TUGAS AKIDAH AKHLAK GHIBAH O L E H Kelom
TUGAS AKIDAH AKHLAK “GHIBAH” O L E H Kelompok : 1. ANNISA PUTRI NATASYWA : 2. ANNISA RABITA PUTRI
3. ARI RAHMADDANI
4. MIFTAHUL RIZKI
5. M. AGUNG LAKSMANA
6. M . FITRA AVICIENNA Ghibah diartikan dengan menggunjing. Artinya, ghibah adalah menyampaikan sesuatu yang terjadi pada seseorang yang jika orang yang dibicarakan tersebut mendengarnya akan merasa tidak suka. Mungkin karena menyampaikan kekurangan pada fisik, akhlak, keturunan, ucapan, dan perbuatan.
Ghibah berarti suka membicarakan keburukan orang lain. Meskipun yang dibicarakan adalah benar, bukan berarti kita boleh menyampaikannya semau sendiri. Terlebih jika hal itu merupakan berita buruk, mestinya segera dicegah agar tidak menyebar kepada khalayak. Mengapa? Dengan berita tersebut, reputasi orang yang digunjing tadi pasti akan jatuh. Ia merasa tidak nyaman karena yang diketahui orang lain tentang dirinya hanyalah perbuatan buruknya. Ia pun menjadi sulit untuk menjalin hubungan dengan orang lain karena tidak lagi dihargai. Terlebih hingga muncul dampak yang lebih luas, yaitu menjadi akar penyebab terputusnya silaturahmi di antara kita.
Banyak alasan yang menyebabkan seseorang berbuat ghibah. Di antara penyebabnya sebagai berikut.
1. Dendam di dalam hati. Bermula dari rasa dendam, seseorang tidak sadar akan menyampaikan kemarahannya pada saatsaat tertentu.
2. Mendukung atau menyesuaikan pembicaraan orang lain.
3. Biasanya, ketika berkumpul bersama orang lain kita suka berbasa-basi dan berusaha menyesuaikan diri dengan tema pembicaraan yang sedang dibahas. Oleh karena merasa satu kepedulian, jika orang di sekitar membenci pada sosok yang dicela, kadang kita juga berusaha untuk turut mencelanya.
4. Kekhawatiran akan dicela oleh orang lain sehingga perlu lebih dahulu untuk mencelanya agar mendapatkan dukungan orang lain.
5. Hendak menunjukkan kelebihan diri sendiri dengan mengejek orang lain. Misalnya, seorang anak bernama Marwan berkata, ”Bacaan Al-Qur’an Sani jelek. Ia tidak pantas menjadi pembaca Al-Qur’an pada acara nanti. Saya lebih baik darinya.” Ungkapan ini dapat dipahami bahwa kemampuan Marwan dalam membaca Al-Qur’annya lebih baik daripada Sani. Mungkin Marwan berharap dapat mengganti peran Sani.
6. Rasa dengki atas kesuksesan yang telah diraih orang lain.
7. Dengki adalah penyakit hati yang ditunjukkan dengan perasaan benci kepada orang lain karena mendapatkan prestasi. Sanjungan, penghargaan, dan pujian diharapkan segera hilang dari orang tersebut.
8. Sekadar bersenda gurau. Mungkin karena berharap ingin mengisi waktu luang kita lebih suka membicarakan kejelekan orang lain. Tujuannya bervariasi, dapat sebagai lelucon semata, bisa juga karena merasa ujub atau berbangga diri. Contoh perilaku ghibah dapat dilihat dalam uraian berikut. Saat ulangan harian dilaksanakan, rupanya Ani kurang persiapan. Merasa ada kesempatan ia mencontek buku catatan. Peristiwa itu ternyata diketahui oleh Ria yang duduk di bangku belakang Ani. Pada beberapa kesempatan, kejadian itu, oleh Ria selalu diceritakan kepada teman-temannya, baik pada saat di kantin, ketika bercengkerama di halaman sekolah, maupun pada saat-saat lain. Akibatnya, teman satu kelas pun jadi tahu semua. Malu dan kesal berkecamuk dalam hati Ani karena ulah Ria.
Perilaku ghibah berbahaya bagi kehidupan. Rasulullah melarang keras perbuatan menggunjing, bahkan menyamakannya dengan perbuatan memakan daging saudaranya sendiri. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sabdanya, pada hadis tentang ghibah berikut ini.
Artinya: Dari Abu- Hurairah, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, ”Tahukah kamu apa itu menggunjing?” Para sahabat menjawab, ”Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau mengatakan, ”Kamu menyampaikan sesuatu yang tidak disukai oleh saudaramu.” Ada yang bertanya, ”Bagaimanakah jika yang saya sampaikan itu merupakan (kenyataan) yang terjadi pada diri saudaraku itu?” Nabi saw. berkata: ”Jika yang kamu sampaikan itu benar terjadi pada saudaramu, berarti kamu telah menggunjingnya. Jika tidak terjadi pada dirinya, berarti kamu telah berbuat dusta terhadapnya. (H.R. Muslim dari Aisyah r.a.).
Begitu banyak tayangan infotainment yang disiarkan di media elektronik terutama televisi. Namun disini hanya akan dibahas perbedaan dari dua contoh infotainment saja.
Kiss Kiss adalah tayangan infotainment yang ditayangkan program televisi Indosiar.
Seperti halnya infotainment yang lain Kiss banyak menayangkan tentang kehidupan pribadi selebritis baik positif maupun negatif.
Silet Sedang Silet adalah tanyangan infotainment yang ditayangkan program televisi RCTI.
Sama halnya dengan Kiss tayangan ini banyak mengupas tentang kehidupan pribadi selebritis baik positif maupun negative secara mendalam. Mulai dari keseharian, asmara, hingga masalah kepribadian dari selebritis. Bukan hanya itu, Silet juga menampilkan fenomena- fenomena yang dianggap tabu oleh masyarakat seperti meletusnya gunung merapi dan lain sebagainya, kemudian meminta selebritis untuk menanggapi fenomena tersebut. Namun melihat dari riset yang membuktikan yang lebih sering ditayangkan ialah tentang kehidupan pribadi selebritis.
Perbedaan Kiss dan Silet
Telah dijelaskan bahwasanya untuk tanyangan Kiss hanya merujuk pada kehidupan pribadi selebritis saja. Sedang Silet selain menayangkan tentang kehidupan pribadi selebritis juga merujuk pada hal-hal yang bersifat mistis. Segi perbedaan dari keduanya hanya sebatas pada apa yang ditayangkan saja. Dan jika ditanya infotainment mana yang merujuk pada ghibah, tentu kedua-duanya merujuk pada ghibah. Dari Kiss, yang sudah sangat jelas menayangkan tentang kehidupan pribadi selebritis. Kemudian Silet, meski tidak semua tayangannya tentang kehidupan pribadi selebritis namun yang lebih sering ditayangkan adalah kehidupan pribadi selebritis tersebut. Terlebih lagi dalam tayangnnya selalu dibahas secara mendalam namun hanya issue yang dihasilkan bukan penyelesaian yang sebenarnya. Sehingga yang lebih merujuk pada ghibah adalah Silet.
Hukum menonton dan mendengar acara infotainment yang bernuansa ghibah menurut Islam Sebelum bicara masalah hukum menonton dan mendengar acara infotainment, harus diketahui dulu hukum dari infotainment itu sendiri. Hukum infotainment tergantung kepada konten atau isinya, jika berisi sesuatu yang bermanfaat dan mengandung nilai-nilai pendidikan, serta pengalaman-pengalaman yang berharga, tentunya boleh dan dianjurkan.
Tetapi sebaliknya jika isinya hanya mengungkap keburukan-keburukan seseorang yang belum tentu benar adanya, maka hukumnya haram.
Periwtiwa yang terjadi dizaman Rasulullah yang berkaitan dengan ghibah dan tindakan Beliau Ghibah yang terjadi pada zaman Rasulullah saw sangat beragam, tetapi peristiwa ghibah yang besar sekaligus menjadi fitnah yang sangat dahsyat pada zaman Rasulullah saw adalah Haditsat al Ifki (peristiwa kedustaan) yang disebarkan oleh orang-orang munafik yang menuduh Aisyah ra berselingkuh dengan salah seorang sahabat yang bernama Shofwan bin Mu’athol. Mendengar fitnah tersebut Rasulullah saw mengklarifikasikan masalah tersebut dan turunlah jawaban dari Allah swt yang menyangkal fitnah tersebut dengan menurunkan 16 ayat yang tersebut di dalam QS An Nur: 11-26. Ini menunjukkan betapa dahsyatnya isu bohong yang disebarkan ditengah masyarakat tanpa adanya tabayun terlebih dahulu. Ayat di atas sekaligus sebagai teguran untuk mass media yang suka mengumbar isu.
Wartawan infotainment yang tetap tetap menanyakan kebenaran (tabayyun) suatu ghibah kepada pihak yang bersangkutan. Selama kejelekan yang disebarkan itu tidak ada kepentingan kecuali hanya untuk mendulang dollar, maka hukumnya tetap haram, walaupun kadang yang disebarkan itu adalah benar. Kemudian apa tujuan disebarkannya kejelekan tesebut kepada masyarakat umum? Kita harus memperhatikan teguran keras dari Allah kepada orang-orang yang menyukai perbuatan-perbuatan jelek agar tersebar di kalangan masyarakat, sebagaimana yang terdapat di dalam surat An-Nur: 19 “Sesungguhnya orang-orang menyukai berita perbuatan keji itu tersiar di kalangan orang- orang yang beriman, bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan di akherat. Dan Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui“
Adanya ghibah yang bisa mendokrak popularitas yang bersangkutan Mencari popularitas dengan sarana yang diharamkan adalah tidak boleh. Tindakan semacam ini menjadi sebuah trend di masyarakat karena merebaknya paham kapitalis dan materialistis, yang mengukur segala sesuatu dengan harta dan popularitas. Sang artis mengerjar popularitas dan sang produsen mengejar keuntungan materi, sedang para penonton mendukungnya, jadilah sebuah kerjasama di dalam melestarikan tindakan kejahatan dan perbuatan dosa. Dan ini sangat dilarang di dalam Islam. Allah berfirman: “Dan janganlah kalian bekerjasama terhadap perbuatan dosa dan pelanggaran“. (QS Al- Maidah: 2)