Usaha Peningkatan Kelarutan Si dari Trass sebagai Amelioran Tanah Gambut

USAHA PENINGKATAN KELARUTAN Si DARI TRASS
SEBAGAI AMELIORAN TANAH GAMBUT

SEPYAN BENY MELIALA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Usaha Peningkatan
Kelarutan Si dari Trass sebagai Amelioran Tanah Gambut adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Sepyan Beny Meliala
NIM A14090016

ABSTRAK
SEPYAN BENY MELIALA. Usaha Peningkatan Kelarutan Si dari Trass sebagai
Amelioran Tanah Gambut. Dibimbing oleh Atang Sutandi dan Budi Nugroho.
Kebutuhan akan pangan di Indonesia sangat besar dan bertambah setiap
tahun sementara lahan cenderung berkurang. Lahan pertanian dikonversi menjadi
lahan non pertanian, untuk itu perlu dilakukan usaha dalam meningkatkan
produksi pertanian melalui usaha ekstensifikasi untuk mengganti lahan yang
terkonversi. Namun lahan yang tersedia adalah lahan suboptimal seperti lahan
rawa gambut. Di dalam pemanfaatan tanah gambut sebagai lahan pertanian
tentunya memiliki masalah, misalnya tingkat kemasaman, keracunan asam-asam
organik, basa-basa dan kejenuhan basa (KB) rendah, ketersediaan silika yang
rendah, dan defesiensi unsur hara. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh
pemberian dolomit dan pembakaran terhadap kelarutan silikat, dan untuk melihat
pengaruh pemberian dolomit dan pembakaran terhadap pH tanah gambut.
Kegiatan penelitian meliputi analisis kimia dilakukan di Laboratorium Ilmu

Tanah-IPB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian trass dan dolomit
serta pembakaran meningkatkan kelarutan silikat, dimana perlakuan kombinasi
pemberian trass dan dolomit cenderung tinggi dalam meningkatkan kelarutan
silikat. Trass tanpa perlakuan memiliki kadar SiO2 yang paling rendah dengan
nilai 0,043 % sedangkan trass yang dicampur dengan dolomit 50% yang telah
dibakar pada suhu 550 °C memiliki kadar SiO2 yang paling tinggi sebesar 0,169 %.
Pada perlakuan kombinasi pemberian trass dan dolomit serta pembakaran juga
meningkatkan pH tanah gambut, dimana pada hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan pemberian trass dan dolomit serta pembakaran juga tinggi dalam
meningkatkan pH tanah gambut. Nilai pH gambut paling tinggi terdapat pada
perlakuan trass dicampur dengan dolomit lalu dibakar pada suhu 700 °C dengan
nilai 5,22.
Kata kunci: basa-basa, dolomit, pH gambut, silikat, trass

ABSTRACT
SEPYAN BENY MELIALA. Effort to Increase Si Solubility from Trass as Peat
Soil Ameliorant. Supervised by Atang Sutandi and Budi Nugroho.
The need for food in Indonesia is very large and growing every year without
agricultural land increasing but instead tends to reduced. Agricultural land has
been converted to become non agricultural land, therefore it is necessary to

improve agricultural production through extension efforts to cover for converted
land. But available land for agriculture is suboptimal land such as peat swamp
land. In land use of peat as agricultural have many problem, such as the level of
acidity, toxicity organic acids, bases and base saturation (KB) low, low of
availability of silica and nutrient deficiency. This research aims to see the
influence of the provision of dolomite and burning treatment to silicate solubility,
and to see the influence of the provision of dolomite and burning treatment of peat
soil pH. Research activities include chemical analysis conducted at the Laboratory
of Soil Science-IPB. The results showed that trass and dolomite can increases the
silicates solubility, where combination treatment trass and dolomite tend to be
high in enhancing the solubility of silicate on peat soil. Trass without treatment
had the lowest SiO2 content (0.043%) while trass mixed with dolomite 50%
which had been burned at a temperature of 550 °C has the highest SiO2 content
(0.169%). In the combination treatment trass and dolomite, also improve peat soil
pH, the results showed that the treatment and can increase peat soil pH. Peat soil
pH in the treatment trass mixed with dolomite and burn at a temperature of 700 °C
has the highest (5,22).
Keywords: bases, dolomite, peat soil pH, silicate, trass

USAHA PENINGKATAN KELARUTAN Si DARI TRASS

SEBAGAI AMELIORAN TANAH GAMBUT

SEPYAN BENY MELIALA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Usaha Peningkatan Kelarutan Si dari Trass sebagai Amelioran
Tanah Gambut
Nama
: Sepyan Beny Meliala

NIM
: A14090016

Disetujui oleh

Dr Ir Atang Sutandi, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Budi Nugroho, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas

anugrah dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang
berjudul USAHA PENINGKATAN KELARUTAN Si DARI TRASS
SEBAGAI AMELIORAN TANAH GAMBUT diajukan sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan.
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan februari 2014, selama masa
penelitian sampai penyelesaian skripsi ini penulis mendapat banyak dukungan
dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis
dapat dipermudah dalam menghadapi segala hambatan. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang teramat dalam kepada :
1. Bapak, Mamak, kakak penulis (Merry Gloria Meliala), dan adik penulis
(Eykel Mahrian Sembiring) serta sanak saudara penulis yang tak hentihentinya memberikan dukungan, doa, dan nasehat kepada penulis. Thanks
for all, God Bless You All.
2. Dr. Ir. Atang Sutandi, MSi selaku dosen pembimbing skripsi pertama atas
segala nasihat, bimbingan, teladan, dan dukungan kepada penulis selama
penelitian dan penulisan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Budi Nugroho, MSi selaku dosen pembimbing skripsi kedua atas
segala bimbingan dan dukungannya.
4. Dr. Ir. Arief Hartono, MSc selaku dosen penguji luar komisi atas bimbingan
dan kerjasamanya sehingga ujian sidang akhir penulis menjadi lancar.

5. Teman-teman satu bimbingan atas dukungan dan bantuannya selama
penelitian.
6. Seluruh Staf Pengajar Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.
7. Seluruh Staf Laboraturium Kimia dan Kesuburan Tanah dan Petugas
Lapang University Farm IPB serta seluruh Petugas Perpustakaan.
8. Seluruh teman-teman dari Laboraturium Kimia dan Kesuburan Tanah serta
seluruh teman-teman ILMU TANAH 46 yang tidak bisa saya sebutkan satupersatu atas bantuan, dukungan, doa, dan semangat yang tak akan pernah
terlupakan oleh penulis.

Bogor, Agustus 2015
Sepyan Beny Meliala

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii


DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
Latar Belakang......................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 3
METODE ................................................................................................................ 3
1. Pembuatan Amelioran dan Karakteristiknya ....................................................... 3
2. Pengaruh-pengaruh amelioran terhadap pH ........................................................ 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 6
SIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 14
Simpulan ................................................................................................................ 14
Saran ...................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15
LAMPIRAN .......................................................................................................... 16
LAMPIRAN

13


RIWAYAT HIDUP

15

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.

Kombinasi Perlakuan Trass dan Dolomit
Metode analisis Si, pH gambut, dan basa-basa
Penetapan SiO2 pada setiap perlakuan trass
Penetapan basa Ca dan Mg pada setiap perlakuan trass
Penetapan basa K dan Na pada setiap perlakuan trass

4
5

6
7
8

DAFTAR GAMBAR
1.

2.

3.

4.

Pengaruh pemberian trass + dolomit (tanpa dibakar) terhadap pH
gambut. A1: trass + 50 % dolomit, A2: trass + 75 % dolomit,
A3: trass + 100 % dolomit.
Pengaruh pemberian trass + (dolomit dibakar pada suhu 550 °C)
terhadap perubahan pH gambut. B1: trass + (50 % dolomit dibakar
pada suhu 550 °C), B2 : trass + (75 % dolomit dibakar pada suhu
550 °C), B3: trass + (100 % dolomit dibakar pada suhu 550 °C)

Pengaruh pemberian (trass + dolomit dibakar pada Suhu 700 °C)
terhadap perubahan pH gambut. C1: (trass + 50 % dolomit dibakar
pada Suhu 700 °C), C2: (trass + 75 % dolomit dibakar pada Suhu
700 °C), C3: (trass + 100 % dolomit dibakar pada Suhu 700 °C)
Perbandingan pH antara beberapa perlakuan

10

11

12
13

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Sidik ragam Ca pada trass ................................................................. 16
Lampiran 2 Sidik ragam Mg pada trass ................................................................ 16
Lampiran 3 Sidik ragam K pada trass ................................................................... 17
Lampiran 4 Sidik ragam Na pada trass ................................................................. 17
Lampiran 5 Hasil Uji Duncan kadar Ca, Mg, K, dan Na serta % SiO2 pada
trass .............................................................................................................. 18
Lampiran 6 Sidik ragam pH gambut hari ke-0...................................................... 18
Lampiran 7 Sidik ragam pH gambut hari ke-3...................................................... 19
Lampiran 8 Sidik ragam pH gambut minggu ke-1 ............................................... 19
Lampiran 9 Sidik ragam pH gambut minggu ke-2 ............................................... 19
Lampiran 10 Sidik ragam pH gambut minggu ke-3.............................................. 19
Lampiran 11 Sidik ragam pH gambut minggu ke-4.............................................. 19
Lampiran 12 Sidik ragam pH gambut minggu ke-5.............................................. 20
Lampiran 13 Sidik ragam pH gambut minggu ke-6.............................................. 20
Lampiran 14 Sidik ragam pH gambut minggu ke-7.............................................. 20
Lampiran 15 Sidik ragam pH gambut minggu ke-8.............................................. 20
Lampiran 16 Sidik ragam pH gambut minggu ke-9.............................................. 20
Lampiran 17 Sidik ragam pH gambut minggu ke-10............................................ 21
Lampiran 18 Sidik ragam pH gambut minggu ke-11............................................ 21
Lampiran 19 Sidik ragam pH gambut minggu ke-12............................................ 21
Lampiran 20 Hasil Uji Duncan pH tanah gambut ................................................. 22

Lampiran 21 Lanjutan hasil Uji Duncan pH tanah gambut ................................... 23
Lampiran 22 Persentase konversi silika dari perlit pada beberapa rentang
suhu dan waktu (Sumber : Srivastava et al. 2013) ...................................... 24
Lampiran 23 Pengaruh pH pada ketersediaan hara pada tanah organik.
Daerah yang tebal mengindikasikan bahwa hara tersedia bagi tanaman
(Sumber: Taiz and Zeiger 2006) .................................................................. 24

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan akan pangan di Indonesia sangat besar dan bertambah setiap
tahun sementara lahan pertanian tidak bertambah tetapi justru cenderung
berkurang, lahan pertanian dikonversi menjadi lahan non pertanian. Oleh karena
itu perlu dilakukan usaha dalam meningkatkan produksi pertanian melalui usaha
ekstensifikasi yang sebaiknya untuk mengganti lahan yang terkonversi. Namun
lahan yang tersedia adalah lahan suboptimal seperti lahan rawa gambut.
Pemanfaatan tanah gambut sebagai lahan pertanian memiliki beberapa masalah,
diantaranya tingkat kemasaman, keracunan asam-asam organik, basa-basa dan
kejenuhan basa (KB) rendah, ketersediaan silika yang rendah, dan defesiensi
unsur hara.
Kemasaman menandakan adanya indikasi penting terhadap reaksi-reaksi
kimia yang terjadi di dalam tanah. Tanah gambut umumnya memiliki tingkat
kemasaman yang relatif tinggi dengan pH kurang dari 4.0 (Ismunadji dan
Soepardi 1984). Menurut Halim (1987) dan Salampak (1987) pH H2O (1:5)
gambut pedalaman Berengbengkel, Kalimantan Tengah antara 3,25 sampai 3,75.
Kemasaman tanah gambut dipengaruhi oleh adanya kandungan asam-asam
organik seperti asam humik dan asam fulvik yang merupakan perombakan dari
bahan organik, bila tingkat kemasaman pada tanah gambut terlalu tinggi maka
akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Kandungan mineral pada tanah gambut di Indonesia umumnya kurang dari
5% dan sisanya adalah bahan organik. Fraksi organik terdiri dari senyawasenyawa humat sekitar 10 hingga 20% dan sebagian besar lainnya adalah senyawa
lignin, selulosa, hemiselulosa, lilin, tannin, resin, suberin, protein, dan senyawa
lainnya. Komposisi kimia pada tanah gambut dipengaruhi oleh bahan induk
tanamannya, tingkat dekomposisi dan sifat kimia lingkungan aslinya. Sebagian
dari asam organik bersifat racun bagi tanaman yaitu dari golongan senyawa
fenolat. Asam-asam fenolat serta turunannya dan juga senyawa benzen karboksilat
merupakan "building block" utama dari susunan asam humat dan fulvat. Building
block tersebut bergabung melalui berbagai ikatan seperti ikatan H, gaya vander
Wall, ikatan C-O dan ikatan C-C (Schnitzer 1977 dalam Sabiham 1999).
Kandungan basa-basa (Ca, Mg, K, dan Na) pada tanah gambut umumnya
rendah terutama pada gambut oligotofik. Rata-rata kandungan Ca pada tanah
gambut eutrofik adalah sekitar 2,0 % dan pada tanah gambut oligotrofik sekitar
0,3 %. Kandungan Mg pada kedua jenis tanah gambut tersebut masing-masing
sekitar 0,3 dan 0,6 % (Lucas 1982). Sabiham et al. (1988) mengemukanan bahwa
kejenuhan basa pada tanah gambut bereng bengkel hanya 4,65 % dengan kadar
abu 0,94 %. Drieessesn dan Soepraptohadji (1974) mengemukakan bahwa gambut
air sugihan KB-nya hanya 11,88 % dan kadar abu 5,10 %. Kandungan hara ada
kaitannya dengan tingkat kesuburan gambut dan lapisan mineral dibawah tanah
gambut. Semakin tebal lapisan gambut maka akan semakin miskin hara pada
gambut tersebut, apalagi dibawah gambut adalah pasir kuarsa, umumnya gambut
tersebut miskin akan hara.

2

Trass merupakan hasil erupsi gunung api yang telah mengalami pelapukan
yang kaya akan feldspar dan silika. Pada keadaan alami trass tidak memiliki sifat
semen, namun bila bercampur dengan air akan dapat bereaksi secara kimia dengan
kapur yang dapat membentuk senyawa yang bersifat semen. Kandungan tersebut
berupa silika yang dapat dilarutkan dan dikombinasikan misalnya dengan CaO
sebagai kalsium silika (Bemmelen 1949). Trass juga digunakan sebagai bahan
dalam pembuatan semen, batako, dan keramik.
Silikon adalah elemen terbesar kedua yang melimpah di kerak bumi. Pada
larutan tanah berada dalam bentuk monosilicic acid, Si(OH)4 dengan kelarutan
dalam air (pada suhu 25 °C) ~ 2 mM (setara dengan 56 mg Si L-1) (Marschner
2012). Silikon merupakan penyusun mayoritas mineral yang terdapat di dalam
tanah bersama-sama Al dan Fe. Mineral tersebut sangat tidak larut, sehingga
konsentrasi Si di dalam larutan tanah rendah. Jika mineral lapuk, akan dibebaskan
asam silikat yang dapat diserap oleh tanaman. Pada tanaman, silikon merupakan
komponen dinding-dinding sel. Tanaman biji-bijian dan rumput mengandung 0,22,0 % Si, sedangkan tanaman berdaun lebar mengandung 0,02-0,2 % Si
(Munawar 2011). Tanaman mengabsobrsi silikon dalam jumlah besar dari tanah.
Tebu mengabsorbsi sebesar 300-700 kg Si ha -1, padi sebesar 150-300 kg Si ha -1,
gandum sebesar 50-150 kg Si ha -1. Secara umum tanaman mengabsorbsi sebesar
50-200 kg Si ha -1 (Barker and Pilbeam 2007).
Meskipun belum dinyatakan sebagai hara esensial untuk semua tanaman,
unsur ini mempunyai peran dan fungsi yang nyata bagi tanaman, seperti padi dan
tebu (Saccharum officinarum). Tanaman yang dipasok cukup Si memiliki dinding
sel yang lebih kuat dan tegak, sehingga tanaman dapat terhindar dari serangan
serangga. Keberadaan unsur Si secara signifikan meningkatkan toleransi tanaman
terhadap panas dan kekeringan. Penyemprotan tanaman dengan Si juga dapat
mengurangi pupulasi kutu (aphids). Silikon juga mencegah keracunan Fe dan Mn
pada tanaman (Munawar 2011).
Dolomit dapat tergolong dalam batuan sedimen karbonat yang merupakan
kelas batuan sedimen. Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari
proses pembatuan atau lithifikasi hasil dari pelapukan dan erosi lalu
tertransportasi dan seterusnya terendapkan. Dolomit utamanya terdiri atas dua
mineral karbonat yaitu kalsit (CaCO3) dan magnesit (MgCO3). Penyebaran
dolomit yang cukup besar terdapat di Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Jawa Tengan, Jawa Timur, Madura, dan Papua. Potensi dolomit juga terdapat di
beberapa daerah namun jumlahnya relatif jauh lebih kecil dan hanya berupa
guratan-guratan pada endapan batu gamping (Febriana 2011).
Untuk menanggulangi permasalahan gambut diatas, perlu dicari bahan
amelioran yang dapat menanggulangi semua masalah gambut seperti pH rendah,
kandungan asam organik meracun, kadar silikat rendah, kandungan hara makro
dan mikro yang rendah. Dalam penelitian ini dicari bahan amelioran yang
merupakan kombinasi trass dan dolomit serta merekayasa trass agar Si yang
dikandungnya dapat larut. Diharapkan amelioran ini dapat meningkatkan pH
tanah gambut, meningkatkan KB tanah gambut, mensuplai unsur mikro,
mensuplai Si, dan menanggulangi asam-asam organik meracun.

3

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk melihat pengaruh pemberian dolomit dan pembakaran terhadap
kelarutan Si.
2. Untuk melihat pengaruh pemberian dolomit dan pembakaran terhadap pH
tanah gambut.

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan untuk
percobaan aplikasi trass pada tanaman padi. Pengukuran pH, basa-basa, dan silika
dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu
Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Agustus 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi trass yang berasal dari
Cigombong Kabupaten Bogor, dolomit, tanah gambut, aquades, KOH, amonium
tetamolybdate atau (NH4)6 Mo7O24.4H2O pH 7 dan H2SO4. Alat-alat yang
digunakan yaitu oven, tanur dan peralatan untuk analisis laboraturium seperti gelas
(gelas piala, gelas ukur, tabung erlenmeyer, pipet Mohr, pipet volumetrik, buret,
labu destilasi, dan peralatan pengukuran seperti Spectrophotometer, pH meter,
Flamephotometer, Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).

Metode Penelitian
1.

Pembuatan Amelioran dan Karakteristiknya
Langkah awal persiapan percobaan yakni bahan amelioran trass dikering
udarakan selama ± 24 jam. Kemudian trass dan dolomit dihaluskan dan diayak
sampai berukuran 2 mm. Setelah itu diberikan perlakuan terhadap trass dan
kombinasinya dengan dolomit. Dolomit yang digunakan sebesar 2,028 kg pada
perlakuan dolomit 100 %, 1,521 kg pada perlakuan dolomit 75 %, dan 1,014 kg
pada perlakuan dolomit 50 %. Untuk setiap perlakuan digunakan trass sebesar 1
kg. Kombinasi perlakuan dapat dilihat pada tabel 1.

4

Tabel 1 Kombinasi Perlakuan Trass dan Dolomit
No. Nama
Perlakuan
Kontrol
1
Trass tanpa perlakuan
Trass
2
Trass di oven 24 jam pada suhu 105 °C
A1
Tras di oven 24 jam pada suhu 105 °C+dolomit 50%
3
A2 Tras di oven 24 jam pada suhu 105 °C+dolomit 75 %
4
A3 Tras di oven 24 jam pada suhu 105 °C+dolomit 100%
5
B1 Trass + (dolomit 50 % dibakar pada suhu 550 °C) selama 2 jam
6
B2
Trass + (dolomit 75 % dibakar pada suhu 550 °C) selama 2 jam
7
B3 Trass + (dolomit 100 % dibakar pada suhu 550 °C) selama 2 jam
8
C1 (Trass + dolomit 50 %) dibakar pada suhu 700 °C selama 1,5 jam
10
C2 (Trass + dolomit 75 %) dibakar pada suhu 700 °C selama 1,5 jam
11
C3 (Trass + dolomit 100 %) dibakar pada suhu 700 °C selama 1,5 jam
12
Setelah itu dilakukan analisis Si tersedia dan basa Ca, Mg, K, dan Na
pada trass dan kombinasinya dengan dolomit yang meliputi tahapan sebagai
berikut.
-Persiapan Larutan :
Timbang teliti 0,2500 g trass dan dolomit yang telah dihaluskan ke dalam
labu takar volume 100 ml. Tambahkan 50 ml asam sitrat 2 % dengan dispenser
atau pipet volume 50 ml. Tutup dan kocok dengan mesin kocok kecepatan 200
goyangan menit-1. Tambahkan air bebas ion hingga tanda tera 100 ml. Kocok
bolak-balik dengan tangan hingga homogen, saring dengan kertas saring agar
didapat cairan jernih.
-Pengukuran Si :
Pipet 5-10 ml ekstraktan ke dalam labu takar 50 ml, tambahkan 10 ml
H2SO4 1 N dengan gelas ukur, masukkan 10 ml larutan amonium molibdat dan 10
ml larutan tartaric acid. Kocok sampai merata dan tera dengan aquades. Lalu ukur
dengan menggunakan spectrophotometer dengan panjang gelombang 400 nm.
-Pengukuran Ca, Mg, K, dan Na :
Pipet 1 ml ekstraktan ke dalam labu takar 50 ml, lalu tambahkan 5 ml
lantan. Bila larutan masih terlalu pekat, pipet kembali 1 ml ke dalam labu takar 25
ml dan tambahkan 2,5 ml lantan. Lalu ukur dengan menggunakan Atomic
absorption Spectrophotometer (AAS) untuk Ca dan Mg, serta flamephotometer
untuk K dan Na
2.

Pengaruh-pengaruh amelioran terhadap pH
Kadar air tanah gambut yang digunakan pada penelitian ini sebesar 218 %.
Kadar air tersebut ditetapkan secara gravimetri dengan pengeringan gambut pada
suhu 105 °C selama 24 jam. Tanah gambut yang dibutuhkan adalah 3 kg bobot
kering mutlak (BKM). Perhitungan bobot kering udara (BKU) tanah gambut yang
diperlukan adalah sebagai berikut

5

(

)

Kemudian tanah dicampur dengan bahan amelioran sesuai perlakuan yang sama
dengan perlakuan untuk penetapan SiO2, Ca, Mg, K, dan Na. Tanah gambut ini
digunakan dalam penetapan pH.
Tabel 2 Metode analisis Si, pH gambut, dan basa-basa
Parameter
Si-tersedia (% SiO2)
pH gambut
Ca, Mg, K, dan Na

Metode
Blue Silicomolybdous Acid
H2O 1:1 dan KCl 1:1
NH4OAC pH 7

Alat
Spectrophotometer
pH meter
AAS dan Flamefhotometer

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penetapan SiO2
Tabel 3 Penetapan SiO2 pada setiap perlakuan trass
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
10
11
12

Nama
Kontrol
Trass
A1
A2
A3
B1
B2
B3
C1
C2
C3

Perlakuan
Trass tanpa perlakuan
Trass di oven 24 jam pada suhu 105 °C
Tras di oven 24 jam pada suhu 105 °C+dolomit 50%
Tras di oven 24 jam pada suhu 105 °C+dolomit 75 %
Tras di oven 24 jam pada suhu 105 °C+dolomit 100%
Trass +(dolomit 50 % dibakar pada suhu 550 °C)
Trass +(dolomit 75 % dibakar pada suhu 550 °C)
Trass +(dolomit 100 % dibakar pada suhu 550 °C)
(Trass +dolomit 50 %) dibakar pada suhu 700 °C
(Trass +dolomit 75 %) dibakar pada suhu 700 °C
(Trass +dolomit 100 %) dibakar pada suhu 700 °C

% SiO2
0,043
0,066
0,120
0,145
0,152
0,169
0,075
0,067
0,149
0,148
0,149

Pada percobaan penetapan kadar SiO2 pada trass menunjukkan bahwa trass
tanpa perlakuan memiliki kadar SiO2 yang paling rendah dengan nilai 0,043 %
SiO2, trass dengan perlakuan pengovenan pada suhu 105 °C selama 24 jam
mengalami kenaikan kadar SiO2 menjadi 0,066 % SiO2. Hal ini menunjukkan
bahwa peningkatan suhu dapat meningkatkan kadar % SiO2.
Trass yang mendapat perlakuan pengovenan pada suhu 105 °C selama 24
jam dan diberi penambahan dolomit dengan kandungan masing-masing 50 %,
75 %, dan 100 % menunjukkan peningkatan kadar SiO2 dibandingkan tanpa
penambahan dolomit, masing-masing sebesar 0,120, 0,145, dan 0,145 % SiO2.
Peningkatan penambahan komposisi dolomit pada trass berbanding lurus dengan
peningkatan kadar SiO2 nya, dimana semakin tinggi komposisi pemberian dolomit
pada trass juga akan meningkatkan kadar SiO2 trassnya. Hal tersebut dapat
menunjukkan bahwa dengan melakukan pemberian dolomit pada trass dapat
meningkatkan kadar SiO2 trass tersebut.
Pada perlakuan trass yang dicampur dengan dolomit yang telah dibakar
pada suhu 550 °C menunjukkan keadaan sebaliknya. Peningkatan penambahan
komposisi dolomit berbanding terbalik dengan peningkatan kadar SiO2 trassnya,
dimana semakin tinggi komposisi penambahan dolomitnya akan menyebabkan
penurunan kadar SiO2 trassnya. Perlakuan trass dengan penambahan dolomit
50 % yang telah dibakar pada suhu 550 °C memiliki kadar SiO2 yang paling tinggi
yaitu sebesar 0,169 % SiO2. Perlakuan trass yang dicampur dengan dolomit
kemudian dibakar pada suhu 700 °C mengalami peningkatan kadar SiO2 namun
peningkatan penambahan komposisi dolomitnya tidak begitu berpengaruh
terhadapat kenaikan kadar SiO2 trassnya.
Secara umum pengovenan maupun pembakaran meningkatkan kadar SiO2.
Srivastava et al. (2013) melakukan percobaan ekstraksi silika dari perlit. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa persentase Si yang terkonversi semakin
meningkat dengan peningkatan suhu, mencapai 71,4 % pada suhu 120 °C

7

(Lampiran 2). Penambahan dolomit juga mampu meningkatkan kadar
SiO2. Menurut Lamar (1957) dolomit di beberapa tempat di Illinois memiliki
kandungan SiO2. Febriana (2011) melakukan analisis kandungan kimia dolomit
dari Lamongan. Kandungan SiO2 pada dolomit adalah sebesar 2,19 %. Adanya
kandungan SiO2 pada dolomit diduga dapat meningkatkan kandungan SiO2 pada
trass.
Walaupun tidak termasuk unsur esensial, Si merupakan salah satu unsur
yang penting bagi tanaman karena memiliki kontribusi yang besar bagi tanaman.
Kadar SiO2 dalam tanaman cukup besar. Jumlahnya hampir sama bahkan lebih
besar dari kadar hara makro pada tanaman. Kisaran kadar beberapa unsur hara
pada tanaman pangan yaitu : nitrogen 0,5-6 %, fosfor 0,15-0,5 %, sulfur 0,11,5 %, kalium 0,8-8 %, kalsium 0,1-6 %, magnesium 0,05-1 %, dan silikon 0,110 % (Epstein 1994). Si memiliki kontribusi dalam kemampuan tanaman
menghadapi cekaman abiotik (serangan serangga, bakteri, dan fungi) dan biotik
(keracunan Al dan logam berat seperti Mn,Fe, Zn, dan Pb). Kontribusi dalam
menghadapi cekaman biotik karena Si mampu berikatan dengan Al, Mn,Fe, Zn,
dan Pb. (Barker and Pilbeam 2007).
Penetapan Basa-Basa
Tabel 4 Penetapan basa Ca dan Mg pada setiap perlakuan trass
No.

Nama

Perlakuan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kontrol
Trass
A1
A2
A3
B1
B2
B3
C1
C2
C3

Trass tanpa perlakuan
Trass dioven 24 jam pada suhu 105 °C
Tras dioven 24 jam pada suhu 105 °C+dolomit 50%
Tras dioven 24 jam pada suhu 105 °C+dolomit 75 %
Tras dioven 24 jam pada suhu 105 °C+dolomit 100%
Trass +(dolomit 50 % dibakar pada suhu 550 °C)
Trass +(dolomit 75 % dibakar pada suhu 550 °C)
Trass +(dolomit 100 % dibakar pada suhu 550 °C)
(Trass +dolomit 50 %) dibakar pada suhu 700 °C
(Trass +dolomit 75 %) dibakar pada suhu 700 °C
(Trass +dolomit 100 %) dibakar pada suhu 700 °C

me / 100 g
Ca
Mg
0,294 0,487
0,319 0,507
11,654 10,961
14,488 13,156
17,075 14,146
11,448 10,448
11,723 10,910
13,787 12,862
15,053 13,116
16,222 14,057
19,634 16,711

Pada penetapan basa Ca di dapatkan hasil percobaan yang menunjukkan
bahwa trass tanpa perlakuan memiliki kadar basa Ca yang paling rendah dengan
nilai 0,294 me/100 g, trass yang mendapat pengovenan pada suhu 105 °C selama
24 jam mengalami kenaikan kadar basa Ca menjadi 0,319 me/100 g. Pengovenan
trass dapat menaikkan kadar basa Ca pada trass.
Trass dengan penambahan dolomit 100 % memiliki kadar Ca lebih tinggi
dibandingkan dengan penambahan dolomit 50 dan 75 % baik pada trass yang di
oven pada suhu 105 °C, dolomit yang dibakar pada suhu 550 °C, maupun trass
dan dolomit yang kemudian dibakar pada suhu 700 °C. Hal ini menunjukkan
bahwa penambahan dolomit meningkatkan kadar Ca dan juga peningkatan
penambahan kadar dolomit menyebabkan peningkatan kadar Ca. Perlakuan trass

8

dan dolomit 100 % kemudian dibakar pada suhu 700 °C memiliki kadar Ca yang
paling tinggi sebesar 19,634 me/100 g. Hasil percobaan yang menunjukkan bahwa
trass tanpa perlakuan memiliki kadar basa Mg yang paling rendah dengan nilai
0,487 me/100 g, trass yang mendapat perlakuan pengovenan pada suhu 105 °C
selama 24 jam mengalami kenaikan kadar basa Mg menjadi 0,507 me/100 g.
Pengovenan trass dapat menaikkan kadar basa Mg pada trass. Trass
dengan penambahan dolomit 100 % memiliki kadar Mg lebih tinggi dibandingkan
dengan penambahan dolomit 50 dan 75 % baik pada trass yang di oven pada suhu
105 °C, dolomit yang dibakar pada suhu 550 °C, maupun trass dan dolomit yang
kemudian dibakar pada suhu 700 °C. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan
dolomit meningkatkan kadar Mg dan juga dengan adanya peningkatan
penambahan kadar dolomit dapat menyebabkan peningkatan kadar Mg pada trass
tersebut. Trass dengan penambahan dolomit 100 % yang kemudian dibakar pada
suhu 700 °C memiliki kadar Mg yang paling tinggi sebesar 16,711 me/100 g.
Menurut Harjanti (2009) pemberian dolomit dapat meningkatkan Ca dan Mg
dapat dipertukarkan. Kadar Ca dan Mg tanah meningkat hingga 100 % pada
minggu ke-7 percobaannya.
Tabel 5 Penetapan basa K dan Na pada setiap perlakuan trass
No.

Nama

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kontrol
Trass
A1
A2
A3
B1
B2
B3
C1
C2
C3

Perlakuan
Trass tanpa perlakuan
Trass di oven 24 jam pada suhu 105 °C
Tras di oven 24 jam pada suhu 105 °C+dolomit 50 %
Tras di oven 24 jam pada suhu 105 °C+dolomit 75 %
Tras di oven 24 jam pada suhu 105 °C+dolomit 100 %
Trass +(dolomit 50 % dibakar pada suhu 550 °C)
Trass +(dolomit 75 % dibakar pada suhu 550 °C)
Trass +(dolomit 100 % dibakar pada suhu 550 °C)
(Trass +dolomit 50 %) dibakar pada suhu 700 °C
(Trass +dolomit 75 %) dibakar pada suhu 700 °C
(Trass +dolomit 100 %) dibakar pada suhu 700 °C

me / 100 g
K
Na
0,519
1,194
0,206
0,553
0,068
0,637
0,062
0,531
0,044
0,486
0,642
7,826
0,589
7.694
0,502
6,784
0,051
0,274
0,025
0,243
0,025
0,115

Hasil percobaan yang menunjukkan bahwa trass tanpa perlakuan memiliki
kadar basa K yang lebih tinggi dengan nilai 0,519 me/100 g bila dibandingkan
dengan trass yang mendapat perlakuan pengovenan pada suhu 105 °C selama 24
jam dengan nilai 0,206 me/100 g. Trass yang di oven pada suhu 105 °C selama 24
jam dengan penambahan dolomit dengan kadar masing-masing 50 %, 75 %, dan
100 % mengalami penurunan kadar basa K dengan nilai masing-masing 0,068,
0,062, dan 0,044 me/100 g. Pengovenan trass pada suhu 105 °C selama 24 jam
menurunkan kadar basa K pada trass, dan juga trass yang di oven pada suhu 105
°C selama 24 jam dengan penambahan dolomit juga mengalami penurunan kadar
basa K yang berarti bahwa pemanasan selama 24 jam dan juga penambahan
dolomit dengan kadar yang semakin tinggi dapat menurunkan kadar basa K pada
trass.
Trass dengan penambahan dolomit dengan kadar masing-masing 50 %, 75

9

%, dan 100 % yang sudah dibakar terlebih dahulu pada suhu 550 °C memiliki
kadar basa K dengan nilai masing-masing 0,642, 0,589, dan 0,502 me/100 g yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan trass ditambahkan dolomit
dengan kadar 50 %, 75 %, dan 100 % yang kemudian dibakar pada suhu 700 °C
dengan nilai masing-masing 0,051, 0,025, dan 0,025 me/100 g, memiliki kadar K
yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa peningkatan suhu pada trass serta penambahn dolomit
dengan kadar yang semakin tinggi dapat menyebabkan penurunan kadar basa K
pada trass.
Pada penetapan basa Na di dapatkan hasil percobaan yang menunjukkan
bahwa Trass tanpa perlakuan memiliki kadar basa Na yang lebih tinggi dengan
nilai 1,194 me/100 g bila dibandingkan dengan trass yang mendapat perlakuan
pengovenan pada suhu 105 °C selama 24 jam dengan nilai 0,553 me/100 g. Trass
yang di oven pada suhu 105 °C selama 24 jam dengan penambahan dolomit
dengan kadar masing-masing 50 %, 75 %, dan 100 % mengalami penurunan kadar
basa Na dengan nilai masing-masing 0,637, 0,531, dan 0,486 me/100 g.
Pengovenan trass pada suhu 105 °C selama 24 jam menurunkan kadar basa Na
pada trass, dan juga trass yang di oven pada suhu 105 °C selama 24 jam dengan
penambahan dolomit juga mengalami penurunan kadar basa Na. Hal ini berarti
pemanasan selama 24 jam dan juga penambahan dolomit dengan kadar yang
semakin tinggi dapat menurunkan kadar basa Na pada trass.
Trass dengan penambahan dolomit dengan kadar masing-masing 50 %, 75
%, dan 100 % yang sudah dibakar terlebih dahulu pada suhu 550 °C memiliki
kadar basa Na dengan nilai masing-masing 7,826, 7,694, dan 6,784 me/100 g yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan trass ditambahkan dolomit
dengan kadar 50 %, 75 %, dan 100 % yang kemudian dibakar pada suhu 700 °C
dengan nilai masing-masing 0,274, 0,243, dan 0,115 me/100 g yang memiliki
kadar Na yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa peningkatan suhu pada trass serta penambahan dolomit
dengan kadar yang semakin tinggi dapat menyebabkan penurunan kadar basa Na
pada trass.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar Ca dan Mg meningkat dengan
peningkatan dosis dolomit sementara kadar K dan Na mengalami penurunan.
Chairoeddin (1985) menyebutkan bahwa pemberian dolomit sampai dosis tertentu
meningkatkan kadar K batang tanaman kedelai, tetapi pada dosis yang lebih tinggi
pemberian dolomit cenderung menurunkan kadar K batang tanaman kedelai.
Kadar K daun tanaman kedelai cenderung turun dengan meningkatnya dosis
dolomit. Penurunan kadar K didalam jaringan tanaman akibat pemberian dolomit
diduga karena menurunnya keterdiaan K didalam tanah. Pemberian dolomit
menambah unsur Ca dan Mg didalam tanah yang akan berantagonisme dengan K
pada reaksi pertukaran kation.

10

Penetapan pH

5.76
5.26

pH

4.76
4.26
3.76
3.26

Waktu
Kontrol

Slag

Trass

A1

A2

A3

Dolomit

Gambar 1 Pengaruh pemberian trass + dolomit (tanpa dibakar) terhadap pH
gambut. A1: trass + 50 % dolomit, A2: trass + 75 % dolomit,
A3: trass + 100 % dolomit.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa semua perlakuan pemberian dosis
trass dan kombinasinya dengan dolomit tanpa dibakar memiliki nilai pH tanah
gambut yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Pemberian trass dan
kombinasinya dengan dolomit pada hari 0 didapatkan nilai pH tertinggi pada
perlakuan dolomit dan pH terendah pada perlakuan kontrol. Pada hasil percobaan
menunjukkan terjadinya ketidakstabilan besaran nilai pH gambut yang dapat
dilihat pada hari ke tiga setelah pemberian trass dan kombinasinya dengan
dolomit dimana terjadi kenaikan nilai pH pada semua perlakuan kecuali pada
perlakuan kontrol dan trass yang mengalami penurunan pH gambut.
Setelah itu pada minggu I terjadi kenaikan pH kembali pada semua
perlakuan percobaan dan pada minggu II terjadi penurunan kembali pada semua
perlakuan kecuali pada perlakuan slag yang mengalami kenaikan pH gambut.
Setelah minggu III kenaikan nilai pH gambut pada semua perlakuan penelitian
tetap konstan. Puncak kenaikan pH tertinggi terjadi pada minggu VI dan setelah
itu terjadi penurunan nilai pH gambut pada semua perlakuan penelitian mulai dari
minggu VII sampai akhir pengamatan. Pada perlakuan pemberian dosis trass dan
kombinasinya dengan dolomit memiliki nilai pH tertinggi terdapat pada perlakuan
A3 (trass + 100 % dolomit) dan nilai pH terendah terdapat pada perlakuan kontrol.
Pengaruh pemberian trass + dolomit (tanpa dibakar) terhadap pH gambut dapat
dilihat pada Gambar 1.

11

5.76
5.26

pH

4.76
4.26
3.76
3.26

Waktu
Kontrol

Slag

Trass

B1

B2

B3

Dolomit

Gambar 2 Pengaruh pemberian trass + (dolomit dibakar pada suhu 550 °C)
terhadap perubahan pH gambut. B1: trass + (50 % dolomit dibakar
pada suhu 550 °C), B2 : trass + (75 % dolomit dibakar pada suhu
550 °C), B3: trass + (100 % dolomit dibakar pada suhu 550 °C)
Hasil percobaan menunjukkan bahwa semua perlakuan pemberian dosis
trass dan kombinasinya dengan dolomit dibakar pada suhu 550 °C memiliki nilai
pH tanah gambut yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Pemberian trass
dan kombinasinya dengan dolomit pada hari 0 didapatkan nilai pH tertinggi pada
perlakuan B3 (trass + 75 % dolomit yang dibakar pada suhu 550 °C) dan pH
terendah pada perlakuan kontrol. Hasil percobaan menunjukkan terjadinya
ketidakstabilan besaran nilai pH gambut yang dapat dilihat pada hari ketiga
setelah pemberian trass dan kombinasinya dengan dolomit dimana terjadi
kenaikan nilai pH pada semua perlakuan kecuali pada perlakuan kontrol, Slag, dan
trass yang mengalami penurunan pH gambut.
Setelah itu pada minggu I terjadi kenaikan pH kembali pada semua
perlakuan percobaan dan pada minggu II terjadi penurunan kembali pada semua
perlakuan. Kemudian pada minggu III pH tanah gambut naik kembali dan pada
minggu IV juga terjadi penurunan pH pada semua perlakuan penelitian kecuali
pada perlakuan kontrol dan B3 (trass + 100 % dolomit yang dibakar pada suhu
550 °C) yang mengalami kenaikan pH gambut. Pada minggu V terjadi kembali
kenaikan nilai pH gambut pada semua perlakuan penelitian. Setelah minggu V
tetap konstan terjadinya kenaikan nilai pH gambut pada semua perlakuan
penelitian yang puncak kenaikan pH tertingginya terjadi pada minggu VIII kecuali
pada perlakuan kontrol yang puncak kenaikan pH tertinggi terjadi pada minggu ke
VI, setelah itu terjadi kembali penurunan besaran nilai pH gambut pada semua
perlakuan penelitian sampai akhir pengamatan.
Pada perlakuan pemberian dosis trass dan kombinasinya dengan dolomit
yang dibakar pada suhu 550 °C memiliki nilai pH tertinggi terdapat pada
perlakuan B3 (trass + 100 % dolomit yang dibakar pada suhu 550 °C) dan nilai

12

pH terendah terdapat pada perlakuan kontrol. Pengaruh pemberian trass +
(dolomit dibakar pada suhu 550 °C) terhadap perubahan pH Gambut dapat dilihat
pada Gambar 2.
5.76
5.26

pH

4.76
4.26
3.76
3.26

Waktu
Kontrol

Slag

Trass

C1

C2

C3

Dolomit

Gambar 3 Pengaruh pemberian (trass + dolomit dibakar pada Suhu 700 °C)
terhadap perubahan pH gambut. C1: (trass + 50 % dolomit dibakar
pada Suhu 700 °C), C2: (trass + 75 % dolomit dibakar pada Suhu
700 °C), C3: (trass + 100 % dolomit dibakar pada Suhu 700 °C)
Hasil percobaan menunjukkan bahwa semua perlakuan pemberian dosis
trass dan kombinasinya dengan dolomit yang dibakar pada suhu 700 °C memiliki
nilai pH tanah gambut yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Pemberian
trass dan kombinasinya dengan dolomit pada hari 0 didapatkan nilai pH tertinggi
pada perlakuan C3 (trass dan 100 % dolomit yang dibakar pada suhu 700 °C) dan
pH terendah pada perlakuan kontrol. Hasil percobaan menunjukkan terjadinya
ketidakstabilan besaran nilai pH gambut yang dapat dilihat pada hari ketiga
setelah pemberian trass dan kombinasinya dengan dolomit yang dibakar pada
suhu 700 °C terjadi kenaikan nilai pH pada semua perlakuan kecuali pada
perlakuan kontrol yang mengalami penurunan.
Setelah itu pada minggu I terjadi kenaikan pH kembali pada semua
perlakuan percobaan dan pada minggu II terjadi penurunan kembali pada semua
perlakuan kecuali pada perlakuan C1 (trass dan 50 % dolomit yang dibakar pada
suhu 700 °C) dan C2 (trass dan 75 % dolomit yang dibakar pada suhu 700 °C)
yang mengalami kenaikan pH gambut. Kemudian pada minggu III pH tanah
gambut naik kembali dan pada minggu IV juga terjadi penurunan pH pada semua
perlakuan penelitian kecuali pada perlakuan kontrol dan slag yang mengalami
kenaikan pH gambut.
Pada minggu V terjadi kembali penurunan nilai pH gambut pada semua
perlakuan penelitian kecuali pada perlakuan kontrol, C1 (trass dan 50 % dolomit
yang dibakar pada suhu 700 °C), C2 (trass dan 75 % dolomit yang dibakar pada

13

suhu 700 °C), dan C3 (trass dan 100 % dolomit yang dibakar pada suhu 700 °C)
yang mengalami kenaikan pH gambut.
Setelah minggu V tetap kontsan terjadinya kenaikan nilai pH gambut pada
semua perlakuan penelitian. Puncak kenaikan pH tertinggi terjadi pada minggu
VIII kecuali pada perlakuan kontrol yang puncak kenaikan pH tertinggi terjadi
pada minggu VI serta perlakuan dolomit yang puncak kenaikan pH tertinggi
terjadi pada minggu IX dan setelah itu terjadi kembali penurunan besaran nilai pH
gambut pada semua perlakuan penelitian sampai akhir pengamatan. Pada
perlakuan pemberian dosis (trass + dolomit yang dibakar pada suhu 700 °C) dan
kombinasinya memiliki nilai pH tertinggi terdapat pada perlakuan C3 (Trass dan
100 % dolomit yang dibakar pada suhu 700 °C) dan nilai pH terendah terdapat
pada perlakuan kontrol. Pengaruh Pemberian (trass + dolomit yang dibakar pada
suhu 700 °C) terhadap perubahan pH Gambut dapat dilihat pada Gambar 3.
5.76
5.26
Kontrol

4.76

A3
B3

4.26

C3
3.76
3.26
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

Gambar 4 Perbandingan pH antara beberapa perlakuan
Nilai pH yang paling tinggi dari perlakuan yang diberikan terdapat pada
perlakuan C3 ( trass + 100 % dolomit yang dibakar pada suhu 700 °C) yaitu
sebesar 5,22 pada akhir pengamatan (Gambar 4). Nilai pH yang sesuai untuk
tanaman supaya unsur-unsur hara esensial tersedia bagi tanamn adalah sekitar 5-7
(Lampiran 3). Perlakuan yang memiliki pH diatas 5 adalah B3, C2, dan C3.

14

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Pemberian trass dan dolomit serta pembakaran dapat meningkatkan
kelarutan Si.
2. Pemberian trass dan dolomit serta pembakaran dapat meningkatkan pH
tanah gambut.
3. Pemberian trass dan dolomit serta pembakaran dapat meningkatkan basa
Ca dan Mg.

Saran
Penelitian mengenai usaha peningkatan kelarutan Si dari trass sebagai
amelioran tanah gambut yang dilakukan masih dalam skala yang kecil sehingga
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar dapat diaplikasikan dalam jumlah dan
luasan yang lebih besar untuk aplikasi pertanian di lapang. seyogianya mengarah
ke implikasi atau tindakan lanjutan yang harus dilakukan sehubungan dengan
temuan atau simpulan penulis. Saran yang dikemukakan harus berkaitan dengan
pelaksanaan atau hasil penelitian. Dengan demikian saran ini mengemukakan halhal yang perlu diteliti lebih lanjut terutama untuk memperbaiki kelemahan atau
kekurangan dalam penelitian yang dilakukan atau perbaikan asumsi yang diambil
sehingga didapatkan hasil yang lebih baik. Jadi, saran tersebut harus diuraikan
secara spesifik. Jangan menyarankan hal-hal yang tidak dianalisis dan dibahas
dalam penelitian serta terkesan menggurui atau memuaskan keinginan peneliti.
Untuk penelitian yang berkaitan dengan permasalahan kebijakan, tidak perlu
menyarankan kebijakan yang tidak berkaitan dengan hasil penelitian.

15

DAFTAR PUSTAKA
Barker AV, Pilbeam DJ. 2007. Handbook of Plant Nutrition. Boca Raton (US):
CRC Pr.
Bemmelem RWV. 1949. The Geology of Indonesia Volume II: Economy Geology.
The Hague: Government Printing Office.
Chairoeddin N. 1985. Pengaruh Pemberian Dolomit dan Pupuk Hijau Legum
Terhadap Fosfor tersedia, Pertumbuhan Vegetatif, dan Kadar Hara N, P, K, Mg
Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merr)[skripsi]. Bogor(ID): Institut
Pertanian Bogor.
Driessen PM, Soepraptohardjo. 1974. Soil for Agricultural Expansion in
Indonesia. Soil Res. (1):1-63.
Epstein E. 1994. The anomaly of silicon in plant biology. Proc. Natl. Acad. Sci.
USA 91:11-17.
Febriana E. 2011. Kalsinasi Dolomit Lamongan Untuk Pembuatan KalsiumMagnesium Oksida Sebagai Bahan Baku Kalsium Dan Magnesium Karbonat
Presipitat[skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
Halim A. 1987. Pengaruh pencampuran tanah mineral dan basa dengan tanah
gambut pedalaman Kalimantan Tengah dalam budidaya tanaman
kedelai[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Harjanti RS. 2009. Pengujian Efektivitas Bahan Pembenah Tanah Dolomit Untuk
Tanah Masam[skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Ismunadji M, Soepardi G. 1984. Peat Soil Problem and Crop Production. Los
Banos (PH): IRRI.
Lamar JE. 1957. Chemical Analyses of Illinois Limestones and Dolomite. Illinois
(US): Illinois State Geological Survey.
Lucas RE. 1982. Organic Soil (Histosol): Formation, distribution, physical and
chemical properties and management for crop production. Res. Report from
The Michigan State Univ. Agric. Exp. Sta. and Co. Ext. Ser, University of
Florida, Gainesville.
Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor (ID): IPB Pr.
Marschner P. 2012. Mineral Nutrition of Higher Plants 3rdEdition . London (UK):
Academic Pr.
Sabiham S. 1999. Peningkatan produktivitas tanah gambut melalui pengendalian
reaktivitas asam-asam organik meracun: persyaratan dasar pengembangan
lahan gambut. Laporan Penelitian Hibah Bersaing V/3 Perguruan Tinggi T.A.
1998/1999. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sabiham S. 1988. Studies on peat in the coastal plains of Sumatera and Borneo.
Part I: Physiography and geomorphology of the coastal plains. Southeast Asian
Studies 26(3):307-335.
Salampak. 1987. Pengaruh pencampuran tanah mineral bersulfat masam pada
tanah gambut tebal serta pencucian dan pengapuran terhadap perubahan sifat
kimia tanah[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Srivastava K, Shringi N, Devra V, Rani A. 2013. Pure silica extraction from
perlite: Its characterization and affecting factors. International Journal of
Innovative Research in Science, Engineering adn Technology 2:2936-2942.

16

16

LAMPIRAN
Lampiran 1 Sidik ragam Ca pada trass
Sumber Keragaman
Rata-rata
Perlakuan
Galat
Total

db
1
10
11
22

JK
3153.519086
789.1
5.8
3948.427809

KT
F-hitung
3153.519086
78.9
149.0 **
0.5

F-tabel
0.05
0.01
2.95
4.54

Ket : db= Derajat Bebas, JK= Jumlah Kuadrat, KT= Kuadrat Tengah

Lampiran 2 Sidik ragam Mg pada trass
Sumber Keragaman
Rata-rata
Perlakuan
Galat
Total

db
1
10
11
22

JK
2504.297918
568.4
3.5
3076.142963

KT
F-hitung
2504.297918
56.8
180.4 **
0.3

Ket : db= Derajat Bebas, JK= Jumlah Kuadrat, KT= Kuadrat Tengah

F-tabel
0.05
0.01
2.95
4.54

Lampiran 3 Sidik ragam K pada trass
Sumber Keragaman
Rata-rata
Perlakuan
Galat
Total

db
1
10
11
22

JK
1.359
1.316
0.017
2.691

KT
F-hitung
1.359
0.132
86.1 **
0.002

F-tabel
0.05
0.01
2.95
4.54

Ket : db= Derajat Bebas, JK= Jumlah Kuadrat, KT= Kuadrat Tengah

Lampiran 4 Sidik ragam Na pada trass
Sumber Keragaman
Rata-rata
Perlakuan
Galat
Total

db
1
10
11
22

JK
125.942
212.106
1.022
339.070

KT
F-hitung
125.942
21.211
228.3 **
0.093

F-tabel
0.05
0.01
2.95
4.54

Ket : db= Derajat Bebas, JK= Jumlah Kuadrat, KT= Kuadrat Tengah

17

18

Lampiran 5 Hasil Uji Duncan kadar Ca, Mg, K, dan Na serta % SiO2 pada trass
No.

Nama

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kontrol
Trass
A1
A2
A3
B1
B2
B3
C1
C2
C3

Perlakuan
trass tanpa perlakuan
Trass dioven 24 jam pada suhu 105 °C
Tras dioven 24 jam pada suhu 105 °C+dolomit 50%
Tras dioven 24 jam pada suhu 105 °C+dolomit 75 %
Tras dioven 24 jam pada suhu 105 °C+dolomit 100%
Trass +(dolomit 50 % dibakar pada suhu 550 °C)
Trass +(dolomit 75 % dibakar pada suhu 550 °C)
Trass +(dolomit 100 % dibakar pada suhu 550 °C)
(Trass +dolomit 50 %) dibakar pada suhu 700 °C
(Trass +dolomit 75 %) dibakar pada suhu 700 °C
(Trass +dolomit 100 %) dibakar pada suhu 700 °C

Ca
0.294f
0.319f
11.654e
14.488d
17.075b
11.448e
11.723e
13.787d
15.053cd
16.222bc
19.634a

me/100 g
Mg
K
0.486e
0.519b
0.507e
0.206c
10.961d 0.068d
13.156bc 0.062d
14.146b 0.044d
10.448d 0.642a
10.910d 0.589ab
12.862c
0.502b
13.116bc 0.051d
14.057bc 0.025d
16.711a 0.025d

Ket : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Duncan

Lampiran 6 Sidik ragam pH gambut hari ke-0
Sumber
Keragaman
Rata-rata
Perlakuan
Galat
Total

db
1
12
13
26

JK

KT

446.292 446.292
1.743
0.145
0.229
0.018
448.264

Fhitung
8.252 **

Ket : db= Derajat Bebas, JK= Jumlah Kuadrat, KT= Kuadrat Tengah

F-tabel
0.05
0.01
2.95
4.54

Na
1.193c
0.553cd
0.636cd
0.531cd
0.486cd
7.826a
7.694a
6.783b
0.274d
0.243d
0.114d

% SiO2
0.043c
0.066c
0.119b
0.145ab
0.152ab
0.169a
0.075c
0.067c
0.149ab
0.148ab
0.149ab

19

Lampiran 7 Sidik ragam pH gambut hari ke-3
Sumber
Keragaman
Rata-rata
Perlakuan
Galat
Total

db
1
12
13
26

JK

KT

511.737 511.737
5.238
0.437
0.434
0.033
517.409

Fhitung
13.071 **

F-tabel
0.05
0.01
2.95
4.54

Ket : db= Derajat Bebas, JK= Jumlah Kuadrat, KT= Kuadrat Tengah

Lampiran 8 Sidik ragam pH gambut minggu ke-1
Sumber
Keragaman
Rata-rata
Perlakuan
Galat
Total

db
1
12
13
26

JK

KT

600.962 600.962
7.023
0.585
0.162
0.012
608.146

Fhitung
47.111 **

F-tabel
0.05 0.01
2.95 4.54

Ket : db= Derajat Bebas, JK= Jumlah Kuadrat, KT= Kuadrat Tengah

Lampiran 9 Sidik ragam pH gambut minggu ke-2
Sumber
Keragaman
Rata-rata
Perlakuan
Galat
Total

db
1
12
13
26

JK

KT

558.378 558.378
10.422
0.869
0.150
0.012
568.950

Fhitung
75.497 **

F-tabel
0.05 0.01
2.95 4.54

Ket : db= Derajat Bebas, JK= Jumlah Kuadrat, KT= Kuadrat Tengah

Lampiran 10 Sidik ragam pH gambut minggu ke-3
Sumber
Keragaman
Rata-rata
Perlakuan
Galat
Total

db
1
12
13
26

JK

KT

580.372 580.372
589.903 49.159
9.486
0.730
0.045

Fhitung
67.369 **

F-tabel
0.05 0.01
2.95 4.54

Ket : db= Derajat Bebas, JK= Jumlah Kuadrat, KT= Kuadrat Tengah

Lampiran 11 Sidik ragam pH gambut minggu ke-4
Sumber
Keragaman
Rata-rata
Perlakuan
Galat
Total

db
1
12
13
26

JK

KT

Fhitung

575.657 575.657
8.031
0.669 283.387 **
0.031
0.002
583.718

Ket : db= Derajat Bebas, JK= Jumlah Kuadrat, KT= Kuadrat Tengah

F-tabel
0.05 0.01
2.95 4.54

20

Lampiran 12 Sidik ragam pH gambut minggu ke-5
Sumber
Keragaman
Rata-rata
Perlakuan
Galat
Total

db
1
12
13
26

JK

KT

Fhitung

583.892 583.892
7.581
0.632 122.416 **
0.067
0.005
591.541

F-tabel
0.05 0.01
2.95 4.54

Ket : db= Derajat Bebas, JK= Jumlah Kuadrat, KT= Kuadrat Tengah

Lampiran