kecuali kota Pematang Siantar jumlah industrinya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
4.3. Analisis Hasil Penelitian
Adapun hasil analisis regresi terhadap model estimasi yang digunakan dalam penelitian ini, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Analisis dengan Metode FEM dan REM
Metode FEM Metode REM
Variable Coefficient Prob. Coefficient
Prob. C -0.289987
0.0256 -0.392626
0.0016 LPP? 0.023859
0.0000 0.023761
0.0000 LP? 0.004505
0.6859 0.012496
0.2257 I? 0.001093
0.0003 0.001556
0.0000 R-squared 0.997250
0.786631 F-statistic 951.7649
31.95162 ProbF-statistic 0.000000
0.000000 Keterangan :
Signifikan pada α = 1
Signifikan pada α = 5
Signifikan pada α = 10
Untuk menentukan secara tepat model yang akan digunakan apakah model fixed effect atau random effect maka dilakukan uji Hausmann. Uji Hausmann akan
memberikan penilaian dengan menggunakan Chi-square statistics sehingga keputusan pemilihan model dapat ditentukan secara benar. Hasil uji Hausmann
disajikan pada Tabel 4.8.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Hasil Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: POOL3 Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f.
Prob. Cross-section random
9.839709 3
0.0200
Berdasarkan uji hausman yang dilakukan, diperoleh Chi-Sq Statistik sebesar 9.84 yang signifikan pada tingkat signifikasi 5 9.35 maka model yang
lebih baik digunakan adalah model FEM. Dari hasil analisis dengan model FEM, maka diperoleh nilai koefisien
determinansi R
2
adalah sebesar 0.9973 artinya adalah bahwa secara keseluruhan variable bebas lpp, lp, i dapat menjelaskan variable terikat kpend sebanyak
99.73 dan sisanya yakni 0.27 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model persamaan atau dijelaskan oleh error µ.
Berdasarkan nilai F-statistik yakni sebesar 951.765, dengan tingkat signifikasi sebesar 0.0000
α = 1 dan F-tabel sebesar 4.64 F-hitung F-tabel menunjukkan bahwa secara bersamaan variabel bebas Pengeluaran Pemerintah,
Jumlah Siswa Tamat SMASederajat, Jumlah Industri secara bersama-sama mampu memberi pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat
Ketimpangan Pendapatan di tiap kota Sumatera Utara tahun 2003-2007 dengan tingkat kepercayaan 99.
Universitas Sumatera Utara
Analisis Pengeluaran Pemerintah
Variabel Pengeluaran Pemerintah memiliki hubungan yang positif terhadap Ketimpangan Pendapatan, yang artinya bahwa semakin besar
Pengeluaran Pemerintah akan menyebabkan semakin besar terjadinya Ketimpangan Pendapatan atau apabila variabel lainnya dianggap konstan, maka
kenaikan 1 Pengeluaran Pemerintah akan meningkatkan ketimpangan pendapatan sebesar 0.024 di tiap kota Sumatera Utara.
Dari persamaan diperoleh bahwa koefisien regresi sebesar 0.023859 dan nilai t-hitung sebesar 5.25, dengan tingkat signifikasi sebesar 0.0000
α = 1 dan t-tabel sebesar 2.78 t-hitung t-tabel. Hal ini berarti bahwa variabel
Pengeluaran Pemerintah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ketimpangan pendapatan di tiap kota Sumatera Utara.
Pengeluaran Pemerintah provinsi Sumatera Utara dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Besar kecilnya pengeluaran sangat
dipengaruhi atau sangat tergantung pada besar kecilnya penerimaan. Makin besar penerimaan maka pengeluaran semakin besar pula.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh yang positif terhadap ketimpangan pendapatan. Hal ini
terkait dengan fakta bahwa pengeluaran pemerintah untuk memperbaiki kemiskinan. Fakta ini menunjukkan bahwa kelompok penduduk yang
berpendapatan menengah dan penduduk paling kaya memperoleh manfaat yang relatif lebih besar dibandingkan dengan kelompok penduduk miskin, dan juga
pembangunan yang terlalu memfokuskan kepada pertumbuhan ekonomi tanpa
Universitas Sumatera Utara
berorientasi pada pemerataan, akan dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan antar daerah.
Hal ini juga terjadi disebabkan karena pertumbuhan ekonomi di tiap kota Sumatera Utara sangat tinggi, sedangkan pembangunan yang terlalu
memfokuskan kepada pertumbuhan ekonomi tanpa berorientasi pada pemerataan, akan dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan antar daerah. Hal ini
menunjukkan bahwa sebenarnya kebijakan pemerintah dalam hal pembangunan yang dilaksanakan pada tiap wilayah belum mampu meningkatkan pemerataan
pendapatan penduduk dengan baik.
Analisis Jumlah Siswa Tamat SMASederajat
Variabel Jumlah Siswa Tamat SMASederajat memiliki hubungan yang positif terhadap Ketimpangan Pendapatan, yang artinya bahwa semakin besar
jumlah siswa tamat SMASederajat akan menyebabkan semakin besar terjadinya Ketimpangan Pendapatan atau apabila variabel lainnya dianggap konstan, maka
kenaikan 1 jumlah siswa tamat SMASederajat akan menaikkan ketimpangan pendapatan sebesar 0.0045.
Dari persamaan diperoleh bahwa koefisien regresi sebesar 0.004505 dan nilai t-hitung sebesar 0.41 dan t-tabel sebesar 1.71 t-hitung t-tabel dengan
tingkat signifikasi sebesar 0.6859 α = 10. Hal ini berarti bahwa variabel
jumlah siswa tamat SMASederajat memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap ketimpangan pendapatan di tiap kota Sumatera Utara.
Analisis yang dapat diberikan sebagai alasan tidak signifikannya jumlah siswa tamat smasederajat adalah bahwa adanya dampak dari teori spread effect
Universitas Sumatera Utara
dan backwash effect artinya ada pergerakan besar atau keluarnya orang-orang yang memiliki kualitas baik dari wilayah yang kurang berkembang ke wilayah
yang lebih maju, sehingga dengan demikian akan berdampak buruk terhadap daerah yang ditinggal.
Hal ini selanjutnya mengungkapkan bahwa produktivitas tenaga kerja yang semakin tinggi akan menyebabkan kenaikan dalam pendapatan karena
pendidikan yang lebih tinggi, sehingga dengan demikian akan berpengaruh terhadap pemerataan pendapatan ketimpangan pendapatan terkait dengan teori
human capital. Dalam hal ini, tingkat pendidikan umumnya meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi.
Analisis Pesebaran Jumlah Industri BesarSedang
Variabel jumlah industri memiliki hubungan yang positif terhadap Ketimpangan Pendapatan, yang artinya bahwa semakin besarbanyak jumlah
indusri yang dimiliki suatu wilayah akan menyebabkan semakin tinggi terjadinya Ketimpangan Pendapatan pada daerah tersebut atau apabila variabel lainnya
dianggap konstan, maka kenaikan 1 jumlah industri akan menaikkan ketimpangan pendapatan sebesar 0.0011 .
Dari persamaan diperoleh bahwa koefisien regresi sebesar 0.001093 dan nilai t-hitung sebesar 4.33 dan t-tabel sebesar 2.78 t-hitung t-tabel dengan
tingkat signifikasi sebesar 0.0003 α = 1 . Hal ini berarti bahwa variabel jumlah
industri besarsedang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ketimpangan pendapatan di tiap kota Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
WilayahDaerah konsentrasi industri tinggi diasumsikan akan mempunyai kemajuan ekonomi yang lebih besar dibandingkan wilayahdaerah yang memiliki
konsentrasi industri yang lebih rendah atau daerah yang bukan konsentrasi industri. Oleh karena itu, wilayah dengan konsentrasi industri yang lebih tinggi
akan mempunyai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Industri cenderung mencari lokasi dengan tingkat upah tenaga kerja yang
lebih rendah dalam melakukan aktivitas ekonomi sedangkan tenaga kerja cenderung mencari lokasi dengan tingkat upah yang lebih tinggi. Adanya suatu
wilayah dengan tingkat upah yang tinggi mendorong tenaga kerja untuk terkonsentrasi pada wilayah tersebut.
Penyerapan tenaga kerja di Sumatera Utara masih tergolong rendah. Penyerapan tenaga kerja lokal hanya terkonsentrasi di beberapa wilayah saja.
Sumatera Utara merupakan provinsi yang ke 4 terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Besarnya
jumlah penduduk di Provinsi ini menyebabkan pengangguran juga semakin tinggi. Dalam hal ini besarbanyaknya jumlah industri belum tentu mencerminkan tingkat
penyerapan yang tinggi terhadap tenaga kerja. Industrialisasi dijalankan, faktor produksi yang paling berkuasa adalah
modal, Modal merupakan instrumen penting yang dianggap bisa menggerakkan investasi sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. Akibat dominasi modal
dibandingkan faktor produksi yang lain, setiap tetes penghasilan ekonomi yang diperoleh dari proses produksi sebagian besar akan jatuh pada pemilik modal
secara tidak proporsional. Pendeknya, jika keuntungan suatu perusahaan meningkat dalam kurun waktu tertentu, peningkatan laba tersebut hampir
Universitas Sumatera Utara
seluruhnya jatuh ke pemilik modal, sedangkan pemilik tanah tetap menikmati sewa seperti masa sebelumnya dan tenaga kerja juga harus menerima upah seperti
sediakala ketika keuntungan belum meningkat. Tentu saja hal ini bisa menjadi instrumen yang menyebabkan terjadinya
ketimpangan pendapatan antarmasyarakat dengan menggunakan pijakan pembagian keuntungan faktor produksi yang tidak adil. Jadi, dengan
menggunakan pendekatan ini ketimpangan bukan hanya karena kebijakan pemerintah yang memprioritaskan sektor tertentu, melainkan akibat praktik
pembagian yang tidak adil antarfaktor produksi ekonomi dalam tiap wilayah. Keyakinan bahwa sektor industri bisa menjadi penopang pertumbuhan
ekonomi terbukti sangat keropos bila dalam pelaksanaannya tidak menyertakan sektor basis. Di satu sisi sektor industri tumbuh sangat tinggi tetapi dibarengi
dengan runtuhnya sektor pertanian. Sektor industri sendiri yang didukung begitu luar biasa tidak menunjukkan prestasi apapun karena daya saingnya yang rendah,
hal ini sebagian terjadi karena sektor industri tersebut tidak berbasis pada sektor pertanian, padahal Provinsi Sumatera Utara adalah wilayah yang memiliki basis
pada sektor pertanian. Secara umum Sumatera Utara masih merupakan daerah agraris, meskipun
pada tahun 2003 sektor industri mendominasi pembentukan PDRB. Keadaan ini memberikan gambaran bahwa kehidupan masyarakat di Sumatera Utara yang
sebagian masih berdomisili di daerah pedesaan sangat kuat ketergantungannya pada sektor pertanian.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan pendapatan antar kota di Sumatera Utara, dapat diambil kesimpulan
bahwa: 1.
Perkembangan pengeluaran pemerintah, jumlah siswa tamat SMASederajat, dan jumlah industri besarsedang di tiap kota Sumatera
Utara dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. 2.
Ketimpangan pendapatan yang paling besar berada pada kota Medan dimana rata-rata kesenjangan pendapatannya adalah sebesar: 0.520,
diikuti kota Binjai 0.048, Tebing Tinggi 0.035, Sibolga 0.032, PematangSiantar 0.023 dan yang paling kecil adalah Tanjung Balai
0.010 . 3.
Pertumbuhan ekonomi di tiap kota Sumatera Utara tinggi, dan diiringi dengan meningkatnya pendapatan perkapita dari tahun ke tahun.
4. Variabel pengeluaran pemerintah daerah, jumlah siswa tamat
SMASederajat dan variabel jumlah industri besarsedang mempunyai pengaruh positif dan signifikan kecuali jumlah siswa tamat
SMASederajat, terhadap ketimpangan pendapatan antarkota di Sumatera Utara pada tahun 2003 – 2007.
Universitas Sumatera Utara