Gambar 2.1. The Three Phases of Selye’s 1974 General Adaptation Syndrome
Tahapan pertama adalah alarm response di mana tubuh kita pertama sekali bereaksi dengan stresor. Pada waktu ini, resistensi akan berkurang.
Tahapan kedua merupakan stage of resistance akibat paparan stresor yang berterusan dan terjadinya adaptasi. Tahapan ketiga adalah stage of exhaustion.
Tahap ini terjadi karena paparan stresor yang sama dalam jangka waktu yang panjang. Pada saat ini, tingkat resistensi mungkin akan balik hingga ke normal
homeostasis. Secara khusus, Hans Selye yakin bahwa stage of exhaustion yang
berkepanjangan dan berulang bertanggung jawab untuk gangguan psikologi yang dapat memicu kepada penyakit Brannon Feist, 2007.
2.1.3. Klasifikasi Stres Berdasarkan Etiologinya
1. Stres Kepribadian Personality Stress.
Stres kepribadian adalah stres yang dipicu oleh masalah dari dalam diri seseorang. Berhubungan dengan cara pandang pada masalah dan
kepercayaan atas dirinya. Orang yang selalu bersikap positif akan memiliki risiko yang kecil terkena stres keperibadian.
2. Stres Psikososial Psychosocial Stress.
Stres psikososial adalah stres yang dipicu oleh hubungan dengan orang lain di sekitarnya ataupun akibat situasi sosialnya. Contohnya stres ketika
mengadaptasi lingkungan baru, masalah keluarga, stres macet di jalan raya dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
3. Stres Bio-ekologi Bio-Ecological Stress.
Stres bio-ekologi adalah stres yang dipicu oleh dua hal. Hal yang pertama adalah ekologi atau lingkungan seperti polusi serta cuaca. Sedangkan hal
yang kedua adalah kondisi biologis seperti menstruasi, demam, asma, jerawatan, dan lain-lain.
4. Stres Pekerjaan Job Stress.
Stres pekerjaan adalah stres yang dipicu oleh pekerjaan seseorang. Persaingan di kantor, tekanan pekerjaan, terlalu banyak kerjaan, target yang
terlalu tinggi, usaha yang diberikan tidak berhasil, persaingan bisnis adalah beberapa hal umum yang dapat memicu munculnya stres akibat karir
pekerjaan. 5.
Stres mahasiswa Student stress. Stres mahasiswa itu dipicu oleh dunia perkuliahan. Sewaktu perkuliahan
terdapat tiga kelompok stresor yaitu stresor dari segi personal dan sosial, gaya hidup dan budaya, serta stresor yang dicetuskan oleh faktor akademis
kuliah itu sendiri Rice, 1999.
2.1.4. Fisiologi Stres
Sistem stres manusia terdiri dari hypothalamic-pituitary-adrenal HPA axis dan sistem saraf simpatik Tsatsoulis et al. 2006. Kedua sistem ini bekerja
secara koordinasi untuk memberi respon fight or flight terhadap anggapan ancaman. Respon tersebut dapat mengajukan peningkatan tekanan arteri,
perpindahan darah dari visceral ke otot aktif dan otak, peningkatan kadar metabolisme selular, peningkatan glikolisis, peningkatan kekuatan otot,
peningkatan aktivasi mental dan peningkatan kadar koagulasi darah Guyton, 2006. Tubuh manusia memberi respon-respon tersebut karena terjadinya
pembebasan neurotransmiter dan hormon-hormon yang khusus. HPA axis bertanggung jawab untuk mengaktivasi pelepasan
glucocoticoids, di mana 95 dalam bentuk kortisol juga dikenali sebagai
Universitas Sumatera Utara
hydrocortisone dari korteks adrenal Guyton, 2006. Efek dari kortisol adalah mobilisasi protein dari otot dan asam lemak yang berasal dari adipose,
peningkatan lemak di hepar, dan juga sebagai suatu respon anti-inflamasi Guyton, 2006.
Sistem saraf simpatis bertanggung jawab untuk menstimulasi simpatis baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu dengan aktivasi pelepasan
catecholamines dari medula adrenal Guyton, 2006. Seperti epinefrin dan non- epinefrin, hormon ini juga memberi efek kepada organ target dengan cara yang
sama yaitu peningkatan nadi jantung, inhibisi fungsi sistem pencernaan, dilatasi pupil dan respon lain yang berkaitan dengan aktivasi simpatis Guyton,
2006. Kedua cabang simpatis dan parasimpatis sistem saraf otonom diaktivasi secara terus-berterusan dan kronis akan menyebabkan terjadinya degenerasi
dan disfungsi. Jika stres tersebut bersifat kronis, bahan kimia termasuk
neurotransmiter dan hormon akan menetap di aliran darah. Stres yang berkepanjangan boleh menyebabkan nyeri kepala, penurunan fungsi sistem
imun, lelah, kelainan jantung, depresi dan gangguan mental emosional yang lain Carruthers, 2006.
2.1.5. Gejala dan tanda stres