarakat merupakan ungkapan lain dm tujuan penyuluhan pembangunan.
Namun, banyak program penyulufian, karena menyimpang dm falsafah penyuluhan

dan mkna seknarnya, telah menyebabkan k i n g mernberdayakan dan memandirikan masyarakat sasaran. Banyak penyuluhan rnasih sering dimanfaatkan untuk
kepentingan politis dan ekonomi yang berkuasa, sehngga kurang drasakan
rnanfaatnya clan sisi sasaran penyuluhan.

Dari penjefasan tersebut, maka pelaksanaan peny uluhan pernbangwm sesungguhnya merupakan upya pemberdayaan rnasyarakat. Pol a penyuluhan y ang member-

dayakan tidak hanya mengernbangkan potensi ekonomi -ran

penyuluhan, tetapi

juga harkat dan martabat, rasa percaya diri dm harga dirinya, serta terpeliharanya

tatanan nilai budaya setempat. Pola penyuluhan yang memberdayakan masyarakat
sasaran mengandung pengertian bahm penpluhan tersebut dikelola secara profesi-

onal, berbasis pada kemampuan sasaran sebagai subyek yang rnencari kekuatan atau
penentuan diri sendiri (self defermmmt~on),
bukan menrpakan upaya pemaksaan

kehendak, proses yang dipaksakan, kegtatan untuk kepentingan pernrakarsa dari luar,

keterlibatm dalam kegiatan tertentu saja, dan makna-makna lain yang tidak sesuai
dengan pendelegasim kekuatan atau kemampuan sesuai potensi yang dimil I b sasaran

penyuluhan.
Pernbangunan masyarakat Dayak di Kdimantan Timur merupakm bagan

integral dari pembmgunan nasiond hta.Masymkat Day& bennukim di ddam dan
di sekitar hutan mengganturrgkan hidup pa& kekayaan sumberdaya alam hutan
tersebut. Mata pencaharian hidup mereka terutama adalah bersumber dari hasil

pengolahan lahan clan pengambilan has11 hutan non-kayu yang sering disebut per-

Iadangan berpindah. Bagi masyarakat adat Dayak, hutan selain memiIiki fungsi sosial
ekonomi juga menyandang fungsi religio-mgts (Alqadne, 200 I : 2). OIeh karena i t y
dengan beberapa fungsi hutan oleh masyarakat Dayak selalu dipemhankan kelestari-

annya. Tindakan menghancmhn hutan secara eksplisit dapat pula diartikan sebagai

tindakan yang menghancurkan Tuhan mereka (AIqadrie, 2001: 12). Di hutaniah
mereka lahir, hidup, herd-pinak, dan inembangun kebudayaannya hingga &hi r

hayat. Konsekuensi logis dari ha1 ini adalah bahwa segala kepercayaan, tradsi

budaya, tingkah laku mereka selalu diselaraskan dengan kelestarran hutan. Perilaku

yang merusak berarti melanggar adat dm itu berarti juga rnenghacurkan kehidupan
mereka sendiri (Gunawan dkk., 1998: 5 8). Hutan telah memberikan "segalanya" bagi

masyardat Dayak; dari hutan mereka rnemperoleh bahan pangan, bahan obat-obatan,

bahan ppan, bahan sandang, bahan energi, bahan ritual, d m sebagainya.
Sebagai masyarakat yang erat interaksinya dengan hutan, rnasyarakaf Dayak
mempunyai dm mengembangkan p m t a budaya yang juga erat ksitsnnya dengan

hutan, seperh yang tercerrnin &lam pranata keagamaan, kesenian, politik, ekonomi,

teknologi, organisasi sosiaI yang saling berkaitan. Pranata-pranata ini merupakan
landasan utama bagi seluruh aktivitas kehidupan masyarakat Dayak &lam berhubungan dengan sesarna mereka dan dengan alam, termasuk juga dengan kekuatankekuatan supranatural (gaib) yang mereka percayai .

Namun demikian, masih ada kdangan yang menganggap bahwa penyebab
utarna kerusakan hutan addah PI3 (shrfiing culiiv&r). Warner (1991 : 2) menyata-

kan bahwa: " . . . shifting cu~/ivurorswere the p r i m l y recipients of hlume for the

deforestation of fropis." U saha-usaha telah dilakukan oleh organisasi negara clan

internasional

untuk memberhentikan

mereka yang dituduh cerobuh merusak

sumberdaya butan tersebut.
Studi terbaru menunjukkan bahwa PB bukanlah merusak sumberdaya hutan.

Menurut Warner (1 99 1 : 2), PB ti&

ceroboh merusak hutan, karena setelab hutan

dibersihkan untuk dipergunakan sebagai lahan tanaman pangan, PB &if membangun
hutan kembali.

..

shrfring cultivator actively reestablish the forest. Shfting
cultivation is a complex agricuitural system that is well-udupted, under
cerlain conditions, to the envirr~nmenfullimitativm of the tropics. It is
no[ primitive nor necessurily destructive. It requires in-depth knowledge
of the tropical environment aid a high degree of managerial skill to
succeed. "
*I

.

Periadangan berpindah adalah suatu sistem pertanian yang kompleks
mempunyai tingkat adaptasi terbaik, pada kondisi tertentu, terhadap keterbatasan

lingkungan di daerah tropis, tidak primitif dm tidak desbuktif. Memerlukan pengetahuan yang baik tentang lingkungan hutan tropis dm keterampiIan pengelolaan
yang baik agar &pat berhasil.
Eksploitasi clan kerusah hutan telah sampi pada titik kritis, namun reaksi

yang rnuncul tampaknya lebih banyak menyoroti masalah lingkungan ketimbmg
masalah kemanusiaan yaitu

semakin tersingkirnya masyarakat asli (uzd~genvus

peop(e) dan masyarakat adat (iribalpeuple) yang tinggal di dafam dm sekitar hutan.

Mereka yang sejak awai secara turn-temuntn tinggal dan menggantungkan
kehidupannya pada hutan, sekarang, seiring dengan masuknya modal bear yang
mengeksploitasi hutan, kedaulatan dan akses mereka terhadap sumberdaya tersebut
terabaikan.

Komunitas lokal yang sejak semula tinggal di dalarn dan selutar hutan telah
rnemiliki hubungan erat dengan lingkungan hutan

dalam sistem kehidupannya.

Bentuk yang terlihat dari hubungan in1 adaIah terciptanya sistem pengetahuan

mereka berkaitan dengan pranata yang mengatur pemanfaatan sumberdaya alarn
hutan. Mereka sesungguhnya mempunyai kearifan lokal (indlgenous knowledge)

dalam mengelola sumberdaya hutan tersebut sebagai hasil dari proses pergulatan

hidup yang panjang dari satu generasi ke generasi laimya. Akan tetapi, karena posisi
tawar (bargaining position) mereka lemah - dicinkan dengan surnberdaya manusia

yang rendah - menghadapi dominasi negara (slate) yang sangat kuat menyehbkan
tatanan kehdupan masyarakat

tidak berkembang denbm baik. Sistem nilai dipaksa-

kan dengan pola-pola linier (top down), tidak demokratis, dan mengabatkan aspirasi
serta kebutuhan di bawah semalun menciptakan keti dakberdayaan. Mereka meng-

alami m i b terpinggirkan (marginal) dari proses pembangunan. Proyek-proyek
pembangunan yang dilaksanakan tidak atau kurang berhasil memberdayakan
masyarakat lokd.

Sunderlin dan Resosudarmo ( 1997)menyahkan bahwa kebmyakan pendekatan
pengelolaan hutan dilakukan secara konvensional menggunakan sistem "top down"
ymg cenderung Iebih memberikan suara

dan kewenangan pengawasan kepada

kepentingan penguasa, sementara kurang memperhatikan kepentingan dan kebutuhan

penduduk lokal. Hal ini mengakibatkan berkurangnya akses penduduk Iokal terhadap
smkrdaya yang utama bagi kesejahteraan keluarganya dan suara rnereka tidakl

kurang terwakili &lam proses pengarnbilan keputusan yang berkaitan dengan hutan
padahal keputusrtn ymg dihasilkan sangat rnempengaruhl kehidupan sehari-hari
mereka.

Kondisi di atas pa& dasarnya tidak terlepas dari keb~jakanpengelolaan hutan
yang lebih menitikberatkan

kepada upaya perolehan devisa negara melalui

eksploitssi prod&-produk hutan yang bernilai ekonomi, terutama kayu. Besarnya
keuntungan yang bisa di raih diikuti dengan meningkatnya perolehan devi sa dan

daya serap tenaga kerja pada sektor kehutanan, sernakin menguatkan legitimasi
beroperasinya modal besar di sektor tersebut.
Di 1ihat dari sisi perolehan devisa, kebijakan kehutanan dapat dikatakan kr-

hasil. Sebagai contoh

tahun 1994 (Gunawan dkk., 1998: v) sektor kehutanan

menyumhg devisa sebesar US$7,7 milyar. Akan tetapi, keberhasilan tersebut harus

dibayar mahd karena rusaknya ekosistem hutan dan tatanan kehidupan masyarakat

lokal. Secara ekologis rusaknya ekosistem hutan akan berakibat pada terganggunya

ekosistem giobd. Secara sosial budaya, t e j d konfiik kepentingan antara tatanan
budaya Iokal dan budaya modem yang melekat &lam konteks industrialisasi hutan.
Di satu sisi, modernisasi melihat bahwa tatanan budaya lokal merupakm

hambatan yang hams dihilangkan atau dganti agar proses pernbangunan &lam arti
pernupukan surplus hasil hutan tidak mendapat ganggum serius dari masyarakat

lokal. Di sisi lain, masyarakat lokal memanclang industrialisasi dengan segenap nilai

d m aparatusnya sebagai ancaman bagi bak-hak adat rnereka terhadap hutan.
Pada prakteknya, baik langsung maupun tidak Iangsung

pertemuan

kepentingan ini menempatkan masyarakat adat pada posisi marginal dan terjadi arus
besar untuk mengganti tatanan sosial budaya masyarakat agar sesuai

detlgan

kepentingan dm niIai-niIai modern (masyarakat industri ). H d ini membuat
masyarakat asli terdesak dengan pilihan terbatas, dan piiihan tabatas ini semakin

mendorong mereka rnenjauhi akses-akses sumkrdaya aIam yang selama ini mereka

kuasai. Di lain pihak, a&

beberapa

upaya dari masyarakat adat untuk

mempertabhn dan melahkan revitalisasi niiai dan sistem budaya leluhur mereka

yang diyakini &pat menjamin kelmgsungan dan kesejahteraan hidup serta menjamin
keseimbangan ekologis. Pandangan ini sulit diterima oleh kemgka pembangunan
modern yang bertumpu pa& pertumbuhan

dan pemupukan

surplus. Konflik

kepentingan tersebut pada akhirnya menjadi beban yang hrus dipikul oleh
masyarakat ash yang berdmpak Iuas ferhadap rusaknya tatanan sosial, budaya,
politik, dan ekonomi mereka. Dengan kata lain, rnereka semalun kurang berdaya.

Pemberdayaan PB memusatkan perhatian pada empat isu jmkok, yaitu: ( I ) isu
profesionalisme penyuluh; (2) isu kebutuhan sasaran penyuluhan; (3) isu pernberdayaan sasaran penyuluhan; dan (4) isu pengelolaan hutan lestari. Isu profesionalisme

penyuIuhan menjadi fokus perhatian pertama studi ini karena sdah satu penyebab
kurangltidak efektifnya penyuluhan seI ama ini adalah adanya anggapn bahwa
penyuIuhan dapat dilakukan oleh siapa saja. Adanya anggapan, penyuluhan yang

di lakukan oIeh seorang penyuluh profesi onal dengan y ang tidak profesional akan
sama hasilnya, bahkm ada kalangan beranggapan penyulufian pembangunan tidak
perlu d l W a n (Hubeis dkk.,1 994).

Isu kebutuhan sasaran penyuluhan menjadi fokus perhatian kedua studi ini

didasari alasan bahwa penyuluhan akan efektif bila krorientasi kebutuhan sasaran
(Dabma dan Bhtnagar, 1980). Slamet { 1994) menyatakan bahwa s e w a n besar
penyuluhan yang dilakukan selama ini belum sepenuhnya mampu memenuhi

kebutuhan sasarafi penyuluhan. Kegiatan penyuluhan sering dimanfaatkan untuk
kepentingan politik dan ekonomi yang berkuasa, sehingga kurang/tidak dirasakan

manfaattrya dari sisi sasaran (Sumardjo, 2000). Penyuluhan belum mampu
meningkatkan keberdayaan (isu ketiga) atau kemandirian, malahan justru meningkatkan ketergantungan.

Pengelolaan hutan lestari (isu keernpat) selama ini cenderung top down dan

rnengabaikan kepentingan kornunitas lokal (indigenous cornrnunily) yang tinggal di
kawasan hutan (SunderIin dan Resosudamo, 1997). Suara mereka tidak terwakrli
(voicelessness dm powerlessne.~~)
&lam proses pengarnbilan keputusan padaha1
keputusan yang dihasilkan sangat rnempenganh kehidupanlkesejahtm mereka.

Aksesibilitas kornunitas lokal (indigenous cummuniryl semakin krkurang pada
sumberdaya hutan padaha1 mereka mempunyai keari fan lokal {indigenous howledge)

dan sistern kepercayaan (belief

.lyslem) yang potensial untuk mengelola hutan secara

lestari.

Masalah penelitian ini ada1ah sebagai berrkut:
(1) Faktor-faktor mana saja yang lebih mernpenganrhi tingkat keberdayaan PB ?

(2) Faktor-faktor mana saja yang lebih mempengaruh peningkatan kualitas
penyduhan memberdayakan PB?
(3) Faktor-faktor mana saja yang lebih mempengaruhi tingkat pemenuhan kebutuhan

PB?
(4) Faktor-faktor mana saja yang lebih mernpengaruhi kualitas pengelolaan

perladangan?
( 5 ) Bagaimma model penyuluhan yang tepat dan efektif memberdayakan PB?

Penelitian ini bertujuan sebagai beri kut:
( 1) Mengkaji faktor-faktor determinan yang mempengaruhi tingkat keberdayaan PB.
(2) Mengkaji faktor-faktor determinan yang mempengaruhi peningkatan kualitas

penyuluhan memberdayakan PB.
(3) Mengkaji faktor-faktor determinan yang mempenganrhi tinglcat pemenuhan

kebutuhan PB.
(4) Mengkaji faktor-fahor determirun yang mempengaruhi kualitas pengelolaan

perladangan.
( 5 ) Merurnuskan model peny uluhan yang tepat dan efektif memberdayakan PB.

Manfaat Peneiitian
Hasil penelitian ini dharapkan bermanfaat sebagai krikut :
( 1 ) Bahan infomasi bag aparat pemerintah terkait agar dalam mengambil kebijakan

pembangunan kehutanan berbasis pada pembangunan masyarakat (communrly
developmenb) yakni aspirasi dm kebutuhan komunitas lokal mendapat peluang

dan prioritas tinggi serb senantiasa berorientasi pada kebutuhan, kemampuan,
dan sumberdaya lokal .
(2) Sumbangan pernikiran bagi pengembangan ilmu penyuluhan pernbangunan

berkaitan dengan upaya pemberdayaan masyarakat. Temuan-temuan &pat dijadikan alternatif strateg penyuluhan dimasa depan ti&

saja penting bagi

komunitas lokal/P%tapi juga penting bag aparat pernerintah dan swasta.

(3) Sebagai pelajaran berharga yang dapat diperoleh dari sistem perladangan

berpindah dalam pengelolaan perladangan bag semua pihak (aparat pemerintah,
swasta baik kelompok rnaupun

perorangan, ilmuwm,

peneiiti, penyuluh

pertanianlirehutanan dan masyarakat pada urnumnya).
(4) Sebagai bahan infomsi ba@ peneliti dan ilrnuwan yang hendak melakukan

penelitian lebih lanj ut berkaitan dengan pernasalahan perladangan berpindah.

(1 ) Kualitas Sumberdaya Pribadi Penyuluh addah karakteristik individu penyuIuh

yang berkaitan erat dengan kemampuan penyuluh untuk mengembangkan dirinya
ddam rnelaksmakan penyuluhan yang memberdayakan FB .
(2) KuaIitas Sikap Profesionalisme Penyuluh addah sikap profesionalisme yang

melekat atau dimiiih oleh penyuluh yang diharapkan mampu menunjukkan

prestasi tinggi rnemberdayakan PB.
(3) Kompetensi Penyuluh adalah tingkat kernampuan yang dimiliki oleh penyuluh

kehutanan yang dapat merighasilkan kualitas penyuluhan yang memberdayakan
PB diukur melalui dua indikator, yaitu kemampuan teknis dan kernampuan ilmu

pengetahurn yang dirniliki penyuluh dan sejumlah parameter.
(4) Kekuatan Motivasi Penyuluh adalah kekuatan motif atau dorongan yang dimiliki

penjduh &lam rnelaksanakan aktivitas p e n y u l h sebagai pewjudan dan
pemenuhan kebutuhannya, yakm (a) kebutuhan fisik, (b) kebutuhan keamanan,
(c)

k e b b a n so