107 tetapi penerimaan yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah
menurun sebesar Rp. 10.609.368.977,- dengan persentase penurunan sebesar 77,28. Dan penerimaan yang berasal dari pendapatan lain-lain
yang sah meningkat tajam sejumlah Rp. 27.949.604.276,- dengan persentase kenaikan sebesar 189,64, sedangkan penerimaan yang
berasal dari Pendapatan Asli Daerah meningkat sebesar Rp. 192.475.130.155,- dengan persentase kenaikan sebesar 117,51.
Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Penerimaan PAD Kota Tangerang Periode
Tahun 2004-2008
Penerimaan PAD dalam 5 tahun
50.000.000.000 100.000.000.000
150.000.000.000 200.000.000.000
250.000.000.000
1 2
3 4
5
Tahun J
u ml
a h
P e
n e
ri ma
a n
X1 X2
X3 X4
Y
Keterangan : Garis Warna Pink X1 Pajak Daerah
Garis Warna Hijau X2 Retribusi Daerah Garis Warna Orange X3 Hasil Perusahaan Milik Daerah
Garis Warna Biru X4 Pendapatan Lain-lain Yang Sah Garis Warna Biru Muda Y Pendapatan Asli Daerah
Dari gambar grafik 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa garis warna pink yang menunjukan variabel X
1
yaitu pajak daerah selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya sehingga terlihat garis kurva yang
108 semakin menanjak itu artinya bahwa dari variabel penerimaan pajak
daerah memberikan kontribusi yang paling besar
ke PAD Kota
Tangerang dan sangat dominan dibanding dengan variabel yang lain.
Kemudian pada garis warna hijau yang menunjukan variabel X
2
yaitu retribusi daerah juga mengalami kenaikan pada tahun 2005, 2007, dan
pada tahun 2008 terkecuali pada tahun 2006, variabel tersebut mengalami penurunan penerimaan sehingga terlihat garis yang sedikit
menurun pada tahun ke-3 atau tahun 2006. Selanjutnya garis warna orange yang menunjukan variabel X
3
yaitu hasil perusahaan milik daerah tiap tahun juga mengalami kenaikan ini dilihat dari garis yang
semakin menanjak pada tahun 2005, 2006 dan 2007 tetapi pada awal tahun 2008 garis warna orange tersebut sedikit menurun ini
mengindikasikan bahwa pada tahun ke 5atau tahun 2008 penerimaan dari hasil perusahaan milik daerah mengalami penurunan. Kemudian
garis warna biru yang menunjukan variabel X
4
yaitu pendapatan lain- lain yang sah pada tahun 2005, 2006 garis kurva warna biru tersebut
semakin menanjak kemudian di tahun ke-4 atau tahun 2007 garis kurva warna biru semakin menurun pada tahun ke-5 atau tahun 2008 garis
kurva warna biru kembali menanjak, hal ini mengindikasikan bahwa penerimaan dari pendapatan lain-lain yang sah pada tahun 2007
mengalami penurunan dan pada tahun 2008 kembali meninngkat. Pada garis warna biru muda adalah variabel dependen PAD itu sendiri atau
variabel Y terlihat garis kurva yang semakin menanjak signifikan, hal
109
X1 X2
X3 X4
Y X1
X2 X3
X4 Y
X1 X2
X3
X4 Y
X1 X2
X3 X4
Y
0,00 50,00
100,00 150,00
200,00 250,00
300,00
P r
o s
e n
t a
s e
1 2
3 4
5
Tahun
Prosentase Penerimaan PAD dalam 5 tahun
X1 X2
X3 X4
Y
ini mengindikasikan bahwa realisasi penerimaan PAD di Kota Tangerang selama periode tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-5 yang
merupakan tanda dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 terus mengalami kenaikan yang sangat signifikan.
Diagram 4.1 Diagram prosentase Efektifitas PAD dalam 5 tahun
Periode Tahun 2004-2008
Keterangan
:
X1 Pajak Daerah X2 Retribusi Daerah
X3 Hasil Perusahaan Milik Daerah X4 Pendapatan Lain-lain Yang Sah
Y PAD
Dari gambar diagram 4.1 diatas prosentase penerimaan variabel X
1
atau pajak daerah pada tahun ke-2 atau tahun 2005 sebesar 107,42 atau naik sekitar 7 dari tahun ke-1 atau tahun 2004.
kemudian prosentase penerimaan variabel X
2
atau retribusi daerah pada tahun ke-2 atau tahun 2005 sebesar 101,59 atau naik sekitar 1 dari
110 tahun ke-1 atau tahun 2004. selanjutnya prosentase penerimaan variabel
X
3
atau hasil perusahaan milik daerah pada tahun ke-2 atau tahun 2005 sebesar 193,32 atau naik sekitar 97 di banding penerimaan tahun
ke-1 atau 2004. dan variabel indepedenden yang terakhir posentase penerimaan pendapatan lain-lain yang sah X
4
pada tahun ke-2 atau tahun 2005 total penerimaan mencapai 122.149.992.517 naik 100 lebi
dari tahun 2004 yang hanya 108.978.535.129. Pada tahun ke-3 atau tahun 2006 prosentase kenaikan variabel
X
1
atau pajak daerah sebesar 116,11 atau naik sekitar 9 dari tahun 2005 yang hanya 107,42. Kemudian prosentase variabel X
2
atau retribusi daerah pada tahun 2006 sedikit mengalami penurunan
prosentase sebesar 89,24 atau turun sekitar 11 dari tahun 2005. Selanjutnya prosentase penerimaan variabel X
3
atau hasil perusahaan milik daerah pada tahun ke-3 atau tahun 2006 sebesar 175,22 atau
turun sekitar 18 atau di banding penerimaan ke-2 atau tahun 2005 yang mencapai 193,32. Dan variabel independen terakhir prosentase
penerimaan pendapatan lain-lain yang sah X
4
pada tahun ke-3 atau tahun 2006 sebesar 108,82 atau turun sekitar 55 dari tahun ke-2
atau tahun 2005 yang mencapai 164,24. Untuk variabel dependen yaitu realisasi PAD atau Y pada tahun 2006 total penerimaan mencapai
135.853.641.888. naik sekitar 2 dari tahun 2005 yang hanya 122.149.992.517.
111 Pada tahun ke-4 atau tahun 2007 prosentase kenaikan variable
X
1
atau pajak daerah sebesar 118,75 atau naik sekitar 2 dari tahun 2006 yang hanya 116,11. Kemudian presentase kenaikannya sebesar
116,11. Kemudian presentase variable X
2
atau retribusi daerah pada tahun 2007 prosentase kenaikannya sebesar 116,84 atau naik sekitar
27 dari tahun 2006. Selanjutnya prosentase penerimaan variable X
3
atau hasil perusahaan milik daerah pada tahun ke-4 atau tahun 2007 sebesar 259,62 atau naik tajam sekitar 80 di banding penerimaan
tahun ke-3 atau tahun 2006 yang hanya 175,32. dan variabel indepeden terakhir presentase penerimaan pendpatan lain-lain yang sah
X
4
pada tahun ke-4 atau tahun 2007 sebesar 92,28 atau turun sekitar 16 dari tahun ke-3 atau tahun 2006 yang hanya 108,82. Untuk
variabel depeden yaitu realisasi penerimaan PAD atau Y total penerimaan pada tahun 2007 sebesar 164.053.027.186. naik sekitar 20
dari total penerimaan tahun 2006 yang hanya 135.853.641.888. Pada tahun ke-5 atau tahun 2008 prosentase kenaikan variabel
X
1
atau pajak daerah sebesar 110,95 atau turun sekitar 8 dai tahun 2007 yang mencapai 118,11. Kemudian presentase variabel X
2
atau retribusi daerah pada tahun 2008 prosentase kenaikannya sebesar
125,50 atau naik sekitar 10 dari tahun 2007. Selanjutnya presentase penerimaan variabel X
3
atau hasil perusahaan milik daerah pada tahun ke-5 atau tahun 2008 sebesar 77,29 atau turun drastis sekitar 180
dibanding penerimaan tahun ke-4 atau tahun 2007 yang mencapai
112 259,62. dan variabel indepeden yang terakhir adalah presentase
penerimaan pendapatan lain-lain yang sah X
4
pada tahun ke-5 atau tahun 2008 sebesar 186,33 atau naik sekitar 90 dari tahun ke-4 atau
tahun 2007 yang hnaya 92,28 untuk variabel realisasi penerimaan PAD total penerimaan pada tahun 2008 mencapai 192.475.130.150 naik
sekitar 20 dari tahun 2007 yang hanya 164.053.027.186.
2. Pengaruh Pajak Daerah, Reribusi Daerah, Hasil Perususahaan Milik Daerah dan Penerimaan Hasil-hasil Usaha Yang Sah
Terhadap Realisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2004-2008
a. Uji Asumsi Klasik 1 Hasil Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan normality probability plot. Dari gambar 4.2 dapat dilihat hasil
pengujian tersebut menunjukkan bahwa titik-titik data berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini sudah terdistribusi dengan normal atau sudah
memenuhi asumsi normalitas Ghozali, 2002 : 76.
113
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Data
2 Hasil Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak
memiliki korelasi antar variabel independennya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas dapat dilihat
nilai tolerance dan VIF Variance Inflation Factor.
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolonieritas
Collinearity Statistics Model
Tolerance VIF
Constant Pajak Daerah
.290 3.449
Retribusi Daerah .537
1.862 Hasil Perusahaan Milik Daerah
.529 1.892
1
Pendapatan lain-lain yang sah .604
1.657 a. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah
Sumber : Hasil Pengolahan data SPSS
114 Pada tabel 4.3 diketahui hasil perhitungan nilai tolerance
untuk penerimaan pajak daerah adalah 0,290, penerimaan retribusi daerah 0,537, penerimaan hasil perusahaan milik daerah 0,529,
pendapatan lain-lain yang sah 0,604. Hasil perhitungan tersebut menunjukan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai
tolerance kurang dari 10. Karena mempunyai nilai tolerance kurang dari 0,1 maka model regresi dapat dikatakan bebas dari
multikolonieritas Bhuono Agung, 2005 :58. Sedangkan hasil dari perhitungan nilai VIF juga
menunjukan hal yang sama yaitu tidak ada variabel bebas yang memiliki VIF lebih dari 10. Hasil perhitungan nilai VIF
penerimaan pajak daerah adalah 3,449, penerimaan retribusi daerah 1,862, penerimaan hasil perusahaan milik daerah 1,892,
penerimaan pendapatan hasil usaha lain-lain yang sah 1,657. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut
tidak terdapat problem multikolonieritas. 3
Hasil Uji Heterokedastisitas Gambar 4.3 merupakan grafik hasil uji heteroskedastisitas.
Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa titik-titik data menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola, baik di
atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu y. hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Sehingga dapat
115 disimpulkan bahwa model penelitian ini tidak mengalami problem
heteroskedastisitas.
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedasitas
Sumber : Hasil Pengolahan data SPSS 4 Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji, apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Dari
tabel 4.4 dapat diketahui bahwa hasil uji
autokorelasi pada model regresi ini menunjukkan angka Durbin Watson sebesar 1,193. Karena angka Durbin Watson mendekati
angka atau di sekitar angka 2 maka model tersebut terbebas dari asumsi klasik autokorelasi dan
terletak di daerah No
Autocorelation.
116
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
a.
Predictors Constant, Penerimaan Pajak Daerah, Rertibusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah, Penerimaan Hasil Usaha Lain-lain
Yang sah b.
Dependent Variable: Realisasi Penerimaan PAD Sumber : Hasil Pengelolaan data dengan SPSS 12
b. Uji Hipotesis
1 Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi R digunakan untuk menentukan seberapa besar kemampuan variabel independen
dapat menjelaskan variabel dependen. Pada penelitian ini R Square yang digunakan adalah R Square yang sudah disesuaikan
Model Durbin-
Watson 1
1,193
Model Summary
b
Model R
R Square
Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .925
a
.856
.846 1317050933.020
a. Predictors: Constant, Pendapatan lain-lain yang sah, Hasil Perusahaan Milik Daerah, Retribusi Daerah, Pajak Daerah
b. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah Sumber : hasil Pengolahan data dengan SPSS
117 atau Adjusted R-Square, karena disesuaikan dengan jumlah
variabel independent yang digunakan dalam penelitian. Hasil output SPSS pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa
nilai Adjusted R Square sebesar 0,846 atau 84,6 hal ini berarti bahwa variabel independen penerimaan pajak daerah, retribusi
daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan penerimaan pendapatan hasil usaha lain-lain yang sah mampu menjelaskan variabel
dependen realisasi penerimaan PAD sebesar 84,6, selebihnya sebanyak 15,4 lagi yang lain sepeti : dana perimbangan dan
pinjaman daerah. Dari hasil penelitian ini, 84,6 variabel realisasi
penerimaan PAD mampu dijelaskan oleh variabel atau dipengaruhi oleh pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan
milik daerah, dan pendapatan dari hasil-hasil usaha lain yang sah. Sedangkan sisanya yaitu 15,4
yang lain, seperti dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain pendapatan yang sah.
Atas dasar itu maka realisasi penerimaan PAD yang terjadi pada tahun 2004-2008 diharapkan mengalami peningkatan setiap
tahunnya sesuai dengan yang diharapkan oleh aparat DPKAD Kota Tangerang yang diimbangi dengan peningkatan penerimaan
pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil-hasil usaha lainnya yang sah yang seimbang dengan
penerimaan yang berasal dari sumber perimbangan dana. Selain
118 itu, faktor tindakan pemungutan oleh aparat pemerintah DPKAD
Kota Tangerang diharapkan seefektif dan seefisien mungkin dalam melaksanakan pemungutan terhadap masyarakat Kota
Tangerang. Dengan demikian terciptanya pelimpahan wewenang pengelolaan dan pemungutan yang lebih baik, lebih andal, dan
valid yang mana sangat berpengaruh terhadap realisasi penerimaan PAD Kota Tangerang.
2 Hasil Uji F
Tabel 4.6 Hasil Uji F
Dari Anova
b
pada tabel 4.6 didapat F hitung sebesar 81,996 dengan tingkat signifikasi 0,000 karena tingkat signifikasi
dibawah 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil perusahan
milik daerah secara bersama-sama berpengaruh terhadap realisasi penerimaan PAD.
ANOVA
b
Model Sum of
Squares df
Mean Square
F Sig.
Regressio n
5.689E20 4
1.422E20 81.996
.000
a
Residual 9.540E19
55 1.735E18
1
Total 6.643E20
59 a. Predictors: Constant, Pendapatan lain-lain yang sah, Hasil Perusahaan
Milik Daerah, Retribusi Daerah, Pajak Daerah b. Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah
119 3 Hasil Uji t
Tabel 4.7 Hasil Uji t
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients
Standardize d
Coefficients Model
B Std. Error
Beta t
Sig. Constant
5.768E8 8.004E8
.721 .474
Pajak Daerah .883
.156 .538
5.672 .000
Retribusi Daerah .403
.271 .104
1.488 .143
Hasil Perusahaan Milik Daerah
1.401 .525
.187 2.667
.010 1
Pendapatan lain- lain yang sah
1.726 .462
.246 3.735
.000
a.
Dependent Variable: Pendapatan Asli Daerah Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan hasil tabel 4.7, maka dapat diperoleh suatu persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 5.768 + 0, 883 X
1
+ 0, 403 X
2
+ 1, 401 X
3
+ 1,726 X
4
Nilai konstanta alpha
α
sebesar 5.768 menunjukan bahwa jika penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, perusahaan milik
daerah dan hasil-hasil usaha yang sah dianggap konstan maka realisasi penerimaan PAD adalah 5.768.
Dari persamaan regresi hasil tabel 4.7 nilai 0,883 X
1
merupakan koefisien regresi yang menunjukan bahwa setiap adanya
penambahan jumlah
Pajak Daerah
sebesar
120 1.000.000.000.
maka penerimaan
Pajak Daerah
akan meningkatkan realisasi penerimaan sebesar 883.000.000,-
sedang nilai 0,403 X
2
merupakan koefisien regresi yang menunjukan bahwa setiap adanya penambahan Retribusi Daerah
sebesar 1.000.000.000. maka juga akan meningkatkan realisasi penerimaan Retribusi Daerah sebesar 403.000.000,- sedang nilai
1,401 X
3
merupakan korfisien regresi yang yang menunjukan bahwa setiap ada penambahan penerimaan Hasil Perusahaan
Milik Daerah 1.000.000.000. maka akan meningkatkan realisasi penerimaan sebesar 1.401.000.000. sedangkan nilai 1,726 X
4
merupakan koefisien regresi yang menunjukan bahwa setiap adanya penambahan Hasil-hasil Usaha Yang Sah sebesar
1.000.000.000. maka juga akan meningkatkan realisasi penerimaan sebesar 1.726.000.000.
Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa dari uji t hitung untuk penerimaan pajak daerah sebesar 5,672 sedangkan untuk
nilai t-tabel dengan tingkat signifikansi α = 0,05 dan DK Derajat Kebebasan = jumlah data n-1 = 60-1 = 59, maka
diperoleh nilai t-tabel sebesar 2,001 hal ini berarti t-hitung lebih besar dari t-tabel. Jika statistik t-hitung statistik t-tabel, maka
Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerimaan pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap
realisasi penerimaan PAD.
121 Sedang uji t untuk penerimaan retribusi daerah adalah
sebesar 1,488. Nilai tersebut lebih kecil dari t-tabelnya yaitu 2,001. Jika t hitung dari statistik t-tabel maka Ha ditolak dan
Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerimaan dari retribusi daerah tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap realisasi penerimaan PAD. Pada uji t-hitung untuk penerimaan hasil perusahaan
milik daerah adalah sebesar 2,667 nilai tersebut lebih besar dari t-tabelnya yaitu 2,001. Jika t-hitung dari statistik t-tabel, maka
Ha diterima dan Ho diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerimaan dari hasil perusahaan milik daerah sedikit
berpengaruh terhadap realisasi penerimaan PAD. Pada uji t-hitung untuk penerimaan hasil-hasil usaha
yang sah adalah sebesar 3,735 nilai tersebut lebih besar dari t- tabelnya yaitu 2,001, jika t-htung dari t-tabel, maka Ha
diterima dan Ho ditolak. sehingga dapat disimpulkan bahwa penerimaan dari hasil-hasil usaha yang sah berpengaruh secara
signifikan terhadap terhadap realisasi penerimaan PAD. Dari output SPSS pada tabel coefficients juga
menunjukan bahwa penerimaan pajak daerah menghasilkan tingkat
signifikansi sebesar
0,000 yang
menunjukan probabiltasnya lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ho ditolak
dan Ha diterima yang berarti penerimaan dari pajak daerah
122 terhadap realiasi penerimaan PAD secara parsial berpengaruh
secara signifikan. Pada tabel coeficient penerimaan dari hasil retribusi
daerah menghasilkan tingkat signifikansi sebesar 0,143 yang menunjukan probabilitas lebih besar dari 0,05 dengan demikian
Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti penerimaan dari retribusi daerah terhadap realisasi penerimaan PAD tidak
berpengaruh secara signifikan. Pada penerimaan dari perusahaan
milik daerah
menghasilkan tingkat
signifikansi sebesar
0,010 yang
probabilitasnya sedikit lebih besar dari 0,05 sehingga Ho diterima dan Ha di tolak. Maka penerimaan dari hasil
perusahaan milik daerah secara parsial sedikit berpengaruh secara signifikan.
Sedangkan penerimaan dari pendapatan hasil-hasil usaha yang sah menghasilkan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang
probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Maka pengaruh penerimaan dari hasil usaha-usaha
yang sah terhadap realisasi penerimaan PAD secara parsial berpengaruh secara signifikan.
Berdasarkan hasil analisis statistik diatas, diketahui bahwa penerimaan dari retribusi daerah terdapat pengaruh yang
kurang signifikan terhadap realisasi penerimaan PAD.
123 Berdasarkan pengamatan, dikarenakan dari tahun ke tahun salah
satu sumber penerimaan PAD tersebut kurang begitu optimal dalam realisasinya terutama untuk penerimaan retribusi daerah
seperti retibusi pelayanan kebersihan, retribusi pelayanan pemakaman, retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum,
retribusi pelayanan pasar, dan retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran, dimungkinkan kurang maksimal dalam
pemungutannya sehingga penerimaan dari retribusi-retibusi tersebut tersebut dapat mengurangi kas daerah.
Akan tetapi, ada peneriman yang berasal dari pajak daerah
dan penerimaan dari pendapatan lain-lain yang sah berpengaruh signifikan terhadap realisasi penerimaan PAD.
Pemungutan yang dilaksanakan oleh aparat DPKD Kota Tangerang telah
maksimal, sehingga sangat memberikan kontribusi yang menguntungkan bagi APBD Kota Tangerang.
Dalam hal ini Kota Tangerang dapat menjalankan otonomi daerah yang dimulai sejak tahun 2001 sampai sekarang. Dengan
demikian kota Tangerang dapat mengupayakan untuk terus meningkatkan sumber-sumber PAD tersebut agar dapat
membiayai penyelenggaraan
pemerintahan dan
dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
124
c. Perbandingan Analisis Penulis dengan Penelitian-penelitian
Sebelumnya.
Berdasarkan analisis penelitian diatas, penulis akan memperbandingkan
dengan analsis
penelitian-penelitian sebelumnya yang mendukung terhadap penelitian diatas. Adapun
penelitain-penelitian tersebut antara lain: 1. Oleh Miftahul Huda Skripsi, UIN: 2006, yang meneliti
tentang Analisa Pengaruh Pajak Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah PAD Kota Depok periode 2001-
2005. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh pajak sektor pariwisata pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan terhadap perubahan PAD.
2. Oleh Mochamad Adam Hamdani 2002 yang meneliti tentang Optimalisasi Peningkatan Pendapatan Pajak Restoran di Kota
Depok Berdasarkan penelitiannya potensi target dan realisasi
penerimaan pajak restoran sudah cukup optimal dikarenakan berkembangnya jasa usaha restoran dikota depok dan
dipengaruhi oleh pembangunan dan faktor geografis strategis berbatasan dengan ibu kota DKI Jakarta.
3. Oleh Nurul Hadi Skripsi UIN: 2008, tentang Optimalisasi penerimaan Retribusi Daerah dan Pengaruhnya terhadap
125 Pendapatan Asli Daerah PAD di Kota Depok periode Tahun
2002-2006. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengatahui
optimalisasi penerimaan retribusi daerah dan mengetahui sejauh mana pengaruh penerimaan retribusi daerah terhadap
pendapatan asli daerah PAD di Kota Depok. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui
bahwa penerimaan retribusi daerah di kota Depok tahun 2002- 2005 sudah mencapai optimal, sedangkan di tahun 2006
penerimaan retribusi daerah tidak mencapai optimal. Disamping itu, dapat disimpulkan bahwa retribusi daeah
mempunyai hubungan korelasi positif dengan perubahan Pendapatan Asli Daerah PAD. Dan memiliki kontribusi
signifikan terhadap perubahan PAD dan menunjukan pengaruh retribusi yang lemah terhadap PAD.
4. Oleh Ahmad Najib Skripsi UIN: 2006, tentang Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan Pendapatan
Asli Daerah PAD Di Kabupaten Karawang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, serta pendapatan lain-lain yang sah terhadap penerimaan PAD
pada Kabupaten Karawang. Data yang digunakan adalah laporan bulanan Pendapatan Asli Daerah selama satu periode
126 yaitu tahun 2001-2005. Penelitian ini menggunakan metode
regresi linier berganda yang kemudian dilakukan uji F dan t yang telah dinyatakan bebas dari uji asumsi klasik.
Berdasarkan hasil penelitiannya dapat diketahui bahwa keempat variabel independen pajak daerah,
perusahaan milik daerah, serta pendapatan lain-lain yang sah berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi penerimaan
PAD di kabupaten Karawang. Dari beberapa penelitan diatas, dapat disimpulkan
bahwa yang berpengaruh positif dan kuat pengaruhnya terhadap realisasi penerimaan PAD yaitu penerimaan yang
berasal dari jumlah pajak daerah dan penerimaan dari pendapatan lain-lain yang sah. Sedangkan penerimaan dari
retribusi daerah dan hasil-hasil usaha yang sah kurang memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap
realisasi penerimaan PAD. Dan hal ini perlu adanya upaya- upaya yang harus dilakukan oleh aparatur DPKD dan
masyarakat sekitar kota Tangerang, agar tidak terjadi adanya penerimaan-penerimaan yang belum terrealisasi di tahun-
tahun yang akan datang yang mengakibatkan penerimaan PAD menurun, demi tercapainya efektifitas dan efisiensi
pemungutan PAD kota Tangerang.
127
3. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang khususnya DPKD dalam meningkatkan realisasi penerimaan PAD di
Kota Tangerang.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai aparatur DPKD ada upaya- upaya yang perlu dilakukan demi meningkatkan pendapatan daerah
terutama dari sektor PAD. Adapun upaya-upaya yang dilakukan dalam mengoptimalkan penerimaan PAD antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi. 2. Untuk pajak reklame dilakukan penertiban reklame secara rutin
khususnya izin yang temporer atau tidak tetap seperti spanduk, umbul- umbul, baliho, karena hal ini sangat efektif dengan melakukan
penurunan, dimana setelah media reklame kain tersebut yang tak berizin diturunkan maka pemasangan reklame tersebut akan segera mengurus
izinnya dan membayar pajak. 3. Untuk hotel, retoran, parkir, dan izin hiburan dilakukan checker selama
satu bulan penuh yang dibagi beberapa shift serta dilakukan selama 24 jam bagi penginapan atau hotel.
4. Melakukan ekstensifikasi secara rutin untuk mencari potensi-potensi baru untuk pajak daerah, dimana setiap ada pembangunan pusat-pusat
bisnis disitu akan muncul potensi baru seperti potensi parkir, restoran, hiburan dan lainnya.
5. Melakukan kerja sama dengan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan dalam melakukan pendataan terhadap potensi pajak
128 daerah untuk meningkatkan target pendapatan baik untuk hotel,
restoran, hiburan, parkir swasta, dan pajak lainnya dengan mencatat data potensi untuk dijadikan database.
129
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD di Kota Tangerang
selama kurun waktu dari tahun 2004-2008 kedua, untuk mengetahui besarnya pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan daerah,
dan pendapatan lain-lain yang sah terhadap pendapatan asli daerah dan yang ketiga, adalah untuk melihat upaya-upaya apa saja yang dilakukan
aparatur DPKAD Kota Tangerang dalam mengoptimalkan pemungutan PAD di Kota Tangerang,
Adapun kesimpulannya yaitu: 1. Dapat dilihat dari tahun 2004-2008, realisasi penerimaan Pendapatan
Asli Daerah PAD dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini di pengaruhi oleh faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah, Hasil Usaha Lain-lain yang Sah dari tahun ke
tahun mengalami kenaikan dari target yang ditetapkan oleh DPKAD Kota Tangerang dari tahun-tahun sebelumnya.
2. Penerimaan dari dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan pendapatan hasil usaha lainnya yang sah yang sudah
terrealisasi sangat berpengaruh terhadap penerimaan PAD. Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda memiliki nilai koefisien determinasi
130 R yang sudah disesuaikan sebesar 0,846 atau 84,6 variabel
dependen realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD, dan sisanya 15,4 dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang
digunakan. 3. Pada uji F dapat dilihat dari tabel ANOVA, bahwa variabel pajak
daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan pendapatan lain-lain yang sah memiliki nilai F hitung 81.996 dengan tingkat
signifikansi 0,000 karena tingkat signifikansi dibawah 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah dan pendapatan lain-lain yang sah secara bersama-sama berpengaruh terhadap realisasi penerimaan PAD.
4. Pada uji t-test dapat dilihat dari tabel coefficient, bahwa variabel pajak daerah memiliki nilai 0,000 0,05 artinya penerimaan dari pajak daerah
secara parsial berpengaruh terhadap realisasi penerimaan PAD atau Ha diterima dan Ho ditolak. Kemudian variabel retribusi daerah memiliki
nilai 0,143 0,05. artinya penerimaan dari retribusi daerah secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi
penerimaan PAD, dengan demikian Ha ditolak dan Ho diterima. Selanjutnya variabel hasil perusahaan milik daerah memiliki nilai 0,010
0,05. artinya penerimaan dari hasil perusahaan milik daerah secara parsial kurang berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi
penerimaan PAD, dengan demikian Ha ditolak dan Ho diterima. Dan yang terakhir variabel pendapatan lain-lain yang sah memiliki nilai
131 0,000 0,05 artinya penerimaan dari pendapatan lain-lain yang sah
secara parsial berpengaruh terhadap realisasi penerimaan PAD atau Ha diterima dan Ho ditolak.
5. Terjadi peningkatan jumlah penerimaan, pada tahun 2005 penerimaan dari pajak daerah mencapai angka 79.368.013.720,- atau naik sebesar
107,42 dari tahun 2004, dari retribusi daerah juga mengalami peningkatan penerimaan sebesar 24.827.124.613,- atau sekitar 101,58
dari tahun 2004, diikuti dengan penerimaan dari hasil perusahaan milik daerah mengalami peningkatan sebesar 3.017.666.389,- dengan
persentase kenaikan sebesar 193,3 dari tahun 2004, dan selanjutnya penerimaan dari pendapatan lain-lain yang sah mengalami peningkatan
sebesar 14.937.187.795,- dengan persentase kenaikan sebesar 164,23 dari tahun 2004.
Pada tahun 2006 dapat diketahui bahwa penerimaan yang berasal dari sektor pajak daerah terus mengalami peningkatan sebesar Rp.
92.156.784.042,- dengan persentase kenaikan sebesar 116,11, kemudian penerimaan dari retribusi daerah mengalami penurunan
sebesar Rp 22.155.110.158,- dengan persentase penurunan sebesar 89,23 dari pada tahun sebelumnya. Kemudian penerimaan dari hasil
perusahaan milik daerah mengalami peningkatan sebesar 175,22. Pada penerimaan yang berasal dari pendapatan lain-lain yang sah
meningkat sebesar Rp. 16.254.181.501,- dengan persentase kenaikan sebesar 108,81 dengan tahun 2005. Dan pada penerimaan yang
132 berasal dari Pendapatan Asli Daerah meningkat sebesar Rp.
135.853.941.888,- dengan persentase kenaikan sebesar 111,21. Pada tahun 2007, dapat diketahui pada penerimaan daerah yang
berasal dari pajak daerah mengalami peningkatan pula sebesar Rp. 109.439.654.143,- dengan persentase kenaikan sebesar 108,75 dan
pada penerimaan yang berasal dari retribusi daerah meningkat sebesar Rp. 25.885.814.246,- dengan persentase kenaikan sebesar 116,83
kemudian di tahun 2007 ini penerimaan yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah meningkat tajam sebesar Rp. 13.727.558.797
dengan persentase kenaikan sebesar Rp. 259,61 akan tetapi pada penerimaan yang berasal dari pendapatan lain-lain yang sah mengalami
penurunan sebesar Rp. 14.737.837.000 dengan persentase penurunan sebesar 90,67. kemudian penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah
meningkat Rp. 163.790.864.298,- dengan persentase kenaikan sebesar 120,56.
Pada tahun 2008 dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun yaitu tahun 2004-2008 penerimaan-penerimaan daerah tersebut diatas
terus mengalami peningkatan yaitu dari penerimaan pajak daerah mengalami peningkatan sebesar Rp. 121.428.620.428,- dengan
persentase kenaikan sebesar 110,95 , kemudian penerimaan darri retribusi
daerah mengalami
peningkatan pula
sebesar Rp.
32.487.536.000,- dengan persentase kenaikan sebesar 126,50, akan tetapi penerimaan yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah