The Effects of Entrepreneurships Spirit on Business Performance of Women Entrepreneurs on the Cottage Food Industry in Bogor

PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN TERHADAP
KINERJA USAHA WIRAUSAHA WANITA PADA
INDUSTRI PANGAN RUMAHAN DI BOGOR

BAYU SUMANTRI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Jiwa
Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan
Rumahan di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013

Bayu Sumantri
NIM H451110241

RINGKASAN
BAYU SUMANTRI. Pengaruh Jiwa Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha
Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor. Dibimbing oleh
ANNA FARIYANTI dan RATNA WINANDI.
Salah satu industri yang banyak dijalankan oleh wirausaha wanita di
Indonesia adalah industri rumahan. Mayoritas kategori usaha yang dijalankan oleh
wirausaha wanita di Bogor adalah usaha yang berkaitan dengan pangan. Masalah
yang dihadapi oleh wirausaha wanita adalah sebagian besar kinerja usaha yang
dijalankan oleh wirausaha wanita di Bogor tidak mengalami kemajuan. Banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja suatu usaha tidak mengalami kemajuan,
diantaranya adalah 1). wirausaha wanita memiliki beragam motivasi dalam
menggeluti usahanya, tetapi kenyataannya di lapangan menunjukkan ternyata ada
usaha yang dikelola dengan tidak baik oleh wirausaha wanita, 2). tidak mau

mengambil risiko, baik dalam hal membuat produk baru ataupun memperluas
pasar, 3). pendidikan dan pelatihan yang kurang, dan 4). tidak adanya kebijakankebijakan mengenai dorongan pemerintah untuk meningkatkan kinerja usaha dan
jumlah wirausaha wanita berbasis agribisnis dalam lingkup nasional. Adapun
tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis pengaruh karakteristik personal dan
lingkungan eksternal-internal usaha terhadap jiwa kewirausahaan wirausaha
wanita pada industri pangan rumahan dan 2) menganalisis pengaruh jiwa
kewirausahaan, karakteristik personal, dan lingkungan eksternal-internal usaha
terhadap kinerja usaha wirausaha wanita pada industri pangan rumahan.
Penelitian ini dilaksanakan di Bogor. Pemilihan wilayah Bogor dikarenakan
Bogor sebagai daerah atau wilayah di mana penduduknya memiliki usaha sendiri
yang terbesar pada bulan Agustus 2012 di Jawa Barat, yaitu sebesar 359 193
orang. Metode pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan purposive
sampling. Pada penelitian ini menggunakan sebanyak 100 orang wirausaha
wanita, di mana 47 orang berasal dari Kota Bogor dan 53 orang berasal dari
Kabupaten Bogor. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan
kuantitatif dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM).
Pengolahan data kuantitatif menggunakan LISREL 8.3.
Pada hasil analisis dengan menggunakan SEM didapatkan bahwa
karakteristik personal berpengaruh positif dan signifikan terhadap jiwa
kewirausahaan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan pendidikan, pelatihan,

usia, pengalaman bisnis, asal etnis tertentu, dan latar belakang keluarga yang
menjadi wirausaha akan meningkatkan jiwa kewirausahaan wirausaha wanita.
Lingkungan internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap jiwa
kewirausahaan. Berdasarkan hasil diskusi dengan responden bahwa kegiatan
pemasaran yang baik, seperti promosi dan saluran distribusi, penggunaan modal
(baik modal sendiri maupun pinjaman), kemudahan memperoleh bahan baku, dan
lain-lain akan memotivasi dan membuat wanita wirausaha menjadi lebih kreatif.
Oleh sebab itu, penguatan dari sisi internal manajemen usaha diperlukan untuk
memberikan motivasi ataupun kreatifitas bagi wirausaha wanita agar lebih maju
dan tetap memilih wirausaha sebagai pekerjaan wirausaha wanita. Lingkungan
eksternal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jiwa kewirausahaan. Salah
satu contohnya adalah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dan peranan

lembaga terkait (misalnya bank) yang ada sekarang kurang membantu wirausaha
wanita untuk termotivasi atau melakukan inovasi untuk mengembangkan
usahanya. Hal ini disebabkan kebijakan yang ada sekarang kurang mendukung
kegiatan yang dilakukan oleh wirausaha wanita untuk berwirausaha dan untuk
melakukan peminjaman pada bank dikenakan agunan dan suku bunga pinjaman
yang tinggi.
Hasil lainnya menunjukkan bahwa kinerja usaha wirausaha wanita pada

industri pangan rumahan di Bogor hanya dipengaruhi oleh karakteristik personal.
Sementara kewirausahaan, lingkungan eksternal usaha, dan lingkungan internal
usaha tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha. Hal ini disebabkan
karena wirausaha wanita di Bogor selama ini mengandalkan kemampuan yang
melekat pada diri pribadinya masing-masing, seperti pendidikan, pelatihan, usia,
pengalaman kerja (bisnis), asal etnis, dan latar belakang keluarga dengan
pelatihan yang memiliki nilai keeratan hubungan yang paling besar, yaitu 0.66.
Kebijakan dari pemerintah yang ada sekarang tidak membantu usaha yang
dijalankan oleh wirausaha wanita menjadi lebih baik, peranan lembaga keuangan
(misalnya bank) juga tidak membantu peningkatan usaha wirausaha wanita karena
masih berlakunya agunan dan suku bunga pinjaman yang tinggi, kegiatan
pemasaran yang terkendala modal, tidak menggunakan modal pinjaman kepada
bank karena terkendala pada agunan dan suku bunga pinjaman yang tinggi, masih
menggunakan alat atau mesin tradisional, dan permasalahan lainnya, sehingga
wirausaha wanita cenderung hanya mengandalkan kemampuan pada dirinya
sendiri. Oleh sebab itu, pelatihan sangat diperlukan untuk meningkatkan
kemampuan dirinya dalam mengelola usahanya.
Kata kunci : wirausaha wanita, karakteristik personal, lingkungan usaha, kinerja
usaha, Structural Equation Modelling (SEM)


SUMMARY
BAYU SUMANTRI. The Effects of Entrepreneurships Spirit on Business
Performance of Women Entrepreneurs on the Cottage Food Industry in Bogor.
Under direction of ANNA FARIYANTI and RATNA WINANDI.
One of the industry many cultivated by women entrepreneurs in Indonesia is
a cottage industry. The majority of categories of business carried on by women
entrepreneurs in Bogor is business related with food. Many factors influence why
business performances which is run by women entrepreneurs are not experiencing
progress. For example, 1). women entrepreneurs have a variety of motivations to
cultivate his efforts, but the fact remains the majority of business is not managed
properly, 2). women entrepreneurs do not calculate risk, 3). the lack of training
and education, and 4). the absence of government policies to improve business
performance and the number of women entrepreneurs agribusiness based in the
national scope. There is the objectives of this study are 1). to analyze effects of
personal characteristics and external-internal environments on entrepreneurships
spirit of women entrepreneurs on the cottage food industry in Bogor and 2). to
analyze effects of entrepreneurships spirit, personal characteristics, and externalinternal environments on business performance of women entrepreneurs on the
cottage food industry in Bogor.
This research actioned in Bogor. Bogor district elections because Bogor as
the region or territory where the population has the greatest own business in

August 2012 in West Java, in the amount of 359 193 people. Methode for take
sample is purposive sampling. On this research used 100 women entrepreneurs,
where 47 peoples from Bogor City origin and 53 peoples from Bogor District
origin. The analysis used the descriptive and quantitative analysis using Structural
Equation Modeling (SEM). Processing quantitative data using LISREL 8.3.
In the analysis by using the SEM results showed that the personal
characteristics positive effectively and significantly on entrepreneurial spirit. This
suggests that an increase in education, training, age, business experience,
particular ethnic origin, and family background to be entrepreneurs will increase
their entrepreneurial spirit. Internal environment positive effectively and
significantly on entrepreneurial spirit woman entrepreneurs. Based on discussions
with the respondents that good marketing activities, such as promotion and
distribution channels, the use of capital (both equity and loans), the easier of
obtaining raw materials, and others will motivate and make women entrepreneurs
to be more creative. Therefore, strengthening the internal management of the
effort required for provide motivation or creativity for entrepreneurial woman to
be more advanced and still choose entrepreneurship as woman entrepreneurs
work. External environment negative effectively and significantly on
entrepreneurial spirit. One of example is the policy of the government and the role
of institutions (such as banks) that there is now less motivated to help women

entrepreneurs or innovating to expand its business. This is due to the current
policy less supportive of the activities carried out by woman entrepreneurs for
entrepreneurship and borrowed on the mortgage and the bank charged a high
interest rate loan .

The other result showed that the business performance of women
entrepreneurs on the cottage food industry in Bogor only influenced by personal
characteristics. While entrepreneurship, external business environment, and
internal business environment does not significantly influence the performance of
the business. This is because women entrepreneurs in Bogor have been relying on
the capabilities inherent in their personal, such as education, training, age, work
experience (business), ethnic origin, and family background with training who has
the most value of the relationship, that is 0.66. Policy of the present government is
not helping businesses carried on by women entrepreneurs to be better, the role of
financial institutions (eg. banks) also does not helped increasing their business
because of the continuing collateral and high interest rates, marketing activities
are capital constrained, not using capital loans to banks due to the constraints on
the collateral and high interest rates, still using traditional tools or machines, and
other issues, so that women entrepreneurs tend to rely only on her own abilities.
Therefore, training is needed to improve her skills in managing their business.

Keywords: women
entrepreneurs,
personal
characteristics,
business
environments, business performance, Structural Equation Modelling
(SEM)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN TERHADAP
KINERJA USAHA WIRAUSAHA WANITA PADA

INDUSTRI PANGAN RUMAHAN DI BOGOR

BAYU SUMANTRI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis

: Dr Ir Rr Heny K Daryanto, MEc

Penguji Program Studi


: Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Judul Tesis

Nama

NIM

Pengaruh Jiwa Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha
Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di
Bogor
Bayu Sumantri
H451110241

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Anna Fariymrrt1V1Si
Ketua


Drf:2iMs
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Agtibisnis

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Tanggal Ujian: 29 Agustus 2013

Tanggal Lulus:

2 OC T 2 13

Judul Tesis:
Nama
NIM

:
:

Pengaruh Jiwa Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha Wirausaha
Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor
Bayu Sumantri
H451110241

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi
Ketua

Dr Ir Ratna Winandi, MS
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Agribisnis

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 29 Agustus 2013

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena rahmat dan
hidayah-Nya, tesis yang berjudul “Pengaruh Jiwa Kewirausahaan terhadap
Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor” dapat
diselesaikan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan
memperoleh gelar Master pada Program Studi Agribisnis, Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor. Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan
dan bantuan dari banyak pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi tingginya
kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada:
1. Dr Ir Anna Fariyanti, MSi, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Dr Ir
Ratna Winandi, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala
bimbingan, arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan kepada
penulis mulai dari penyusunan proposal hingga penyelesaian tesis ini.
2. Dr Ir Nunung Kusnadi, MS selaku Dosen Evaluator pada pelaksanaan
kolokium proposal penelitian yang telah memberikan banyak arahan dan
masukan sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik.
3. Dr Ir Rr Heny K. Daryanto, MEc selaku dosen penguji luar komisi dan Prof
Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji perwakilan program studi
pada ujian tesis.
4. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis dan Dr
Ir Suharno, MADev selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, serta seluruh
staf Program Studi Agribisnis atas dorongan semangat, bantuan, dan
kemudahan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan pada
Program Studi Agribisnis.
5. Dr Ir Wahyu Budi Priatna, MS, Ir Burhanuddin, MM, dan Ir Harmini, MSi
atas diskusi selama penulis melakukan penelitian.
6. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIRJEN DIKTI),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah
memberikan Beasiswa Unggulan sehingga penulis dapat melanjutkan kuliah
magisternya.
7. Wirausaha wanita di Bogor yang telah bersedia menjadi responden peneliti.
8. Teman-teman seperjuangan Angkatan II pada Program Studi Agribisnis atas
diskusi, masukan, dan bantuan selama mengikuti pendidikan.
9. Penghormatan yang tinggi dan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada Ibunda tercinta Nur Suhartinah, Ayahanda Sugiarto, dan
adik Anggun Dwi Nursitha.
10. Khairun Nufus dan keluarga yang telah memberikan semangat dan do’a.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2013

Bayu Sumantri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pengaruh Karakteristik Personal terhadap Jiwa Kewirausahaan
Pengaruh Lingkungan Eksternal-Internal Usaha terhadap Kinerja
Usaha
3 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Kerangka Operasional
4 METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi
Metode Pengumpulan Data
Metode Penarikan Sampel
Metode Analisis Data
Variabel dan Pengukuran
5 KARAKTERISTIK WIRAUSAHA WANITA DI BOGOR

xviii
xix
xix
1
1
3
5
5
5
5
6
10
12
12
20
24
24
24
25
25
35
37

6 GAMBARAN UMUM JIWA KEWIRAUSAHAAN,
KARAKTERISTIK PERSONAL, LINGKUNGAN USAHA, DAN
KINERJA USAHA RESPONDEN

45

7 HASIL DAN PEMBAHASAN

52

8 IMPLIKASI KEBIJAKAN

72

9 SIMPULAN DAN SARAN

74

DAFTAR PUSTAKA

76

LAMPIRAN

85

RIWAYAT HIDUP

116

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Faktor Pendorong dan Penarik
Sebaran Responden
Absolute Measures (Ukuran Kecocokan Absolut)
Incremental Fit Measures (Ukuran Kecocokan Inkremental)
Parsimonious Fit Measures (Ukuran Kecocokan Parsimoni)
Keterangan Variabel-Variabel pada Diagram Lintas
Variabel Indikator Karakteristik Personal
Variabel Indikator Lingkungan Eksternal
Variabel Indikator Kewirausahaan
Variabel Indikator Lingkungan Internal
Variabel Indikator Kinerja Usaha
Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Usia (Tahun)
Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Pendidikan (Tahun)
Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Asal Daerah
Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Jumlah Tanggungan
Keluarga (Orang)
Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Pengalaman Kerja
Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Keikutsertaan dalam
Pelatihan Kewirausahaan
Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Jenis Produk yang
Dihasilkan
Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Modal Awal Usaha (Rp
Juta)
Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Lamanya Berwirausaha
(Tahun)
Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Lamanya Operasional
Harian (Jam/Hari)
Distribusi Wirausaha Wanita Berdasarkan Omset Penjualan per
Hari (Rp Ribu/Hari)
Hasil Uji Kecocokan Model Awal
Hasil Uji Validitas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor
Pengujian Reliabilitas Model Pengukuran Awal
Hasil Uji Kecocokan Model Respesifikasi
Pengujian Reliabilitas Model Pengukuran Respesifikasi
Nilai R2 (Koefisien Determinasi) Variabel Indikator dalam Model
Pengukuran Variabel Laten Eksogen
Nilai R2 (Koefisien Determinasi) Variabel Indikator dalam Model
Pengukuran Variabel Laten Endogen
Hasil Nilai Koefisien dan T-hitung Model Struktural

8
25
28
28
29
34
35
36
36
36
37
39
39
40
41
42
42
43
43
44
44
45
55
57
58
60
62
63
64
66

DAFTAR GAMBAR
1

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

12

13

14

Perbedaan Pendapatan di Antara Wanita dan Laki-Laki
(Pendapatan Wanita Relatif $1 dari Pendapatan Laki-Laki) di
Seluruh Dunia
Kategori Usaha Industri Rumahan yang Dijalankan Wanita di
Kabupaten Bogor Tahun 2011 (Persen)
Pembagian Lingkungan Organisasi
Kerangka Operasional
Diagram Lintas Model SEM
Skor Indikator Karakteristik Personal
Skor Indikator Lingkungan Eksternal
Skor Indikator Kewirausahaan
Skor Indikator Lingkungan Internal
Skor Indikator Kinerja Usaha
Path Diagram Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor,
Estimasi Standardized Solution
Hasil Uji Validitas (T-hitung) Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan
di Bogor pada Output SEM
Path Diagram Model Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor
Setelah Respesifikasi, Estimasi Standardized Solution
Hasil Uji Validitas (T-hitung) Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan
di Bogor pada Output SEM Setelah Respesifikasi

1
3
17
23
33
46
48
49
50
51

54

56

59

61

DAFTAR LAMPIRAN
1

2

3

4

5

Rata-rata Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Besar
Sebelum Ditetapkan UU Nomor 20 Tahun 2008 dari Tahun 2005
dan 2008
Rata-rata Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Besar
Setelah Ditetapkan UU Nomor 20 Tahun 2008 pada Tahun 2009
dan 2010
Ukuran Goodness of Fit Statistics Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri
Pangan Rumahan di Bogor Model Awal
Ukuran Goodness of Fit Statistics Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri
Pangan Rumahan di Bogor Model Respesifikasi
Kuesioner Penelitian

85

86

87

98
108

1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan kewirausahaan masih dikuasai oleh kaum pria sampai saat
ini. Hal ini dikarenakan secara historis kewirausahaan merupakan bidang
kekuasaan bagi kaum pria (Casson et al. 2006). Hal yang sama juga diungkapkan
oleh Davidson dan Burke (2004) yang menyatakan bahwa wirausaha wanita
masih menjadi kaum minoritas bagi kalangan wirausaha. Penyebab kaum
wirausaha wanita masih menjadi kaum minoritas adalah hambatan yang dihadapi
wirausaha wanita dalam memulai atau menjalankan suatu usaha. World Bank
(2011) menyebutkan bahwa di hampir semua negara, wanita lebih mungkin untuk
terlibat dalam kegiatan produktivitas yang rendah dibandingkan pria. Akibat dari
perbedaan-perbedaan dalam pekerjaan wanita dan pria tersebut menyebabkan
kesenjangan dalam pendapatan di segala bentuk aktivitas ekonomi, seperti
pertanian, kewirausahaan, dan manufaktur (Gambar 1). Pada bidang
kewirausahaan, usaha yang dijalankan oleh wanita memiliki rata-rata pendapatan
yang lebih rendah daripada usaha yang dijalankan oleh pria. Penjelasan yang
dapat dijadikan contoh pada Gambar 1 adalah jika usaha di negara Bangladesh
dijalankan oleh wanita, maka pendapatan wanita tersebut lebih rendah 88 persen
daripada pendapatan pria. Penjelasan yang sama juga ditujukan pada sektor
pertanian dan manufaktur.

Gambar 1

Perbedaan Pendapatan di Antara Wanita dan Laki-Laki (Pendapatan
Wanita Relatif $1 dari Pendapatan Laki-Laki) di Seluruh Dunia
a

Sumber : World Bank (2011)

Perkembangan kewirausahaan wanita memiliki potensi untuk
dikembangkan di negara berkembang. Laporan Global Entrepreneurship Monitor
(2011) menyatakan bahwa aktivitas kewirausahaan di kalangan wanita yang
tertinggi terdapat di negara berkembang, yaitu 45,5 persen dan Tambunan (2009)
menyatakan bahwa pembangunan wirausaha wanita di negara berkembang

2
seperti Asia memiliki potensi yang luar biasa dalam pemberdayaan wanita dan
transformasi masyarakat di wilayah tersebut. Namun masih menurut Tambunan
(2009), di banyak negara terutama di mana tingkat perkembangan ekonomi
tercermin dari tingkat pendapatan per kapita dan tingkat industrialisasi yang masih
rendah, potensi ini sebagian besar masih belum dimanfaatkan, padahal peluang
yang lebih besar bagi wanita untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi baik
sebagai pengusaha sukses atau sebagai karyawan bergaji pasti akan banyak
membantu dalam penanggulangan kemiskinan. Sinhal (2005), misalnya
mengamati bahwa kurang dari 10 persen pengusaha di Asia Selatan, yang terdiri
dari Bangladesh, Bhutan, India, Maladewa, Nepal, Pakistan, dan Sri Lanka adalah
wanita.
Indonesia adalah salah satu negara di Asia yang memiliki potensi untuk
meningkatkan kinerja usaha wirausaha wanita, terutama yang berkaitan dalam
bidang agribisnis. Hal ini dikarenakan salah satu sektor agribisnis, yaitu pertanian
memberikan sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto Nasional atas Dasar
Harga Berlaku menempati urutan ketiga tertinggi pada tahun 2005 sampai tahun
2007 dan meningkat menjadi urutan kedua tertinggi pada tahun 2008 sampai 2012
(BPS 2005-2012). Mayoritas kinerja usaha wirausaha wanita di Indonesia tidak
mengalami kemajuan. Pali (1994) mengemukakan bahwa wirausaha wanita
memiliki motivasi untuk memasuki profesi penjual jamu gendong, tetapi 80
persen dari responden memperoleh pendapatan di bawah garis kemiskinan dan
Dasaluti (2009) mengemukakan bahwa kinerja usaha wirausaha wanita yang
terdapat di pulau kecil kurang berkembang karena masih sedikitnya dukungan dari
pemerintah. Selain itu, jumlah wirausaha wanita di Indonesia kurang dari 0.1
persen dari total penduduk Indonesia atau kurang dari 240 000 jumlah wirausaha
wanita (Purwadi 2011).
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan untuk mendorong
pertumbuhan usaha mikro, yaitu UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro,
kecil, dan menengah. Sebelum diberlakukannya undang-undang tersebut,
pertumbuhan usaha mikro lebih baik daripada setelah diberlakukannya undangundang tersebut. Rata-rata pertumbuhan usaha mikro sebelum ditetapkannya UU
Nomor 20 Tahun 2008 sebesar 4.01 persen dan rata-rata pertumbuhan usaha
mikro setelah ditetapkannya UU Nomor 20 Tahun 2008 menurun menjadi 2.29
persen (Lampiran 1 dan 2). Hal yang berbeda terdapat pada pertumbuhan usaha
kecil, menengah, dan besar, di mana pertumbuhan usaha kecil, menengah, dan
besar justru lebih baik setelah ditetapkannya UU Nomor 20 Tahun 2008.
Salah satu industri yang banyak digeluti oleh wirausaha wanita di Indonesia
adalah industri rumahan (Perempuan Kuasai Industri Rumahan 2012). Industri
rumahan adalah suatu sistem produksi yang menghasilkan produk melalui proses
nilai tambah dari bahan baku tertentu, yang dikerjakan di lokasi rumah dan bukan
di pabrik. Salah satu ciri-ciri dari klassifikasi industri rumahan tersebut adalah
modal dan sumber modalnya, di mana modal untuk kelas melati antara di bawah
Rp 1 juta - Rp 5 juta yang berasal dari modal sendiri, kelas mawar dengan
modal yang sama seperti kelas melati tetapi modalnya selain berasal dari dana
sendiri tetapi juga berasal dari rentenir dan lembaga keuangan mikro, dan kelas
anggrek dengan modal sebesar Rp 50 – Rp 100 juta yang berasal dari modal
sendiri atau pinjaman (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak 2012). Mayoritas kategori usaha yang dijalankan oleh wirausaha wanita di

3
Bogor adalah usaha yang berkaitan dengan pangan (Gambar 2). Ini adalah alasan
mengapa peneliti memilih industri pangan rumahan sebagai sampel usaha yang
dijalankan oleh wirausaha wanita di Bogor. Usaha yang berkaitan dengan pangan
ini adalah olahan makanan yang telah memiliki nilai tambah (added value)
didalamnya, baik dari proses pemasakan, kemasan, atau penjualannya. Hal ini
sesuai dengan pengertian pangan olahan berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2012,
yaitu pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau
metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan. Pemilihan wilayah Bogor
dikarenakan Bogor sebagai daerah atau wilayah di mana penduduknya memiliki
usaha sendiri yang terbesar pada bulan Agustus 2012 di Jawa Barat, yaitu sebesar
359 193 orang (BPS Jawa Barat 2012).
Pengolahan , 6% Dagang, 3%
Perikanan
Pertanian,
, 1%
Peternakan, 0%
1% Jasa, 1%
Konveksi, 3%
Kerajinan, 4%

Pangan, 81%

Gambar 2

Kategori Usaha Industri Rumahan yang Dijalankan Wanita di
Kabupaten dan Kota Bogor Tahun 2011 (Persen)
a

Sumber : Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB (2011) dalam
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2012)

Perumusan Masalah
Industri pangan rumahan yang dijalankan oleh wirausaha wanita di
Bogor tersebar sebanyak 47 persen di Kabupaten dan 53 persen di Kota
(Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB 2011). Kinerja usaha
yang dijalankan oleh wirausaha wanita di Bogor sebagian besar kurang
mengalami kemajuan atau berjalan di tempat. Hal ini berdasarkan fakta di
lapangan bahwa walaupun wirausaha wanita di Bogor telah menjalankan
usahanya bertahun-tahun, tetapi skala usaha mereka tidak meningkat. Oleh sebab
itu, perlu diketahui penyebab mengapa kinerja usaha yang dijalankan oleh
wirausaha wanita kurang mengalami kemajuan. Berdasarkan hal tersebut, salah
satu faktor mengapa kinerja usaha wirausaha wanita kurang mengalami kemajuan
adalah faktor kepemilikan jiwa kewirausahaan seperti motivasi dan kemampuan
mengambil risiko perlu diperhatikan. Walaupun wirausaha wanita memiliki
beragam motivasi dalam menggeluti usahanya, kenyataannya di lapangan
menunjukkan mayoritas ternyata ada usaha yang dikelola dengan kurang baik oleh

4
wirausaha wanita. Hal ini mengandung arti bahwa motivasi dalam berwirausaha
belum tentu menjadikan kinerja usaha wirausaha wanita menjadi baik. Pali (1994)
mengemukakan bahwa wirausaha wanita memiliki motivasi untuk memasuki
profesi penjual jamu gendong, tetapi 80 persen dari responden memperoleh
pendapatan di bawah garis kemiskinan. Faktor lain yang menyebabkan suatu
usaha kurang berkembang adalah para pengusaha kurang mau mengambil risiko,
baik dalam hal membuat produk baru ataupun memperluas pasar. Wirausaha
wanita lebih senang usahanya berjalan biasa-biasa saja dan kurang melakukan
inovasi untuk membuat produk baru dan memperluas pasar karena takut rugi.
Temuan ini didukung oleh temuan Cantillon (1734) seperti dikutip Antonic dan
Hisrich (2003), kebanyakan orang takut mengambil risiko karena wirausaha
wanita ingin hidup aman dan menghindari kegagalan. Bertentangan dengan hal
ini, pengambilan risiko justru merupakan suatu unsur kewirausahaan yang sangat
penting.
Pada kondisi yang lain, bukan hanya faktor kepemilikan jiwa kewirausahaan
saja yang menjadi penentu kinerja usaha wirausaha wanita berjalan dengan baik
atau tidak. Karakteristik personal yang melekat di individu masing-masing
wirausaha juga memegang peranan penting terhadap kemajuan usaha yang
dijalankan wirausaha wanita. Salah satu karakteristik personal yang melekat di
individu masing-masing wirausaha adalah pendidikan dan pelatihan. Selama ini
pendidikan dan pelatihan yang kurang menjadi alasan utama penyebab usaha yang
dijalankan tidak berkembang. Menurut Casson et al. (2006), pendidikan
memegang peranan penting dalam pertumbuhan wirausaha. Hal ini dikarenakan
bahwa penemuan kewirausahaan melibatkan "kombinasi kembali" dari ide-ide
dan praktek. Umumnya tingkat pendidikan yang lebih tinggi membuat sebagian
besar penduduk tersedia sebagai pengusaha atau sebagai ahli teknologi terampil.
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Mulyana (2012) bahwa
pendidikan memiliki hubungan dengan kinerja suatu usaha dan Noersasongko
(2005) bahwa pengusaha yang mengikuti banyak pelatihan lebih berhasil daripada
pengusaha yang kurang atau tidak mendapat pelatihan.
Selain itu, faktor lain penentu kinerja usaha yang dijalankan wirausaha
wanita berjalan baik atau tidak adalah lingkungan usaha, khususnya lingkungan
eksternal berupa kebijakan dari Pemerintah. Upaya untuk meningkatkan kinerja
usaha wirausaha wanita telah dilakukan oleh pemerintah, salah satunya adalah
pemerintah telah mengeluarkan UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, di mana Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
mempunyai kewajiban untuk mendorong pertumbuhan usaha mikro. Namun
demikian, industri rumahan yang dikelola oleh kaum wanita kurang mendapatkan
perhatian dari pemerintah. Bahkan, wanita justru lebih sering dirugikan dibanding
dengan laki-laki. Padahal, wirausaha wanita adalah yang telah menciptakan
lapangan kerja, menyediakan barang dan jasa dengan harga murah, serta
mengatasi masalah kemiskinan (Klobor 2012). Pelaksanaan kebijakan-kebijakan
mengenai dorongan pemerintah untuk meningkatkan kinerja usaha berbasis
agribisnis yang ada pada saat ini dinilai kurang atau belum efektif yang
mengakibatkan masih rendahnya pendapatan wirausaha wanita dibandingkan
dengan wirausaha pria, khususnya di bidang agribisnis. Oleh karena itu, penelitian
ini sangat penting untuk meneliti mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja usaha yang dijalankan oleh wirausaha wanita di subsektor hilir

5
pada sektor agribisnis. Hal ini dikarenakan sedikitnya jumlah wirausaha wanita
yang bekerja di sektor tersebut (Fajar 2012).

Tujuan Penelitian
1.

2.

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :
Menganalisis pengaruh karakteristik personal dan lingkungan eksternalinternal usaha terhadap jiwa kewirausahaan wirausaha wanita pada industri
pangan rumahan.
Menganalisis pengaruh jiwa kewirausahaan, karakteristik personal, dan
lingkungan eksternal-internal usaha terhadap kinerja usaha wirausaha wanita
pada industri pangan rumahan.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan bagi pihak-pihak
yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti :
1. Bagi pembuat kebijakan, baik di pusat maupun daerah dan pemerintah maupun
swasta, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi atau
masukan untuk meningkatkan kinerja usaha wirausaha wanita di Indonesia.
2. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan ilmu yang didapat
selama perkuliahan di kampus.

Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Kota dan Kabupaten Bogor sebagai studi
kasus, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat menyimpulkan kondisi di wilayah
lain. Selain itu, industri pangan rumahan yang dikaji adalah berbagai jenis olahan
pangan (makanan dan minuman) dikarenakan keterbatasan informasi jika hanya
memilih salah satu jenis olahan pangan dengan persyaratan skala rumahan dan
jumlah sampel minimal 100 responden.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan usaha dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya
adalah motivasi yang kuat dari pelaku usahanya, inovasi yang terus menerus
dilakukan, kemampuan dalam mengambil keputusan dalam situasi menghadapi
risiko, karakteristik personal yang dimiliki oleh wirausaha, dan kemampuan
dalam menghadapi lingkungan usaha yang senantiasa berubah-ubah, baik
lingkungan eksternal maupun internal usaha. Kinerja usaha merupakan suatu
ukuran apakah usaha yang dijalankan oleh wirausaha, khususnya wirausaha
wanita berjalan dengan baik atau sukses. Kinerja usaha yang dijalankan oleh

6
wirausaha dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini menggunakan faktor
jiwa kewirausahaan (seperti motivasi, inovasi, dan risiko), karakteristik personal,
dan lingkungan eksternal-internal usaha sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja usaha.

Pengaruh Karakteristik Personal terhadap Jiwa Kewirausahaan
Akar kata karakter dapat dilacak dari kata Latin, yaitu kharakter,
kharassein, dan kharax, yang maknanya tools for marking, to engrave, dan
pointed stake. Kata ini mulai banyak digunakan (kembali) dalam bahasa Perancis
caractere pada abad ke-14 dan kemudian masuk ke dalam bahasa Inggris menjadi
character, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia, yaitu karakter. Karakter
mengandung pengertian (1) suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang,
sehingga membuatnya menarik dan atraktif; (2) reputasi seseorang; (3) seseorang
yang memiliki kepribadian yang eksentrik. Dalam kamus Poerwadarminta,
karakter diartikan sebagai tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti
yang membedakan seseorang daripada yang lain. Dengan pengertian di atas dapat
dikatakan bahwa membangun karakter (character building) ialah proses mengukir
atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga “berbentuk” unik, menarik, dan
berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain (Suryana dan Bayu 2011).
Hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan karakteristik wirausaha
dilakukan oleh Rahardjo (2010) yang meneliti mengenai hubungan karakteristik
individu dengan keputusan menjadi wirausaha baru di Purwokerto (studi
tentang alternatif karir lulusan Peguruan Tinggi). Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa kerangka keputusan menjadi wirausaha baru adalah
merupakan kombinasi dari aspek sikap terhadap perilaku berwirausaha, norma
subyektif, dan kontrol perilaku. Selain itu, hasil lainnya adalah ada hubungan
secara positif dan signifkan antara karakteristik individu dengan keputusan
menjadi wirausaha baru di Purwokerto dan sekitarnya.
Hasil penelitian terdahulu lainnya yang terkait dengan karakteristik
wirausaha dilakukan oleh Syafiuddin (2008) yang meneliti mengenai hubungan
karakteristik dengan kompetensi pembudidaya rumput laut (Eucheuma spp) di
tiga kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (1) Mayoritas pembudidaya rumput laut yang diamati pada penelitian ini
berumur muda, pendidikan formal rendah, tanggungan keluarga sedang,
pendapatan keluarga rendah, pengalaman dan motivasi usaha sedang,
pemanfaatan media rendah, luas lahan budidaya sempit dan modal usaha
tergolong sedang. (2) Tiga bidang kompetensi pembudidaya yang paling dikuasai
adalah: (a) kemampuan pada aspek panen, (b) pembibitan dan penanaman serta
(c) aspek berkomunikasi dan memotivasi. Tiga kompetensi pada urutan paling
rendah adalah: (a) kemampuan pada aspek perencanaan, (b) pengelolaan
pascapanen dan (c) aspek pengawasan, evaluasi dan pengendalian usaha. (3)
Derajat hubungan sembilan dari dua belas karakteristik pembudidaya rumput laut
menunjukkan kesepakatan yang tinggi dalam penjenjangan seluruh bidang
kompetensi yang diamati (4) Hasil analisis jalur menunjukkan kompetensi
manajerial berpengaruh nyata terhadap kompetensi teknis. Pengaruh tersebut di
satu sisi akibat kontribusi peubah motivasi usaha, pelatihan dan modal sosial,

7
sedangkan di pihak lain akibat kontribusi peubah pendidikan formal, luas lahan,
dan pendapatan keluarga.
Zimmerer, Scarborough, dan Wilson (2008) mengemukakan bahwa seorang
wirausahawan (entrepreneur) adalah seseorang yang menciptakan bisnis baru
dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan
pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang signifikan dan
menggabungkan sumber-sumber daya yang diperlukan sehingga sumber-sumber
daya itu bisa dikapitalisasikan. Dari penjelasan tersebut dikemukakan bahwa
terdapat beberapa indikator kewirausahaan, yaitu motivasi, inovasi, dan risiko.
Indikator tersebut sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Noersasongko (2005), sedangkan Nitisusastro (2009) menyebut hal tersebut
sebagai jiwa kewirausahaan, Chaudhary et al. (2012) menyebutnya sebagai
pendorong kewirausahaan (entrepreneurial drive), dan Ginn dan Young (1992),
Manu dan Sriram (1996), Rajagopalan (1997), dan Veliyath et al. (1994) dalam
Fredianto (2001) menyebutnya sebagai orientasi kewirausahaan atau orientasi
strategik. Hubungan motivasi, inovasi, dan risiko dengan kinerja usaha dijelaskan
oleh Noersasongko (2005) yang menyatakan bahwa kewirausahaan dianggap
memiliki pengaruh yang dominan terhadap keberhasilan usaha.
Banyak para ahli mengemukakan pendapatnya untuk menjelaskan teori
motivasi. Lowe dan Marriott (2006) yang mengemukakan bahwa selain
keuntungan, motivasi seseorang untuk menjadi seorang wirausaha adalah prestasi
dan ambisi wirausaha wanita. Prestasi berarti hal yang berbeda untuk berbeda
dengan orang lain. Walaupun bagi banyak pengusaha, menjadi kaya mungkin
tidak menjadi tujuan sendiri, melainkan sarana bagi pengusaha yang dapat
menunjukkan bahwa wirausaha wanita telah mencapai keberhasilan dengan
membentuk sebuah organisasi yang berkelanjutan. Langkah pertama seorang
individu akan membuat keputusan yang signifikan dan mungkin yang mengubah
hidup. Wirausaha wanita akan mempertimbangkan apa yang akan wirausaha
wanita harapkan untuk dicapai, apakah kemungkinan bahwa wirausaha wanita
bisa mencapainya, apa risiko yang wirausaha wanita akan perlu diambil, dan
bagaimana kenyamanan wirausaha wanita dengan tingkat risiko yang wirausaha
wanita anggap ada. Kedengarannya seperti perhitungan biaya-manfaat yang
sederhana, namun bukan seperti itu. Ada sering banyak variabel yang perlu
dipertimbangkan, dan kemungkinan hasil itu sulit untuk diprediksi. Titik balik
untuk setiap individu berbeda, apa yang bisa tampak seperti dua situasi yang sama
mungkin menghasilkan pilihan yang berbeda. Meskipun keputusan untuk menjadi
seorang pengusaha adalah individu dan satu pribadi, adalah mungkin untuk
melihat beberapa kesamaan dalam faktor pendorong dan penarik yang
mempengaruhi keputusan pribadi untuk memilih menjadi wirausaha (Tabel 1).
Hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan motivasi berwirausaha pada
wirausaha wanita dilakukan oleh Kamal (1991) yang meneliti mengenai wanita
pengusaha pada masyarakat matrilineal dan peranannya dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat luas. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peluang
wanita Minangkabau untuk menjadi pengusaha disebabkan oleh tradisi atau adat
merantau yang kuat, di mana tercatat dari 45 rumah tangga, 9 orang (20 persen)
berusaha dengan keadaan suami dirantau sehingga istri (wanita) harus
bertanggung jawab terhadap kelangsungan ekonomi rumah tangga yang
menyebabkan istri (wanita) bekerja sebagai pengusaha. Selain itu, seorang wanita

8
menjadi pengusaha disebabkan karena aspek struktur keluarga, di mana istri
(wanita) mempunyai orientasi untuk mencari nafkah dibandingkan pria karena
posisi suami sebagai seorang pendatang dari suku lain karena perkawinan. Hasil
penelitian yang lainnya menunjukkan faktor yang dominan yang menyebabkan
banyak wanita pengusaha selain faktor budaya adalah faktor ekonomi, geografis,
kemajuan pembangunan, dan sebagainya.
Tabel 1 Faktor Pendorong dan Penarik
FAKTOR PENDORONG
Keterbatasan pada intensif finansial
Ketidaknyamanan pekerjaan
Kompetisi pekerjaan
Keterbatasan karir
Kurangnya kesempatan bagi inovasi
Kurangnya pengakuan dan ketidakcocokan
Ketidakpuasan dengan atasan
a

FAKTOR PENARIK
Bekerja untuk diri sendiri
Perolehan pendapatan
Keseimbangan kerja-hidup
Kebutuhan akan prestasi
Kebebasan untuk berinovasi
Mendapatkan status sosial
Fleksibilitas

Sumber : Lowe dan Marriott (2006)

Kewirausahaan sangat berkaitan sekali dengan pengambilan resiko. Richard
Kontilton, seorang ekonom Perancis, pada tahun 1734 adalah orang yang
mengkonsepkan kewirausahaan untuk pertama kalinya dan sebagai seorang
ekonom, dia memiliki definisi konsep kewirausahaan ini didasarkan pada
“pengambilan risiko yang tidak tergaransi" (Yaghoubi dan Ahmadi β010). Jong
dan Wennekers (2008) menyatakan bahwa kewirausahaan dapat didefinisikan
sebagai pengambilan risiko untuk menjalankan usaha sendiri dengan
memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau dengan
pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang menjadi
besar dan mandiri dalam menghadapi tantangan-tantangan persaingan.
Praag (2005) membedakan antara peluang dan kesediaan sebagai seorang
wirausaha. Individu dapat menjadi wirausaha ketika wirausaha wanita bersedia
dan mempunyai peluang yang dapat dikerjakan. Jika di antara kesediaan
(motivasi) atau peluang (kemampuan atau modal) tidak ada, individu tidak dapat
memulai sebagai seorang wirausaha.
Peluang adalah kemungkinan menjadi seorang wirausaha jika salah satu
menginginkannya, seperti modal awal, kemampuan kewirausahaan, dan
lingkungan (makro) ekonomi. Individu yang bersedia untuk memulai sebagai
seorang wirausaha mempunyai peluang sewaktu-waktu wirausaha wanita
memiliki modal yang cukup, atau dapat meminjam modal. Ini seperti pinjaman
yang bergantung pada kemampuan yang dirasa (wirausaha) untuk menjadi
wirausaha, yang diberikan kondisi-kondisi ekonomi.
Kesediaan untuk memulai sebagai seorang wirausaha adalah penilaian dari
pekerjaan di dalam pekerjaan sendiri melawan pekerja atau penganggur, dalam
artian situasi identik. Kesediaan positif ketika kewirausahaan terlihat sebagai
pilihan karir terbaik yang tersedia. Konsekuensinya, kesediaan bergantung kepada
di antara pilihan individu untuk ciri-ciri khusus dari wirausaha sebaik pilihan
alternatif yang tersedia dan daya pikat wirausaha wanita.

9
Hasil penelitian terdahulu lainnya yang terkait dengan motivasi dan risiko
berwirausaha pada wirausaha wanita dilakukan oleh Jyoti, Sharma, dan Kumari
(2011) meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi dan
kepuasan pengusaha wanita di pedesaan India. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa wanita yang berorientasi pada bisnis wirausaha wanita memiliki tingkat
kepuasan yang tinggi. Intensitas dari faktor-faktor yang berbeda (positif dan
negatif) seperti sosial, psikologis, keuangan, permasalahan, ketertarikan, dorongan
adalah elemen yang diputuskan untuk orientasi dan kepuasan dari pengusaha
wanita. Studi ini dianalisa lebih lanjut bahwa faktor ketertarikan memotivasi
pengusaha wanita untuk masuk ke bidang usaha dan mempengaruhi orientasi
terhadap bisnis dan dengan demikian wirausaha wanita mencerminkan kepuasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengusaha wanita yang termotivasi
melalui faktor dorongan. Hasil penelitian menggambarkan pentingnya faktor
keuangan yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pengusaha wanita. Bantuan
keuangan dari pemerintah maupun dari keluarga wirausaha wanita untuk
mendukung bisnis mempengaruhi tingkat kepuasan wirausaha wanita tetapi tidak
berlaku dikasus orientasi wirausaha wanita karena kepuasan lebih tercermin dalam
keuntungan finansial dari bisnis, yang dapat terjadi hanya ketika wirausaha wanita
memiliki akses awal untuk itu, apakah melalui lembaga keuangan atau melalui
keluarga wirausaha wanita. Penelitian lebih lanjut membuktikan hubungan antara
faktor psikologis dan orientasi pengusaha wanita. Hal ini dikarenakan hubungan
antara faktor psikologis dan orientasi pengusaha wanita memainkan peran penting
di dalam orientasi pengusaha wanita karena kebutuhan untuk mencapai kekuasaan
dan keanggotaan semua tercermin melalui karakteristik psikologis. Lebih lanjut,
penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial mempengaruhi orientasi
pengusaha wanita. Pasangan yang bermanfaat merupakan sumber motivasi bagi
pengusaha wanita sebagai dukungan moral positif yang mendorong wirausaha
wanita menghadapi dunia dengan lebih berani. Lebih lanjut, fenomena ini
diperkuat jika keluarga dan masyarakat juga memotivasi dan mendukung
wirausaha wanita. Penelitian ini mencerminkan bahwa wirausaha wanita juga
bersedia untuk mengambil risiko bisnis, yang mencerminkan tingkat orientasi
untuk bisnis wirausaha wanita. Hal ini menyimpulkan bahwa pengusaha wanita
telah datang dari berbagai usia dan wirausaha wanita tahu bagaimana menangani
pekerjaan yang berhubungan dengan masalah. Lebih lanjut mencerminkan
kepercayaan diri wirausaha wanita dalam menjalankan bisnis.
Kemampuan wirausaha yang dibutuhkan adalah kemampuan wirausaha
wanita untuk menghasilkan ide bisnis, menguraikan ide wirausaha wanita, dan
membuat produk atau jasa yang memiliki nilai pasar (Gries dan Naude 2008).
Menurut Drucker (1985), wirausahawan sangat berkaitan dengan inovasi. Lebih
jauh lagi Drucker (1985) mengungkapkan bahwa inovasi adalah alat spesifik
wiraswastawan, suatu alat untuk memanfaatkan perubahan sebagai peluang bagi
bisnis yang berbeda atau jasa yang berbeda. Wiraswastawan perlu secara sengaja
mencari sumber inovasi, perubahan dan gejala yang menunjukkan adanya peluang
untuk inovasi yang berhasil dan wirausaha wanita perlu mengetahui dan
menerapkan prinsip inovasi yang berhasil.
Penelitian dari Small Business Administration menemukan bahwa
perusahaan kecil menghasilkan lebih banyak inovasi yang penting secara ekonomi
dan secara teknis dibandingkan dengan perusahaan besar. Hal ini berkaitan

10
dengan penerapan inovasi untuk memecahkan masalah dan untuk memanfaatkan
peluang yang ditemui orang setiap hari. Inovasi (innovation) adalah kemampuan
untuk menerapkan solusi kreatif terhadap masalah dan peluang untuk
meningkatkan atau memperkaya kehidupan orang-orang. Seorang wirausahawan
sukses dengan cara memikirkan dan mengerjakan hal-hal baru atau hal-hal lama
dengan cara-cara baru. Memiliki ide yang hebat tidaklah mencukupi, mengubah
ide menjadi produk, jasa, atau usaha bisnis yang berwujud merupakan tahapan
berikutnya yang esensial (Zimmerer, Scarborough, dan Wilson 2008).
Hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan inovasi dan risiko dilakukan
oleh Hadiyati (2011) yang meneliti mengenai kreativitas dan inovasi berpengaruh
terhadap kewirausahaan usaha kecil. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa (1)
kreativitas meliputi terbuka terhadap pengalaman, suka memperhatikan dan
melihat sesuatu dengan cara yang tidak biasa, kesungguhan, menerima dan
merekonsiliasi sesuatu yang bertentangan, toleransi terhadap sesuatu yang tidak
jelas, independent dalam mengambil keputusan, berpikir dan bertindak,
memerlukan dan mengasumsikan otonomi, percaya diri, tidak menjadi subjek
dari standar dan kendali kelompok, rela mengambil resiko yang diperhitungkan,
gigih, sensitif terhadap permasalahan, kemampuan untuk mengenerik ide-ide yang
banyak, fleksibel, keaslian, responsif terhadap perasaan, terbuka terhadap
fenomena yang belum jelas, motivasi, bebas dari rasa takut gagal, berpikir dalam
imajinasi, selektif. (2) Inovasi yang meliputi menganalisis peluang, apa yang
harus dilakukan untuk memuaskan peluang, sederhana dan terarah dimulai dari
yang kecil, berpengaruh secara parsial terhadap variabel kewirausahaan. (3)
Berdasarkan analisis yang dilakukan, kreatifitas dan inovasi berpengaruh secara
simultan terhadap kewirausahaan dengan variabel inovasi memiliki pengaruh
yang lebih besar terhadap kewirausahaan.

Pengaruh Lingkungan Eksternal-Internal Usaha terhadap Kinerja Usaha
Lingkungan usaha adalah dinamika pergerakan lingkungan bisnis yang
merupakan lingkungan internal (mikro) dan lingkungan ekonomi yang merupakan
lingkungan eksternal (makro). Analisis lingkungan adalah suatu proses
monitoring terhadap lingkungan organisasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi
peluang (opportunities) dan tantangan (threats) yang mempengaruhi kemampuan
perusahaan untuk mencapai tujuannya. Adapun tujuan dilakukan analisis
lingkungan adalah agar organisasi dapat mengantisipasi lingkungan organisasi
sehingga dapat bereaksi secara cepat dan tepat untuk kesuksesan organisasi
(Dirgantoro 2001).
Kinerja merupakan hal yang sangat menentukan di dalam perkembangan
usaha. Menurut Day (1990), performance outcomes (keberhasilan) perusahaan
berupa : (1) satisfaction (kepuasan), artinya semakin banyak pihak merasa
terpuaskan oleh keberadaan perusahaan itu, seperti pelanggan, pemilik saham,
karyawan, pemberi pijaman, pemasok, dan pemerintah; (2) loyality (loyalitas),
menyangkut kesetiaan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan oleh
perusahaan sehingga wirausaha wanita tidak berpindah dalam pembelian pada
produk perusahaan lain; (3) market share (pangsa pasar), dalam hal ini sejauh
mana perusahaan tersebut mampu untuk terus meningkatkan dan memperluas

11
pangsa pasarnya bahkan mampu menjadi pemimpin pasar; dan (4) profitability
(peningkatan pendapatan), suatu perusahaan dikatakan berhasil dalam usahanya
dan menunjukkan kinerja yang baik jika secara bertahap terus memperlihatkan
peningkatan profit yang signifikan.
Sementara itu, Armstrong (2004) mengemukakan ukuran kinerja bisa
mengacu pada peningkatan income, sales, output, produktivitas, biaya,
penerimaan layanan, kecepatan reaksi atau berubah, pencapaian standar kualitas
atau reaksi pelanggan/klien. Sedangkan Cambridgeshire County Council (Dewan
Kota Cambridgeshirez) dalam Armstrong (2004) telah mengidentifikasi empat
tipe ukuran yang berbeda-beda, yaitu :
1. Ukuran uang : termasuk memaksimalkan income, meminimalkan
pengeluaran, dan meningkatkan tingkat pendapatan.
2. Ukuran waktu : mengekspresikan kinerja terhadap daftar waktu kerja, j