Morfometrik Wajah Orang Minangkabau

MORFOMETRIK WAJAH ORANG MINANGKABAU

WILDA EKA PUTRI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Morfometrik Wajah
Orang Minangkabau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016

Wilda Eka Putri
NIM G34110047

ABSTRAK
WILDA EKA PUTRI. Morfometrik Wajah Orang Minangkabau. Dibimbing oleh
BERRY JULIANDI dan BAMBANG SURYOBROTO.
Wajah manusia menyimpan banyak informasi, karena setiap manusia
memiliki karakter unik yang berbeda antara individu satu dengan yang lain. Wajah
manusia dapat pula digunakan untuk mengindentifikasi kekerabatan, suku atau
etnis. Suku Minangkabau merupakan suku yang ada di Indonesia dan memiliki
kekerabatan matrilineal atau garis keturunan dari ibu. Suku Minangkabau terdiri
atas empat kelompok besar suku asli, yaitu Koto, Piliang, Melayu, dan Caniago.
Penelitian ini bertujuan menganalisis variasi wajah pria dan wanita Suku
Minangkabau yang memiliki kekerabatan matrilineal. Subjek yang digunakan
adalah 53 pria Minangkabau berusia 17-22 tahun dan 76 wanita Minangkabau
berusia 17-27 tahun. Keragaman morfologi berdasarkan 26 titik anatomis wajah
depan dan 16 titik anatomis wajah samping. Bentuk umum dan pola variasi
dianalisis melalui Thin Plate Spline (TPS) dan tpsRelw. Perangkat geometris ini
menggambarkan pergerakan titik anatomi dari suatu bentuk ke bentuk lainnya.
Hasil analisis pengelompokan wajah Suku Minangkabau secara umum didapatkan

tiga tipe wajah untuk pria dan wanita. Variasi wajah terdapat pada bentuk wajah,
hidung, dagu, dahi, rahang, dan tulang pipi. Peryebaran terjadi secara acak di setiap
tipe dan hanya beberapa yang mengelompok pada suatu tipe berdasarkan asal suku.
Kata kunci: matrilineal, Thin Plate Spline (TPS), tpsRelw

ABSTRACT
WILDA EKA PUTRI. Face Morphometrics of Minangkabau People. Supervised
by BERRY JULIANDI and BAMBANG SURYOBROTO.
Human faces store a lot of information, because each human has unique face
characters that can be used to distinguish an individual with the others. The human
face can also be used to identify kinship, tribe or ethnicity. The Minangkabau is
tribe in Indonesia and has a matrilineal kinship or lineage of the mother.
Minangkabau tribe consists of four large groups of indigenous people, namely Koto,
Piliang, Malay, and Caniago. The aim of the research was to analysis variation of
male and female Minangkabau faces which has a matrilineal kinship. The subject
were 53 male with age between 17-22 years old and 76 female age between 17-27
years old. The diversity of face morphology was determined by using 26 and 16
anatomical points of frontal and side view of faces. Shape and pattern variations
were analyzed by Thin Plate Spline (TPS) and tpsRelw tools. This geometric
illustrate the movement of the anatomical point from one form to anothers. Results

of face grouping of Minangkabau in general resulted in three types of faces for men
and women. Facial variations existed in the form of the face, nose, chin, forehead,
jaw and cheekbones. Clustering occured randomly in every type and only a few
were clustered in a type based on ethnicity.
Keywords: matrilineal kinship, Thin Plate Spline (TPS), tpsRelw

MORFOMETRIK WAJAH ORANG MINANGKABAU

WILDA EKA PUTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Program Studi Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2016

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, nikmat, serta hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai
dengan baik. Skripsi ini berjudul “Morfometrik Wajah Orang Minangkabau”
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar
Sarjana Sains pada Program Studi Biologi, Departemen Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Berry Juliandi, MSi dan Dr
Bambang Suryobroto selaku pembimbing, serta Dr Triadiati, MSi selaku penguji
yang selalu memberikan saran, arahan, bimbingan, motivasi dan kritik yang
membangun bagi penulis. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang
tua penulis yaitu, Erna Saswita dan Syamsi Wardi serta adik penulis Elni Guswarti.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman penulis yaitu,
Elma N, Keluarga IPPM Bogor, Keluarga Biologi 48, Keluarga Zoo Corner, Riko,
Dilla, Nia, dan Fendy yang telah membantu selama proses pengumpulan data
penelitian. Terima kasih kepada Dyastuti, Rosa Kanda, M. Yoga, Sofi, Ratna P,
Risma R, Silmi A, Nadya N, Ina R, Srikandi, Rika L, Ridia S, Metty W, Siyati,
Regina, dan Elfrida yang selalu memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pengajar dan
staf di Departemen Biologi yang secara tidak langsung telah mendukung proses
studi penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh pihak terkait
yang belum disebutkan namanya yang telah memberikan kontribusi dalam
penulisan skripsi ini. Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Maret 2016
Wilda Eka Putri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN


viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

METODE

2

Bahan dan Alat


2

Pengambilan Data

2

Perekaman Citra Wajah dengan Teknik Landmark Morfometrik

2

Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN

5
18


Simpulan

18

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

20

RIWAYAT HIDUP

30


DAFTAR TABEL
1 Letak dan deskripsi titik anatomis wajah depan
2 Letak dan deskripsi titik anatomis wajah samping
3 Koordinat landmark wajah depan pria terhadap bentuk umum tipe I,
tipe II, dan tipe III
4 Koordinat landmark wajah samping pria terhadap bentuk umum
tipe I, tipe II, dan tipe III
5 Koordinat landmark wajah depan wanita terhadap bentuk umum
tipe I, tipe II, dan tipe III
6 Koordinat landmark wajah samping wanita terhadap bentuk umum
tipe I, tipe II, dan tipe III

4
5
9
11
13
15


DAFTAR GAMBAR
1 Letak titik anatomis wajah pria (a) depan (b) samping
2 Titik anatomi wajah pria Suku Minangkabau secara umum
(a) wajah depan (b) wajah samping
3 Titik anatomi wajah wanita Suku Minangkabau secara umum
(a) wajah depan (b) wajah samping
4 Pengelompokan wajah depan pria dengan metode Neighbour Joining
5 Grid deformasi wajah depan pria terhadap bentuk umum (a) tipe I,
(b) tipe II, dan (c) tipe III
6 Pengelompokan wajah samping pria dengan metode Neighbour
Joining
7 Grid deformasi wajah samping pria terhadap bentuk umum (a) tipe I,
(b) tipe II, dan (c) tipe III
8 Pengelompokan wajah depan wanita dengan metode Neighbour
Joining
9 Grid deformasi wajah depan wanita terhadap bentuk umum (a) tipe I,
(b) tipe II, dan (c) tipe III
10 Pengelompokan wajah samping wanita dengan metode
Neighbour Joining
11 Grid deformasi wajah samping wanita terhadap bentuk umum

(a) tipe I, (b) tipe II, dan (c) tipe III
12 Pengelompokan empat suku besar Minangkabau dengan metode
Neighbour Joining (a) wajah depan pria, (b) wajah samping pria
13 Pengelompokan empat suku besar Minangkabau dengan metode
Neighbour Joining (a) wajah depan wanita, (b) wajah samping wanita

4
6
6
8
8
10
11
12
13
14
15
16
17

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner data subjek
2 Peta Wilayah Sumatra Barat berdasarkan asal responden
penelitian

20
21

3 Data suku, usia, analisis wajah dan lokasi asal responden wajah pria
4 Data suku, usia, analisis wajah dan lokasi asal responden wajah wanita
5 Data rata-rata titik anatomis berupa koordinat kartesius dengan
sumbu x dan y semua wajah Suku Minangkabau
6 Data Relative Warp (RW) dan persentase variabilitas pada seluruh
Suku Minangkabau
7 Data jumlah responden empat suku besar Minangkabau wajah depan
dan samping pria maupun wanita
8 Data Relative Warp (RW) dan persentase variabilitas berdasarkan
empat suku besar Minangkabau
9 Pengelompokan masing-masing tipe wajah empat suku besar
Minangkabau dengan metode Neighbour Joining wajah depan dan
wajah samping

22
23
25
26
27
27

28

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman suku bangsa dan
budaya. Salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia adalah Suku bangsa
Minangkabau. Suku Minangkabau terdapat di Provinsi Sumatera Barat. Suku
Minangkabau memiliki sistem kekerabatan yang unik yaitu, adanya sistem
kekerabatan matrilineal atau garis keturunan dari ibu (Akmal dan Nurwianti 2009).
Menurut Kato (2005), bahwa Suku Minangkabau terdiri atas empat kelompok besar
suku asli, yaitu Koto, Piliang, Melayu, dan Caniago.
Karakter tubuh yang dapat membedakan suku-suku yang berada di Indonesia
salah satunya adalah wajah. Wajah merupakan bagian luar tubuh manusia. Variasi
wajah berbeda antara pria dan wanita. Variasi wajah manusia disebabkan oleh
perbedaan informasi genetik dan pengaruh lingkungan. Variasi bentuk wajah
terdapat pada tinggi wajah, lebar wajah, dahi, dagu, dan rahang (Widyarini 2009).
Deskripsi dan analisis variasi bentuk wajah dilakukan menggunakan morfometrika.
Morfometrika adalah metode yang mendeskripsikan karakter-karakter
morfologi melalui pengukuran, perhitungan, dan pemberian skor (Bookstein 1991).
Morfometrika terbagi menjadi menjadi dua yaitu, morfometrika tradisional dan
morfometrika geometris. Pertama, morfometrika tradisional menggambarkan secara
kuantitatif suatu organisme, biasanya pengkuran jarak, sudut, rasio, dan area yang
homolog, sehingga pengukuran ini menggambarkan ukuran suatu organisme tanpa
mempertimbangkan bentuk. Kelemahan dari morfometrika tradisonal ini tidak
mampu menggambarkan secara grafis perbedaan antara bentuk-bentuk yang ada
(Adams et al. 2004). Kedua, metode morfometrika geometris atau landmark
morphometrics menggunakan koordinat landmark yang dapat menghasilkan
informasi lebih baik dibandingkan dengan morfometrika tradisional. Metode ini
diawali dengan proses digitasi koordinat landmark pada struktur anatomi. Pengaruh
dari variasi berkaitan dengan ukuran, lokasi, orientasi objek yang dieliminasi secara
kuantitafif, sehingga perbedaan yang ada hanya menampilkan variasi bentuk.
Keuntungan dari metode morfometrika geometris adalah dengan jumlah sampel
yang cukup, maka perbedaan bentuk dapat dianalisis dengan akurat dan hasil dari
visualisasi gambar lebih baik (Bookstein 1991; Rohlf & Marcus 1993; Richtmeier et
al. 2002; Zelditch et al. 2004).
Thin Plate Spline (TPS) adalah salah satu contoh dari morfometrika geometris
yang mampu memetakan deformasi suatu bentuk objek ke bentuk lain dengan
pergerakan titik-titik anatomis. Proses ini menggambarkan perubahan bentuk grid
pemetaan titik-titik anatomis dari dua bentuk yang ada (Adams et al. 2004). Metode
morfometrika geometris dengan formula TPS telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya mengenai variasi wajah, yaitu pada penelitian Juliandi (2000) di Bogor
didapatkan empat tipe bentuk wajah wanita dan penelitian di Kampung Naga
didapatkan tiga tipe bentuk wajah pria (Abad 2002) serta tiga tipe bentuk wajah
wanita (Widyarini 2009). Penelitian mengenai Suku Batak didapatkan tiga tipe
bentuk wajah pria dan empat tipe bentuk wajah wanita depan, serta tiga tipe bentuk
wajah wanita samping (Siregar 2009). Penelitian mengenai Suku Betawi didapatkan
dua tipe wajah pria dan wanita (Lestari 2010). Penelitian mengenai Suku Papua

2
didapatkan dua dan tiga tipe wajah pria dan wanita (Triana 2015). Walaupun
demikian, penelitian mengenai morfometrik wajah suku di Indonesia masih terbatas
dan belum ada penelitian sebelumnya mengenai morfometrik wajah Suku
Minangkabau yang mengunakan formula TPS.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menganalisis variasi wajah pria dan wanita Suku
Minangkabau berdasarkan titik anatomis dengan menggunakan metode
morfometrika geometris.

METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2015. Pengambilan
data dilaksanakan di Institut Pertanian Bogor. Analisis data dilaksanakan di Bagian
Fungsi dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB.

Bahan dan Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah kamera (Nikon D 5100), tripod,
latar belakang foto berupa kain warna putih atau polos, dan kuisioner (Lampiran 1).

Pengambilan Data
Objek penelitian ini adalah populasi mahasiswa dan mahasiswi Suku
Minangkabau di Institut Pertanian Bogor. Responden penelitian harus dijelaskan
mengenai prosedur penelitian dan diminta kesediaannya untuk diambil citra wajah
serta diwawancarai. Responden diwawancarai untuk mengetahui latar belakang
biologi dengan menanyakan asal responden dari keturunan asli Suku Minangkabau
tanpa campuran suku yang lainnya hingga dua generasi sebelumnya (ayah, ibu,
kakek, dan nenek). Penelitian ini dalam waktu tujuh minggu hanya mampu
mendapatkan 53 responden pria dan 76 responden wanita yang bersedia dari
keseluruhan populasi mahasiswa dan mahasiswi Suku Minangkabau yang ada di
Institut Pertanian Bogor.

Penentuan Citra Wajah dengan Teknik Landmark Morfometrik
Perekaman citra wajah dilakukan dengan latar belakang putih dan jarak wajah
ke lensa sekitar satu meter. Citra wajah responden direkam menggunakan kamera
(Nikon D 5100) berlensa tele. Penggunaan lensa tele dapat mengurangi kesalahan
perspektif. Morfologi yang diamati ialah wajah depan (Gambar 1a) dan wajah
samping (Gambar 1b). Morfologi wajah depan berdasarkan data dari 52 pria dan 74
wanita, sedangkan morfologi wajah samping berdasarkan data dari 52 pria dan 76

3
wanita. Jumlah responden antara analisis morfologi wajah depan dan samping
berbeda karena beberapa foto tidak sesuai dengan kriteria penelitian, sehingga
berpengaruh pada jumlah responden awal dengan jumlah responden yang dianalisis.
Kekeliruan digitasi diatasi dengan pemberian tanda berupa dua titik anatomi pada
zygomatic (tulang pipi) dengan stiker bulat berwarna kuning. Proses pencatatan
koordinat element picture (Pixel) tempat titik-titik anatomi berada dilakukan lima
kali menggunakan perangkat lunak tpsDig (Rohlf 2013).
Rata-rata koordinat kartesius atau konsensus dari lima digitasi ini menjadi titik
anatomi yang digunakan pada analisis selanjutnya. Koordinat rata-rata dan sebaran
kesalahan pengukuran dihitung dengan perangkat lunak tpsRelw (Rohlf 2005).
Deskripsi wajah dilakukan dengan menggunakan 26 titik anatomis untuk wajah
depan dan 16 titik anatomis untuk wajah samping (Gambar 1; Tabel 1 dan Tabel 2)
(Lestari 2010). Hasil digitasi dikelompokkan menjadi dua kelompok.
Pengelompokan yang pertama dilakukan dengan menentukan konsensus seluruh
suku dari subjek penelitian, sedangkan pengelompokan yang kedua berdasarkan
empat suku besar dari responden.

Analisis Data
Thin plate spline mendekomposisikan perubahan bentuk affine atau linier
(komponen seragam) dan non-affine (komponen tidak seragam), yang dapat
ditampilkan kedalam bentuk grid deformasi. Komponen seragam mempertahankan
garis paralel pada grid deformasi sedangkan komponen tidak seragam
mencerminkan perubahan spesifik pada titik-titik anatomis tertentu sehingga dapat
diketahui perubahan dari grid deformasinya (Bookstein 1991; Zelditch et al. 2004).
Komponen tidak seragam dapat didekomposisikan menjadi perlekukan partial.
Komponen seragam tidak memerlukan energi perlekukan, sementara komponen
tidak seragam memerlukan energi yang semakin besar. Penelitian ini menggunakan
perubahan bentuk tidak seragam karena bentuk ini mencerminkan perubahan variasi.
Perubahan bentuk tidak seragam dianalisi dengan perangkat lunak tpsSplin (Rohlf
2004). Perubahan yang tidak seragam dihitung dan dipetakan dengan perangkat
lunak tpsRelw (Rohlf 2005).
Setiap responden menempati sebuah titik di ruang yang dibentuk oleh
Relative Warp (RW) berdasarkan pada perubahan deformasinya. Jarak euclideus
setiap subjek dengan yang lain dihitung untuk mendapatkan matriks jarak. Matriks
ini digunakan sebagai informasi data untuk pengelompokan responden. Setiap
responden dikelompokkan berdasarkan kemiripan untuk menghasilkan tipe-tipe
wajah dengan metode Neighbour Joining (Saitou dan Nei 1987) dalam paket
Analysis Phylogenics And Evolutions (APE) (Paradis 2006). Kelompok-kelompok
yang terbentuk dianggap berisikan responden-responden yang mempunyai tipologi
yang sama. Keseluruhan perhitungan menggunakan program R ( R Development
Core Team 2010). Metode untuk menganalisis data ini juga digunakan untuk
mengelompokkan empat suku besar yang ada di Suku Minangkabau.

4

(a)
(b)
Gambar 1 Letak titik anatomis wajah pria (a) depan (b) samping
Tabel 1 Letak dan deskripsi titik anatomis wajah depan
Titik anatomis
1, 2, 3, 5
4
6, 7
8
9, 10
11, 15
12, 14
13
16
17, 19
18
20
21
22
23, 24
25, 26

Deskripsi
akhir alis mata
titik pada dahi
emuan lateral kelopak mata atas dan bawah (exocanthion)
titik minimum kurva jembatan hidung
emuan lateral kelopak mata atas dan bawah (exocanthion)
tulang pipi 1 (zygomatic)
titik maksimum kurva lateral cuping hidung
titik maksimum kurva hidung (pronasale)
pertemuan antara columella dan philtrum (subnasale)
pertemuan lateral antara bibir atas dan bawah (cheilon)
perbatasan bibir bagian atas (vermelion atas)
perbatasan bibir bagian bawah (vermelion bawah)
tik minimum antara vermelion bawah dengan gnathion
titik maksimum kurva dagu (gnathion)
titik maksimum kurva sudut mandibula (gonion)
titik minimum kurva bawah daun telinga

5
Tabel 2 Letak dan deskripsi titik anatomis wajah samping
Titik anatomis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Deskripsi
titik maksimum kurva area terdepresi tulang frontal (glabella)
titik minimum kurva jembatan hidung (nasion)
titik maksimum kurva hidung (pronasale)
pertemuan antara columella dan philtrum (subnasale)
perbatasan bibir bagian atas (vermelion atas)
pertemuan lateral antara bibir atas dan bawah (cheilon)
perbatasan bibir bagian bawah (vermelion bawah)
titik minimum antara vermelion bawah dengan gnathion
titik maksimum kurva dagu (gnathion)
titik maksimum kurva lateral cuping hidung
tulang pipi (zygomatic)
pertemuan lateral kelopak mata atas dan bawah (exocanthion)
akhir alis mata
titik maksimum kurva atas lubang telinga
titik minimum kurva bawah lubang telinga
Titik maksimum kurva sudut mandibula (gonion)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Suku Minangkabau dari seluruh responden pada penelitian ini berjumlah 32
suku. Suku-suku tersebut ialah Suku Koto, Piliang, Caniago, Melayu, Guci, Jambak,
Sikumbang, Tanjung, Kampai, Mandahiliang, Bendang, Tigo Lareh, Selayan,
Panyalai, Pincancang, Pisang, Supanjang, Kutianyir, Dalimo, Banuhampu, Tambang
Panjang, Suku Nan IV, Mandaliko, Payobada, Sumangek, Pungkuik, Ampek Niniak,
Simabua, Limau Panjang, Limau Singkek, dan Aji, sementara suku-suku besarnya
adalah Koto, Piliang, Caniago, Melayu. Responden berasal dari beberapa lokasi yang
ada di daerah Sumatera Barat. Asal responden tersebut ialah Pariaman, Padang,
Batusangkar, Sawahlunto, Tanah Datar, Silungkang, Solok, Pesisir Selatan, Kuraitaji,
Bukittinggi, Pandai Sikek, Muaro Labuah, Lima Puluh Kota, Payakumbuh, Pasaman,
Pasaman Barat, Sijunjung, Agam, Maninjau, Padang Luar, Padang Panjang
(Lampiran 2). Rentang usia responden pria adalah 17-22 tahun dan responden wanita
adalah 17-27 tahun (Lampiran 3 dan 4).
Penelitian ini menggunakan 53 responden pria Suku Minangkabau dan 76 responden
wanita Suku Minangkabau. Analisis wajah pria Suku Minangkabau menggunakan
52 responden wajah depan dan wajah samping. Wajah wanita Suku Minangkabau
menggunakan 74 responden wajah depan dan 76 responden wajah samping. Hasil
digitasi berdasarkan rata-rata semua responden menghasilkan titik anatomis pada
wajah depan dan samping pria dan wanita Suku Minangkabau secara umum (Gambar
2 dan Gambar 3). Titik anatomis diperoleh dari hasil konsensus atau bentuk rata-rata
digitasi seluruh responden penelitian pada 26 titik anatomis wajah depan dan 16 titik
anatomis wajah samping. Rata-rata titik anatomis tersebut berupa koordinat kartesius
sumbu x dan y (Lampiran 5)

6

(a)
(b)
Gambar 2 Titik anatomi wajah pria Suku Minangkabau secara umum (a) wajah
depan (b) wajah samping

(a)
(b)
Gambar 3 Titik anatomi wajah wanita Suku Minangkabau secara umum (a) wajah
depan (b) wajah samping
Penelitian ini menggunakan bentuk tidak seragam karena dapat menampilkan
variasi bentuk wajah. Variasi bentuk wajah komponen tak seragam diperoleh dari 26
titik anatomis wajah depan dan 16 titik anatomis wajah samping. Variasi wajah pada
komponen tidak seragam dirangkum dengan analisis komponen utama pada nilai
perlekukan parsial yang menghasilkan nilai Relative Warp (RW). Wajah depan dan
samping pria maupun wanita seluruh Suku Minangkabau dalam penelitian ini
menghasilkan nilai RW yaitu, 48 RW wajah depan pria dan wanita, 28 RW wajah
samping pria dan wanita) (Lampiran 6). Nilai RW tersebut diperoleh berdasarkan
bentuk rata-rata setiap individu. Persentase variabilitas yang dirangkum oleh setiap
RW menurun secara bertahap dari komponen pertama hingga yang terakhir. RW
pertama menunjukkan variasi dengan proporsi terbesar dan RW berikutnya
membawa variasi dengan proporsi semakin kecil, sehingga RW pertama dapat
digunakan untuk menerangkan variabilitas dalam proporsi yang besar. Oleh karena
itu, komponen RW pertama menjelaskan tentang informasi ukuran sementara
komponen RW lainnya menjelaskan tentang informasi bentuk (Sundenberg 1989).
Pengelompokan responden didasarkan pada matrik jarak euclideus setiap
responden kepada responden yang lainnya dihitung dari seluruh RW. Matrik jarak
euclideus digunakan sebagai data untuk pengelompokan bentuk wajah berdasarkan

7
kemiripan dengan metode Neighbour Joining (Saitou & Nei 1987) dalam paket
Analysis Phylogenetics and Evolution (APE) (Paradis 2006). Setiap kelompok tipe
wajah yang terbentuk terdiri atas individu-individu yang memiliki tipologi sama.
Berdasarkan jarak tersebut diperoleh tiga tipe bentuk wajah depan pria (Gambar 4)
dengan grid deformasinya (Gambar 5) dan tiga tipe bentuk wajah samping pria
(Gambar 6) dengan grid deformasinya (Gambar 7). Selain itu, diperoleh tiga tipe
bentuk wajah depan wanita (Gambar 8) dengan grid deformasinya (Gambar 9) dan
tiga tipe bentuk wajah samping wanita (Gambar 10) dengan grid deformasinya
(Gambar 11). Setiap individu dalam tipe yang sama memiliki jarak yang berdekatan
di matriks jarak. Masing-masing tipe memiliki data koordinat kartesius yang dapat
mewakili perubahan grid deformasinya.
Pengelompokan wajah depan pria mendapatkan tiga tipe wajah yaitu, tipe I
berjumlah 31 orang, tipe II berjumlah 14 orang, dan tipe III berjumlah 7 orang
(Gambar 4). Wajah depan pria tipe I memiliki bentuk wajah panjang karena sebagian
besar titik-titik anatomis bergerak ke arah inferior. Hal ini menyebabkan garis wajah
yang menyerupai persegi panjang dengan tulang pipi, dan tulang rahang yang lebar
tetapi seimbang proporsinya. Dahi yang sempit, dan dagu yang paling panjang di
antara tipe yang lain ditandai dengan pergerakan glabella dan gnathion ke arah
inferior. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 4 dan 22
masing-masing adalah 0.00118, 0.19800 dan -0.00579, -0.29972. Hidung pada tipe
ini cenderung mancung ditandai jarak antara kurva minimum jembatan hidung
dengan pronasale yang panjang jika dibandingkan dengan tipe yang lain. Nilai
koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 13 adalah -0.00075,
0.00626.
Wajah depan pria tipe II mempunyai karakteristik bentuk wajah yang bulat
karena pergerakan titik-titik anatomis bergerak ke arah superior. Dahi yang lebar dan
dagu yang pendek disebabkan oleh pergerakan glabella dan gnathion ke arah
superior. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 4 dan 22
masing-masing adalah 0.00156, 0.20090 dan -0.00637, -0.29403. Pergerakan tulang
pipi cenderung ke arah superior. Jarak antara kurva minimum jembatan hidung
dengan pronasale cenderung pendek, dan jarak pronasale mendekati kedua titik
maksimum kurva lateral cuping hidung. Hal ini mengakibatkan hidung terlihat pesek
dengan nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 13 adalah
0.00135, 0.01601.
Wajah depan pria tipe III memiliki bentuk wajah yang bulat ditandai dengan
sebagian besar pergerakan titik-titik anatomis cenderung ke arah superior. Tulang
pipi, dahi yang lebar, dan dagu yang paling pendek dibandingkan dengan tipe yang
lain. Hal ini ditandai pergerakan tulang pipi ke arah dalam, pergerakan glabella dan
gnathion ke arah superior. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik
anatomis 4 dan 22 masing-masing adalah -0.00135, 0.20862 dan -0.00461, -0.31249.
Hidung pada tipe ini pesek ditandai dengan jarak antara kurva minimum jembatan
hidung dengan pronasale pendek, dan pergerakan kedua titik maksimum kurva
lateral cuping hidung ke arah superior mendekati pronasale (Gambar 5). Nilai
koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 13 adalah 0.00090, 0.02736
(Tabel 3). Tipe wajah depan ini sesuai dengan hasil penelitian Kawulur (2012)
karena juga memperoleh tiga tipe wajah.

8

Keterangan :
Tipe I :
Tipe II :
Tipe III :

Gambar 4 Pengelompokan wajah depan pria dengan metode Neighbour Joining

(a)
(b)
(c)
Gambar 5 Grid deformasi wajah depan pria terhadap bentuk umum tipe I, tipe II,
dan tipe III

9
Tabel 3 Koordinat landmark wajah depan pria terhadap bentuk umum tipe I, tipe II,
dan tipe III
No.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Koordinat landmark
Tipe I
X
Y
-0.21152 0.18372
0.21492 0.18065
-0.04996 0.17857
0.00118 0.19800
0.04878 0.17874
-0.17159 0.12158
-0.06328 0.11064
0.00131 0.13888
0.06600 0.11038
0.17513 0.11753
-0.21056 0.02702
-0.07255 -0.03228
-0.00075 0.00626
0.07007 -0.03402
0.20744 0.02542
-0.00145 -0.04059
-0.09497 -0.13348
-0.00122 -0.09773
0.09488 -0.13210
-0.00252 -0.17555
-0.00278 -0.19905
-0.00579 -0.29972
-0.21734 -0.14408
0.22235 -0.14546
-0.24197 -0.07021
0.24618 -0.07312

Koordinat landmark
Tipe II
X
Y
-0.21788 0.16636
0.22126 0.16204
-0.04521 0.17704
0.00156 0.20090
0.04707 0.17761
-0.17420 0.11519
-0.06357 0.10852
0.00203 0.13832
0.06656 0.10853
0.17628 0.11192
-0.21463 0.03583
-0.07800 -0.01857
0.00135 0.01601
0.07608 -0.02136
0.21846 0.03091
-0.00050 -0.02993
-0.09615 -0.12866
0.00010 -0.08530
0.09529 -0.12686
-0.00336 -0.15880
-0.00348 -0.18397
-0.00637 -0.29403
-0.22393 -0.16133
0.22101 -0.16470
-0.24736 -0.08701
0.24759 -0.08865

Koordinat landmark
Tipe III
X
Y
-0.20940 0.16669
0.20480 0.17848
-0.04163 0.18192
-0.00135 0.20862
0.03726 0.18544
-0.17061 0.11549
-0.06063 0.11216
0.00183 0.14422
0.05976 0.11492
0.16997 0.12201
-0.19447 0.02254
-0.07042 -0.02139
0.00090 0.02736
0.06964 -0.01918
0.19947 0.03095
0.00012 -0.02250
-0.09659 -0.13038
0.00028 -0.08283
0.09951 -0.12556
-0.00165 -0.16284
-0.00183 -0.19146
-0.00461 -0.31249
-0.21383 -0.18188
0.21831 -0.16798
-0.23864 -0.10515
0.24379 -0.08715

Pengelompokan wajah samping pria Suku Minangkabau memiliki tiga tipe.
Tipe I terdiri atas 42 orang, tipe II dan tipe III terdiri atas 5 orang (Gambar 6). Tipe
I memiliki wajah paling tinggi daripada tipe wajah yang lain, terlihat dari pergerakan
glabella ke arah superior, sedangkan gnathion ke arah inferior. Hal ini
mengakibatkan dahi yang lebar dan dagu yang panjang. Nilai koordinat landmark di
sumbu x dan y pada titik anatomis 1 dan 9 masing-masing adalah -0.08225, 0.31689
dan -0.06162, -0.34550. Hidung yang lebih mancung daripada tipe yang lain ditandai
pergerakan pronasale ke arah anterior. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y
pada titik anatomis 3 adalah -0.18109, 0.03671. Rahang yang mendekati titik
minimum kurva bawah lubang telinga dan menjauhi gnathion. Nilai koordinat
landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 16 adalah 0.26709, -0.19986. Tulang
pipi cenderung tidak terjadi pergerakan titik anatomis. Nilai koordinat landmark di
sumbu x dan y pada titik anatomis 11 adalah 0.00568, 0.08130.
Wajah samping pria tipe II memiliki wajah kurang tinggi ditandai dengan
pergerakan glabella ke arah inferior dan gnathion ke arah superior. Hal ini
mengakibatkan dahi yang sempit dan dagu yang pendek. Nilai koordinat landmark
di sumbu x dan y pada titik anatomis 1 dan 9 masing-masing adalah -0.06120,
0.32467 dan -0.07596, -0.34860. Hidung cenderung pesek karena pergerakan
pronasale ke arah posterior. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik
anatomis 3 adalah -0.16571, 0.05006. Rahang yang menjauhi titik minimum kurva
bawah lubang telinga dan mendekati gnathion. Nilai koordinat landmark di sumbu

10
x dan y pada titik anatomis 16 adalah 0.20147, -0.25422. Tulang pipi bergerak ke
arah inferior. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 11
adalah -0.00335, 0.06841. Wajah samping pria tipe III memiliki wajah kurang tinggi
ditandai dengan pergerakan glabella ke arah inferior dan gnathion ke arah superior.
Hal ini mengakibatkan dahi yang sempit dan dagu yang pendek. Nilai koordinat
landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 1 dan 9 masing-masing adalah 0.12062, 0.31297 dan -0.05038, -0.34271. Hidung paling pesek karena pergerakan
pronasale ke arah posterior. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik
anatomis 3 adalah -0.17559, 0.01995. Rahang yang mendekati titik minimum kurva
bawah lubang telinga dan menjauhi gnathion. Nilai koordinat landmark di sumbu x
dan y pada titik anatomis 16 adalah 0.27497, -0.21978. Tulang pipi bergerak ke arah
superior (Gambar 7). Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis
11 adalah 0.00641, 0.08363 (Tabel 4). Jumlah tipe ini sesuai dengan hasil penelitian
Siregar (2009) karena juga mendapatkan tiga tipe wajah samping pria.

Keterangan :
Tipe I :
Tipe II :
Tipe III :

Gambar 6 Pengelompokan wajah samping pria dengan metode Neighbour Joining

11

(a)
(b)
(c)
Gambar 7 Grid deformasi wajah samping pria terhadap bentuk umum (a) tipe I,
(b) tipe II, dan (c) tipe III
Tabel 4 Koordinat landmark wajah samping pria terhadap bentuk umum tipe I, tipe
II, dan tipe III
No.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Koordinat landmark
Tipe I
X
Y
-0.08225 0.31689
-0.07042 0.19115
-0.18109 0.03671
-0.12544 -0.02356
-0.14736 -0.08542
-0.07617 -0.13840
-0.13702 -0.18483
-0.10670 -0.21660
-0.06162 -0.34550
-0.07639 -0.00287
0.00568 0.08130
0.01856 0.19519
0.04239 0.26969
0.38041 0.08990
0.35033 0.01620
0.26709 -0.19986

Koordinat landmark
Tipe II
X
Y
-0.06120 0.32467
-0.05718 0.19045
-0.16571 0.05006
-0.11946 -0.01325
-0.14869 -0.07083
-0.07303 -0.12884
-0.14588 -0.17842
-0.11519 -0.21159
-0.07596 -0.34860
-0.06340 0.01140
-0.00335 0.06841
0.03671 0.20037
0.04735 0.27988
0.38629 0.08017
0.35722 0.00034
0.20147 -0.25422

Koordinat landmark
Tipe III
X
Y
-0.12062 0.31297
-0.08451 0.17997
-0.17559 0.01995
-0.11190 -0.03260
-0.13155 -0.08749
-0.06305 -0.13722
-0.12118 -0.18139
-0.09404 -0.21089
-0.05038 -0.34271
-0.06739 -0.00719
0.00641 0.08363
-0.01032 0.19100
0.00478 0.25906
0.38303 0.12534
0.36135 0.04736
0.27497 -0.21978

Pengelompokan wajah depan wanita Suku Minangkabau memiliki tiga tipe.
Tipe I terdiri atas 41 orang, tipe II terdiri atas 22 orang, dan tipe III terdiri atas 11
orang (Gambar 8). Tipe I memiliki wajah yang panjang karena sebagian besar titik
anatomis bergerak ke arah inferior. Dahi yang sempit, dan dagu yang paling panjang
di antara tipe yang lain ditandai dengan pergerakan glabella dan gnathion ke arah
inferior. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 4 dan 22
masing-masing adalah 0.00187, 0.19682 dan -0.00706, -0.29560. Hidung pada tipe
ini cenderung mancung karena jarak antara kurva minimum jembatan hidung dengan
pronasale yang panjang. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik
anatomis 13 adalah 0.00004, -0.00569. Tulang pipi sedikit bergerak ke arah dalam.
Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 11 dan 15 masingmasing adalah -0.21715, 0.03632 dan 0.22026, 0.03063. Rahang menjauhi titik
minimum kurva bawah daun telinga. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y
pada titik anatomis 23 dan 24 masing-masing adalah -0.22213, -0.13673 dan 0.22237,
-0.14062.

12
Wajah depan wanita tipe II mempunyai karakteristik bentuk wajah yang bulat
karena pergerakan titik-titik anatomis bergerak ke arah superior. Dahi yang lebar dan
dagu yang pendek hal ini disebabkan oleh pergerakan glabella dan gnathion ke arah
superior. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 4 dan 22
masing-masing adalah 0.00734, 0.20690 dan -0.01446, -0.29761. Hidung pada tipe
ini pesek ditandai dengan jarak antara kurva minimum jembatan hidung dengan
pronasale pendek. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis
13 adalah 0.00177, 0.00693. Tulang pipi bergerak ke arah dalam. Nilai koordinat
landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 11 dan 15 masing-masing adalah 0.20337, 0.04166 dan 0.20701, 0.02607. Rahang yang mendekati titik minimum
kurva bawah daun telinga. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik
anatomis 23 dan 24 masing-masing adalah -0.21662, -0.15731 dan 0.20558, 0.17139.
Wajah depan wanita tipe III mempunyai karakteristik bentuk wajah yang bulat
karena pergerakan titik-titik anatomis bergerak ke arah superior. Dahi yang lebar dan
dagu yang pendek hal ini disebabkan oleh pergerakan glabella dan gnathion ke arah
superior. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 4 dan 22
masing-masing adalah -0.00015, 0.21146 dan -0.00511, -0.29326. Pergerakan tulang
pipi ke arah luar. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 11
dan 15 masing-masing adalah -0.21078, 0.04188 dan 0.21359, 0.03901. Rahang
yang kecil ditandai dengan pergerakan kedua titik maksimum kurva sudut mandibula
ke arah dalam (Gambar 9). Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik
anatomis 23 dan 24 masing-masing adalah -0.20059, -0.15675 dan 0.20861, 0.15728 (Tabel 5). Tipe wajah depan wanita ini sesuai dengan penelitian Widyarini
(2009) yang menghasilkan tiga tipe wajah.

Tipe I :
Tipe II :
Tipe III :

Gambar 8 Pengelompokan wajah depan wanita dengan metode Neighbour Joining

13

(a)
(b)
(c)
Gambar 9 Grid deformasi wajah depan wanita terhadap bentuk umum (a) tipe I,
(b) tipe II, dan (c) tipe III
Tabel 5 Koordinat landmark wajah depan wanita terhadap bentuk umum tipe I, tipe
II, dan tipe III
No.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Koordinat landmark
Tipe I
X
Y
-0.21481 0.17784
0.22291 0.16886
-0.04612 0.17275
0.00187 0.19682
0.04857 0.17361
-0.16975 0.12325
-0.06329 0.10712
0.00244 0.13076
0.06681 0.10465
0.17545 0.11557
-0.21715 0.03632
-0.07440 -0.03382
0.00004 -0.00569
0.07113 -0.03552
0.22026 0.03063
-0.00164 -0.05039
-0.09772 -0.13356
-0.00246 -0.10492
0.09212 -0.13577
-0.00490 -0.17890
-0.00499 -0.19813
-0.00706 -0.29560
-0.22213 -0.13673
0.22237 -0.14062
-0.24968 -0.04104
0.25213 -0.04749

Koordinat landmark
Tipe II
X
Y
-0.21090 0.18118
0.22590 0.16672
-0.04003 0.18175
0.00734 0.20690
0.05268 0.17946
-0.16883 0.12673
-0.05876 0.11322
0.00686 0.14133
0.06761 0.10926
0.17891 0.11334
-0.20337 0.04166
-0.07538 -0.02294
0.00177 0.00693
0.07248 -0.02701
0.20701 0.02607
-0.00090 -0.04150
-0.09956 -0.12644
-0.00328 -0.09393
0.08959 -0.13119
-0.00832 -0.16702
-0.00898 -0.18952
-0.01446 -0.29761
-0.21662 -0.15731
0.20558 -0.17139
-0.24624 -0.07571
0.23988 -0.09299

Koordinat landmark
Tipe III
X
Y
-0.21057 0.17272
0.21531 0.17464
-0.05489 0.19086
-0.00015 0.21146
0.05139 0.19237
-0.16938 0.12255
-0.06280 0.10836
0.00135 0.13755
0.06345 0.10758
0.17390 0.12041
-0.21078 0.04188
-0.07344 -0.03788
-0.00148 -0.00468
0.06827 -0.03922
0.21359 0.03901
-0.00277 -0.05014
-0.09294 -0.13504
-0.00315 -0.10271
0.09091 -0.13525
-0.00387 -0.17798
-0.00370 -0.20296
-0.00511 -0.29326
-0.20059 -0.15675
0.20861 -0.15728
-0.23393 -0.06069
0.24277 -0.06552

Pengelompokan wajah samping wanita terdiri atas tiga tipe (Gambar 10). Tipe
I terdiri atas 58 orang, tipe II terdiri atas 16 orang, dan tipe III terdiri atas 2 orang.
Tipe I memiliki wajah tinggi terlihat dari pergerakan glabella ke arah superior,
sedangkan gnathion ke arah inferior. Hal ini mengakibatkan dahi yang lebar dan
dagu yang panjang. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis
1 dan 9 masing-masing adalah -0.11225, 0.31761 dan -0.02459, -0.34848. Hidung
cenderung mancung ditandai pergerakan pronasale ke arah anterior. Nilai koordinat

14
landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 3 adalah -0.17464, 0.02150. Rahang
yang mendekati titik minimum kurva bawah lubang telinga dan menjauhi gnathion.
Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 16 adalah 0.27268, 0.18190. Tulang pipi cenderung bergerak ke arah inferior. Nilai koordinat landmark
di sumbu x dan y pada titik anatomis 11 adalah -0.01945, 0.08288.
Wajah samping wanita tipe II memiliki wajah yang kurang tinggi
dibandingkan dengan tipe yang lain, ditandai dengan pergerakan glabella ke arah
inferior dan gnathion ke arah superior. Hal ini mengakibatkan dahi yang sempit dan
dagu yang pendek. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 1
dan 9 masing-masing adalah -0.08366, 0.33216 dan -0.06241, -0.34761. Hidung
paling pesek karena pergerakan pronasale ke arah posterior. Nilai koordinat
landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 3 adalah -0.16602, 0.03329. Rahang
yang menjauhi titik minimum kurva bawah lubang telinga dan mendekati gnathion.
Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 16 adalah 0.21015, 0.23669. Tulang pipi bergerak ke arah superior. Nilai koordinat landmark di sumbu
x dan y pada titik anatomis 11 adalah -0.00679, 0.09726.
Wajah samping wanita tipe III memiliki wajah tinggi terlihat dari pergerakan
glabella ke arah superior, sedangkan gnathion ke arah inferior. Hal ini
mengakibatkan dahi yang lebar dan dagu yang panjang. Nilai koordinat landmark di
sumbu x dan y pada titik anatomis 1 dan 9 masing-masing adalah -0.13103, 0.32140
dan -0.00572, -0.34662. Hidung mancung ditandai pergerakan pronasale ke arah
anterior. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik anatomis 3 adalah 0.17939, 0.02246. Rahang yang mendekati titik minimum kurva bawah lubang
telinga dan menjauhi gnathion. Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik
anatomis 16 adalah 0.28951, -0.19976. Tulang pipi cenderung bergerak ke arah
posterior (Gambar 11). Nilai koordinat landmark di sumbu x dan y pada titik
anatomis 11 adalah 0.00152, 0.07391 (Tabel 6). Tipe wajah samping wanita ini
sesuai dengan penelitian Triana (2015) yang juga memiliki tiga tipe wajah.

Tipe I :
Tipe II :
Tipe III :

Gambar 10 Pengelompokan wajah samping wanita dengan metode Neighbour
Joining

15

(a)
(b)
(c)
Gambar 11 Grid deformasi wajah samping wanita terhadap bentuk umum (a) tipe I,
(b) tipe II, dan (c) tipe III
Tabel 6 Koordinat landmark wajah samping wanita terhadap bentuk umum tipe I,
tipe II, dan tipe III
No.

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Koordinat landmark
Tipe I
X
Y
-0.11225 0.31761
-0.08874 0.18252
-0.17464 0.02150
-0.11281 -0.03625
-0.13129 -0.09871
-0.05695 -0.14644
-0.11371 -0.19782
-0.08201 -0.22670
-0.02459 -0.34848
-0.08091 -0.00222
-0.01945 0.08288
-0.01143 0.19571
0.00667 0.27110
0.37674 0.12187
0.35267 0.04533
0.27268 -0.18190

Koordinat landmark
Tipe II
X
Y
-0.08366 0.33216
-0.06845 0.18502
-0.16602 0.03329
-0.10752 -0.03208
-0.13163 -0.09221
-0.06444 -0.14354
-0.12058 -0.18816
-0.09401 -0.21850
-0.06241 -0.34761
-0.07474 0.00162
-0.00679 0.09726
0.00795 0.20344
0.02293 0.28060
0.38509 0.10196
0.35415 0.02343
0.21015 -0.23669

Koordinat landmark
Tipe III
X
Y
-0.13103 0.32140
-0.10787 0.18453
-0.17939 0.02246
-0.11248 -0.04306
-0.11835 -0.09842
-0.04629 -0.14210
-0.09194 -0.19493
-0.05719 -0.22714
-0.00572 -0.34662
-0.07933 -0.00128
0.00152 0.07391
-0.03267 0.18926
-0.03807 0.26893
0.36252 0.13340
0.34678 0.05941
0.28951 -0.19976

Hasil analisis pengelompokan wajah Suku Minangkabau secara umum
mendapatkan tiga tipe wajah untuk pria dan wanita secara umum. Berdasarkan hasil
analisis tersebut menunjukkan terjadi persebaran asal suku secara acak di setiap tipe
dan hanya beberapa yang mengelompok berdasarkan suku. Oleh karena itu,
pengelompokan dilakukan berdasarkan empat suku besar yang ada di Minangkabau
yaitu, Suku Koto, Suku Piliang, Suku Caniago, dan Suku Melayu. Data jumlah
responden empat suku besar Minangkabau berbeda-beda untuk wajah depan pria dan
wajah wanita baik depan maupun samping (Lampiran 7). Pengelompokan tersebut
dilakukan dengan menentukan rata-rata titik anatomis masing-masing suku berupa
koordinat sumbu x dan y. Pengelompokan berdasarkan empat suku besar
menghasilkan komponen-komponen Relative Warp (RW). Komponen nilai RW
berdasarkan empat suku besar Minangkabau mendapatkan 3 RW pada wajah depan
dan wajah samping baik pria maupun wanita (Lampiran 8).
Hasil analisis pengelompokan wajah depan pria empat suku besar
Minangkabau dengan metode Neighbour Joining menunjukkan bahwa Suku Koto

16
dan Suku Melayu berdekatan kekerabatannya. Suku Piliang dengan Suku Caniago
tidak saling berdekatan satu sama lain. Pengelompokan untuk wajah samping pria
empat suku besar Minangkabau dengan metode Neighbour Joining menunjukkan
bahwa Suku Koto dan Piliang yang saling berdekatan, sedangkan Suku Caniago
dengan Suku Melayu tidak berdekatan (Gambar 12). Responden memiliki suku yang
sama seperti ibu tetapi berbeda dengan suku ayahnya. Beberapa responden pria yang
bersuku Koto memiliki ayah yang bersuku Tanjung, Suku Koto, dan Suku Jambak.
Asal suku ayah yang mendominasi dari beberapa responden Suku Koto adalah Suku
Koto menikah dengan ibu yang bersuku Koto juga. Hal ini tidak sesuai dengan sistem
kekerabatan matrilineal atau garis keturunan dari ibu yang dianut oleh Suku
Minangkabau (Akmal dan Nurwianti 2009). Beberapa responden pria yang bersuku
Piliang memiliki ayah yang bersuku Caniago, Suku Piliang, dan Suku Koto. Asal
suku ayah yang mendominasi dari beberapa responden Suku Piliang adalah Suku
Caniago. Beberapa responden pria dari Suku Caniago memiliki ayah yang bersuku
Melayu, Suku Koto, dan Suku Jambak. Asal suku ayah yang mendominasi dari
beberapa responden Suku Caniago adalah Suku Melayu. Beberapa responden pria
dari Suku Melayu memiliki ayah yang bersuku Caniago, Suku Jambak, dan Suku
Guci. Asal suku ayah yang mendominasi dari beberapa responden Suku Melayu
adalah Suku Caniago.
Koto
Koto
Melayu
Piliang

Piliang

Caniago

Melayu
Caniago

(a)
(b)
Gambar 12 Pengelompokan empat suku besar Minangkabau dengan metode
Neighbour Joining (a) wajah depan pria, (b) wajah samping pria

17

Piliang

Koto

Koto

Caniago

Caniago
Piliang
Melayu

Melayu

(a)
(b)
Gambar 13 Pengelompokan empat suku besar Minangkabau dengan metode
Neighbour Joining (a) wajah depan wanita, (b) wajah samping wanita
Hasil analisis pengelompokan wajah depan wanita empat suku besar
Minangkabau dengan metode Neighbour Joining menunjukkan bahwa Suku Koto
dan Piliang yang saling berdekatan. Suku Caniago dan Suku Melayu tidak saling
berdekatan. Hasil ini sama dengan pengelompokan wajah samping pria pada empat
suku besar Minangkabau. Hasil pengelompokan wajah samping wanita empat suku
besar Minangkabau menunjukkan bahwa Suku Koto dengan Suku Caniago saling
berdekatan, sementara untuk Suku Piliang dan Suku Melayu tidak saling berdekatan
(Gambar 13). Beberapa responden wanita yang bersuku Koto memiliki ayah yang
bersuku Caniago, Suku Guci, Suku Jambak, Suku Melayu, dan Suku Panyalai. Asal
suku ayah yang mendominasi dari beberapa responden Suku Koto adalah Suku
Caniago. Beberapa responden wanita yang bersuku Piliang memiliki ayah yang
bersuku Melayu, Suku Tanjuang, Suku Caniago, Suku Guci, Suku Pisang, dan Suku
Bicu. Asal suku ayah dari beberapa responden Suku Piliang tidak ada yang
mendominasi. Beberapa responden wanita dari Suku Caniago memiliki ayah yang
bersuku Tanjung, Suku Koto, Suku Piliang, Suku Kampai, Suku Sikumbang, dan
Suku Salo. Asal suku ayah yang mendominasi dari beberapa responden Suku
Caniago adalah Suku Tanjung. Beberapa responden wanita dari Suku Melayu
memiliki ayah yang bersuku Caniago, dan Suku Guci. Asal suku ayah yang
mendominasi dari beberapa responden Suku Melayu adalah Suku Caniago. Analisis
pengelompokan tipe wajah masing-masing empat besar Suku Minangkabau
menunjukkan bahwa ada tiga tipe wajah, baik wajah depan dan wajah samping pria
maupun wanita ( Lampiran 9).

18

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Wajah Suku Minangkabau secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga
tipe wajah untuk pria dan wanita, maupun berdasarkan masing-masing suku dari
empat suku besar yang ada di Minangkabau. Variasi wajah terdapat pada bentuk
wajah, hidung, dagu, dahi, rahang, dan tulang pipi. Penyebaran responden terjadi
secara acak di setiap tipe dan hanya beberapa yang mengelompok pada suatu tipe
berdasarkan asal suku.

Saran
Saran untuk penelitian ini ialah sebaiknya dilakukan analisis lebih lanjut
mengenai hubungan antara wajah depan dan wajah samping dalam variasi wajah di
wilayah Sumatera Barat yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Abad B. 2002. Variasi wajah pria Kampung Naga [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Adams DC, Rolhf J, Slice DE. 2004. Geometric morphometrics ten years of progress
following the revolution. J Zool. 71: 5-16.
Akmal SZ, Nurwianti F. 2009. Kekuatan karakter dan kebahagiaan pada Suku
Minang. J Psikologi. 3(1): 1-9.
Bookstein FL. 1991. Morphometric Tools for Landmark Data: Geometry and
Biology. New York (US): Cambridge University Press.
Juliandi B. 2000. Variasi wajah wanita [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Kato T. 2005. Adat Minangkabau dan Merantau dalam Perspektif Sejarah. Jakarta
(ID): Balai Pustaka.
Kawulur EIJJ. 2012. Strategi kehidupan Suku Arfak ditinjau dari bentuk
kraniofasial, laju pertumbuhan dan kematangan seksual [disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Lestari D. 2010. Variasi wajah pria dan wanita Betawi di perkampungan budaya
Betawi Setu Babakan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Paradis E. 2006. Analysis of Phylogenetics and Evolution with R. New York (US):
Springer.
R Development M Core team. 2010. R: A Language and Environment for Statistical
Computing. Vienna (AT): R Foundation for Statical Computing.
Richtsmeier JT, Deleon VB, Lele SR. 2002. The promise of geometric
morphometrics. J Phy Anthropol. 45: 63-91.
Rohlf FJ. 2004. TpsSplin Version 1.20. New York (US): Stony Brook.
Rohlf FJ. 2005. TpsRelw Version 1.42. New York (US): Stony Brook.

19
Rohlf FJ. 2013. TpsDig Version 2.17. New York (US): Stony Brook.
Rohlf FJ, Marcus LF. 1993. A revolution in morphometrics. Tree. 8(4): 129-132.
Saitou N, Nei M. 1987. The Neighbour joining method: a new method for
reconstrusing phylogenetics trees. J Mol Biol Evol. 4(4): 406-425.
Siregar MA. 2009. Variasi wajah Suku Batak [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Sundenberg P. 1989. Shape and size constrained Principal Component Analysis. Syst
Zool. 36(2): 166-168.
Triana RK. 2015. Wajah pria dan wanita Papua [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Widyarini A. 2009. Variasi wajah dan penderita hipertensi pada wanita di Kampung
Naga [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Zelditch LM, Swiderski DL, Sheet HD, Fink WL. 2004. Geometric Morphometrics
for Biologist: A primer. Elsevier Academic Press (US): Elsevier.

20

LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner data subjek
ID Num
Tanggal
Pukul
Lokasi
Data Pribadi
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Tempat, Tanggal Lahir
Suku
Anak keAlamat Asal
Alamat Kostan (jika ada)
Golongan Darah
Pekerjaan

:
: Laki-laki / Perempuan
:
:
:
: dari bersaudara
:
:
:
:

Nama Ayah
Tempat, Tanggal Lahir Ayah
Asal Ayah
Suku Ayah
Bahasa Ayah
Asal Kakek dari Ayah
Suku Kakek dari Ayah
Asal Nenek dari Ayah
Suku Nenek dari Ayah

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Nama Ibu
Tempat, Tanggal Lahir Ibu
Asal Ibu
Suku Ibu
Bahasa Ibu
Asal Kakek dari Ibu
Suku Kakek dari Ibu
Asal Nenek dari Ibu
Suku Nenek dari Ibu

:
:
:
:
:
:
:
:
:

:
:
:

21

Lampiran 2 Peta wilayah Sumatra Barat berdasarkan asal responden penelitian

Prepared by: Zulfikar Basmoera, Bandung 2008

22
Lampiran 3 Data suku, usia, analisis wajah dan lokasi asal responden wajah pria
No.

Suku
Ibu

Suku
ayah

Usia
(Thn)

Asal daerah

1
Koto
Tanjung
19
Pariaman
2
Koto
Koto
19
Pariaman
3
Koto
Koto
20
Pariaman
4
Koto
Tanjung
19
Pariaman
5
Koto
Jambak
19
Pariaman
6
Piliang
Caniago
20
Pariaman
7
Piliang
Caniago
18
Pariaman
8
Piliang
Minangkabau
19
Padang
9
Piliang
Caniago
19
Pariaman
10
Piliang
Piliang
22
Batusangkar
11
Piliang
Piliang
19
Batusangkar
12
Piliang
Caniago
20
Sawahlunto
13
Caniago
Minangkabau
22
Tanah Datar
14
Caniago
Koto
20
Silungkang
15
Caniago
Melayu
17
Padang
16
Caniago
Jambak
20
Pariaman
17
Caniago
Melayu
18
Solok
18
Melayu
Minangkabau
18
Batusangkar
19
Melayu
Caniago
20
Sawahlunto
20
Melayu
Jambak
19
Pesisir Selatan
21
Melayu
Guci
20
Padang
22
Guci
Minangkabau
21
Kuraitaji
23
Guci
Tanjung
21
Bukittinggi
24
Guci
Tanjung
19
Pandai Sikek
25
Guci
Koto
20
Padang
26
Jambak
Sikumbang
19
Agam
27
Jambak
Minangkabau
18
Pariaman
28
Jambak
Minangkabau
19
Muaro Labuah
29
Jambak
Tanjung
20
Pariaman
30
Sikumbang
Mandahiliang
18
Padang
31
Sikumbang
Jambak
18
Pariaman
32
Sikumbang
Kutianyir
22
Lima Puluh Kota
33
Sikumbang
Minangkabau
19
Payakumbuh
34
Tanjung
Singkuang
18
Bukittinggi
35
Tanjung
Caniago
18
Pariaman
36
Tanjung
Minangkabau
18
Pariaman
37
Tanjung
Jambak
19
Pesisir Selatan
38
Kampai
Jambak
18
Pesisir Selatan
39
Kampai
Minangkabau
22
Batusangkar
40
Kampai
Melayu
22
Tanah Datar
41
Kutiayia
Koto
19
Payakumbuh
42
Mandahiliang
Sikumbang
18
Batusangkar
43
Mandahiliang
Piliang
19
Tanah Datar
44
Bendang
Payobada
19
Tanah Datar
45
Bendang
Sikumbang
19
Lima Puluh Kota
46
Tigo Lareh
Koto
18
Solok
47
Selayan
Caniago
19
Bukittinggi
48