Wawancara dengan Pak Widya selaku ketua Rt

mereka menyulap sebagian lahan tersebut untuk kepentingan pribadi yang terkait dengan bisnis dan perubahan yang sesungguhnya terlihat sekitar akhir tahun 90 menjelang tahun 2000 yang sudah mulai bertumbuhan lahan-lahan bisnis yang berdiri di atas lahan situ kuru, dan kebanyakan mereka adalah pendatang yang membuka usaha di situ kuru. Hal ini terbukti jika moment pekan hari raya maka daerah sekitar pesangrahan yang kini lebih banyak terlihat sebagai lahan bisnis itu terasa begitu sepi seperti daerah yang tak ada penduduknya. Adapun warga asli atau pribumi yang turut mengeksploitasi Situ Kuru sekitar sepuluh orang. Pa Wiwid pun pernah membuat peraturan untuk mengeluarkan iuran terkait pemeliharaan situ kuru sekitar enam tahun yang lalu setiap warga khususnya yang menggunakan lahan situ kuru ditarik iuran untuk pelestarian Situ tersebut, nominalnya tidak tentu semampu mereka memberi ada yang memberi satu juta rupiah ada yang lebih dan ada yang kurang. 1 Dari uang yang terkumpul dibuat semacam pagar pembatas untuk menentukan mana yang masih lahan situ kuru dan mana yang bukan, namun iuran itu hanya berjalan sementara karena hal yang menyinggung financial memang sangat sensitive banyak warga yang mempertanyakan kemana saja uang yang mereka keluarkan untuk iuran Situ Kuru tersebut.

2. Wawancara dengan Drs. H. Fachruddin selaku Wakil Ketua Tim Peduli Eks Situ

Kuru Lain lagi dengan pendapat seorang warga sekaligus wakil dari tim peduli ex Situ Kuru yang bernama Drs. H. Fachruddin, beliau berasal dari etnis Sumatra Barat Padang 1 Hasil wawancara dengan ketua RT setempat, pak Widya pada tanggal 10 Mei 2011 yang mulai datang ke ciputat tepatnya sekarang tinggal di pesangrahan Situ Kuru sejak tahun 1971 dari hasil wawancara yang dilakukan dengan beliau peneliti menemukan fakta baru yang terungkap seputar Situ Kuru, ternyata terdapat tim peduli ex Situ Kuru yang bertujuan untuk memelihara kebersihan lingkungan sekitar terlebih fokus di daerah danau yang kini semakin menyempit tersebut. Awal mula terbentuk tim pengendali ini pun berawal dari pasca kedatangan pihak Bupati yang berencana mendirikan kantor Bupati yang akan di bangun tepat di atas lahan Situ tersebut. Karena memang fungsi daerah tersebut sebagai daerah resapan air, warga pun menolak rencana tersebut sehingga sebagian warga membentuk suatu tim yang saat itu dipilih oleh warga setempat untuk mengendalikan Situ agar tetap menjadi danau yang berfungsi sebagai daerah resapan air, walaupun saat ini lebih terlihat seperti kubangan namun setidaknya tidak sampai hilang dan menjadi sebuah kantor Bupati. Tim peduli ex Situ Kuru ini mempekerjakan seorang pemulung yang biasanya dibayar sebesar tiga ratus ribu rupiah perbulan dan ditugaskan untuk membersihkan Situ dari sampah-sampah yang menumpuk di pinggiran, karena sampah tersebut tidak serta merta sampah yang berasal dari rumah tangga warga setempat, bahkan terdapat dari beberapa aliran yang berasal dari saluran pisangan sampai saluran kampus UIN sendiri dan pembuangan akhirnya menumpuk di Situ Kuru ini. 2 Kemudian seorang warga pendatang yang bernama Pak Joe, saat ini sudah lima belas tahun tinggal di samping situ Pak Joe sendiri berprofesi sebagai tukang siomay keliling awalnya beliau tinggal di daerah Pisangan dan baru pada tahun 2007 beliau pindah dan menetap persis di samping danau Situ dekat arah semanggi. Pak Joe mengontrak karena keperluan berdagang siomay keliling, beliau pun dulu masih 2 Data diperoleh dari hasil wawancara dengan Drs. H. Fachruddin pada 20 Juni 2011