Reaksi Irak Atas Invasi Militer Amerika Serikat

ketika bahaya atau ancaman dan negara lain belum jelas ataupun serangan nyata belum terjadi, maka tidak boleh mendahului menggunakan kekerasan senjata. 68

D. Reaksi Irak Atas Invasi Militer Amerika Serikat

Rencana invasi militer AS ke Irak mendapat reaksi keras dan pihak Irak. Presiden Irak Saddam Husein tetap bersikeras untuk tidak meninggalkan Irak sebagaimana ultimatum AS -agar Saddam meninggalkan Irak- dengan batas waktu yang telah ditentukan, walaupun dengan konsekuensi yang serius yaitu pasukan koalisi pimpinan AS akan menyerang Irak. Pemerintah Irak dibawah Presiden Saddam Husein menunjukkan kepada AS dan sekutunya bahwasannya Irak sama sekali tidak takut dengan rencana AS tersebut untuk menyerang Irak. Mereka Saddam Cs telah sangat siap untuk menghadapi serangan pasukan koalisi pimpinan AS. Secara kualitas Saddam menyadari bahwa pasukannya tidak mungkin dapat menandingi teknologi persenjataan yang dipakai pasukan AS yang serba canggih. Saddam hanya mengandalkan loyalitas dan keberanian pasukannya untuk dapat melawan pasukan AS dengan persenjataan yang sangat terbatas bila dibandingkan dengan pasukan AS. Bahkan untuk menghadapi serangan tersebut, Saddam bersumpah akan membunuh sejuta tentara musuh jika pasukan pimpinan AS mencoba mengambil alih Baghdad. “Musuh tak akan sampai memasuki Baghdad karena mereka akan mati. Bahkan, jika 68 Jurist, Public International Law, Lahore: Mansoor Book House, 1988, h. 168-169 mereka mengirim sejuta tentara, anak-anak kami akan membunuh mereka”, kata Saddam di depan para pembantu militer seniornya. 69 Saddam dan Taha Yassin juga mengingatkan semua pihak, kemungkinan adanya serangan bunuh diri dan pihak Irak. Menurut Wapres Taha Yassin, serangan ‘bunuh diri’ merupakan senjata baru Irak dan seluruh wilayah akan penuh dengan kobaran api. Saddam juga sedang menggalang kekuatan di semua pintu gerbang memasuki kota serta memobilisasi milisi dan aktivis muda Partai Ba’ath. Presiden Saddam Husein memang memiliki pasukan berjumlah sekitar 500 ribu. Rinciannya adalah Pasukan Berani Mati 40.000 orang, Garda Republik 80.000 orang, Angkatan Darat 295.000 orang, dan Polisi Rahasia 125.000 orang 70 . Namun, menandingi kekuatan militer AS dan sekutunya yang demikian canggih seperti yang telah dijelaskan tadi, jelas bukan perkara yang mudah. Ketika kapal-kapal induk AS menembakkan rudal-rudal jelajah Tomahawk ke berbagai tempat di Baghdad, tentara Garda Republik dan pasukan komando Saddam hanya bisa menatap memandangi kehebatan sekaligus kehancuran yang ditimbulkannya. Kendati semangat rakyat Irak untuk mempertahankan negara mereka dari invasi pasukan asing sangatlah tinggi, namun ditilik secara militer, mereka memang tidak pernah mampu melawannya secara terbuka. Diatas kertas, kita tentu sudah sejak awal dapat memprediksi siapa ‘pemenang’ dari adu senjata di Irak. Paling tidak, jumlah anggaran pertahanan kedua negara AS dan Irak dapat dijadikan salah satu ukurannya. Irak hanya menghabiskan 69 http:www. kompas . comkornpas-cetak, 2 Februari 2003 70 Newsweek, 7 April 2003, h. 22 sekitar US 1,4 miliar untuk membiayai kekuatan militernya, sedangkan AS jauh diatas Irak, yaitu sebesar US 400 miliar. 71 Oleh karena itu, ketakberdayaan militer Irak menghadapi kekuatan militer AS pada akhirnya juga teruji. Pasukan Khusus Garda Republik dan sejumlah pasukan dan organisasi keamanan di Baghdad yang semuanya berjumlah sekitar 15.000 orang dengan mudah disapu oleh 100 serangan helikopter, 325 Tank Ml Abram dan 200 kendaraan tempur M2 Bradley dari Divisi Infantri AS yang masuk ke Baghdad 72 . Hal serupa juga dialami oleh 4 Divisi Irak: The Baghdad, Medina, Nebuchadnezzar dan Hammurabi. Keempat Divisi yang ditugasi Komando Pusat Pertahanan Irak untuk menghadang laju tentara AS dan sekutunya di sebelah selatan Baghdad ini kocar-kacir dihajar rudal-rudal udara AS dan sekutunya. Sekitar 14.000 bom dari berbagai jenis telah digunakan oleh militer AS untuk menghancurkan pertahanan Pasukan Garda Republik. 73 Namun, kejatuhan Baghdad yang begitu mudah dan yang semula diperkirakan banyak pengamat memang sempat mengundang teka-teki. Pertempuran merebut Ibukota Irak itu, dapat dikatakan berlangsung amat singkat. Kemungkinan besar hal ini selain disebabkan oleh kesadaran sebagian besar anggota pasukan Garda Republik bahwa mereka tidak akan mampu melawan persenjataan musuh yang begitu canggih, juga oleh pasukan AS dan sekutunya agar tentara Saddam tidak melakukan perlawanan. 71 Omar Kureishi, “History Repeating Itself’, dalam Dawn, 8 Mei 2003 72 Romesh Ratnesar, “Sticking to His Guns”, dalam TIME, 7 April 2003, h. 34 73 Terry Maccarthy, “What ever happened to The Republican Guard?”, dalam TIME, 12 Mei 2003, h. 21. Reporter majalah TIME memperoleh informasi ini dan hasil investigasi lapangan mereka di 7 medan pertempuran. Yakni, di Hindiyah, Hillah, Kut, Yusufiah, Mahmudiyah, Suwayrah dan Dawrah. Seperti dinyatakan oleh Kepala Pusat Penerangan Komando Pusat AS di Doha Qatar, Brigjen Vincent Brook “bahwa siapa saja yang memilih tidak melawan akan mempunyai kesempatan untuk hidup. Sebaliknya, yang tetap nekad melawan jelas tidak akan selamat” 74 . Tetapi Vincent mengakui bahwa beberapa dari anggota pasukan Garda Republik yang tidak melawan baca: melarikan diri bukan mustahil juga suatu saat melakukan aksi gerilya yang dapat memalukan Amerika. 75

E. Respon Dalam Negeri AS Dan Luar Negeri Sehubungan Dengan Invasi Ke Irak