Selain itu juga, wanita yang tidak berfrofesi sebagai pekerja seks, juga sering nongkrong di tempat tersebut, dan memunculkan adanya kencan yang terjadi antara
pengunjung dengan pengunjung itu sendiri dan berujung pada hubungan kelamin dan biasanya karena pengaruh oleh minuman yang mengandung alkohol.
Dari urain di atas mengenai keberadaan tempat hiburan malam, dapat terlihat jelas bahwa, pengelola tempat hiburan malam yang ada di tempat wisata tersebut memiliki
peran yang sangat penting dan andil yang besar didalam terjadinya penyalahgunaan fungsi tempat wisata yang terjadi di lokasi wisata Lumaban Silintong Balige. Hal ini
dilihat bahwa diawal lokasi daerah pantai Danau Toba dijadikan daerah tempat wisata untuk menikmati panorama Danau Toba. Namun seiring berjalannya waktu maka adanya
pihak yang melihat adanya peluang untuk meraup keuntungan yang besar dengan melihat banyaknya pengunjung yang datang ke daerah tempat wisata tersebut. Hal serupa juga
diungkapkan oleh informan saya ATT lk, 45 tahun yaitu: “ Keberadaan tempat hiburan malam tersebut dipicu oleh banyaknya pengunjung
yang datang ke tempat wisata Lumban Silintong. Sehingga memungkinkan adanya sebagian pengunjung lebih berminat mengunjungi tempat wisata tersebut dengan
hiburan malam yang marak terjadi di kota-kota besar “
4.6.5 Praktek Prostitusi di Lokasi Tempat Wisata di Lumban Silintong Merupakan Sebuah Penyimpangan
Fungsi tempat wisata Lumban Silintong Buku Panduan Wisata 2006 adalah Sebagai tempat para wisatawan untuk menikmati wisata alam Danau Toba. Para
pengunjung diharapkan dapat menerapkan Sapta Pesona dan juga menjaga sikap dengan
Universitas Sumatera Utara
norma yang berlaku dimasyarakat. Menurut Merton Poloma 2000:34 anomie tidak muncul sejauh masyarakat menyediakan sarana kelembagaan untuk mencapai tujuan-
tujuan kultural tersebut. Yang kita alami biasanya adalah situasi konformitas, dimana sarana yang sah digunakan untuk mencapai sasaran yang diinginkan.
Dari asumsi di atas, dapat dilihat bahwa dalam penerapan fungsi tempat wisata Lumban Silintong, telah terjadi penyimpangan yang mengakibatkan terjadinya disfungsi
tempat wisata tersebut. Hal ini terjadi karena adanya pihak untuk mencapai suatu tujuan melakukan perilaku menyimpang yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan fungsi
tempat wisata Lumban silntong itu sendiri. Perilaku tersebut adalah dengan menyediakan tempat pelacuran yang menyimpang dari fungsi tempat wisata yang sebenarnya yaitu
untuk menikamati potensi Danau Toba yang merupakan anugerah Tuhan kepada kita. Dalam praktek prostitusi dapat dilihat jelas bahwa praktek tersebut menyimpang
dikarenakan dalam praktek tersebut terjadi perbuatan-perbuatan yang dilarangNya. Padahal tempat wisata Danau Toba merupakan anugerah yang harus dinikmati, dan kita
mensyukuri dengan menikmati tanpa ada perbuatan-perbuatan yang dilarangNya. Selain itu juga dalam praktek prostitusi di tempat wisata Danau Toba merupakan tindakan yang
menyimpang dan sangat bertentangan dalam norma masyarakat. Penyimpangan tersebut terlihat jelas juga dengan keberadaan tempat prostitusi
berada di tengah-tengah masyarakat Lumban Silintong. Segresi atau lokalisasi haruslah terisolir atau terpisah dari komplek penduduk lainnya atau dengan sebutan “lampu
merah” atau petak-petak daerah tertutup Ibid dalam Kartini Kartono, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini diperkuat oleh I.M 19 Tahun yang merupakan pengunjung tanpa menginginkan pelayanan seks di tempat hiburan malam pada kawasan tempat wisata
Lumban Silintong yaitu: “ Harusnya tempat wisata Danau Toba ini harus kita jaga kesopanannya.
Jangan kita menyimpang dari fungsi sebenarnya dengan memanfaatkan tempat wisata
untuk usaha yang bisa merusak norma-norma yang ada dalam masyarakat”
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan tentang praktek prostitusi sebagai salah satu bentuk penyalahgunaan fungsi tempat wisata, maka dapat ditarik kesimpulan antara lain:
1. Praktek prostitusi yang terjadi di tempat hiburan malam telah menyebabkan
terjadinya disfungsi di kepariwisataan Lumban Silintong. Fungsi tempat wisata sebenarnya adalah sebagai tempat untuk melakukan aktivitas wisata menikmati
panorama Danau Toba, tapi mengalami pergeseran ke arah bisnis seks. 2.
Terjadinya praktek prostitusi merupakan bentuk dari penyimpangan dalam memanfaatkan potensi tempat wisata Danau Toba. Hal ini karena seringnya
terjadi yang dilakukan pihak pemerintah dengan menurunkan Pamong Praja Toba Samosir untuk mengamankan para pekerja seks komersial tersebut.
3. Alasan yang cukup klise, terlibatnya para germo, pekerja seks dan
pelayanpedagang tersebut adalah karena alasan ekonomi agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, yang membuat para pelaku praktek prostitusi ini
mau melakukan hal-hal yang menyimpang dari norma dan nilai yang ada dalam masyarakat.
4. Tempat hiburan malam yang menjadi akses untuk mendapatkan pelayanan seks,
terselubungi karena keberadaan Danau Toba sebagai sebuah daerah tujuan wisata. 5.
Dalam praktek prostitusi yang terjadi, setelah kesepakatan tercapai maka kedua pasangan melakukan kencan berikutnya di hotel ataupun di tempat yang telah
disetujui oleh kedua pasangan.
Universitas Sumatera Utara