Rekoleksi Keluarga Katolik Menggali simbol-simbol perkawinan adat suku Dayak Tunjung sebagai ungkapan dalam perkawinan Gereja Katolik di Kec. Linggang Bigung, Kab. Kutai Barat, Kalimantan Timur.

13 Lampiran 5 Satuan Pelaksanaan Rekoleksi Keluarga Katolik

A. Rekoleksi Keluarga Katolik

1. Tema, Tujuan, dan Pemikiran Dasar

a. Tema : Merasakan Kehadiran Allah dalam Keluarga b. Tujuan : - Peserta semakin menyadari peran Tuhan dalam perjalanan hidup berkeluarga sehingga keluarga semakin mampu menjadi saksi kasih Tuhan dalam hidup menggereja dan bermasyarakat. - Peserta mampu menjadi pendidik dan memberikan kesaksian bagi iman anak dalam keluarga. c. Waktu Pelaksanaan d. Pemikiran Dasar Dalam perjalanan hidup, perkawinan merupakan salah satu hal penting yang dialami oleh manusia. Dalam perkembangan zaman ini, masalah dalam perkawinan membutuhkan perhatian yang serius dikarenakan cita-cita membina keluarga yang diliputi rasa bahagia, kasih, harmonis sering kali tidak tercapai sepenuhnya apalagi bila dalam berkeluarga tidak ada kesadaran bahawa hidup berkeluarga adalah suatu panggilan dan perutusan dari Allah untuk menggembangkan Gereja dan masyarakat. Keluarga merupakan titik awal terbentuknya umat Allah dan sel ini dari kehidupan bermasyarakat, maka penghayatan bahwa hidup berkeluarga adalah pilihan dari Allah untuk diutus mewartakan kebahagiaan dan keselamatan yang dibawa oleh PuteraNya yang Esa. Maka keluarga yang dibangun harus bercirikan keluarga katolik yang penuh kasih sayang, bertanggungjawab dan juga membangun kebahagiaan yang sejati. Maka diharapkan melalui rekoleksi ini peserta pasutri semakin disadarkan akan panggilan hidup berkeluarga sehingga keluarga semakin mampu merasakan kehadiran Allah di tengah-tengah keluarga, menumbuhkan hidup berkeluarga yang penuh semangat cinta kaih dan bertanggung jawab dalam mendidik anak-anak dan mampu menjadi Gereja kecil dengan tekun doa bersama yang mendorong terbentuknya Gereja besar dalam masyarakat. 2. Pembukaan a Doa Pembukaan Allah yang maha baik, terimakaih karena pada hari ini Engkau hadir ditengah- tengah kami. Bapa, saat ini kami berkumpul ditempat ini ingin menggali dan berbagi pengalaman kami tentang keluarga kristiani tertutama menyadari bahwa keluarga yang kami bangun adalah berkat kehendak baikMu. Bapa.. bimbinglah kami dalam membangun keluarga yang berlandaskan kasih yang kau ajarkan terutama dalam mendidika anak-anak kami sehingga keluarga keluarga yang kami bangun dapat menyebarkan kesaksian PutraMu di tengah Gereja dan masyarakat. Kami mohon penyertaanmu dalam proses acara hari ini sehingga pada akhir acara nanti dapat membuka hati kami kepadaMu. Amin. b Sambutan dari Pastor Paroki. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 SESI I HAKIKAT PERKAWINAN KRISTIANI

A. PROSES PELAKSANAAN

1. Langkah sharing pengalaman

Mengundang salah satu pasutri lansia untuk bersharing mengenai suka duka dalam hidup berkeluarga.

2. Uraian materi

Pada sesi ini akan diawali dengan mengajukan beberapa pertanyaan untuk menggali pengalaman peserta perihal hidup berkeluarga.  Menurut bapak Ibu, apa makna janji perkawinan?  Bagaimana pengalaman bapakibu menganai suka duka hidup berkeluarga? 1 Arti perkawinan Perkawinan adalah sebuah perjanjian. Istilah perjanjian atau kesepakatan mau membaharui istilah hukum: “kontrak”. Kata “perjanjian” dipilih karena lebih bernuansa rohani yang mengingatkan akan perjanjian antara Allah dan manusia yang bernuansa cinta kasih. Dasar dari sebuah perkawinan adalah cinta yang tampak dalam persetujuan bebas dari kedua calon mempelai. Secara yuridis, persetujuan bebas itu menjadi prasyarat dari sebuah perjanjian perkawinan yang syah. Kehendak Allah mengenai perkawinan, dapat kita temukan dalam Kitab Suci. Ada tiga kutipan yang penting yakni Kitab Kej 2, 18-24 dan 1-26-28 dan Mat 19,6. Dalam Kitab Suci atau menurut kehendak Allah sendiri menikah berarti:  Seorang pria dan seorang wanita  Saling menyerahkan diri satu sama lain  Dilaksanakan dalam cinta  Mencakup seluruh jiwaraganya  Bersifat seumur hidup  Tujuannya untuk saling membahagiakan  Serta mendirikan keluarga Hidup bersatu dalam cinta jiwa dan badan, guna saling membahagiakan satu sama lain, itulah tujuan pokok perkawinan menurut Kitab Suci. Firman Tuhan yang berbunyi “Beranak-cucu dan berkembang biaklah” bukanlah merupakan tujuan pokok perkawinan melainkan buah hasilnya yang memang diharapka. Tujuan pokok perkawinan menurut kehendak Allah sendiri ialah: Kebagiaan bersama suami-isteri dalam cinta-mencintai. 2 Tujuan perkawinan Bagi kita umat katolik, tujuan perkawinan yang paling cocok adalah: - Pegembangan Cinta Kasih Menuju Kebahagiaan dan Kesejahteraan bersama suami-Istri - Kelahiran dan Pendidikan Anak - Pemenuhan Kebutuhan Seksual - Membangun masyarakat - Membangun Gereja 15 3 Ciri-ciri sifat-sifat perkawinan kristiani Perkawinan kristiani memiliki cirri-ciri sebagai berikut: - Monogami Perkawinan monogami adalah bentuk perkawinan yang diadakan antara satu pria dengan satu wanita, dan sebaliknya. Jenis perkawinana semacam ini menjamin pemberian cinta yang utuh dan tak terbagi di antara keduanya: di lain pihak, hal ini juga mencerminkan prinsip kesetaraan martabat antara pria dan wanita bdk.Kej. 1:26-30, 2:18-25. Ciri monogamy ini menolak perkawinan yang poliandri satu perempuan dengan dua atu lebi laki-laki atau poligami satu laki-laki dengan dua atau lebih perempuan serentak simultan, baik secara hukum maupun moral. - Tak tercearikan Dalam perkawinan, suami-istri telah mempersatukan diri secara bebas untuk seumur hidup. Maka, cinta kasih ereka pun harus bercirikan kesetiaan seumur hidup. Sebagaimana cinta kasih Allah kepada umat-Nya adalah kekal abadi, demikian juga hendaknya cinta kasih antara suami- istri. Sifat tak terceraikan ini mengandung makna lebih dalam yaitu perjuangan untuk memupuk kesetiaan terhadap pasangan dalam segala aspek kehidupan. Bdk. Mat.5:31-32; 19:1-12, Mrk 10:6-9. - Terbuka bagi keturunan Cinta kasih suami-istri tidak hanya tertuju pada diri mereka sendiri, tetapi juga kepada orang lain dalam hal ini tertuju kepada kelahiran anak. Karena itulah, dengan bamtuam rahmat Allah, suami-istri dipanggil oleh Allah untuk bekerjasama dalam meneruskan generasi baru dengan sikap keterbukaan mereka untuk menerima karunia hidup baru yang diberkan Tuhan kepada mereka. Maka, segala bentuk penolakan terhadap kehidupan pengguguran harus ditolak dengan tegas karena jelas merupakan sikap penolakan terhadap anugrah kehidupan. 4 Moral perkawinan Katolik a Beberapa teks penting dari Kitab Suci  Yohanes 2:1-12 tentang perkawinan di Kana, di mana Yesus pertama kalinya membuat tandamujizat.  Yohanes 13:35Yohanes 15:12 tentang perintah untuk saling mencintai  Efesus 5:22-23 tentang suami mencintai istrinya sama seperti ia mencintai dirinay sendiri-sama seperti Kristus mencintai Gereja-Nya, suatu sakramen yang agung.  1 Kor 7:2-11 tentang kewajiban suami-istri dalam bidang seksual  1Kor 6:12-20 tentang hormat terhadap tubuh.  1 Kor 13:1-13 tentang sifat cinta kasih.  1 Tesalonika 4:3-8; Kolose 3:12-21 tentang suasana dalam keluarga.  Amsal 5:30; Kidung Agung 2.6.7 tentang bahasa cinta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 b Pokok-pokok ajaran Kitab suci dan ajaran Gereja Katolik tentang perkawinan Tuhan menciptakan manusia sebagai pria dan wanita dengan maksud agar mereka bersatu dalam ikatan perkawinan dan membentuk satu keluarga. Hal ini diungkapkan dengan jelas oleh Kitab Kejadian: “Dalam bab itu, seorang pria akan meninggalkan ayah dan ibunya dan mengikat diri pada istrinya” Kej 2:24; Mat 19:5; Mrk 10:7-8; Ef 5:31. Ungkapan “meninggalkan ayah dan ibu” berarti bahwa hubungan dengan orang tua harus berubah. Dengan menikah, baik suami ataupun istri telah membentuk keluarga baru, maka seluruh waktu, pikiran, dan tenaga tercurah kepada keluarga baru yang dibentuknya. Tujuan pokok perkawinan menurut Kitab Suci adalah kesatuan dan kebahagiaan bersama suami-istri dengan saling mencintai. Maka, unsure inilah yang harus diutamakan, yaitu “kesuami-istri-an” dan bukan “ke-ibu- bapak- an”. Kesatuaan suami-istri harus diperjuangkan setiap hari dengan saling member perhatiaan, dengan komunikasi yang baik serta keterbukaan dalam segala segi kehidupan, dengan kesediaan untuk saling menerima apa adanya, dengan kasih saying, kelembutan dan kesabaran dan saling memaafkan 1Kor 13, berdoa bersama dansaling menganggung beban. Tanggung jawab suami terhadap istri menurut ajaran Kitab Suci dapat diringkas dalam dua kata “memimpin” dan “mengasihi”. Memimpin menurut Ktab Suci berarti melayani Mat 20:20-28; Yoh 13:1-15, memperhatikan kepentingan dan keselamatan orang yang menjadi tanggungannya. Suami disebut kepala istri dan kepala keluarga, sama seperti Kristus adalah kelapa umat-Nya Ef 5:23 yang mendampingi, menjaga, menghibur, mengajar, emndoakan dan menyelamatkan Umat- Nya. Demikian juga hendaknya suami harus menjaga, melindungi dan “menyelamatkan” istri, mengasihi seperti dirinya sendiri, bahkan sama seperti Kristus mengasihi umatNya. Sebaliknya, tanggung jawab istri terhadap suami menurut Kita Suci Kej 2:18-25; Ams 31:10-31; Ef 5:23-33; Tit 2:4-5; 1Ptr 3:1-6 disebutkan “tunduk kepada suami” dan menolong dia. Patuhtunduk kepada suaminya tidaklah berate bahwa istri menjadi seorang “pembantu” sepeerti halnya seorang pembantu rumah tangga yang tidak berhak berbicara, diam, dan tunduk saja; melainkan suatu ketaatanketundukan “sama seperti umat taat kepada Kristus”. Sama seperti umat tunduk kepada Kristus-Kepala jemaat- demikianlah ketaatan istri kepada suami. Kepatuhan istri berarti bahwa sebagai pendampingan suaminya serta rela memakai segala bakat kemampuannya demi kebaikan suami dan anak-anaknya dalam kerja sama dan di bawah pimpinan suami. 5 Hukum Perkawinan Katolik Hukum perkawinan membahas terutama mengenai kriteria sah dan tidaknya sebuah perkawinan. Sah atau tidaknya perkawinan itu ditentukan oleh tiga kriteria umum berikut: - Ada atau tidaknya halangan perkawinan - Benar atau tidaknya consensus atau perjanjian, dan 17 - Tapat atau tidaknya tata cara peneguhannya. SESI II MENJADI PENDIDIK DALAM KELUARGA A. PROESE PELAKSANAAN 1 Membaca cerita “Ungkapan Jujur Seorang Anak” terlampir. Pada sesi III ini diawali dengan mengajak peserta membaca sebuah cerita “Uangkapan Jujur Seorang Anak” . Kemudian setelah membaca, pendamping mengajak peserta untuk menggali pengalaman peserta dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, dapat dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut ini: - Bagaimana kesan bapak-ibu setelah membaca cerita tadi? - Selama ini, bagaimana cara bapak-ibu mendidik anak di dalam keluarga? - Nilai positif apa saja yang dapat bapak-ibu ambil dalam mendidik anak di dalam keluarga? - Nilai negatif apa sajakah yang tidak boleh dilakukan dalam mendidik anak di lingkungan keluarga? 2 Diskusi kelompok Pendamping mengajak peserta untuk berdiskusi dalam kelompok, kemudian hasil diskusi itu diplenokan dalam kelompok besar. 3 Peneguhan rangkuman - Orang tua memiliki tugas dan tanggung jawab yang pertama dan utama dalam mendidik anak, dalam bidang keagamaan, kesusilaan, sexsualitas, kemurnian, budaya dan kemasyarakatan. Dalam rangka memenuhi tugas mendidik anak dalam bidang hidup keimanan, orang tua pertama-tama dituntut memiliki pengalaman iman yang baik, menampilkan perilaku hidup yang baik, sebab anak akan mencontoh apa yang dilakukan orang tua. Alangkah baiknya setiap kelurga katolik membiasakan diri mengadakan doa bersama, membaca dan merenungkan sabda Tuhan secara bersama. Dengan demikiaan keluarga menjadi Gereja mini. Keluarga menjadi kesatuan yang melambangkan kesatuan dari ketiga pribadi Ilahi: Bapa, Putra dan Roh Kudus. Keluarga adalah Gereja mini, tempat kesatuan bapak, ibu dan anak- anak men jadi komunitas iman “di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, disitu akau ada di tengah- tengah mereka” Mat 18:20. Dalam keluarga seorang anak sungguh dapat mengenal dan mengalami Allah. Oleh karena itu dalam keluarga Kristiani, orang tua harus membiasakan diri mengadakan doa bersama, ikut dalam perayan ekaristi, menerima sakramen pengampunan secara teratur. - Dalam keluarga seorang anak seharusnya harus juga mendapat pendidikan mengenai nilai-nilai moral. Orang tua mempunyai tugas yang sangat berat untk membentuk anak-anak memiliki integritas yang bermoral. Untuk itu dalam keluarga, anak-anak dibiasakan belajar membuat keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas perbuatannya. 18 - Keluara juga menjadi tempat pertama dan utama dalam pendidkan kesetia kawanan dan semangat sosial anak. Bagaimana orang tua menciptakan iklim yang kondusif, yang memungkinkan anak dpat saling berbgi dengan sesamanya, mau memperhatikan kebutuhan orang lain, menumbuhkan semangat saling membantu dan melayani, rela berkorban dan saling menghargai. - Orang tua juga memiliki tugas dan tanggung jawab utama dan pertama dalam menyelenggarakan pendidikan seksualitas, cinta dan kemurnian. Pendidikan seksualitas ini sangat penting untuk membantu pertumbuhan anak. Bagaimana orang tua member pejelasan tentang perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang dalami oleh putra-putrinya. - Keluarga katolik mempunyai tugas untuk berpartisipasi dalam misi pewartaan Gereja yang diterima dari Yesus Kristus, yaitu misi kenabian, keimanan dan Rajawi. Orang tua dalam mendidik anak harus membangun keluarga yang dijiwai oleh semangat pelayanan, pengorbanan, kesetiaan, pengabdian dan membagikan kekayaan rohani yang mereka terima dalam sakramen perkawinan sebagai cermin dari cinta Yesus Kristus kepada GerejaNya lih. FC.50 - Dalam bidang kemasyarakatan, orang tua mempunyai kewajiban untuk mengajarkan kepada anak-anak dimensi sosial anak. Anak dididik untuk memiliki jiwa dan semangat solider, setia kawan, semangat rela berkorban dan sehati sejiwa dengan mereka yang kekurangan. SESI III KOMUNIKASI DALAM KELUARGA

A. PROSES PELAKSANAAN