Pengaruh dimensi saluran drainase dan pemberian mulsa terhadap kondisi fisik tanah, serta pertumbuhan dan hasil kedelai di lahan sawah

RINGKASAN
SULI SUSWANA.

Pengaruh Dimensi Saluran Drainase dan Pemberian
Mulsa terhadap Kondisi Fisik Tanah, serta Pertumbuhan dan Hasil Kedelai di Lahan
Sawah. Di bawah bimbingan Oteng Haridjaja sebagai ketua; dan Moh. Azron Dhalhar
dan Abdurachman Adi sebagai anggota.
Kebutuhan fisik tanah tanaman lahan kering (non-flooded crops) berbeda
dengan tanaman padi sawah (flooded crops). Oleh karena itu pergiliran tanaman yang
melibatkan kedua jenis tanaman tersebut memerlukan teknik pengelolaan khusus.
I / ~ u ~ u apenelitian
n
ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan jarak antar
saluran drainase, kedalaman saluran drainase, d m pemberian mulsa jerami terhadap
kondisi fisik tanah serta pertumbuhan dan hasil kedelai di lahan sawah setelah padi.

4 '&)c$baan'

lapangan dilaksanakan pada lahan sawah petani di Desa

Karanglayung, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang, mulai dari bulan

Desember 1996 sampai dengan Maret 1997. Analisis tanah dilakukan di laboratorium
tanah IPB di Bogor. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan Petakpetak terbagi dalam RAK. Perlakuan petak utama terdiri dari 2 taraf, yaitu tanpa
mulsa (m,), dan diberi mulsa jerami 5 tonha (ml); perlakuan anak petak teridi dari 2
taraf, yaitu kedalaman saluran drainase 10 cm (dl), dan 20 cm (dl); dan perlakuan
anak-anak petak teridir dari 3 taraf, yaitu jarak antar saluran drainase 150 cm (]I), 300
cm (Iz), dan 450 cm (13). J
Nilai SEW30 (sum of excess water-table rises above 30 cm depth) selama periode
stadia pertumbuhan vegetatif aktif (16-30 hst), yang mempakan periode basah, pada
perlakuan 11 nyata lebih rendah dari pada perlakuan 13, sedangkan pada perlakuan h
tidak berbeda nyata baik dengan 11 maupun dengan 13. Pada periode basah, kedalaman
muka air tanah pada perlakuan dz (14,84 cm) juga nyata lebih dalam dibandingkan
dengan pada perlakuan d1(10,11 cm). Setelah berlangsung periode kering > 10 hari,
kandungan air &A) tanah pada perlakuan ml (68,20%) nyata lebih tinggi dari pada
perlakuan mo (58,72%). Sementara pada hari-hari yang lama periode tanpa hujannya
40 mm), umumnya KA tanah pada p e r l a l c ~ aI~I
(65,57%) nyata lebih rendah dari pada perlalcuan 13(79,13%), ssdangkan perlakuan lz
(73,58%) tidak berbeda nyata dengan perlakuan 11 dan 13. Pada 22 hst kandungan air
tanah pada kombinasi periakuan mldz (54,52%) nyata lebih rendah dibandingkan
dengan pada perlakuan mld1(62,82%). Ruang pori tanah terisi udara (AFP) pada harihari hujan (ch > 40 mm) pada kombinasi perlakuan mill (13,13% vol.) nyata lebih
tinggi dari pada kombinasi perlakuan m1l2 (3,96% vol.) dan m113 (0,975% vol.),

sedangkan antara kombinasi perlakuan moll, mol2 dan mol3 tidak berbeda nyata. AFP
pada kombinasi perlakuan dl11 (14,60% vol.) nyata lebih tinggi dari pada perlakuan
dllz (3,78% vol.) dan dl13 (2,71% vol.); sedangkan antara kombinasi perlakuan d211,
dzlz dan d213 tidak berbeda nyata.
Pada akhir musim pertanaman kedelai, bobot isi, porositas total, pori drainase
cepat, pori drainase lambat, pori pemegang air tersedia dan permeabilitas tanah tidak
dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan pemberian mulsa, kedalaman saluran
drainase, dan jarak antar saluran drainase. Akan tetapi, interaksi antara perlakuan
mulsa dan jarak antar saluran drainase, dan antara perlakuan kedalaman saluran dan
jarak antar saluran drainase berpengaruh nyata terhadap pori drainase sangat cepat.
Pori drainase sangat cepat pada kombinasi perlakuan molz (10,42% vol.) nyata lebih
tinggi dari pada kombinasi perlakuan moll (3,18% vol.), tetapi tidak berbeda nyata
dengan perlakuan

111013

(5,23% vol.); sedangkan antara perlakuan mill, mll2 dan mlb

tidak berbeda nyata. Pori drainase sangat cepat pada perlakuan dzlz (11,18% vol.)
nyata lebih tinggi dari pada perlakuan dzll (3,50% vol) dan dzl3 (4,63% vol.);

sedangkan antara perlakuan dill, dllt, dan dl13 tidak berbeda nyata.
Pada 42 hst ketahanan penetrasi tanah pada kedalaman 10 cm pada perlakuan lz
(0,062 MPa) nyata lebih tinggi dari pada perlakuan

b (0,037 m a ) , tetapi tidak

berbeda nyata dengan perlakuan 1, (0,050 m a ) . Pada kedalaman 10 cm, ketahanan
penetrasi tanah pada perlakuan mod1 (0,062 MPa) nyata lebih tinggi dari pada
perlakuan mod2 (0,038 MPa); sedangkan pada perlakuan mldl tidak berbeda nyata
dengan perlakuan m l d ~ .

Tinggi tanaman pada awal stadia pertumbuhan vegetatif aktif (21 hst) pada
perlakuan ml (14,36 cm) nyata lebih tinggi dari pada perlakuan mo (1 1,88 cm), karena
selama pertumbuhan awalnya tanaman berada pada periode kering (tidak ada turun
hujan). Selanjutnya setelah memasuki periode basah (hampir setiap hari hujan dengan
curah hujan 2,7-74,0mm/hari), pada 35 dan 49 hst, tinggi tanaman pada perlakuan ml
tidak berbeda nyata dengan pada perlakuan

m.


Setelah tanaman mengalami kondisi

basah sekitar 5 minggu, tinggi tanaman (pada 49 hst) pada perlakuan
nyata lebih tinggi dari pada perlakuan

12

(43,Ol cm) dan

13

11

(49,43 cm)

(41,27 cm). Jumlah daun

pada 49 hst, pada perlakuan 11 (13,33 helai) nyata lebih banyak dari pada perlakuan l2
(11,34 helai) dan 13 (10,05 helai).
Jumlah polong per tanaman pada perlakuan 11 (32,28 polong/tanaman) nyata

lebih tinggi dibandingkan dengan pada perlakuan h (27,14 polong/tanaman) dan l3
(24,40 polongltanaman), tetapi tidak dipengamhi secara nyata oleh perlakuan rnulsa
dan kedalaman saluran drainase. Bobot brangkasan basah pada perlakuan 11 (15,646
kg/54mz) nyata lebih tinggi dari pada perlakuan
berbeda nyata dengan perlakuan

12

13

(12,354 kg/54mz), tetapi tidak

(14,104 kg/54m2). Akan tetapi bobot brangkasan

basah tidak dipengamhi secara nyata oleh perlakuan kedalaman saluran drainase dan
perlakuan mulsa. Bobot 100 butir biji kering pada perlakuan 11 (11,87 gram) nyata
lebih tinggi dari pada perlakuan l2 (10,560 gram) dan

(10,973 gram); tetapi tidak


dipengamhi secara nyata oleh perlakuan kedalaman saluran drainase dan perlakuan

perlakuan pemberian mulsa, kedalaman saluran drainase, dan jarak antar saluran

mulsa. Hasil biji kering kedelai per satuan luas tidak dipengaruhi secara nyata oleh
"

drainase.