PEMBAHASAN Analisa Perubahan – Perubahan pada Mukosa Rongga Mulut Akibat Proses Menua pada Manula Perempuan Kelompok Umur 45 – 69 tahun di Medan Denai.

BAB 6 PEMBAHASAN

Penelitian terhadap perubahan-perubahan pada mukosa rongga mulut akibat proses menua pada perempuan manula di Medan Denai bertujuan untuk mengetahui kapan dimulai proses penuaan di rongga mulut dan melihat perbedaan mukosa rongga mulut antara sampel-sampel kelompok umur 45 – 49, 50 – 54, 55 – 59, 60 – 64, dan 65 – 69 tahun. Penelitian Tun Hla dan Thien Tut mendapati gambaran klinis perubahan pada rongga mulut akibat proses menua tergantung pada cara pemakaian gigi contoh ; atrisi, abrasi, akumulasi dari efek serangan patologis contoh ; karies, penyakit periodontal, perubahan tingkah laku contoh ; dalam penjagaan kesehatan, nutrisi, lingkungan dan proses penuaan secara umumnya. 20 Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor umur tidak terlalu memegang peranan yang penting dalam pembentukan jaringan flabby, namun dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jaringan flabby merupakan respon dari jaringan ikat yang mengalami hiperplasia yang awalnya diakibatkan oleh trauma yang tidak dapat ditoleransi yang terjadi pada residual ridge. Etiologi dari jaringan flabby adalah multifaktorial. Antara faktor-faktor pendukung yang penting adalah 6,7 :  Perubahan pada soket tulang alveolar pasca pencabutan gigi.  Trauma akibat pemakaian gigi tiruan.  Penurunan sisa alveolar secara bertahap. Universitas Sumatera Utara  Kebiasaan-kebiasaan jelek dari pasien contoh : bruksism, mengunyah sebelah rahang  Tekanan-tekanan yang berlebihan pada segmen tertentu dari lengkung gigi disebabkan tidak adanya keseimbangan kontak dalam posisi eksentrik rahang. Usia lanjut merupakan tahap akhir siklus kehidupan dari perkembangan normal yang dialami dan tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Salah satu contohnya adalah kasus kehilangan gigi karena perubahan kondisi fisik pada rongga mulut. Manula rata- rata kehilangan gigi 10 sampai 20 buah, banyaknya jumlah pasien manula yang tidak mempunyai gigi menyebabkan perawatan gigi diutamakan pada perawatan prostodontik. 6 Dalam penelitian ini, peneliti tidak mengelompokkan sampel yang tidak memakai gigi tiruan, memakai gigi tiruan sebagian lepasan dan gigi tiruan penuh ke dalam kelompok yang berbeda. Pemakaian gigi tiruan dapat berpengaruh terhadap munculnya jaringan flabby. Penelitian lanjut perlu dilakukan mengenai pembentukan jaringan flabby, khususnya pada sampel yang menggunakan gigi tiruan penuh maupun gigi tiruan sebagian lepasan. Akibat dari pertambahan usia, mukosa rongga mulut memperlihatkan kondisi yang menjadi lebih pucat, tipis, dan kering dengan proses penyembuhan lambat. Hal ini menyebabkan mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap tekanan ataupun gesekan, yang diperparah dengan berkurangnya aliran saliva. Perubahan kondisi fisik rongga mulut setelah pembuatan gigi tiruan juga sering terjadi. Antaranya resorbsi tulang alveolar sehingga mengakibatkan gigi tiruan tidak pas sehingga stabilitasnya berkurang. Universitas Sumatera Utara Gigi tiruan yang bebas bergerak akan menimbulkan iritasi lebih lanjut terhadap mukosa mulut. 5,6,7 Resorbsi tulang alveolar merupakan masalah yang sering terjadi pada rahang tanpa gigi, baik pada rahang bawah maupun rahang atas. Resorbsi tulang alveolar dapat terjadi secara fisiologik dan patologik. Resorbsi tulang alveolar sering ditemukan pada pasien yang sudah lama kehilangan gigi sehingga mengakibatkan residual ridge menjadi datar atau jaringan lunak sekitarnya membentuk jaringan flabby. Menurut Boucher Cit. Damayanti kebanyakan proses penuaan disertai dengan perubahan-perubahan osteoporosis pada tulangnya diikuti oleh hilangnya gigi sehingga mengakibatkan berkurangnya tinggi tulang alveolar. 5,6 Kehilangan stippling pada gingiva dan kelembapan mukosa aliran saliva menunjukkan hal berbeda dengan pembentukan jaringan flabby. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor umur mempengaruhi kedua hal tersebut. Pada kasus kehilangan stippling, hal ini dipengaruhi oleh perubahan metabolik dan kehilangan gigi pada manula, seterusnya menurunnya tulang alveolar sehingga menyebabkan hilangnya stippling. Perubahan dari proses metabolik pada manula menyebabkan jaringan rongga mulut mengalami atrofi, mudah teriritasi dan rapuh. 1,2,3,20 Secara klinisnya, efek-efek ini dipengaruhi oleh berkurangnya kapilari darah akibat proses penuaan yang menyebabkan aliran suplai darah menurun sehingga memperlambatkan suplai-suplai nutrisi ke jaringan. Akibatnya kapasitas jaringan dalam regenerasi akan menurun. Pada manula, masalah resisi gingiva hingga ke akar gigi turut mempengaruhi perubahan pada rongga mulut seperti penyakit periodontal dan kehilangan Universitas Sumatera Utara stippling pada gingiva. Karies pada sementum sering menjadi masalah pada manula karena efek dari resisi gingiva. 4,5,6,7,20 Penelitian di German yang dilakukan terhadap anak-anak dengan rata-rata berumur 5 tahun menunjukkan 68.2 dari 274 anak mempunyai stippling. Jenis kelamin dan ras tidak menunjukkan efek terhadap prevalensi tersebut. Hasil dari penelitian tersebut serta pendapat dari beberapa ahli mengatakan bahwa setiap individu bervariasi, tidak semua manusia mempunyai stippling. Penelitian lanjut perlu dilakukan tentang kehadiran stippling pada gingiva cekat normal manusia. 3,21 Gambar 7 : Pembentukan jaringan flabby dan kehilangan stippling pada gingiva Kelenjar saliva berfungsi memproduksi saliva untuk mempertahankan kesehatan rongga mulut. Usia yang meningkat menyebabkan perubahan dan kemunduran dari fungsi kelenjar saliva. Hasil penelitian menunjukkan kelembapan mukosa berkurang dengan meningkatnya umur. Teori-teori proses penuaan seperti teori ”wear and tear”, Universitas Sumatera Utara teori Neuroendokrin, teori radikal bebas dan lain-lain turut membicarakan tentang perubahan dan kemunduran dari sel, organ, serta sistem tubuh. 1,2,5,6,7 Damayanti dalam penelitiannya tentang respon jaringan terhadap gigi tiruan lengkap pada pasien lanjut usia didapati bahwa fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan merupakan suatu keadaan normal pada proses penuaan manusia. Manula mengeluarkan jumlah saliva yang lebih sedikit pada keadaan istirehat, saat berbicara, maupun saat makan. Keluhan mulut kering sering ditemukan pada orang tua daripada orang tua yang disebabkan oleh perubahan karena usia pada kelenjar itu sendiri. 6,7 Fungsi utama dari saliva adalah pelumasan, buffer, dan perlindungan untuk jaringan lunak dan keras pada rongga mulut. Jadi, penurunan aliran saliva akan mempersulit fungsi bicara dan penelanan, serta menaikkan jumlah karies gigi, dan meningkatkan kerentanan mukosa terhadap trauma mekanis dan infeksi mikrobial. Penurunan aliran saliva juga dapat disebabkan oleh pemakaian obat-obatan oleh pasien serta penyakit sistemik. Pengurangan aliran saliva akan mengganggu retensi gigi tiruan, karena mengurangi ikatan adhesi saliva diantara dasar gigi tiruan dan jaringan lunak sehingga mengakibatkan iritasi mukosa. 6,7 Berdasarkan teori-teori penuaan, terdapat berbagai macam hal yang dapat mempengaruhi penuaan sehingga dapat menyebabkan terjadinya penuaan dini. 1,2 Penuaan dini dapat dilihat di hasil penelitian pada 2 sampel di kelompok umur 45 – 49 tahun yang menunjukkan indikator berat. Kedua-dua sampel tersebut telah kehilangan semua gigi dan menggunakan gigi tiruan penuh. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya tingkat kesadaran tentang cara-cara penjagaan rongga mulut, asupan gizi yang tidak seimbang serta mengandung bahan-bahan kimia Universitas Sumatera Utara yang membahayakan kesehatan dan polusi lingkungan yang berlaku pada zaman sekarang ini sehingga menyebabkan terjadinya penuaan dini. Selain itu, polusi dari asap rokok, asap dari kenderaan, pembakaran sampah secara berleluasa, bahan makanan yang dimasak dengan cara membakar dan lain-lain mempunyai radikal-radikal bebas yang sangat berbahaya bagi manusia. 1,2 Warna mukosa mulut dipengaruhi oleh ketebalan epitel yang menutupinya dan vaskularisasi pada lamina propria yang terletak dibawahnya. Warna gingiva yang normal adalah merah jambu, kelihatan lebih pucat karena merupakan tekstur mukosa yang berkeratinisasi. Warna pada mukosa dipengaruhi oleh vaskularisasi, ketebalan dan derajat keratinisasi epitel, dan keberadaan sel-sel yang mengandung pigmen. Warna gingival bervariasi antar individu, dan tampaknya berkolerasi dengan pigmentasi pada kulit. Artinya warna gingival lebih gelap pada individu yang warna kulitnya lebih gelap. Biasanya pigmen yang terlibat dalam memberi warna pada mukosa rongga mulut adalah melanin dan hemoglobin dalam darah. Melanin diproduksi oleh specialized pigments cells yang dikenal dengan melanocytes, yang terletak di lapisan sel basal epitel rongga mulut. 4,12 Vestibulum, pipi, dasar mulut dan bibir bagian dalam memiliki lapisan epitel yang tipis, dapat digerak-gerakkan dan berwarna merah tua. Oleh karena epitel yang tipislah menyebabkan kapiler-kapiler yang terdapat dibawahnya dapat terlihat sehingga warna mukosa bagian-bagian rongga mulut tersebut tampak berwarna merah tua. 4,12 Namun amat sukar untuk membedakan perubahan warna yang berlaku pada mukosa rongga mulut disebabkan tidak mempunyai patokan yang jelas mengenai tahap kepucatan yang Universitas Sumatera Utara berlaku pada mukosa. Setiap orang pasti mempunyai pendapat yang berbeda mengenai perubahan warna yang berlaku. Penurunan massa dari otot bibir yaitu m. Orbicularis oris berlaku pada manula dengan menggunakan analisa secara histomorphometric. Desai S dkk cit. Al-Dress menyatakan bahwa senyuman manula kelihatan lebih lebar secara transversal dan mengecil secara vertikal. Ini menunjukkan bahwa berlaku penurunan massa dari otot Orbicularis oris pada bibir sehingga kemampuan otot ketika manula senyum semakin berkurang. 14 Perubahan warna pada mukosa tidak mempunyai patokan yang tegas tentang perubahan yang berlaku. Hasil observasi yang dilakukan tidak dianalisa lebih lanjut di dalam bagian hasil penelitian karena perubahan warna bersifat subjektif. Perubahan yang berlaku pada bibir serta warna mukosa rongga mulut dijadikan sebagai pelengkap dari penelitian yang dilakukan. Penelitian lanjut perlu dilakukan untuk meneliti perubahan yang berlaku, namun memerlukan alat serta teknik metode yang khusus. Menurut US Census, International Programs Center, fenomena berlainan pada abad 20 menunjukkan terjadi peningkatan jangka hidup manusia yaitu dari 47 tahun pada tahun 1900-an kepada kira-kira 73 tahun untuk lelaki dan 79 tahun untuk perempuan pada tahun 1999. Populasi manula pada tahun 1980-an mencapai 30 juta dan pada tahun 2000-an diproyeksikan mencapai sekitar 20 dari populasi keseluruhan. 1,5 Gambaran tersebut kurang lebih sama dengan kondisi yang dijumpai di Indonesia, di mana menurut Biro Pusat Statistik 1990 proyeksi jumlah manula di Indonesia sampai dengan tahun 2020 adalah seperti yang tertera pada Diagram 1. 5 Universitas Sumatera Utara Diagram 1 : Proyeksi jumlah penduduk manula di Indonesia dalam juta 5 Pengontrolan terhadap proses penuaan dengan adanya kemajuan dalam bidang pelayanan kesehatan dan gaya hidup yang sehat serta kesadaran tentang cara-cara menjaga kesehatan sangat berpengaruh dalam memperlambat proses penuaan. 1 Namun begitu, tingkat kesadaran masyarakat umum tentang cara-cara penjagaan kesehatan serta pelayanan kesehatan di Indonesia masih belum mencapai tahap optimum karena dibatasi oleh dana, tenaga kesehatan, alat-alat kesehatan serta obat-obatan yang tidak mencukupi dan masih belum dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Masyarakat di pedalaman khususnya masih belum dapat menikmati pelayanan kesehatan kedokteran gigi secara rutin disebabkan PUSKESMAS yang terbatas dan berada di lokasi yang jauh dari tempat tinggal mereka. Hal yang berbeda pada masyarakat di kota yang mendapatkan pelayanan kesehatan dan pendedahan tentang cara-cara penjagaan kesahatan serta asupan gizi yang sesuai. Hasil penelitian ini menunjukkan secara umumnya terjadi penuaan dini pada sampel-sampel penelitian. Hal ini karena menurut WHO manusia berumur 60 tahun dan Universitas Sumatera Utara ke atas adalah manula. Namun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan-perubahan akibat proses penuaan yang jelas telah muncul pada sampel-sampel di kelompok umur 55 – 59 tahun. Universitas Sumatera Utara

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN