Pola Ketergantungan DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

bantuan modal dari para pemilik modaltengkulak. Karena anggapan tersebut itulah para petani menjadi merasa nasibnya bergantung pada pemilik modaltengkulak yang akhirnya menimbulkan pola ketergantungan.

d. Pola Ketergantungan

Ketergantungan petani terhadap pemilik modaltengkulak dilihat sebagai pola ketergantungan yang interaktif. Pola ini menunjukkan adanya ketergantungan yang seimbang dan berkesinambungan antara petani dengan pemilik modaltengkulak. Dimana petani bergantung kepada modal sebagai sumber produksi sedangkan pemilik modaltengkulak bergantung kepada petani sebagai sumber investasi. Dalam pola ketergantungan interaktif, hubungan antara petani dengan pemilik modaltengkulak merupakan hubungan yang tidak terpisahkan. Selain hubungan dagang, petani merasa sangat membutuhkan jasa pemilik modaltengkulak terutama di bidang permodalan. Untuk kebutuhan pertanian sampai kepada kebutuhan hidup sehari-hari, petani dapat membelinya di kiostoko milik para pemilik modaltengkulak, bahkan tak jarang dari mereka yang berhutang dengan jaminan kalau panen mereka akan membayarnya. Demikian pula sebaliknya, para pemilik modaltengkulak menganggap para petani adalah pelanggan ataupun konsumen yang dapat mendatangkan keuntungan bagi usaha dagangnya. Selain itu, kepercayaan yang diberikan petani kepada mereka juga merupakan salah satu aset bagi para pemilik modaltengkulak yang selain mendatangkan keuntungan juga dapat membuat usahanya tetap bertahan dan smakin berkembang. Universitas Sumatera Utara

4.3.3. Petani Lebih Memilih Tengkulak

Petani kecil di Indonesia masih sangat bergantung pada tengkulak untuk memperoleh permodalan karena mereka kesulitan mendapat kredit dari perbankan. Kondisi ini menyebabkan tengkulak menjadi investor utama para petani kecil yang memberikan pinjaman modal dengan cara lebih mudah,tengkulak memberikan pinjaman modal tanpa jaminan meskipun dengan bunga tinggi, sehingga petani kecil menjadi bergantung pada tengkulak. Petani meminjam uang dan mengijonkan tanamannya untuk kebutuhan konsumtif dan jangka pendek. Dalam beberapa kasus, petani meminjam karena ada kebutuhan mendesak, dan tengkulak yang meminjamkan uang dipandang sebagai penolong. Di tingkat desa dan dusun, hubungan petani dan tengkulak pengijon memang sangat pribadi dan patronase. Antara petani dan tengkulak merasa sebagai satu keluarga yang saling tolong menolong, dan saling menjaga kepercayaan. Petani sendiri merasa dirugikan tetapi juga diuntungkan. Mereka merasa rugi karena seharusnya dia bisa mendapatkan hasil lebih jika tanamannya tidak diijonkan, namun mereka merasa untung juga dengan adanya pengijon, karena jika ada kebutuhan mendesak, mereka akan cepat mendapatkan uang. Prosedur pinjaman dengan sistem ijon memang mudah, luwes dan sangat informal, tidak terikat waktu dan tempat. Hal ini yang menjadi daya tarik petani untuk memperoleh pinjaman dengan cepat dan praktis. Universitas Sumatera Utara

4.3.4. Modal, Uang dan Kredit

Dalam masyarakat yang tanahnya terbatas, orang yang tidak memiliki tanah biasanya ada di lapisan terbawah. Begitu juga petani kecil termasuk lapisan bawah, selama hasil usaha pertaniannya tidak sepenuhnya bisa menunjang eksistensinya, sehingga harus mencari pekerjaan tambahan. Selain itu anggota kelompok tertentu yang bekerja di sektor jasa sering termasuk lapisan bawah. Terutama sekali di daerah yang jumlah lahannya terbatas dan situasi produksinya tidak pasti akibat iklim yang sering menyebabkan kegagalan panen, petani kecil dan buruh tani mudah mendapatkan kesulitan. Karena solidaritas keluarga dan tetangga terbatas situasi keuangannya, dan karena kredit resmi sulit mereka dapatkan, maka mereka harus pergi ke rentenir. Petani bisa mendapatkan kredit dari pedagang, tuan tanah atau petani kaya dengan bunga yang sering tinggi atau dengan menggadaikan panennya. Akibat kemiskinannya, mereka sulit keluar dari jerat hutang ini, sehingga dengan mudah tercipta ketergantungan yang memudahkan penghisapan. Menurut Geertz, hal ini sekaligus menjamin anggota masyarakat yang berada, yaitu yang mempunyai sawah memperoleh penghargaan sosial yang diinginkan dan yang dibutuhkannya: para pemotong yang tergantung jelasnya: penduduk desa yang miskin menghormatinya, memberikannya tanggung jawab sosial dan mengharapkan padanya kesediaan menutup mata terhadap kerugian yang tak dapat dihindari akibat sistem panen tradisional. Sebagai elemen sosial, hubungan patron sesuai dengan struktur teknologi, yang terlihat misalnya dalam sistem panan bagi hasil bawon. Universitas Sumatera Utara

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Negara Indonesia selain dikenal sebagai negara maritim karena lautperairannya yang luas juga dikenal sebagai negara agraris. Hal itu terbukti dari mayoritas masyarakatnya yang bekerjabermatapencaharian di sektor pertanian. Meskipun Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar dari penduduknya merupakan petani bekerjabermatapencaharian di sektor pertanian, namun masih banyak saja permasalahan yang dihadapi oleh petani tersebut. Permasalahan itu antara lain adalah aspek harga produksi yang sering mengalami fluktuasi naik-turuntidak stabil, aspek pemasaran dan permodalan serta masih banyak permasalan yang lainnya. banyaknya persoalan maupun permasalahan yang dihadapi oleh para petani baik yang berhubungan langsung dengan produks i dan pemasaran hasil-hasil pertaniannya maupun permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-hari menjadikan petani sulit untuk bangkit dari keterpurukan, baik ekonomi maupun sosial budaya. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh informasi antara lain : 1. Keberadaan tengkulak dalam dunia pertanian bukanlah hal yang baru dan keberadaanya sangat sulit untuk dihilangkan karena secara langsung maupun tidak langsung petani itu sendiri yang membuat tengkulak itu ada dan tetap bertahan bahkan semakin berkembang. Universitas Sumatera Utara