PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN PASIEN TIDAK MAMPU PADA RS URIP SUMOHARJO DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN PASIEN TIDAK MAMPU PADA RS URIP SUMOHARJO DI KOTA BANDAR

LAMPUNG

Oleh

IMAM BUDIANTO

Kesehatan adalah hak konstitusional sebagaimana diatur dalam Amandemen Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 29 H yang menyebutkan bahwa

“...Setiap penduduk berhak atas pelayanan kesehatan” dengan

dikeluarkannya amandemen ini maka pelayanan kesehatan masuk dalam konstitusi negara dan juga untuk pertama kalinya negara menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak dari setiap warga negara yang harus dilaksanakan oleh pemerintah sebagai pengelola negara.

Berdasarkan Pasal 49 UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan disebutkan bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas penyelenggaraan upaya kesehatan. Adapun penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif. Sehingga menurut UU Kesehatan, pelaksanaan pelayanan kesehatan harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibandingkan dengan kepentingan lainnya

Penelitian ini berupaya mengungkapkan permasalahan mengenai aspek- aspek yuridis empiris tentang Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Pasien Tidak Mampu Pada Rumah Sakit Swasta di Kota Bandar Lampung. Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara dan mengumpulkan informasi terhadap pihak-pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan dengan Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Pasien Tidak Mampu Pada Rumah Sakit Swasta di Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa Rumah sakit sebagai sarana pelaksanaan pelayanan kesehatan dan tetap memperhatikan fungsi sosialnya, yaitu dengan menyediakan fasilitas untuk merawat pasien yang tidak


(2)

mampu sekurang – kurangnya 25 % dari kapasitas tempat tidur yang tersedia. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi warga yang tidak mampu itu sendiri dilakukan dengan cara memberikan keringanan biaya baik dari segi biaya pelayanan kesehatan, biaya rawat inap maupun dalam hal pemberian obat. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi pasien yang tidak mampu merupakan bagian dari tanggung jawab yang melekat pada setiap rumah sakit swasta yang ada di Indonesia, yang merupakan ikatan moral dan etika dari rumah sakit dalam membantu pasien khususnya yang tidak mampu/warga miskin untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan yang merata dan menyeluruh secara optimal.

Diharapkan dalam kedepannya pelaksanaan pelayanan kesehatan pasien tidak mampu di rumah sakit swasta di Kota Bandar Lampung tidak lagi terjadi hal nondiskriminatif antara warga yang mampu dengan warga yang tidak mampu dalam hal pelaksanaan pelayanan kesehatan serta dibutuhkan saling koordinasi antara instansi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dengan pihak rumah sakit swasta agar dalam memberikan pengawasannya berupa pemantauan kinerja rumah sakit swasta dalam menjalankan pelayanan kesehatan pasien tidak mampu dapat berjalan sesuai yang diharapkan berdasarkan undang – undang yang berlaku.

Kata kunci : Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan, Pasien Tidak Mampu, Pada RS Urip Sumoharjo


(3)

(4)

PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN PASIEN TIDAK MAMPU PADA RS URIP SUMOHARJO DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(SKRIPSI)

IMAM BUDIANTO

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG


(5)

(6)

(7)

MOTO

Bagaimana kita bisa menjaga negara ini kalau kita sendiri tidak

bisa menjaga diri kita sendiri (kesehatan).


(8)

Persembahan

Kupersembahkan Skripsi ini kepada :

Kedua orang tua ku yang telah membimbingku dengan penuh cinta,

kasih sayang dan perhatian sehingga aku bisa meraih gelar sarjana.

Semua mbak

mbakku yang tersayang serta kedua adikku yang

tercinta yang selalu berdoa dan menemani keberhasilanku.

Keponanakku yang lucu dan imut Fatwa, Najwa, dan Annida yang

selalu membuatku tersenyum dikala melihat wajahnya yang lucu.

Seluruh sahabat yang aku sayangi yang selalu menjadi sosok dalam

berbagi baik suka maupun duka.

Seluruh teman

teman sejawat di Fakultas Hukum Universitas

Lampung yang menjadi inspirasi dalam meraih kesuksesan ini.


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Imam Budianto, Beragama Islam dan lahir di Bandar Lampung, pada tanggal 29 Agustus 1988. Penulis merupakan anak kesepuluh dari tiga belas bersaudara, yang merupakan pasangan dari Bapak Muslam Dan Ibu Suyati.

Penulis mengenyam pendidikan Sekolah Dasar Negeri 4 Penengahan Kedaton Bandar Lampung yang terselesaikan pada tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama Bina Mulya Kedaton Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2003, Sekolah Menengah Umum AL – AZHAR 3 Way Halim Bandar Lampung diselesaikan pada Tahun 2006. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan Diploma Satu di STBA (Sekolah Tinggi Bahasa Asing) TEKNOKRAT yang diselesaikan pada tahun 2008.

Kemudian pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Lampung dan untuk lebih mematangkan pengetahuannya di bidang Hukum yang diperoleh, penulis mengkonsentrsikan diri pada bagian Hukum Administrasi Negara. Pada tahun 2012, penulis sempat mengikuti Praktik Kerja Lapangan Hukum di Mahkamah Konstitusi dan Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.


(10)

SANWACANA

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia– Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsinya yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Terselesaikannya skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Pasien Tidak Mampu Pada Rumah Sakit Swasta Di Kota Bandar Lampung

merupakan sebagian dari ikhtiar penulis yang tidak luput dari bantuan, dukungan dan bimbingan baik moril ataupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini dan dengan segal kerenadahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. Yuswanto, S. H., M. Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar serta telah banyak memberikan arahan dan bimbingan selama dalam penulisa skripsi ini.

2. Bapak Samsir Syamsu, S. H., M. H., selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar serta telah banyak memberikan arahan dan bimbingan selama dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Sri Sulastuti, S. H., M. H., selaku Dosen Pembahas I yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Eka Deviani, S. H., M. H., selaku Dosen Pembahas II yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.


(11)

5. Bapak Heryanto, selaku Bidang Humas Pegawai Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan sedikit informasinya.

6. Ibu Dewi Ramtani, selaku Staf Bagian Apotik yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan sedikit informasinya mengenai pelayanan kesehatan di RS Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung.

7. Bapak Suyitno, selaku pasien RS Urip Sumoharjo yang bersedia meluangkan waktunya untuk menyampaikan hal – hal yang berkenaan dengan masalah pelayanan kesehatan di RS Urip Sumoharjo.

8. Bapak Dr. Heryandi, S. H., M. S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung..

9. Bapak Dr. Yuswanto, S. H., M. Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Lampung

10. Ibu Yulianeta, S. H., M. H., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Lampung.

11. Bapak Dr. Hamzah, S. H., M. H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Lampung.

12. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmunya selama penulis menuntut ilmu.

13. Seluruh Staf Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak memberikan bantuan, saran, dan motivasi kepada penulis.


(12)

14. Bapak dan Ibu, terima kasih banyak atas segala motivasi dalam penulisan skripsi ini serta telah membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang dan perhatiannya.

15. Seluruh keluarga besarku, terima kasih banyak terutama kepada semua mbak ku serta adik ku untuk semua kepercayaan, motivasi, harapan, dukungan, dan inspirasi serta doa yang diberikan selama ini kepada penulis.

16. Seluruh keponakanku yang masih kecil dan lucu Ftwa, Najwa, dan Annida yang selalu memberikan kebahagiaan tatkala melihat wajah mereka sedang tersenyum dan tertawa sehingga hilang segala beban yang ada dipikiran. 17. Para sahabatku dirumah semasa SD dan SMP yang selalu menemani baik

dalam suka maupun duka serta tempat berbagi inspirasi dan menjadi motivasi bagi penulis untuk selalu semangat dalam menjalani hidup serta meraih masa depan dan melangkah lebih maju.

18. Teman – teman setia seperjuangan yang lebih dulu menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Lampung Indra Zulfikar, Evita Ariestiana, Tiara Pratiwi, Sri Riski, Mad Rizwan, Ario Trisna Praja, Navo Abyan, Edi Kristiawan, Retno Anggraini, Dhika Adi Tama, Dhika Pratama Yudha, Aditya Shafryal, Jaka Permana, Septiawan Tri Wibowo, BZ. Marpiyani, Heru Marga Saputra, Fauzi Rahmat, dan seluruh Alumni Angkatan 2005, 2006, dan 2007 Fakultas Hukum Universitas Lampung yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

19. Terima kasih buat teman – teman seperjuanganku yang menjadi inspirasi dan motivasi dalam penyusunan skripsi Ukhuwasyah Hasby, Fredy Setiawan, Munadi Afrizal, dan Gilang Adi Nugroho atas segala saran dan masukannya


(13)

20. Almamterku tercinta Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Semoga kebaikan dan bantuan yang telah diberikan mendapat balasan pahala yang berlimpah dari Allah SWT dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Bandar Lampung, 20 April 2014

Penulis


(14)

DAFTAR ISI

ABSTRAK PENGESAHAN MENGESAHKAN RIWAYAT HIDUP MOTTO

PERSEMBAHAN SAN WACANA

Halaman

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Ruang Lingkup Permasalahan ... 9

1.4. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10

1.4.1. Tujuan Penelitian ... 10

1.4.2. Kegunaan Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Pengertian Pelayanan ... 11

2.2. Kesehatan Bagi Setiap Warga Negara ... 15

2.3. Pelayanan Kesehatan ... 17

2.4. Pasien Tidak Mampu ... 20

2.5. Teknis Administrasi... 22


(15)

III. METODE PENELITIAN... 28

3.1. Pendekatan Masalah... 28

3.2. Sumber Dan Jenis Data... 28

3.3. Metode Pengumpulan Data... 30

3.3.1. Pengumpulan Data... 30

3.3.2. Pengolahan Data... 30

3.4. Analisis Data... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 32

4.1. Gambaran Umum RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung ... 32

4.1.1. Sejarah RS Urip Sumoharjo ... 32

4.1.2. Susunan Pengurus PT. Gunung Sulah dan RS Urip Sumoharjo ... 34

4.1.3. Filosofi, Visi, Misi, Tujuan dan Budaya Kerja ... 35

4.1.3.1. Filosofi RS Urip Sumoharjo ... 35

4.1.3.2. Visi RS Urip Sumoharjo ... 35

4.1.3.3. Misi RS Urip Sumoharjo ... 36

4.1.3.4. Tujuan RS Urip Sumoharjo ... 36

4.1.3.5. Budaya Kerja RS Urip Sumoharjo ... 37

4.1.4. Nilai Dasar RS Urip Sumoharjo ... 37

4.1.5. Fasilitas Pelayanan ... 39

4.1.6. Program RS Urip Sumoharjo ... 43

4.1.7. Tenaga Medis ... 48

4.1.8. Daftar Rekanan Yang Sudah MoU/Bergabung Dalam Pelayanan Kesehatan... 51

4.2. Pengaturan Hukum Tentang Pelaksanaan Pelayanan


(16)

Di Kota Bandar Lampung ... 52

4.2.1. Dasar Hukum Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Pasien Tidak Mampu Pada Rumah Sakit Swasta Di Kota Bandar Lampung ... 52

4.2.2. Bentuk Pengaturan Hukum Tentang Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Pasien Tidak Mampu Pada Rumah Sakit Swasta Di Kota Bandar Lampung... 54

4.2.3. Tujuan Pengaturan Hukum Pelaksanaan Pelayanan Pasien Tidak Mampu Pada Rumah Sakit Swasta Di Kota Bandar Lampung ... 58

4.3. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Pasien Tidak Mampu Pada RS Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung ... 59

4.4. Faktor – faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Pasien Tidak Mampu Pada Di RS Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung ... 62

V. PENUTUP ... 67

5.1. Kesimpulan ... 67

5.2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA


(17)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam Amandemen Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 29 H yang menyebutkan bahwa “...Setiap penduduk berhak atas pelayanan kesehatan” dengan dikeluarkannya amandemen ini maka pelayanan kesehatan masuk dalam konstitusi negara dan juga untuk pertama kalinya negara menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak dari setiap warga negara yang harus dilaksanakan oleh pemerintah sebagai pengelola negara.

Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. Karena kesehatan adalah bagian dari jiwa manusia yang perlu dibangun dan dijaga agar pembangunan kesehatan dapat dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang.

Pihak pemerintah terutama pemerintah daerah bertanggung jawab besar terhadap peningkatan kualitas kesehatan masyarakatnya dan bertanggung


(18)

2

jawab atas penyelenggaraan upaya kesehatan dalam bentuk program - program pelayanan kesehatan masyarakat yang diadakan setiap daerah. Berdasarkan Pasal 49 UU No. 39 Tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas penyelenggaraan upaya kesehatan.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif. Sehingga menurut UU Kesehatan, pelaksanaan pelayanan kesehatan harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibandingkan dengan kepentingan lainnya. Kepentingan masyarakat dalam hal ini adalah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau dari segala aspek masyarakat. Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Bentuk dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleeh pemerintah bersama masyarakat terwujud salah satunya dalam bentuk pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Karena salah satu sarana pelayanan kesehatan yang mempunyai peran sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.1

1


(19)

3

Organisasi yang memberikan jasa pelayanan kesehatan salah satunya yaitu rumah sakit merupakan organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yaang permanen menyelenggarakan pelayanan kesehatan, memberikan pelayanan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

Rumah sakit merupakan pelaksanaan pelayanan kesehatan, selain itu rumah sakit juga menyelenggarakan pelaksanaan pelayanan administrasi, pendidikan, pemeliharaan sarana gedung, peralatan, dan perlengkapan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159.b /MENKES/PER/II/1988 tentang Rumah Sakit, pada Pasal 2 disebutkan bahwa :

1. Rumah sakit dapat dimiliki dan diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta.

2. Rumah sakit pemerintah dimiliki dan diselenggarakan oleh : a. Departement Kesehatan.

b. Pemerintah Daerah. c. ABRI.


(20)

4

3. Rumah sakit swasta dimiliki dan diselenggarakan oleh : a. Yayasan yang sudah disahkan oleh Badan Hukum. b. Badan hukum lain yang bersifat sosial.2

Rumah sakit merupakan lembaga dalam mata rantai Sistem Kesehatan Nasional dan mengemban tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, karena pembangunan dan penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit perlu diarahkan pada tujuan nasional dibidang kesehatan. Tidak mengherankan apabila bidang kesehatan perlu untuk selalu dibenahi agar bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang dimaksud tentunya adalah pelayanan yang cepat, tepat, murah dan ramah. Mengingat bahwa sebuah negara akan bisa menjalankan pembangunan dengan baik apabila didukung oleh masyarakat yang sehat secara jasmani dan rohani. Untuk mempertahankan pelanggan,pihak rumah sakit dituntut selalu menjaga kepercayaan konsumen secara cermat dengan memperhatikan kebutuhan konsumen sebagai upaya untuk memenuhi keinginan dan harapan atas pelayanan yang diberikan.

Konsumen rumah sakit dalam hal ini pasien yang mengharapkan pelayanan di rumah sakit, bukan saja mengharapkan pelayanan medis dan keperawatan tetapi juga mengharapkan kenyamanan, akomodasi yang baik dan hubungan harmonis antara staf rumah sakit dan pasien, dengan demikian perlu adanya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Selain itu,

2


(21)

5

pelayanan kesehatan juga harus memperhatikan segala aspek masyarakat termasuk masyarakat miskin atau tidak mampu.

Fungsi rumah sakit mulai muncul sebagai pusat kesehatan profesional, dengan tanggung jawab institusional bagi program pelayanan perawatan pasien yang terkoordinir dan dapat diidentifikasikan meliputi pengawasan kualitas, pendidikan, dan penelitian. Karena salah satu fungsi rumah sakit itu sendiri adalah diselenggarakan berasaskan Pancasila dan berdasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.

Dengan adanyan penjelasan tersebut di atas, maka secara jelas bahwa salah satu kewajiban rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan asas persamaan hak dan non diskriminatif terhadap warga miskin atau kurang mampu. Sebagaimana diatur dalam Pasal 2 UU No. 44 Tentang Rumah Sakit yang berbunyi : “ Rumah sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial ”.

Fungsi sosial tersebut harus tetap berjalan baik dari pihak rumah sakit pemerintah maupun pihak rumah sakit swasta. Karena rumah sakit saat ini memiliki fungsi yang sangat kompleks dan juga sangat membantu masyarakat dalam pelayanan kesehatan, baik itu rumah sakit swasta ataupun


(22)

6

rumahsakit daerah yang disediakan oleh negara khususnya pemerintah sebagai penyelenggara negara

Rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat mempunyai kewajiban – kewajiban yang harus dilaksanakan. Salah satu dari kewajiban rumah sakit adalah setiap rumah sakit harus melaksanakan fungsi sosialnya dengan antara lain menyediakan fasilitas untuk merawat penderita yang tidak atau kurang mampu. Rumah sakit pemerintah sekurang – kurangnya 75 % dari kapasitas tempat tidur yang tersedia, dan untuk rumah sakit swasta sekurang – kurangnya 25 % dari kapasitas tempat tidur yang tersedia.3

Fungsi dari pelaksanaan fungsi sosial rumah sakit swasta adalah supaya dapat mewujudkan derajat kesehatan yang merata dan menyeluruh secara optimal. Untuk pedoman dalam pelaksanaan fungsi sosial rumah sakit swasta, maka pemerintah menetapkan Permenkes RI No. 378/Menkes/Per/V/1993 tentang pelaksanaan fungsi sosial rumah sakit swasta. Rumah sakit swasta dapat dimiliki oleh yayasan, perhimpunan, perkumpulan sosial dan rumah sakit BUMN, ataupun pemilik modal.

Karena kesehatan merupakan kesejahteraan dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Beberapa upaya pelayanan kesehatan bagi warga miskin memerlukan penyelesaian menyeluruh dan perlu disusun secara strategis serta tindak pelaksanaan pelayanan kesehatan yang peduli terhadap warga miskin.

3


(23)

7

Pelayanan yang peduli terhadap warga miskin meliputi upaya – upaya seperti :

1) Membebaskan biaya kesehatan dan mengutamakan masalah – masalah kesehatan yang banyak di derita warga miskin.

2) Mengutamakan penanggulangan penyakit penduduk yang tidak mampu.

3) Meningkatkan penyediaan serta efektifitas berbagai pelayanan kesehatan masyarakat yang bersifat non persona, seperti penyuluhan kesehatan, regulasi pelayanan kesehatan termasuk penyediaan obat, keamanan, dan pengawasan kesehatan lingkungan dan keselamatan kerja.

4) Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan kepada warga tidak mampu.

5) Relokasi berbagai sumber daya yang tersedia dengan memprioritaskan daerah.

Pada Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 28H dan Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan sudah secara tegas menyatakan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain itu, Undang – Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit juga merupakan faktor pendukung dalam hal memberikan pelayanan bagi warga yang tidak mampu. Adapun juga Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 34 menyebutkan bahwa : “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Hal ini menjadi bukti acuan bahwa warga miskin


(24)

8

yang tidak mampu memang sudah menjadi perhatian khusus bagi pemerintah termasuk dalam hal memberikan pelayanan kesehatan.

Karena setiap indiviu, keluarga, dan masyarakat Indonesia berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya termasuk bagi warga yang kurang mampu. Negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhnya hak hidup sehat bagi setiap penduduknya tidak terkecuali masyarakat miskin dan tidak mampu.

Masyarakat miskin biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan lingkungan dan perumahan yang saling berhimpitan, perilaku hidup bersih masyarakat yang kurang membudaya, pengetahuan terhadap kesehatan yang masih minin, serta pendidikan yang umumnya masih rendah..

Penulis memilih pembahasan mengenai pelaksanaan pelayanan kesehatan pasien tidak mampu pada rumah sakit swasta berdasarkan Permenkes RI Nomor : 378/MENKES/PER/V/1993, guna mengetahui lebih jelas tentang bagaimana penerapan Permenkes RI Nomor : 378/MENKES/PER/V/1993 di RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung.

Dalam penelitian ini, penulis memilih studi penelitian di RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung, untuk mengetahui sejauh mana RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung sebagai rumah sakit swasta yang melaksanakan pelayana kesehatan pasien tidak mampu sebagaimana penerapan Permenkes RI No. 378/MENKES/PER/V/1993 tentang Fungsi Sosial Rumah Sakit Swasta.


(25)

9

Dengan memperhatikan latar belakang serta adanya masalah pada uraian di atas , maka peneliti merasa tertarik dan merasa perlu melakukan penelitian tentang pelaksanaan pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Swasta di Kota Bandar Lampung khususnya bagi pasien tidak mampu.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi pasien yang tidak mampu pada Rumah Sakit Swasta di Kota Bandar Lampung? 2. Apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam

pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi warga yang tidak mampu pada Rumah Sakit Swasta di Kota Bandar Lampung?

1.3.Ruang Lingkup Permasalahan

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah rumah sakit swasta yang ada di Kota Bandar Lampung dengan objek penelitian berupa pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi warga yang tidak mampu. Kajian selanjutnya tentang pelayanan kesehatan bagi warga yang tidak mampu di rumah sakit swasta ini adalah mengenai proses pelayanan kesehatan bagi warga yang tidak mampu.


(26)

10

1.4. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Mengetahui pelaksanaan pelayanan kesehatan terhadap pasien yang tidak mampu pada Rumah Sakit Swasta di Kota Bandar Lampung. b. Mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan

bagi warga yang tidak mampu pada Rumah Sakit Swasta di Kota Bandar Lampung.

1.4.2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu sumbangan pemikiran yang bermanfaat untuk mengidentifikasi tentang masalah – masalah yang timbul dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi warga yang tidak mampu pada Rumah Sakit Swasta khususnya di Kota Bandar Lampung.

b. Kegunaaan praktis, yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu sumbangan pemikiran yang bermanfaat oleh pihak pemerintah dalam hal menjalankan pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi warga yang tidak mampu di Kota Bandar Lampung.

c. Dan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian – penlitian selanjutnya.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pelayanan

Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang dimana dalam kehidupannya tak lepas dari manusia lainnya atau dalam memenuhi kebutuhan hidupnya membutuhkan orang lain. Berkaitan dengan pelayanan terdapat dua istilah yang perlu diketahui yaitu melayani dan pelayanan. Pengertian melayani adalah “membantu menyiapkan apa yang dibutuhkan atau diperlukan seseorang”. Sedangkan pengertian pelayanan ialah “usaha yang melayani kebutuhan orang lain”.

Pelayanan dapat diidentifikasikan yaitu suatu kegiatan yang bertujuan membantu menyiapkan atau mengurus apa yang dibutuhkan oleh orang lain. Pelayanan umum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) diartikan sebagai memberikan sesuatu kepada seseorang dalam bentuk jasa.

Definisi selanjutnya yang dimaksud dengan pelayanan umum menurut Keputusan Menteri Penerapan Aparatur Negara No. 36/2003 adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat, daerah, dan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang ataupun jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang – undangan.


(28)

12

Mengikuti definisi diatas, pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, daerah, dan juga di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau daerah wajib memenuhi kebutuhan dalam pelayanan bagi seluruh masyarakat.1

Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakannya, pelayanan publik atau pelayanan umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi privat, adalah semua penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh swasta, seperti misalnya rumah sakit swasta, perusahaan pengangkutan milik swasta.

b. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi public, yang dapat dibedakan lagi menjadi :

1) Bersifat primer dan, adalah semua penyediaan barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah yang di dalamnya pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara dan pengguna/klien mau tidak mau harus memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di kantor imigrasi, pelayanan penjara dan pelayanan perizinan.

1 Imawan. 2005.

Pelayanan Publik di Indonesia. Pustaka Pelajar : Yogyakarta., Hlm 6


(29)

13

2) Bersifat sekunder, adalah segala bentuk penyediaan barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi yang di dalamnya pengguna/klien tidak harus mempergunakannya karena adanya beberapa penyelenggara pelayanan.

Efektifitas pelayanan publik adalah taraf tercapainya hasil suatu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Efektifitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan outputnya.2

Substansi pelayanan publik selalu dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pelayanan publik ini menjadi semakin penting karena senantiasa berhubungan dengan khalayak masyarakat ramai yang memiliki keaneka ragaman kepentingan dan tujuan.

Oleh karena itu institusi pelayanan publik dapat dilakukan oleh pemerintah maupun non-pemerintah. Jika pemerintah, maka organisasi birokrasi pemerintahan merupakan organisasi terdepan yang berhubungan dengan pelayanan publik. Dan jika non-pemerintah, maka dapat berbentuk organisasi partai politik, organisasi keagamaan, lembaga swadaya masyarakat maupun organisasi-organisasi kemasyarakatan yang lain.3

2 Ibid. Hlm 8 3


(30)

14

Salim & Woodward (1992:34) menjelaskan tentang ekonomi (economic),

efisiensi (efficiency), efektivitas (effectiveness) dan keadilan (equity) dalam hal penyelenggaraan pelayanan publik yaitu4 :

a. Ekonomis atau Economic adalah penggunaan sumberdaya yang sesedikit mungkin dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik.

b. Efisiensi atau Efficiency adalah suatu keadaan yang menunjukkan tercapainya perbandingan terbaik antara masukan dan keluaran dalam suatu penyelenggaraan pelayanan publik.

c. Efektivitas atau Effectiveness adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi.

d. Keadilan atau Equity adalah pelayanan publik yang diselenggarakan dengan memperhatikan aspek-aspek kemerataan.

Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2004 menjelaskan beberapa Prinsip Pelayanan Publik yang antara lain yaitu kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggung jawab, kelengkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan serta kenyamanan.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2004 mengenai beberapa Standar Pelayanan Publik yang antara lainnya ialah prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya pelayanan, produk pelayanan, sarana dan prasarana serta kompetisi petugas pemberi pelayanan.

4 Salim & Woodward. 1992.

Analisis Pelayanan Publik. Pustaka Pelajar : Yogyakarta., Hlm 34


(31)

15

Oleh karena itu, sudah jelas bahwa pelayanan memegang peranan penting dalam penyelenggaraan pemerintah baik itu di kota maupun di desa/kabupaten. Dengan adanya penjelasan di atas maka masyarakat dapat seharusnya dengan mudah memperoleh pelayanan publik khususnya dalam hal pelayanan kesehatan dan terutama bagi warga yang kurang mampu.

2.2. Kesehatan Bagi Setiap Warga Negara

Jaminan kesehatan bagi setiap warga negara memang sudah diatur dalam Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 28H yang berbunyi “setiap warga negara berhak mendapat jaminan kesehatan”, yang dimana setiap warga negara berhak memperoleh jaminan dan pelayanan kesehatan. Menurut pengertian tersebut individu maupun kelompok ataupun elemen lainnya jika menerima hak hendaknya dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain jadi harus pihak yang menerimannya lah yang melakukan itu.

Dari pengertian yang lain hak bisa berarti sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunanya tergantung kepada kita sendiri contohnya hak mendapatkan jaminan kesehatan. Dengan mengingat kesehatan mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat, maka dalam hal ini pemerintah berperan penting dalam hal penjaminan kesehatan serta memberikan pelayanan bagi setiap warga negaranya dan pemerintah juga diharuskan menciptakan suatu pembangunan kesehatan yang memadai sebagai upaya perbaikan terhadap buruknya tingkat kesehatan selama ini.


(32)

16

Karena kesehatan memegang peranan penting dalam keberlangsungan hidup manusia sehingga penjaminan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah harus bersifat universal tanpa ada pengecualian. Dengan begitu, setiap masyarakat dapat merasakan penjaminan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah secara merata dan adil, sebagaimana diatur diatur dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Berdasarkan Undang – Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan telah digariskan bahwa kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan agar dapat sesuai dengan cita – cita bangsa Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang – Undang Dasar 1945, melalui pembangunan nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila untuk pembangunan kesehatan yang diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan yang besar bagi artinya bagi pengembangan dan juga pembinaan Sumber Daya Manusia yang ada di Negara Republik Indonesia juga sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional.

Pembangunan kesehatan memiliki suatu tujuan yang telah tertera dalam GBHN adalah meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat dan mengatasi masalah kesehatan terutama melalui upaya pencegahan dan peningkatan pemerataan pelayanan agar dapat terjangkau oleh masyarakat sampai pelosok pedesaan.


(33)

17

2.3. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya. Karena penyelenggaraan kesehatan yang dilakukan pemerintah. Sesuai dengan peraturan Undang – Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Pelayanan Kesehatan. Agar penyelenggaraan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diharapkan maka pelayanan harus memenuhi syarat standar yang diantaranya; tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai dan dijangkau, dan bermutu.

Dalam hal ini, pelayanan kesehatan harus dapat bisa memberikan pelayanan yang sesuai dan dibutuhkan oleh masyarakatnya serta dalam pelaksanaannya tidak ada unsur diskriminasi di dalamnya. Pelayanan kesehatan yang merata adalah pelayanan kesehatan yang dalam proses pelaksanaannya dapat menjangkau segala aspek kalangan, baik itu kalangan warga yang mampu maupun kalangan warga yang tidak mampu sehingga pelaksanaan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh setiap warga negaranya.

Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk menjalankan otonomi seluas-luasnya yaitu untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan, dalam Pasal 13 Ayat (1), Butir (e) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa penanganan bidang kesehatan


(34)

18

merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi.

Dengan demikian dalam menangani bidang kesehatan, situasi, kondisi dan potensi daerah perlu diakomodasi dalam rangka melaksanakan pembangunan kesehatan agar lebih efesien. Pasal 22, Ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004, menyebutkan bahwa dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan. Karena mengingat kesehatan mempunyai pengaruh penting dalam hal keberlangsungan sumber daya manusia yang dapat menjadi barometer daya saing manusia tersebut maka kesehatan menjadi syarat utama yang harus diperhatikan oleh pemerintah pusat terutama pemerintah kota/kabupaten. Apabila dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan yang dilakukan pemerintah menurun dan kurang baik maka akan mempengaruhi sumber daya manusia sehingga berdampak pada menurunya tingkat daya saing manusia itu sendiri.

Masyarakat yang memiliki tingkat kesehatan yang tinggi maka masyarakatnya juga dapat memiliki tingkat daya saing yang tinggi pula dengan masyarakat yang lainnya. Oleh karena itu, pelaksanaan pelayanan kesehatan harus ditingkatkan dan dijaga kualitasnya agar masyarakatnya dapat menikmati derajat kesehatan yang tinggi. Adapun bentuk – bentuk program pelayanan kesehatan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat yang diantaranya yaitu Jamkesta, Jamkesda, Askes, Posyandu, Puskesmas Keliling dan Unit Pelayanan Kesehatan Terpadu (UPKT).


(35)

19

Dengan adanya bentuk – bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan pemerintah tersebut diatas, maka seharusnya masyarakat dengan mudah mengakses pelayanan kesehatan dan dapat menerima serta merasakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah dalam bentuk program pelayanan kesehatan bagi setiap masyarakatnya tanpa terkecuali sekalipun. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan juga harus memperhatikan warga yang tidak mampu.

Karena setiap individu, keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk masyarakat miskin dan tidak mampu. Upaya mewujudkan hak tersebut pemerintah harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang merata, adil dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

Untuk itu pemerintah perlu melakukan upaya-upaya untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.5

Keluarga miskin amatlah komplek, karena adanya banyak faktor yang perlu diperhatikan dan sifatnya multidimensional, yang artinya dikarenakan kebutuhan manusia itu banyak. Maka pengertian keluarga miskin dapat

5


(36)

20

dilihat dari pengertian kemiskinan itu sendiri, yang juga meliputi banyak aspek seperti6 :

a. Kemiskinan primer, adalah kemiskinan yang disebabkan oleh miskinnya sumber daya produksi, miskin organisasi sosial politik, dan miskin pengetahuan dan keterampilan.

b. Kemiskinan sekunder, adalah kemiskinan yang disebabkan oleh miskinnya jaringan sosial, sumber keuangan dan informasi.

Setiap peserta mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan meliputi: pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kelas III dan pelayanan gawat darurat. Manfaat jaminan yang diberikan kepada peserta dalam bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) berdasarkan kebutuhan medik sesuai dengan Standar Pelayanan Medik. Fasilitas kesehatan lanjutan penerima rujukan wajib merujuk kembali peserta disertai jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan jika secara medis peserta sudah dapat dilayani di Fasilitas kesehatan yang merujuk.

2.4. Pasien Tidak Mampu

Pengertian pasien tidak mampu adalah dimana kondisi fisik masyarakat yang tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan pemukiman yang jauh di bawah

6Joni Kurniawan Saputra, Pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Abdul Moeloek Bandar Lampung,(Lampung: Skripsi Fakultas Hukum Univ.Lampung,2012),Hlm. 17


(37)

21

standar kelayakan serta mata pencaharian yang tidak menentu yang mencakup seluruh multidimensi, yaitu dimensi politik, dimensi sosial, dimensi lingkungan, dimensi ekonomi dan dimensi asset.

Penggolongan warga miskin didasarkan pada suatu standart tertentu yaitu dengan membandingkan tingkat pendapatan orang atau keluarga dengan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum. Berdasarkan kriteria ini, maka dapat dikenal dengan warga miskin absolut dan warga miskin relatif. Warga miskin absolut adalah mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok minimum, sedangkan komunitas yang termasuk dalam warga miskin relatif adalah mereka yang memilki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum tetapi secara relatif mereka masih di bawah rata – rata pendapatan masyarakat yang ada disekitarnya.

Indikator warga miskin/pasien kurang mampu pada satu rumah tangga yang ditentukan Badan Pusat Statistik7 :

a) Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m² per orang.

b) Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

c) Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa plester.

7

http://masyarakatmiskin.blogspot.com/2011/02/pengertian-masyarakat-miskin.html diakses tanggal 18 Desember 2013 jam 11:00


(38)

22

d) Tidak memiliki fasilitas buang air besar atau bersama – sama dengan rumah tangga lain.

e) Sumber peneranggan rumah tangga tidak menggunakan listrik. f) Sumber

g) air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindungi/sungai/air hujan.

h) Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. i) Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

j) Hanya sanggup makan satu/dua kali sehari.

k) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan Puskesmas atau Poliklinik. l) Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas

lahan 0,5 Ha, buruh tani, nelayan, buruh perkebunan atau pekerja lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000,-

m) Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga adalah tidak sekolah atau tidak tamat SD/hanya SD.

2.4. Teknis Administrasi

Dalam hal ini, yang menjadi teknis administrasi adalah Dinas Kesehatan yang dimana mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan provinsi di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah


(39)

23

kepada gubernur serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang diterapkan oleh gubernur berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku. 8

Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :

a) Perumusan kebijakan kesehatan skala provinsi, pengaturan, perencanaan dan penetapan standar/pedoman;

b) Pengelolaan dan pemberian izin sarana dan prasarana kesehatan khusus seperti Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Kusta dan Rumah Sakit Kanker;

c) Sertifikasi teknologi kesehatan dan gizi;

d) Survailans Epidemiologi serta penanggulangan wabah penyakit dan kejadian luar biasa;

e) Penempatan Tenaga Kesehatan strategis, pemindahan tenaga kesehatan tertentu antara kabupaten/kota serta penyelenggaraan pendidikan tenaga dan pelatihan kesehatan;

f) Pemberian, pengendalian, pengawasan dan koordinasi;

g) Penyelenggaraan upaya kesehatan berskala povinsi dan yang belum dapat diselenggarakan oleh kebupaten/kota;

h) Pelayanan adminitratif.

2.5. Institusi Teknis Pelayanan Kesehatan

Adapun disini yang merupakan sebagai institusi teknis pelayanan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi

8

.Peraturan Daerah Provinsi Lampung No 13 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Lampung.Hlm 7


(40)

24

masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi – tingginya.

Karena rumah sakit merupakan organiasi yang memberikan jasa pelayanan kesehatan dengan melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

Salah satu pelayanan yang diberikan pemerintah dalam bidang kesehatan adalah penyediaan jasa kesehatan pada rumah sakit yang ada di setiap lingkup daerah. Rumah sakit saat ini memiliki fungsi yang sangat kompleks dan juga sangat membantu masyarakat dalam pelayanan kesehatan, baik itu rumah sakit swasta maupun rumah sakit daerah yang disediakan oleh negara khususnya pemerintah sebagai penyelenggara negara.

Rumah sakit disamping mengacu pada pelayanan sosial kemanusiaan secara faktual. Fungsi rumah sakit mulai muncul sebagai pusat kesehatan profesional dengan tanggung jawab instititusional bagi program pelayanan perawatan pasien yang terkoordinir dan dapat diidentifikasikan meliputi pengawasan kualitas, pendidikan dan penelitian.


(41)

25

Dalam peraturan Undang – Undang No. 44 Tahun 2009 Pasal 1 tentang Rumah Sakit menyebutkan bahwa “Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat ”.

Dan yang dimaksud pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).

Rumah sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan fungsi sosial adalah menjalankan kewajiban sebagai pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat secara menyeluruh terutama bagi warga yang tidak mampu atau warga miskin, baik itu rumah sakit daerah maupun rumah sakit swasta.

Karena yang menjadi tugas pokok dari rumah sakit ialah memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, sebagaimana telah diatur dalam Pasal 4 UU NO. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Untuk menjalankan tugasnya sebagaimana diatur dalam Pasal 4 UU No. 41 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, maka rumah sakit mempunyai fungsi sebagai berikut :


(42)

26

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Biasanya rumah sakit melayani hampir seluruh penyakit umum dan memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang gawat darurat) untuk mengatasi bahaya dalam secepatnya dan memberikan pertolongan pertama. Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang mudah ditemui di suatu negara, dengan kapasitas rawat inap sangat besar untuk perawatan intensif ataupun jangka panjang. Rumah sakit jenis ini juga dilengkapi dengan fasilitas bedah, bedah plastik, ruang bersalin, laboratorium, dan sebagainya.

Tetapi kelengkapan fasilitas ini bisa saja bervariasi sesuai kemampuan penyelenggaranya. Rumah sakit yang sangat besar sering disebut Medical Center (pusat kesehatan), biasanya melayani seluruh pengobatan modern.


(43)

27

Sebagian besar rumah sakit di Indonesia juga membuka pelayanan kesehatan tanpa menginap (rawat jalan) bagi masyarakat umum (klinik). Biasanya terdapat beberapa klinik/poliklinik di dalam suatu rumah sakit.

Selain dari tugas dan fungsi diatas, rumah sakit juga memiliki kewajiban dan adapun kewajiban dari rumah sakit yaitu sebagai berikut :

a. Memberikan informasi yang benar

b. Pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan tidak diskriminasi c. Pelayanan kesehatan gawat darurat

d. Menyediakan sarana pelayanan kesehatan untuk orang miskin, ambulans gratis.

e. Melaksanakan standar mutu pelayanan f. Rekam medis

g. Sistem rujukan

h. Menyediakan sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, ruang ibu menyusui.

i. Informasi

j. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien k. Memberi bantuan hukum bagi semua petugas l. Kawasan tanpa asap rokok.


(44)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Penelitian ini berupaya mengungkapkan permasalahan mengenai aspek- aspek yuridis empiris tentang Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Pasien Tidak Mampu Pada Rumah Sakit Swasta di Kota Bandar Lampung. Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara dan mengumpulkan informasi terhadap pihak-pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan dengan Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Pasien Tidak Mampu Pada Rumah Sakit Swasta di Kota Bandar Lampung.

3.2 Sumber dan Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data lapangan dan data kepustakaan. Sedangkan jenis data dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.

1) Data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti Data primer ini didapat dari penelitian lapangan yang berupa keterangan dari aparat yakni data yang didapat dari keterangan atau penjelasan yang diperoleh langsung dari pihak-pihak yang berhubungan dengan Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Pasien Tidak Mampu Pada Rumah Sakit Swasta di Kota Bandar Lampung.


(45)

2) Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan cara mengutip, menelaah dan mencatat bahan-bahan peraturan dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Data sekunder ini terdiri dari:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat1 antara lain :

a) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah b) Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

c) Undang – Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer berupa Peraturan Pemerintah, Rancangan Undang-Undang, Buku-buku, Literatur maupun data-data lainnya.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum lain yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan hukum sekunder, seperti hasil penelitian, Kamus Besar Bahasa Indonesia, artikel-artikel di internet dan bahan-bahan lain yang sifatnya karya ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

3.3. Metode Pengumpulan Data dan Metode Pengelolaan Data 3.3.1. Pengumpulan Data

1


(46)

Dalam rangka pengumpulan data yang akurat dalam penelitian ini ditempuh prosedur sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Studi Lapangan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung pada tempat atau objek penelitian. Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara yang dilakukan terhadap para pihak-pihak yang berkaitan.

3.3.2. Pengolahan Data

Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Rekonstruksi Data (reconstrusion), yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan dan logis, sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.

b. Editing Data, yaitu pemeriksaan data yang terkumpul yang sudah dianggap lengkap, relevan dan jelas.

c. Sistematika data (systematizing), yaitu penempatan data menurut kerangka sistematika pokok bahasan berdasarkan urutan masalah.


(47)

3.4. Analisis Data

Data yang telah terkumpul dan tersusun secara sistematis kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu mengungkapkan dan memahami kebenaran masalah serta pembahasan dengan menafsirkan data yang diperoleh kemudian menuangkannya dalam bentuk kalimat yang tersusun secara terinci dan sistematis yang mengacu pada perundang-undangan yang berlaku.

Dari analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan secara induktif, yaitu cara berfikir dalam mengambil suatu kesimpulan secara umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus sebagai jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.


(48)

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulannya adalah sebagai berikut :

1) Pelaksanaan pelayanan kesehatan pasien tidak mampu di RS Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung adalah kewajiban konstitusi sebagaimana diatur dalam Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang saat ini telah berjalan dengan baik secara efektif dan efisien sesuai dengan harapan dari semua pihak. Selain itu pula, adanya percepatan dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan baik dari segi kebutuhan obat maupun dari segi menangani perawatan pasien tidak mampu di RS Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung.

Karena masih didapati kebutuhan obat yang tidak tersedia di apotik rumah sakit sehingga pasien diharuskan menggunakan obat paten yang harganya jauh lebih mahal dari obat generik yang memang dikhususkan untuk pasien yang tidak mampu walaupun pihak rumah sakit telah memberikan keringanan dengan cara diangsur. Dari segi penangganan perawatan pasien tidak mampu juga perlu diperbaiki supaya tidak ada lagi pembeda – bedaan dalam hal status sosial masyarakat.


(49)

67

2) Dalam penerapan pelaksanaan pelayanan kesehatan pasien tidak mampu di RS Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung adapun faktor pendukung dan penghambat yang diantaranya yaitu :

a. Faktor pendukung

Yang menjadi faktor pendukung adalah sebagaimana diatur dalam Permenkes RI No. 378/MENKES/PER/V/1993 Tentang Pelaksanaan Fungsi Sosial Rumah Sakit Swasta yang meliputi penyediaan dan penggunaan sejumlah tertentu dari tempat tidur untuk perawatan kelas III/kelas terendah, pembebasan biaya pelayanan kesehatan bagi pasien tidak mampu dan adanya pengaturan tarif pelayanan yang memberikan keringanan bagi warga yang tidak mampu. RS Urip Sumoharjo dalam melaksanakan pelayanan kesehatan pada pasien tidak mampu merupakan salah satu tanggung jawab yang melekat dan merupakan ikatan moral dan etika bagi RS Urip Sumoharjo dalam membantu pasien khususnya pasien kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan.

b. Faktor penghambat

Dalam penerapan pelaksanaan pelayanan kesehatan pasien tidak mampu di RS Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung masih banyak faktor hambatan yang dialami baik dari segi teknis maupun dari segi administratif. Dari segi teknis seperti kurangnya pengawasan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung terhadap jalannya program pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi pasien tidak mampu di rumah sakit swasta khususnya di RS Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung.


(50)

68

Sedangkan dari segi teknis lainnya yaitu berupa minimnya dana dalam menjalankan pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi pasien tidak mampu di rumah sakit swasta sehingga dalam pelaksanaannya kurang optimal. Karena rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang mandiri tanpa ada donatur lain, artinya dana diperoleh melalui biaya pelayanan kesehatan yang dibayar pasien kepada pihak rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang optimal.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :

1) Diharapkan pelaksanaan pelayanan kesehatan pasien tidak mampu di rumah sakit swasta di Kota Bandar Lampung tidak lagi terjadi hal nondiskriminatif antara warga yang mampu dengan warga yang tidak mampu dalam hal pelaksanaan pelayanan kesehatan serta dibutuhkan saling koordinasi antara instansi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dengan pihak rumah sakit swasta agar dalam memberikan pengawasannya berupa pemantauan kinerja rumah sakit swasta dalam menjalankan pelayanan kesehatan pasien tidak mampu dapat berjalan sesuai yang diharapkan berdasarkan undang – undang yang berlaku.

2) Diharapkan pihak rumah sakit swasta dapat menyediakan obat dengan harga yang terjangkau bagi pasien kurang mampu.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Referensi

Kansil, CST. 1991. Pengantar Hukum Kesehatan Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta

Imawan, 2005. Pelayanan Publik di Indonesia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Skripsi Joni Kurniawan Saputra. 2012. Pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.

Salim & Woodward. 1992. Analisis Pelayanan Publik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Tafsiran Lenvinne. 1990. Responsiveness, Responsibility, Accountability. Free Print Mobile Colletions Report Document.

Tafsiran Zeithaml, Parasuraman, And Berry. 1990. Delivering Quality Service : Balancing Customer Perception and Expectation. Jurnal of Marketing Vol. 49

Buku Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung 2009

Peraturan – peraturan lainnya

Undang – Undang Dasar Republik Indonesia 1945

Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


(52)

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 378/Menkes/PER/V/1993 Tentang Pelaksanaan Fungsi Sosial Rumah Sakit Swasta

Internet

www.google.com

http://www.uripsumoharjo.com/home

Pengertian Tentang Rumah Sakit

Pengertian Tentang Warga Miskin

http://www.antikorupsi.org/id/content/rumah-sakit-belum-berpihak-kepada-pasien-miskin, diakses tanggal 18 Desember 2013 jam 09.30

http://masyarakatmiskin.blogspot.com/2011/02/pengertian-masyarakat-miskin.html Pengertian Pasien tidak Mampu, diakses tanggal 18 Desember 2013 jam 11:00


(1)

3.4. Analisis Data

Data yang telah terkumpul dan tersusun secara sistematis kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu mengungkapkan dan memahami kebenaran masalah serta pembahasan dengan menafsirkan data yang diperoleh kemudian menuangkannya dalam bentuk kalimat yang tersusun secara terinci dan sistematis yang mengacu pada perundang-undangan yang berlaku.

Dari analisis tersebut kemudian ditarik kesimpulan secara induktif, yaitu cara berfikir dalam mengambil suatu kesimpulan secara umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus sebagai jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.


(2)

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulannya adalah sebagai berikut :

1) Pelaksanaan pelayanan kesehatan pasien tidak mampu di RS Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung adalah kewajiban konstitusi sebagaimana diatur dalam Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan yang saat ini telah berjalan dengan baik secara efektif dan efisien sesuai dengan harapan dari semua pihak. Selain itu pula, adanya percepatan dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan baik dari segi kebutuhan obat maupun dari segi menangani perawatan pasien tidak mampu di RS Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung.

Karena masih didapati kebutuhan obat yang tidak tersedia di apotik rumah sakit sehingga pasien diharuskan menggunakan obat paten yang harganya jauh lebih mahal dari obat generik yang memang dikhususkan untuk pasien yang tidak mampu walaupun pihak rumah sakit telah memberikan keringanan dengan cara diangsur. Dari segi penangganan perawatan pasien tidak mampu juga perlu diperbaiki supaya tidak ada lagi pembeda – bedaan dalam hal status sosial masyarakat.


(3)

67

2) Dalam penerapan pelaksanaan pelayanan kesehatan pasien tidak mampu di RS Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung adapun faktor pendukung dan penghambat yang diantaranya yaitu :

a. Faktor pendukung

Yang menjadi faktor pendukung adalah sebagaimana diatur dalam Permenkes RI No. 378/MENKES/PER/V/1993 Tentang Pelaksanaan Fungsi Sosial Rumah Sakit Swasta yang meliputi penyediaan dan penggunaan sejumlah tertentu dari tempat tidur untuk perawatan kelas III/kelas terendah, pembebasan biaya pelayanan kesehatan bagi pasien tidak mampu dan adanya pengaturan tarif pelayanan yang memberikan keringanan bagi warga yang tidak mampu. RS Urip Sumoharjo dalam melaksanakan pelayanan kesehatan pada pasien tidak mampu merupakan salah satu tanggung jawab yang melekat dan merupakan ikatan moral dan etika bagi RS Urip Sumoharjo dalam membantu pasien khususnya pasien kurang mampu untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan.

b. Faktor penghambat

Dalam penerapan pelaksanaan pelayanan kesehatan pasien tidak mampu di RS Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung masih banyak faktor hambatan yang dialami baik dari segi teknis maupun dari segi administratif. Dari segi teknis seperti kurangnya pengawasan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung terhadap jalannya program pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi pasien tidak mampu di rumah sakit swasta khususnya di RS Urip Sumoharjo Kota Bandar Lampung.


(4)

68

Sedangkan dari segi teknis lainnya yaitu berupa minimnya dana dalam menjalankan pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi pasien tidak mampu di rumah sakit swasta sehingga dalam pelaksanaannya kurang optimal. Karena rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang mandiri tanpa ada donatur lain, artinya dana diperoleh melalui biaya pelayanan kesehatan yang dibayar pasien kepada pihak rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang optimal.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :

1) Diharapkan pelaksanaan pelayanan kesehatan pasien tidak mampu di rumah sakit swasta di Kota Bandar Lampung tidak lagi terjadi hal nondiskriminatif antara warga yang mampu dengan warga yang tidak mampu dalam hal pelaksanaan pelayanan kesehatan serta dibutuhkan saling koordinasi antara instansi Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung dengan pihak rumah sakit swasta agar dalam memberikan pengawasannya berupa pemantauan kinerja rumah sakit swasta dalam menjalankan pelayanan kesehatan pasien tidak mampu dapat berjalan sesuai yang diharapkan berdasarkan undang – undang yang berlaku.

2) Diharapkan pihak rumah sakit swasta dapat menyediakan obat dengan harga yang terjangkau bagi pasien kurang mampu.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Referensi

Kansil, CST. 1991. Pengantar Hukum Kesehatan Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta

Imawan, 2005. Pelayanan Publik di Indonesia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Skripsi Joni Kurniawan Saputra. 2012. Pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Abdoel Moeloek Bandar Lampung.

Salim & Woodward. 1992. Analisis Pelayanan Publik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Tafsiran Lenvinne. 1990. Responsiveness, Responsibility, Accountability. Free Print Mobile Colletions Report Document.

Tafsiran Zeithaml, Parasuraman, And Berry. 1990. Delivering Quality Service : Balancing Customer Perception and Expectation. Jurnal of Marketing Vol. 49

Buku Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung 2009

Peraturan – peraturan lainnya

Undang – Undang Dasar Republik Indonesia 1945

Undang – Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


(6)

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 378/Menkes/PER/V/1993 Tentang Pelaksanaan Fungsi Sosial Rumah Sakit Swasta

Internet

www.google.com

http://www.uripsumoharjo.com/home

Pengertian Tentang Rumah Sakit

Pengertian Tentang Warga Miskin

http://www.antikorupsi.org/id/content/rumah-sakit-belum-berpihak-kepada-pasien-miskin, diakses tanggal 18 Desember 2013 jam 09.30

http://masyarakatmiskin.blogspot.com/2011/02/pengertian-masyarakat-miskin.html Pengertian Pasien tidak Mampu, diakses tanggal 18 Desember 2013 jam 11:00