penelitian ini akan diuji validitas dan reliabilitas. Uji ValiditasdilakukandenganmetodePearsonataumetodeProduckMoment.Uji
Reliabilitasadalah metode Cronbach’sAlpha,dandilakukansetelahuji validitas selesai. Ujivaliditas danreliablitasinidianalisamenggunakanprogramSPSS. Sampel
yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan
reliabilitas ini adalah 20 orang. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Variabel
No Total Pearson
Correlation Status
Alpha Status
Pengetahuan 1
0.799 Valid
0.884 Reliabel
2 0.606
Valid Reliabel
3 0.810
Valid Reliabel
4 0.586
Valid Reliabel
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 0.753
0.585 0.692
0.753 0.707
0.630 0.483
0.670 0.449
0.447 0.753
Valid Valid
Valid Valid
Valid Valid
Valid Valid
Valid Valid
Valid Reliabel
Reliabel Reliabel
Reliabel Reliabel
Reliabel Reliabel
Reliabel Reliabel
Reliabel Reliabel
4.5. Pengolahan dan Analisa data
Universitas Sumatera Utara
Setelah data darisetiaprespondendiperoleh, pengolahandananalisa data dilakukandenganmasukkan data tersebutke dalamkomputerdenganbantuan
program SPSS. Tahap-tahappengolahan data adalahsebagaiberikut: 1. Editing,
yaitumemeriksanamadankelengkapanidentitasmaupun data respondensertamemastikanbahwasemuajawabantelahterisisesuaipetunjuk.
2. Coding,yaitumemberi kode atau angka tertentu tertentupadakuesioneruntukmempermudahsaat
mengadakantabulasidananalisa. 3. Entry, yaitumemasukkan data darikuesionerke dalam program
komputerdenganmenggunakan program SPSS StatisticalProduct and Service Solution for Windows.
4. Cleaning, yaitumemeriksakembali data yang telahdimasukkanuntukmengetahuiadakesalahanatautidak.
4.6. Etika Penelitian
Untuk menghindari terjadinya tindakan tidak etis dalam penelitian, maka akan dilakukan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Informed Consent, yakni dilakukan dengan menberikan lembar persetujuan penelitian kepada responden untuk ditandatangani sebelum
berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. 2. Anonimity, yaitu hanya mencantumkan kode responden tanpa menuliskan
nama responden dalam penelitian. 3. Confidentiality, yaitu tidak akan menginformasikan data dan hasil
penelitian berdasarkan data individual, namun data akan dilaporkan berdasarkan kelompok.
4. Penelitian ini akan mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap ibu yang berkunjung ke Poliklinik Anak RSUP Haji Adam Malik Medan, Propinasi Sumatera Utara pada tahun 2014.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini, responden yang diteliti sebanyak 100 orang ibu yang berkunjung ke Poliklinik Anak di RSUP Haji Adam Malik Medan. Gambaran
karakteristik responden yang diamati adalah meliputi umur responden, pekerjaan dan pendidikan terakhir responden. Data lengkap mengenai karakteristik dasar
responden dapat dilihat pada tabel 5.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Dasar Responden Karakteristik
Frekuensi N Persen
Usia tahun 20-24
5 5.0
25-29 18
18.0
30-34
21 21.0
35-39 40-44
45-49 50-54
55-59 Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga Pengawai Swasta
Wiraswasta Lain-lain
Pendidikan
SD SMA
SMP Perguruan
TinggiAkademi Lain-lain
20 16
6 11
3
48 18
8 26
5 39
6 46
4 20.0
16.0 6.0
11.0 3.0
48.0 18.0
8.0 26.0
5.0 39.0
6.0 46.0
4.0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 5.1. di atas, diketahui bahwa responden yang paling banyak yang berumur diantara 30-34 tahun yaitu sebanyak 21 orang 21.0. Jenis
pekerjaan yang terbesar adalah ibu rumah tangga yaitu 48 orang 48.0. Seterusnya, tingkat pendidikan ibu yang paling banyak adalah perguruan tinggi
akademi dengan jumlah 46 orang 46.0.
5.1.3. Pengetahuan Responden
Dalam penelitian ini, tingkat pengetahuan ibu dibedakan menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup dan kurang.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tingkat Pengetahuan Responden Mengenai Kejang Demam Pada Anak.
Pengetahuan Frekuensi N
Persen
Baik 45
45.0 Cukup
Kurang 37
18 37.0
18.0 Jumlah
100 100.0
Pada tabel 5.2 di atas, tingkat pengetahuan ibu mengenai kejang demam berada pada kategori baik yaitu sebanyak 45 orang 45.0.
5.1.4 Pengetahuan Responden Mengenai Kejang Demam
Berdasarkan tabel 5.3, didapatkan hasil penelitian menggunakan kuesioner dari ibu yang berkunjung ke Poliklinik Anak RSUP Haji Adam malik Medan yang
Universitas Sumatera Utara
berisi 15 pertanyaan mengenai pengetahuan umum, penyebab, gejala klinis, faktor risiko dan penanganan kejang demam pada anak.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Jawaban Responden Pada Variabel Pengetahuan
No Pertanyaan
Jawaban responden Benar Tidak Benar Tidak Tahu
N N
N
1 Mengetahui demam tinggi
meyebabkan kejang demam
62 62.0
32 32.0
6 6.0
2 Mengetahui bahwa kejang demam
merupakan penyakit yang hanya terjadi kepada bayi dan balita
28 28.0
58 58.0
14 14.0
3 Mengetahui penyebab kejang
demam 75
75.0 9
9.0 16 16.0
4 Mengetahui gejala klinis kejang
demam bahwa dapat terjadi
penurunan kesadaran
72 72.0
14 14.0
14 14.0
5 Mengetahui frekuensi serangan
kejang demam 68
68.0 18
18.0 14 14.0
6 Mengetahui faktor risiko bahwa
kejang demam merupakan 20
20.0 56
56.0 24 24.0
Universitas Sumatera Utara
penyakit keturunan 7
Mengetahui kekerapan kejadian kejang demam pada anak usia
kurang dari 2 tahun 54
54.0 32
32.0 14 14.0
No Pertanyaan
Jawaban responden Benar Tidak Benar Tidak Tahu
N N N
8 Mengetahui bahwa posisi kepala
anak harus di miringkan semasa
kejadian kejang demam
32 32.0
28 28.0
40 40.0
9 Mengetahui bahwa anak perlu
dibaringkan pada tempat yang rata semasa kejang demam
63 63.0
15 15.0
22 22.0
10 Mengetahui bahwa tangan dan
kaki anak tidak perlu ditahan 46
46.0 43
43.0 11 11.0
11 Mengetahui bahwa lidah anak
tidak perlu ditekan dengan sendok
24 24.0
61 61.0
15 15.0
12 Megetahui penanganan awal
87 87.0
6 6.0
7 7.0 13
Mengetahui pemberian obat anti- kejang
71 71.0
11 11.0
18 18.0
Universitas Sumatera Utara
14 Mengetahui pemberian obat
penurun panas 85
85.0 6
6.0 9 9.0
15 Mengetahui komplikasi kejang
demam 47
47.0 23
23.0 30 30.0
Pada tabel 5.3. diatas, pertanyaan nomor 1 dan 2 adalah mengenai pengetahuan umum tentang kejang demam. Terdapat sebanyak 62 orang 62.0
menjawab benar pada pertanyaan nomor 1 manakala sejumlah 28 orang saja menjawab benar pada pertanyaan nomor 2. Pertanyaan 3 adalah mengenai
penyebab kejang demam dimana sejumlah 75 orang 75.0 menjawab benar. Seterusnya, pada pertanyaan nomor 4 dan 5 yaitu mengenai gejala klinis,
sebanyak 72 orang 72.0 dan 68 orang 68.0 menjawab benar. Faktor risiko megenai kejang demam dipertanyakan pada pertanyaan nomor 6 dan 7, dimana
sebesar 20 orang 20.0 dan 54 orang 54.0 menjawab benar. Pertanyaan nomor 8 hingga 14 adalah mengenai penanganan kejang
demam dimana pada pertanyaan nomor 8, kebanyakan responden menjawab ‘tidak tahu’ yaitu sejumlah 40 orang 40.0 manakala pada pertanyaan nomor 9,
10, 12, 13 dan 14 kebanyakan responden menjawab benar yaitu sebesar 63 orang 63.0 pada nomor 9, 46 orang 46.0 pada nomor 10, 87 orang 87.0 pada
nomor 12, 71 orang 71.0 pada nomor 13 dan 85 orang 85.0 pada nomor 14. Pertanyaan yang paling banyak dijawab ‘benar’ oleh responden adalah
pertanyaan nombor 12 sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab ‘tidak benar’ adalah pertanyaan nomor 11 yaitu sebanyak 61 orang 61.0. Akhirnya,
pertanyaan 15 adalah mengenai komplikasi kejang demam, dimana sejumlah 47 orang 47.0 menjawab benar.
5.1.5. Sumber Informasi Mengenai Kejang Demam Pada Anak
Universitas Sumatera Utara
Informasi mengenai kejang demam pada anak dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti media cetak, media elektronik, tenaga kesehatan, teman
dan keluarga dan lain-lain. Sumber informasi ini sangat penting untuk mendapatkan informasi yang benar megenai kejang demam supaya ibu-ibu dapat
meningkatkan pengetahuan mereka tentang kejang demam pada anak. Data lengkap mengenai distribusi frekuensi tentang sumber informasi tentang kejang
demam pada anak dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi tentang Sumber Informasi tentang Kejang Demam Pada Anak
Sumber Informasi Frekuensi N
Persen
Media Cetak 14
14.0 Media Elektronik
Tenaga Kesehatan Teman dan Keluarga
Lebih dari satu Lain-lain
4 35
30 12
5 4.0
35.0 30.0
12.0 5.0
Jumlah 100
100.0
Berdasarkan tabel 5.4, sumber informasi yang paling banyak adalah dari tenaga kesehatan yaitu sebanyak 35 orang 35.0. Sumber informasi yang
didapatkan oleh responden bukan saja dari satu jenis sumber informasi malah terdapat juga lebih dari satu jenis sumber informasi seperti yang dapat dilihat pada
tabel di atas. Selain itu, responden juga menyebutkan bahwa mendapatkan sumber imformasi dari pengalaman mereka sendiri yang telah dikategorikan dalam jenis
sumber informasi lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
5.1.6. Tingkat Pengetahuan Menurut Karakteristik Responden Tabel 5.5. Tingkat Pengetahuan Menurut Karakteristik Responden
Karakteristik Tingkat Pengetahuan
Baik Cukup
Kurang Total
N N
N N
Usia tahun
20-24 2 2.0
3 3.0 0.0
5 5.0
25-29 5 5.0
12 12.0 1
1.0 18
18.0 30-34
9 9.0 3 3.0
9 9.0
21 21.0
35-39 40-44
45-49 50-54
54-59
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga Pengawai Sawsta
Wiraswasta Lain-lain
Pendidikan
SD 9
8 3
8 1
19 8
7 11
1 9.0
8.0 3.0
8.0 1.0
19.0 8.0
7.0 11.0
1.0 6
6 2
3 2
17 6
1 13
3 6.0
6.0 2.0
3.0 2.0
17.0 6.0
1.0 13.0
3.0 5
2 1
12 4
2
1 5.0
2.0 1.0
0.0 0.0
12.0 4.0
0.0 2.0
1.0 20
16 6
11 3
48 18
26
5 20.0
16.0 6.0
11.0 3.0
48.0 18.0
0.0 26.0
5.0
Universitas Sumatera Utara
SMA SMP
Perguruan tinggiakademi
Lain-lain 13
2 28
1 13.0
2.0 28.0
1.0 17
2 12
3 17.0
2.0 12.0
3.0 9
2 6
9.0 2.0
6.0
0.0 39
6 46
4 39.0
6.0 46.0
4.0
Total 45
45.0 37 37.0 18
18.0 100
100.0
Berdasarkan tabel 5.5, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan yang dikategorikan baik paling banyak pada kelompok usia 30-34 tahun dan 35-39
tahun yaitu sebanyak 9 orang 9.0. Tingkat pengetahuan ibu berdasarkan pekerjaan adalah sama. Kelompok pendidikan yang paling banyak mempunyai
tingkat pengetahuan baik adalah perguruan tinggi akademi yaitu sejumlah 28 orang 28.0. Persentase berdasarkan jumlah masing-masing populasi mengikut
kategori responden.
5.2. Pembahasaan
5.2.1. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmojo 2010, pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Dalam penelitian ini, tingkat pengetahuan responden tentang kejang demam diukur dengan menggunakan kuesioner.
Pada penelitian ini, pengetahuan mengenai kejang demam meliputi pengetahuan umum, penyebab, gejala klinis, faktor risiko, managemen dan
komplikasi. Bagi mengukur tingkat pengetahuan ibu mengenai kejang demam, terdapat 15 pertanyaan yang ditanyakan melalui kuesioner sebagai alat pengukur
oleh peneliti. Dari hasil penelitian yang dijalankan, terdapat bahwa tingkat
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan ibu berada pada kategori baik yaitu 45 , kategori cukup sebanyak 37 dan 18 pada kategori kurang.Secara umum, pengetahuan baik dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber informasi dan faktor pendidikan serta faktor lingkungan. Dalam penelitian ini, kebanyakan ibu mendapatkan
informasi baik dari lingkungan tenaga kesehatan, dari teman dan keluarga maupun media cetak. Tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang, dimana dalam hasil penelitian ini, kebanyakan ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Pohan 2010, dari Universitas Sumantera Utara,tingkat pengetahuan ibu mengenai kejang demam di Kelurahan Tembung
Kecamatan Medan Tembung sebagian besar termasuk dalam kategori baik dengan persentase sebesar 90 dan sisanya tergolong dalam kategori sedang 10.
Secara keseluruhannya, pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari pendidikan, usia dan
pekerjaan manakala faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan sosial budaya. Berdasarkan hasil penelitian saya, salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat pengetahuan ibu adalah usia dan tingkat pendidikan. Dari hasil penelitian ini, kelompok ibu yang berusia 30-34 tahun dan 35-39 tahun, memiliki
pengetahuan yang baik. Menurut Huclock, semakin cukup umur seseorang, semakin meningkat tingkat kemampuan dan kematangannya dalam berpikir dan
bekerja Wawan dan Dewi, 2011. Namun, seseorang yang berumur lebih tua tidak mutlak akan memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan
seseorang yang lebih muda lagi. Pengetahuan ibu berpendidikian tinggi lebih baik dibanding dengan ibu yang berpendidikan rendah. Sebesar 28 orang 60.9 dari
responden yang berpendidikan tinggi mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Hal ini disebabkan, semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah orang
tersebut untuk menerima informasi Wawan dan Dewi, 2011. Dalam kuesioner, pada pertanyaan nomor 1 yaitu mengenai anak akan
menggigil semasa mengalami demam, kebanyakan responden menjawab benar yaitu sebesar 62 orang 62.0. Pertanyaan ini ditanyakan supaya ibu mengetahui
bahwa demam tinggi dapat menyebabkan anak menggigil sekaligus dapat terjadi
Universitas Sumatera Utara
kejang demam. Menurut Pujiarto, 2008, telah menyatakan bahwa pada fase pelepasan sitokin proinflamasi, anak akan menggigil sampai suhu tubuh
meningkat. Pada pertanyaan nomor 2 ditanyakan bahwa kejang demam hanya terjadi kepada bayi dan balita, sebanyak 28 orang saja menjawab benar dan yang
selainnya menjawab tidak benar yaitu 58 orang 58.0. Pada jurnal yang ditulis oleh Farrell et al., 2011, telah menyatakan bahwa kejang demam merupakan suatu
penyakit yang biasanya terjadi pada anak berusia 3 bulan hingga 6 tahun. Pada pertanyaan ini, kebanyakan responden tidak mengetahui tentang penyakit kejang
demam pada anak. Pertanyaan nomor 1 dan 2 ini dibuat sekadar hanya untuk memberikan pengenalan pada kasus yang telah dibahas dalam penelitian ini
kepada ibu sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan berikutnya. Secara umumnya, pengetahuan ibu mengenai pengetahuan umum tentang kejang demam
adalah cukup. Seterusnya pada pertanyaan 3 yang mengenai penyebab kejang demam,
paling banyak responden menjawab benar yaitu 75 orang 75.0. Menurut Irdawati, 2009, telah menyatakan bahwa infeksi seperti infeksi saluran pernafasan,
otitis media dan pneumonia dapat menyebabkan demam dan menimbulkan kejadian kejang demam pada anak. Pada pertanyaan ini, kebanyakan ibu tahu
bahwa infeksi dapat menyebabkan kejang demam pada anak. Pertanyaan nomor 4 dan 5 dipertanyakan persoalan mengenai gejala klinis kejang demam pada anak.
Sebanyak 72 orang 72.0 dan 68 orang 68.0 menjawab benar pada pertanyaan 4 dan 5. Menurut Sonja Lyons, 2013, menyatakan bahwa semasa anak
kejang demam akan mengalami penurunan kesadaran dan begitu juga menurut Gunawan, 2012, kejang berulang lebih dari satu kali dalam periode demam saat
kejang demam pertama. Pertanyaan nomor 6 dan 7 adalah mengenai faktor risiko terjadinya kejang
demam. Terdapat sebesar 20 orang 20.0 menjawab benar pada pertanyaan nomor 6 namun kebanyakannya menjawab tidak benar yaitu sebanyak 56 orang
56.0. Dari hasil penelitian yang saya telah lakukan, dapat dilihat bahwa kebanyakan ibu tidak mengetahui bahwa riwayat keluarga merupakan faktor
risiko terjadinya kejang demam. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Faudi et
Universitas Sumatera Utara
al., 2010, anak dengan riwayat kejang keluarga terdekat mempunyai risiko untuk menderita kejang demam 4,5 kali lebih besar dibandingkan yang tidak memiliki
riwayat keluarga. Sebanyak 54 orang 54.0 menjawab benar daripada responden yang menjawab tidak benar yaitu 32 orang 32.0 pada pertanyaan
nomor 7.Anak usia kurang dari dua tahun mempunyai risiko 4,43 kali lebih besar dibanding anak yang lebih dari dua tahun menurut penelitian yang dilakukan oleh
Amalia et al., 2013. Secara umumnya, pengetahuan ibu mengenai faktor risiko kejang demam adalah cukup.
Pertanyaan nomor 8 hingga 14 mengenai penanganan kejang demam, pengetahuan responden pada pertanyaan ini adalah cukup. Pada pertanyaan nomor
8, sebanyak 32 orang 32.0 telah menjawab benar pada pertanyaan nomor 8 tetapi kebanyakan ibu yang menjawab tidak tahu yaitu sebanyak 40 orang
40.0. Dengan ini, didapati bahwa kebanyakan ibu tidak mengetahui cara memposisikan kepala anak secara miring semasa mengalami kejang demam. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ling, 2000, yaitu dari 53 orangtua, hanya 17 29.3 orangtua memposisikan kepala anak sacara miring
selama kejang demam. Menurut Copovilla et al., 2009, anak yang mengalami kejang demam, posisi kepalanya harus dimiring supaya tidak terjadi aspirasi
lambung pada anak. Seterusnya, pada pertanyaan nomor 9, sebesar 63 orang 63.0 menjawab benar pada pertanyaan nomor 9. Anak yang mengalami kejang
demam harus dibaringkan pada tempat yang lapang seperti yang dinyatakan oleh Ngastiyah, 2005. Pada pertanyaan nomor 10, sebanyak 46 orang 46.0
menjawab benar. Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke NIH, 2014, menyatakan bahwa selama anak kejang demam tidak harus
menahan tangan dan kakinya. Hal ini disebabkan, tindakan ini dapat menyebabkan tulang anak patah Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014.
Pada pertanyaan nomor 11, kebanyakan ibu menjawab tidak benar yaitu 61 orang 61.0 namun yang menjawab benar adalah sejumlah 24 orang 24.0
saja. Hal ini disebabkan, kebanyakan ibu tidak mengetahui bahwa tidak harus memasukkan sesuatu benda ke dalam mulut ketika anak kejang demam. Dari
penelitian yang dilakukan oleh Oche, 2013, didapatkan bahwa sebanyak 74
Universitas Sumatera Utara
orangtua telah mencoba membuka dan memasukkan sendok ke dalam mulut anak sebagai salah satu cara untuk mencegah anak dari menggigit lidahnya.
MenurutMahmood et al., 2011, sewaktu anak kejang demam tidak harus memasukkan sesuatu benda ke dalam mulut anak. Hal ini disebabkan, benda yang
dimasukkan ke dalam mulut dapat menyebabkan luka dan sumbatan jalan napas anak Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2014. Seterusnya, dari tabel 5.3, didapati
pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pertanyaan nomor 12, yaitu sebanyak 87 orang 87.0, dimana anak yang kejang demam perlu
segera dibawa ke rumah sakit. Kebanyakan ibu mengambil tindakan segera dengan membawa anak mereka ke rumah sakit semasa mengalami kejang demam.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kayserili, 2008, sebanyak 78.1 orangtua segera membawa anak mereka ke rumah sakit daripada
melakukan penanganan di rumah. Dalam Konsensus Penatalaksanaan Kejang demam, telah dinyatakan bahwa anak yang mengalami kejang demam yang
berlangsung 5 menit atau lebih harus dibawa ke rumah sakit atau ke dokter. Pada pertanyaan nomor 13 sebanyak 71 orang 71.0 menjawab benar
dan sebesar 85 orang 85.0 menjawab benar pada pertanyaan 14. Menurut Capovilla et al., anak harus diberikan diazepam 0,5mgkg secara rektal jika kejang
demam masih berlanjutan lebih dari 2-3 menit. Menurut Siqueira, 2010, terapi antipiretik tidak dapat mencegah kekambuhan kejang demam namun dapat
mengurangi demam dan memperbaiki kondisi umum pasien. Akhirnya, pada soal mengenai komplikasi kejang demam yaitu pertanyaan nomor 15, sebesar 47 orang
47.0 menjawab dengan benar. Risiko terjadinya epilepsi pada pasien yang memiliki kejang demam pada pertama kali adalah antara 70 dan 85 menurut
Farrell, 2011.
Informasi yang diperoleh dapat memberikan pengaruh sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan. Antara sumber informasi
yang digunakan dalam penelitian saya adalah media cetak, media elektronik, tenaga kesehatan, teman dan keluarga serta lain-lain sumber seperti pengalaman
sendiri. Dalam penelitian ini, kebanyakan ibu yaitu sejumlah 35 orang 35.0 telah mendapatkan sumber informasi tentang kejang demam dari tenaga
Universitas Sumatera Utara
kesehatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hazaveh, 2011, dimana kebanyakan ibu mendapatkan informasi mengenai kejang demam
daripada dokter 32.0 dan perawat 15.0.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara keseluruhannya, tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam pada anak adalah baik.
2. Pengetahuan ibu mengenai penyebab kejang demam dimana sejumlah 75 orang 75.0 menjawab benar, sedangkan 9 orang 9.0 menjawab
tidak benar dan 16 orang 16.0 menjawab tidak tahu. 3. Pengetahuan ibu mengenai gejala klinis kejang demam pada anak adalah
baik 60.0. 4. Pengetahuan ibu mengenai faktor risiko kejang demam pada anak adalah
cukup 52.0.
Universitas Sumatera Utara
5. Pengetahuan ibu mengenai penanganan kejang demam pada anak adalah cukup 47.0.
6. Sumber informasi yang didapatkan oleh ibu mengenai kejang demam yang paling banyak adalah dari tenaga kesehatan.
6.2. Saran