Evaluasi Kualitas Perangkat Lunak Berorientasi Objek

EVALUASI KUALITAS PERANGKAT LUNAK BERORIENTASI OBJEK

RHAMDANI

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

EVALUASI KUALITAS PERANGKAT LUNAK BERORIENTASI OBJEK

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Oleh :
RHAMDANI
G64104038


DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

Judul : Evaluasi Kualitas Perangkat Lunak Berorientasi Objek
Nama : Rhamdani
NRP

: G64104038

Menyetujui :
Pembimbing I,

Pembimbing II,

Wisnu Ananta Kusuma, S.T, M.T

Toto Haryanto, S.Kom


NIP. 132312485

Mengetahui:
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. drh. Hasim, DEA
NIP 131578806

Tanggal Lulus :

ABSTRAK
RHAMDANI. Evaluasi Kualitas Perangkat Lunak Berorientasi Objek. Dibimbing oleh
WISNU ANANTA KUSUMA dan TOTO HARYANTO.
Pengembangan perangkat lunak berorientasi objek membutuhkan pendekatan yang berbeda
dengan pengembangan perangkat lunak terstruktur. Perbedaan tersebut terdapat pada tahap desain,
implementasi, dan evaluasi kualitas perangkat lunak tersebut. Dengan demikian, dibutuhkan
metrics yang berbeda dengan traditional metrics untuk melakukan evaluasi kualitas perangkat
lunak tersebut.

Chidamber & Kemerer (1994) mengajukan enam buah object oriented metrics. Keenam
metrics tersebut memiliki sudut pandang yang terkait dengan faktor-faktor kualitas perangkat
lunak. Dengan demikian, metrics tersebut dapat digunakan untuk melakukan evaluasi kualitas
perangkat lunak berorientasi objek dari beberapa faktor kualitas yang terkait.
Penelitian ini melakukan perhitungan object oriented metrics terhadap semua class pada
perangkat lunak ERP. Selanjutnya, nilai metrics masing-masing class dibandingkan dengan nilai
batas atas metrics tersebut. Dengan melakukan perbandingan tersebut, dapat diketahui class mana
saja yang disarankan untuk diperiksa ulang dan/atau direvisi. Selain itu, penelitian ini juga
melakukan perhitungan lebih lanjut untuk mengetahui nilai rata-rata masing-masing metrics pada
perangkat lunak tersebut. Nilai rata-rata tersebut dibandingkan juga dengan nilai batas atas metrics
sehingga dapat diketahui tinggi rendahnya nilai metrics secara keseluruhan. Dengan mengetahui
tinggi rendahnya nilai metrics, dapat diketahui kualitas perangkat lunak tersebut.
Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan beberapa class yang disarankan untuk diperiksa
ulang dan/atau direvisi. Selain itu, perangkat lunak ERP berkualitas baik dari segi usability,
understandability, modifiability, dan testability. Akan tetapi, dari segi reusability, kualitas
perangkat lunak ERP hanya dapat dikatakan moderat.
Kata kunci: Object oriented metrics, Chidamber & Kemerer metrics, desain berorientasi objek,
faktor kualitas.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 Mei 1986 dari pasangan Bapak M. Sadikin
dan Ibu Ahyani. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 91 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus
seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI). Penulis memilih
Program Studi Ilmu Komputer, Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam IPB. Pada tahun 2007, Penulis menjalankan praktek kerja lapangan di PT.
Sigma Karya Sempurna (Balicamp) selama kurang lebih 5 bulan sebagai software tester untuk
project Panin Business Internet Banking. Penulis juga pernah menjadi assisten praktikum mata
kuliah Pengembangan Sistem Berorientasi Objek pada semester genap 2007/2008. Saat ini, penulis
aktif sebagai anggota Java Campus Team di Departemen Ilmu Komputer IPB.

PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam juga
penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta seluruh sahabat dan
umatnya hingga akhir zaman.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Wisnu Ananta Kusuma, S.T., M.T.
selaku pembimbing I yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama proses
penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Toto Haryanto, S.Kom. selaku pembimbing II yang telah memberikan saran dan masukan kepada

penulis, serta Bapak Irman Hermadi, S.Kom., M.S. yang bersedia menjadi moderator dan dosen
penguji dalam pelaksanaan seminar dan sidang. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
1.

Ayahanda M. Sadikin dan Ibunda Ahyani yang senantiasa mendoakan dan memberikan
dukungan selama penulis menjalankan studi di Institut Pertanian Bogor. Adik penulis
Imam Suderajat yang senantiasa mendengarkan cerita-cerita penulis selama kuliah di
IPB.

2.

Destarina Arghia (MSL 42) beserta keluarga yang selalu memberi dukungan dan
semangat dalam mengerjakan skripsi ini.

3.

Teman-teman satu tim dalam pengerjaan perangkat lunak ERP Halida Ernita (ILKOM
41) dan Dian Indah Savitri (ILKOM 41).

4.


Roby Ikhsan & istri, Ifnu Bima, S.Kom. (ILKOM 38), dan Hadikusuma Wahab,
S.Kom. (ILKOM 40 ) yang bersedia memberikan arahan dalam mengerjakan perangkat
lunak ERP dan skripsi ini.

5.

Diomidis Spinellis sebagai pengembang tool CKJM yang bersedia memberikan arahan
dan saran melalui email dalam menggunakan CKJM untuk mengolah data pada skripsi
ini.

6.

Teman-teman satu kost Riza Mahendra, Hasan, Rizki Pebuardi, Hely Kurniwan yang
rela membantu dalam pelaksanaan seminar dan sidang.

7.

Sahabat penulis, Ardian PrawiraYudha, yang memberikan fasilitas internet di
rumahnya untuk digunakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


8.

Teman-teman ILKOM 41 lainnya yang telah banyak membantu penulis selama
menjalani kuliah di IPB.

9.

Departemen Ilmu Komputer, staf, dan dosen yang telah begitu banyak membantu baik
selama penelitian maupun pada masa perkuliahan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak lainnya yang telah
memberikan kontribusi yang besar selama pengerjaan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu.
Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Juli 2008

Rhamdani


v

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................... vi
PENDAHULUAN............................................................................................................................. 1
Latar Belakang............................................................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ......................................................................................................................... 1
Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................................................... 1
Manfaat Penelitian ....................................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................... 1
Kualitas Perangkat Lunak ............................................................................................................ 1
Metrics ......................................................................................................................................... 2
Object Oriented Metrics .............................................................................................................. 3
Weighted Methods per Class (WMC).......................................................................................... 3
Depth of Inheritance Tree (DIT) ................................................................................................. 3
Number of Children (NOC) ......................................................................................................... 4
Coupling between Object (CBO) ................................................................................................. 4

Response for A Class (RFC) ........................................................................................................ 4
Lack of Cohesion in Methods (LCOM) ...................................................................................... 4
Cyclomatic Complexity (CC) ....................................................................................................... 5
METODE PENELITIAN .................................................................................................................. 5
Studi Literatur .............................................................................................................................. 6
Pengumpulan Data ....................................................................................................................... 6
Implementasi Perhitungan Metrics .............................................................................................. 6
Analisis Hasil Pengukuran Metrics ............................................................................................. 6
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................................... 6
Pengumpulan Data ....................................................................................................................... 6
Implementasi Perhitungan Metrics .............................................................................................. 6
Analisis Hasil Perhitungan Metrics ............................................................................................. 7
1 Weighted Methods per Class (WMC) ............................................................................... 7
2 Depth of Inheritance Tree (DIT) ....................................................................................... 7
3 Number of Children (NOC) .............................................................................................. 7
4 Coupling Between Object Class (CBO) ............................................................................ 8
5 Response for A Class (RFC) ............................................................................................. 8
6 Lack of Cohesion in Methods (LCOM) ............................................................................. 9
7 Kualitas Perangkat Lunak ERP ....................................................................................... 10
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................................... 11

Kesimpulan ................................................................................................................................ 11
Saran .......................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 11

vi

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Ringkasan statistik WMC pada perangkat lunak ERP. ........................................................ 7
Tabel 2 Ringkasan statistik DIT pada perangkat lunak ERP............................................................. 7
Tabel 3 Ringkasan statistik NOC pada perangkat lunak ERP. .......................................................... 8
Tabel 4 Ringkasan statistik CBO pada perangkat lunak ERP. .......................................................... 8
Tabel 5 Ringkasan statistik RFC pada perangkat lunak ERP. ........................................................... 9
Tabel 6 Ringkasan statistik nilai rasio LCOM pada perangkat lunak ERP. ..................................... 9
Tabel 7 Kategori metrics perangkat lunak ERP beserta pengaruhnya terhadap faktor kualitas ...... 10

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Faktor-faktor kualitas perangkat lunak (El-Ahmadi 2006)............................................... 2
Gambar 2 Hierarki metrics (Sarker 2005). ........................................................................................ 3

Gambar 3 Perhitungan CC dengan graph (Rosenberg 1998). ........................................................... 5
Gambar 4 Diagram metodologi penelitian. ....................................................................................... 5
Gambar 6 Histogram WMC pada perangkat lunak ERP. .................................................................. 7
Gambar 7 Histogram DIT pada perangkat lunak ERP. ..................................................................... 7
Gambar 8 Histogram NOC pada perangkat lunak ERP. ................................................................... 8
Gambar 9 Histogram CBO pada perangkat lunak ERP. .................................................................... 8
Gambar 10 Histogram RFC pada perangkat lunak ERP. .................................................................. 8
Gambar 11 Histogram LCOM pada perangkat lunak ERP. .............................................................. 9

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Source Code class LoginCustomerController.............................................................. 13
Lampiran 2 Perhitungan Metrics pada Class LoginCustomerController ........................................ 14
Lampiran 3 Hasil Perhitungan Metrics pada semua Class project ERP.......................................... 17
Lampiran 4 Beberapa Class yang Disarankan Agar Diperiksa Ulang dan/atau Direvisi Terkait
Dengan Nilai Metrics-nya ............................................................................................................... 22
Lampiran 5 Ringkasan Pengaruh Metrics Terhadap Faktor-Faktor Kualitas berdasarkan sudut
pandang masing-masing metric. ...................................................................................................... 23

1

PENDAHULUAN

1

Menerapkan object oriented metrics
untuk melakukan evaluasi perangkat
lunak berorientasi objek.

2

Menganalisis efektivitas object oriented
metrics yang digunakan.

Latar Belakang
Desain berorientasi objek merupakan suatu
konsep yang banyak digunakan oleh
pengembang perangkat lunak saat ini. Hal ini
dikarenakan kemudahan yang ditawarkan di
dalam desain berorientasi objek dari sisi
pengembangan dan perawatannya. Dengan
kata lain, desain berorientasi objek merupakan
pendekatan yang efektif untuk membangun
perangkat lunak yang flexibel.
Pengembangan berorientasi objek ternyata
membutuhkan pendekatan yang berbeda
dengan pengembangan struktural. Perbedaan
tersebut terdapat pada tahap desain dan
implementasinya. Perbedaan ini
yang
kemudian menimbulkan permasalahan dalam
penggunaan metrics untuk mengevaluasi
kualitas perangkat lunak berorientasi objek.
Traditional metrics seperti Cyclomatic
Complexity (CC), yang digunakan untuk
mengevaluasi desain terstruktur, ternyata tidak
dapat digunakan begitu saja dalam desain
berorientasi
objek.
Bahkan
beberapa
traditional metrics tidak dapat digunakan
sama sekali dalam lingkungan berorientasi
objek. Oleh karena itu, dibutuhkan metrics
yang dapat merefleksikan desain berorientasi
objek.
Banyak penelitian yang
mengajukan
object oriented metrics. Salah satu penelitian
tersebut dilakukan oleh Chidamber &
Kemerer (1994). Chidamber & Kemerer, yang
merupakan pelopor dalam penelitian object
oriented metrics, mengajukan enam buah
object oriented metrics. Metrics tersebut
adalah Weighted Methods per Class (WMC),
Depth of Inheritance Tree (DIT), Number of
Children (NOC), Coupling Between Object
(CBO), Response for A Class (RFC), dan Lack
of Cohesion in Methods (LCOM). Keenam
metrics tersebut dapat digunakan di dalam
lingkungan berorientasi objek.
Penelitian ini membahas penggunaan
Chidamber & Kemerer object oriented metrics
untuk mengevaluasi kualitas perangkat lunak
berorientasi objek. Perangkat lunak yang
digunakan adalah perangkat lunak ERP yang
berorientasi objek yang dikembangkan oleh
Ernita (2008).
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1 Metrics yang digunakan adalah object
oriented metrics yang diajukan oleh
Chidamber & Kemerer (1994).
2 Perhitungan metrics dilakukan dengan
bantuan tool Chidamber & Kemerer Java
Metrics (CKJM).
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat melakukan
estimasi kualitas perangkat lunak ERP yang
berorientasi objek melalui faktor-faktor
kualitas perangkat lunak. Selain itu, hasil
perhitungan metrics dapat digunakan sebagai
acuan untuk memperbaiki desain perangkat
lunak ERP (Ernita 2008).

TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Perangkat Lunak
Kualitas perangkat lunak dapat memiliki
banyak arti bergantung dari siapa yang
memandangnya. Bila dilihat dari sudut
pandang customer, perangkat lunak yang baik
adalah perangkat lunak yang memuaskan
kebutuhan customer. Dengan demikian,
perangkat lunak tersebut dikatakan memiliki
kualitas yang baik. Lain halnya jika dilihat
dari sudut pandang pengembang. Pengembang
perangkat lunak akan melihat produk
perangkat lunak dari dalam perangkat lunak
itu sendiri. Pengembang yang menggunakan
pemikiran berorientasi objek memiliki tujuan
pada terpenuhinya karakterisktik tertentu.
Terpenuhinya karakteristik - karakteristik
tersebut merupakan kualitas dari sudut
pandang pengembang (El-Ahmadi 2006).
Dengan kata lain, jika diinginkan kualitas
perangkat lunak yang tinggi, haruslah
ditentukan karakteristik apa saja yang
diinginkan. Karakteristik tersebut berupa
faktor-faktor kualitas. Faktor-faktor tersebut
dapat dilihat pada gambar 1.

2

• Testability
Menurut Jawadekar (2004), testability
adalah tingkat usaha yang dibutuhkan untuk
menguji perangkat lunak dalam proses quality
assurance.
• Availability

Gambar 1 Faktor-faktor kualitas perangkat
lunak (El-Ahmadi 2006).
Definisi faktor-faktor tersebut sebagai
berikut:
• Reliability
Menurut Jawadekar (2004), reliability
adalah tingkat ketepatan fungsi-fungsi
perangkat lunak tanpa adanya kesalahan.
• Reusability
Reusability adalah tingkat kemampuan
perangkat lunak atau bagian perangkat lunak
untuk dapat digunakan ulang di lain tempat
sebagai komponen yang reusable (Jawadekar
2004).
• Usability
Usability adalah tingkat usaha yang
dibutuhkan
untuk
mempelajari,
mengoperasikan, dan menggunakannya untuk
tujuan yang diinginkan (Jawadekar 2004).
• Maintainability
Maintainability adalah tingkat usaha untuk
mengetahui
letak
kesalahan
dan
memperbaikinya.
Faktor ini dapat dipecah menjadi tiga
subfaktor, masing-masing understandability,
modifiability, dan testability (El-Ahmadi
2006).
• Understandability
Understandability
terkait
dengan
peningkatan kompleksitas psikologis (SATC
1995).
• Modifiability
Modifiability dari segi flexibility adalah
tingkat kemudahan sebuah sistem atau
komponen agar dapat dimodifikasi untuk
penggunaan dalam suatu aplikasi atau
lingkungan (IEEE Std. 610.12 diacu dalam
Barbacci 2004).

Availabillity adalah tingkat kemudahan
suatu sistem atau komponen agar dapat
dioperasikan dan diakses ketika ingin
digunakan (IEEE Std. 610.12, diacu dalam
Barbacci 2004).
• Complexity
El-Ahmadi (2006) menyatakan masih
terdapat satu faktor lagi yang tidak secara
langsung terkait dalam hierarki faktor pada
gambar 1. Faktor tersebut adalah complexity.
Complexity dibagi menjadi dua jenis, yaitu
complexity of problem dan complexity of
solution. Complexity of problem
adalah
jumlah sumber daya yang dibutuhkan untuk
sebuah solusi yang optimal terhadap sebuah
permasalahan. Complexity of solution terdiri
dari time complexity dan space complexity.
Time complexity terkait dengan sumber daya
waktu sedangkan space complexity terkait
dengan sumber daya memori (Fenton &
Pfleeger 1997). Complexity berpengaruh pada
understandability,
modifiability,
dan
testability (El-Ahmadi 2006).
Semua faktor kualitas tersebut dapat
diukur secara kuantitatif menggunakan
metrics. Penjelasan metrics dapat dilihat pada
subbab selanjutnya.
Metrics
Sarker (2005) membagi metrics ke dalam
dua kategori, yaitu project based metrics dan
design based metrics. Project based metrics
terdiri dari process, product, dan resources
sedangkan design based metrics terdiri dari
traditional metrics dan object oriented
metrics. Gambar 2 memperlihatkan hierarki
metrics tersebut.
Process metrics, disebut juga management
metrics, berhubungan dengan proses dalam
mengembangkan sebuah sistem (Systa & Yu
1999). Process metrics biasanya digunakan
untuk:
• Membantu memprediksi ukuran akhir
sebuah sistem,
• Memprediksi
tingkat
usaha
yang
dibutuhkan dalam sebuah proyek,

3

• Dan menentukan apakah sebuah proyek
sesuai dengan jadwal.

Object oriented metrics yang diajukan
oleh Chidamber & Kemerer (1994) adalah:
• Complexity metrics terdiri dari weighted
methods per class (WMC).
• Inheritance metrics terdiri dari depth of
inheritance tree (DIT) dan number of
children (NOC).
• Communication metrics terdiri dari
coupling between object (CBO), response
for a class (RFC), dan lack of cohesion in
method (LCOM).

Gambar 2 Hierarki metrics (Sarker 2005).
Product metrics, disebut juga quality
metrics, digunakan untuk mengontrol kualitas
dari produk perangkat lunak. Metrics ini
digunakan untuk perangkat lunak yang belum
selesai dibuat agar dapat diprediksi properti
dan kompleksitas hasil akhir perangkat lunak
tersebut (Sarker 2005).
Resources adalah entitas yang dibutuhkan
dalam aktifitas proses pengembangan.
Resources yang diukur adalah semua input
dalam menghasilkan perangkat lunak (Sarker
2005).
Pada sistem berorientasi objek, traditional
metrics umumnya digunakan dalam ruang
lingkup methods yang terdiri atas operasioperasi sebuah class. Beberapa contoh
traditional metrics antara lain cyclomatic
complexity (CC), source line of code (SLOC),
dan comment percentage (CP).
Object oriented metrics digunakan untuk
merefleksikan perangkat lunak berorientasi
objek. Beberapa contoh object oriented
metrics
yang telah diajukan antara lain
Chidamber & Kemerer (CK) metrics, MOOD,
dll. Penjelasan tentang object oriented metrics
akan dijelaskan lebih detil pada subbab
selanjutnya.
Object Oriented Metrics
Systa & Yu (1999) membagi object
oriented metrics ke dalam tiga kategori, yaitu
inheritance metrics, complexity metrics, dan
communication metrics. Inheritance metrics
mengukur hierarki pewarisan (inheritance),
complexity
metrics
memperkirakan
kompleksitas
perangkat
lunak,
dan
communication metrics mengukur pasangan
(coupling) dan keterpaduan (cohesion) antar
class.

Penjelasan mengenai definisi, sudut
pandang, nilai batas atas, dan faktor-faktor
kualitas apa saja yang terkait dengan masingmasing metrics dapat dilihat pada subbab
selanjutnya.
Weighted Methods per Class (WMC)
Misalkan sebuah class C1 memiliki
methods M1, M2,…, Mn dan c1, c2, …, cn adalah
kompleksitas tiap method tersebut, maka:

Kompleksitas methods dapat didefinisikan
oleh masing-masing pengembang (Chidamber
&
Kemerer
1994).
Penelitian
ini
menggunakan cyclomatic complexity untuk
perhitungan kompleksitas tiap method.
Semakin banyak jumlah method sebuah
class, semakin besar pula pengaruh pada class
yang mewarisinya. Akibatnya, semakin besar
upaya dan waktu yang dibutuhkan untuk
maintenance dan testing (Chidamber &
Kemerer 1994; Lindroos 2004). Selain itu,
class yang memiliki banyak method yang
kompleks berarti class tersebut semakin
spesifik.
Hal
ini
dapat
membatasi
kemungkinan reuse (Chidamber & Kemerer
1994; Systa & Yu 1999; Lindroos 2004). Dari
kedua sudut pandang tersebut dapat
disimpulkan bahwa WMC terkait dengan
beberapa
faktor-faktor
kualitas,
yaitu
maintainability (testability), usability, dan
reusability.
RefactorIT menyarankan nilai batas atas
WMC sebesar 50 untuk sebuah class. WMC
yang didefiniskan RefactorIT menggunakan
cyclomatic complexity dalam perhitungan
kompleksitas tiap method.
Depth of Inheritance Tree (DIT)
Kedalaman sebuah class dalam hierarki
pewarisan diukur oleh DIT. Apabila terdapat
multiple inheritance, DIT didapat dari panjang

4

maksimum dari node ke root pada tree
tersebut (Chidamber & Kemerer 1994).
Penelitian ini menggunakan perangkat
lunak berorientasi objek dengan bahasa
pemrograman Java sehingga tidak ada
multiple inheritance dalam implementasinya.
Selain itu, setiap class merupakan turunan dari
class Object sehingga DIT setiap class pada
pemrogaman Java minimal 1. Class Object
sendiri memiliki DIT = 0. RefactorIT
menyarankan nilai batas atas DIT sebesar 5
untuk sebuah class.
Semakin dalam sebuah class dalam sebuah
hierarki pewarisan, semakin besar pula
potensi penggunaan ulang method yang
diwarisinya (Chidamber & Kemerer 1994;
Systa & Yu 1999; Lindroos 2004). Selain itu,
semakin dalam sebuah class dalam hierarki
pewarisan maka semakin banyak method yang
dimilikinya, baik method pada class itu sendiri
maupun method yang diwarisinya. Hal ini
mengakibatkan class tersebut semakin
kompleks (Systa & Yu 1999 dalam Lindroos
2004). Kedua sudut pandang tersebut
menjelaskan bahwa DIT berpengaruh pada
faktor reusability dan complexity. El-Ahmadi
(2006) menyatakan bahwa complexity
mempengaruhi
understandability,
modifiability, dan testability. Jadi, secara
keseluruhan
DIT
berpengaruh
pada
reusability, understandability, modifiability,
dan testability.
Number of Children (NOC)
NOC adalah jumlah subclasses langsung
yang mewarisi sebuah class pada hierarki
class (Chidamber & Kemerer 1994). Semakin
besar NOC maka semakin tinggi reusability.
Hal ini dikarenakan pewarisan merupakan
bentuk dari reuse. Selain itu, semakin besar
NOC maka semakin besar upaya dan waktu
untuk testing. (Chidamber & Kemerer 1994;
SATC 1995; Lindroos 2004; Sarker 2005).
Dari
sudut pandang di atas, dapat
disimpulkan bahwa NOC berpengaruh pada
reusability dan testability. RefactorIT
menyarankan nilai batas atas NOC sebesar 10
untuk sebuah class.
Coupling between Object (CBO)
CBO didefinisikan untuk sebuah class,
yaitu banyaknya class yang terpasangkan
oleh class yang diukur. Sebuah class A
dikatakan terpasangkan dengan class B jika
class A menggunakan method atau instance
variable pada class B (Chidamber & Kemerer
1994).

CBO yang berlebihan merupakan perusak
desain modular dan mengurangi reuse.
Semakin tidak tergantung sebuah class dengan
class lain maka semakin mudah class tersebut
digunakan ulang untuk aplikasi lain (Lindroos
2004). Selain itu, class dengan CBO yang
besar berarti semakin sensitif class tersebut
terhadap perubahan pasangan class-nya. Hal
ini mengakibatkan upaya untuk maintenance
class tersebut semakin besar (Chidamber &
Kemerer 1994; Systa & Yu 1999; Lindroos
2004). Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa CBO terkait dengan reusability dan
maintainability.
Nilai batas atas metric ini, sampai saat ini,
belum dapat ditemukan. Akan tetapi,
berdasarkan sudut pandang di atas dapat
disimpulkan bahwa semakin kecil nilai CBO
maka akan semakin baik kualitas desain class
tersebut.
Response for A Class (RFC)
RFC adalah |RS|. RS didefinisikan sebagai
berikut:

adalah himpunan method
Dimana,
yang dipanggil oleh method i dan
adalah
himpunan semua method yang ada di class
tersebut (Chidamber & Kemerer 1994).
RefactorIT menyarankan nilai batas atas RFC
sebesar 50 untuk sebuah class walaupun RFC
sebesar 100 untuk sebuah class masih bisa
diterima.
Semakin banyak method yang dapat
dipanggil sebagai respon sebuah pesan,
semakin besar juga upaya dan waktu untuk
testing.
Hal
ini
dikarenakan
tester
membutuhkan pemahaman yang tinggi
terhadap class tersebut sebelum melakukan
testing (Chidamber & Kemerer 1994;
Lindroos 2004). Selain itu, semakin banyak
method yang dapat dipanggil pada sebuah
class, semakin besar kompleksitas class
tersebut. Ini berarti semakin besar upaya
pemeliharaan class tersebut (El-Ahmadi
2006). Sudut pandang di atas menyatakan
bahwa RFC terkait dengan maintainability
(understandability,
modifiability,
dan
testability).
Lack of Cohesion in Methods (LCOM)
Misalkan sebuah class C1 dengan n buah
methods M1, M2, …, Mn. Lalu {Ij} adalah
himpunan instance variable yang digunakan
oleh method Mi. Dengan demikian terdapat n
buah himpunan I1, I2, …, In.

5

Kemudian P = {Ii, Ij | Ii Ij = Ø} dan Q =
Ij Ø}. Jika semua n himpunan
{Ii, Ij | Ii
{I1}, {I2}, …, {In} adalah Ø maka P = Ø.

LCOM diharapkan rendah pada sebuah
class (cohesiveness tinggi) karena menaikkan
encapsulation.
LCOM
yang
tinggi
(cohesiveness rendah) menandakan sebuah
class yang semestinya dipecah menjadi 2 atau
lebih class. Selain itu, LCOM yang tinggi
menandakan kompleksitas yang tinggi
(Chidamber & Kemerer 1994; Lindroos
2004). Dari sudut pandang tersebut, dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
LCOM
berpengaruh
terhadap
maintainability
(understandability,
modifiability,
dan
testability).
Sampai saat ini, belum dapat ditemukan
berapa besar nilai batas atas metric ini. Akan
tetapi, dari definisi Chidamber dan Kemerer
(1994), nilai LCOM bergantung pada jumlah
methods pada sebuah class. Dengan demikian,
terdapat nilai maksimum LCOM pada class
tersebut, yaitu ketika |Q| = 0.
Berdasarkan sudut pandang dan nilai
maksimum LCOM dapat ditarik kesimpulan
bahwa semakin kecil nilai aktual LCOM
dibanding nilai maksimumnya, semakin baik
cohesiveness class tersebut (Rosenberg,
1998).
Cyclomatic Complexity (CC)
CC, disebut juga McCabe cyclomatic
complexity, digunakan untuk evaluasi
kompleksitas sebuah method (Rosenberg et.
al. 1997 diacu dalam Sarker 2005). CC
adalah jumlah test cases yang dibutuhkan
untuk menguji methods secara komprehensif
(Rosenberg 1998). Perhitungannya dapat
dilakukan dengan menggambarkan urutan
program sebuah method menjadi graph
dengan semua path yang mungkin terjadi.
Kompleksitasnya dihitung dengan rumus:

Gambar 3 Perhitungan CC dengan graph
(Rosenberg 1998).
Ada cara lain untuk menghitung v(G).
Andersson
dan
Vestergren
(2004)
merumuskannya sebagai berikut:

dimana,
• P adalah jumlah predicate nodes yang ada
dalam graph G.
• Predicate node adalah sebuah node yang
merepresentasikan pernyataan Boolean di
dalam code sehingga terdapat dua buah
outgoing edges.
Method dengan CC yang rendah umumnya
lebih baik (El-Ahmadi 2006). CC yang rendah
berarti semakin baik dalam faktor testability
dan understandability. Semakin kompleks
sebuah method (CC tinggi) maka semakin
tinggi testability dan understandability. Akan
tetapi, method yang memiliki CC yang rendah
bukan berarti method tersebut tidak kompleks.
Hal ini mungkin berarti bahwa method
tersebut melakukan message passing dalam
implementasinya (SATC 1995).

METODE PENELITIAN

dimana,
• v(G) adalah cylomatic complexity untuk
graf G.
• e adalah jumlah edges pada graf G, dan
• n adalah jumlah nodes pada graf G.
Gambar
3
menjelaskan
bagaimana
perhitungan CC pada sebuah graf.

Gambar 4 Diagram metodologi penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan dengan
mengikuti tahap-tahap seperti pada gambar 4.
Penelitian ini diawali dengan studi literatur,

6

pengumpulan data, kemudian melakukan
implementasi perhitungan metrics, dan yang
terakhir adalah analisis hasil perhitungan
metrics.

2008).
Perangkat
lunak
tersebut
dikembangkan dengan bahasa pemrograman
Java, terdiri dari 236 classes dan 39 jar file
sebagai library.

Studi Literatur

Perhitungan metrics secara manual
membutuhkan semua file *.java (java file)
sedangkan perhitungan metrics dengan CKJM
membutuhkan semua file hasil kompilasi
(class file) pada project ERP beserta library
yang dipakainya. File tersebut masing-masing
berekstensi *.class dan *.jar.

Studi literatur dilakukan dengan cara
mempelajari jurnal, buku, artikel, dan situs
yang terkait dengan metrics perangkat lunak
berorientasi objek.
Metrics yang dipakai dalam penelitian ini
adalah 6 buah metrics yang diajukan oleh
Chidamber & Kemerer (1994). Metrics ini
dipilih karena berhubungan dengan kualitas
perangkat lunak. Selain itu, metrics ini banyak
digunakan oleh umum (Hogan 1997).
Untuk nilai batas atas beberapa metrics,
diperoleh berdasarkan saran dari RefactorIT.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah
perangkat lunak ERP selesai dikembangkan.
Data yang dikumpulkan adalah semua yang
terkait dengan pengukuran metrics perangkat
lunak ERP.
Implementasi Perhitungan Metrics
Pada tahap ini, perhitungan metrics
dilakukan dengan bantuan tool CKJM
(Chidamber & Kemerer Java Metrics)
(Spinellis 2005). Tool ini dipilih karena hasil
perhitungan metrics yang dihasilkan cukup
sesuai dengan definisi metrics Chidamber &
Kemerer (1994).
Analisis Hasil Perhitungan Metrics
Analisis
dilakukan
dengan
cara
membandingkan nilai metrics perangkat lunak
ERP dengan nilai standard metrics yang
disarankan oleh RefactorIT (Sarker 2005).
Dari hasil perbandingan tersebut dapat
diketahui class mana saja yang perlu diperiksa
dan/atau direvisi. Selain itu, dicari juga nilai
maksimal, minimal, dan median secara
keseluruhan dari masing-masing metrics.
Nilai-nilai ini yang akan memperkirakan
kualitas perangkat lunak dari beberapa faktor
kualitas yang terkait.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan Data
Perangkat lunak yang dipilih pada
penelitian ini adalah perangkat lunak berbasis
web, yaitu perangkat lunak ERP (Ernita

Pada project ERP, class file dan jar file
tersimpan
di
bawah
direktori
erp/build/web/WEB-INF/classes
dan
erp/build/web/WEB-INF/lib sedangkan java
file tersimpan di bawah direktori erp/src/java.
Implementasi Perhitungan Metrics
Pada tahap ini, perhitungan metrics secara
manual dilakukan dengan melihat source code
class (*.java) dari data yang diperoleh.
Lampiran 1 memperlihatkan source code
salah
satu
class,
yaitu
class
LoginCustomerController.
Perhitungan
keenam metrics secara manual terhadap class
LoginCustomerController dapat dilihat pada
lampiran 2. Berikut nilai keenam metrics
untuk class LoginCustomerController:







WMC = 13
DIT = 1
NOC = 0
CBO = 4
RFC = 26
LCOM = 17

Implementasi perhitungan metrics secara
manual tentunya membutuhkan waktu yang
tidak sedikit. Dengan mempertimbangkan
keterbatasan waktu, maka digunakan CKJM
sebagai tool untuk melakukan perhitungan
DIT, NOC, CBO, RFC sedangkan WMC dan
LCOM dihitung secara manual. Hal ini
dikarenakan
CKJM
mengasumsikan
kompleksitas semua methods = 1 dalam
menghitung WMC sedangkan penelitian ini
menggunakan CC sebagai kompleksitas
semua methods. Selain itu, CKJM masih
belum dapat menghitung LCOM ketika class
yang diukur tidak memiliki instance variable.
Hasil perhitungan keenam metrics pada
perangkat lunak ERP (Ernita 2008) dapat
dilihat pada lampiran 3.

7

Analisis Hasil Perhitungan Metrics
Dari hasil perhitungan keenam metrics
yang didapat pada tahap sebelumnya, dapat
dilakukan analisis sebagai berikut:

Tabel 1 Ringkasan statistik WMC pada
perangkat lunak ERP.
Metric

Min

Max

Median

Stdev

WMC

0

81

9

15.9791

1 Weighted Methods per Class (WMC)
Histogram pada gambar 6 memperlihatkan
bahwa modus nilai WMC adalah 6, yaitu
sebanyak 30 class. Selain itu, sebanyak 224
class memiliki WMC di bawah 50 dan hanya
12 class yang memiliki WMC di atas 50. Ini
menunjukkan bahwa sebagian besar class
yang ada pada perangkat lunak ERP memiliki
kompleksitas yang masih bisa ditoleransi.
Class yang memiliki WMC di bawah 50,
bukan berarti class tersebut tidak kompleks.
Bisa saja methods pada class tersebut lebih
banyak menggunakan message passing. Hal
ini tentunya dapat mengurangi nilai CC pada
methods tersebut sehingga mengurangi nilai
WMC. Akan tetapi, WMC setidaknya dapat
menentukan class mana saja yang patut
disarankan untuk diperiksa ulang dan/atau
direvisi.

2 Depth of Inheritance Tree (DIT)
Gambar 7 adalah histogram DIT pada
perangkat lunak ERP. Tidak seperti WMC,
DIT pada perangkat lunak ERP cenderung
memiliki nilai yang hampir seragam. Modus
DIT adalah 1, yaitu sebanyak 189 class. Ini
berarti bahwa sebagian besar class pada
perangkat lunak ERP hanya mewarisi class
root-nya, yaitu class java.lang.Object. Selain
itu, sebanyak 47 class memiliki nilai DIT
sebesar 3. Ini berarti bahwa tingkat reuse pada
perangkat lunak ERP sangat tinggi karena
semua class mewarisi superclass-nya. Untuk
class yang memiliki nilai DIT 3, class tersebut
memiliki tingkat reuse yang lebih tinggi,
tetapi juga meningkatkan kompleksitasnya.

Gambar 7 Histogram DIT pada perangkat
lunak ERP.
Gambar 6 Histogram WMC pada perangkat
lunak ERP.
Ada sebanyak 12 class yang disarankan
diperiksa ulang dan/atau diperbaiki dari segi
kompleksitas karena memiliki WMC di atas
50. 12 class tersebut dapat dilihat pada
lampiran 4.
Tabel 1 memperlihatkan ringkasan statistik
nilai-nilai WMC pada perangkat lunak ERP.
Tabel tersebut memperlihatkan nilai standard
deviasi yang cukup besar. Ini berarti nilai-nilai
WMC pada classes yang diamati menyebar
dari nilai tengahnya sehingga lebih baik
menggunakan nilai median sebagai nilai ratarata daripada menggunakan nilai mean
(Walpole 1992). Dari nilai mediannya, dapat
diartikan bahwa rata-rata nilai WMC
perangkat lunak ERP memiliki nilai di bawah
nilai batas atas. Dengan demikian WMC
perangkat lunak ERP rendah.

Tabel 2 memperlihatkan ringkasan statistik
nilai-nilai DIT. Metric DIT pada perangkat
lunak ERP memiliki nilai median sebesar 1.
Dengan demikian, rata-rata class pada
perangkat lunak ERP memiliki nilai DIT yang
kecil di bawah nilai batas atas yang
disarankan oleh RefactorIT, yaitu sebesar 5.
Atau lebih tepatnya lagi, semua class pada
perangkat lunak ERP memiliki nilai DIT di
bawah 5. Dengan demikian tidak perlu
dilakukan pemeriksaan ulang dan/atau revisi
pada semua class dari segi inheritance.
Tabel

2

Ringkasan statistik DIT
perangkat lunak ERP.

pada

Metric

Min

Max

Median

Stdev

DIT

1

3

1

0.80042

3 Number of Children (NOC)
Histogram pada gambar 8 menjelaskan
bahwa NOC pada perangkat lunak ERP

8

seragam, yaitu sebesar 0. Ini berarti bahwa
semua class pada perangkat lunak ERP tidak
memiliki subclass. Dengan kata lain,
pengembang perangkat lunak ERP tidak
memanfaatkan pewarisan dalam membuat
class. Hal ini mungkin diakibatkan kurangnya
komunikasi antara desainer class yang
berbeda sehingga kesempatan reuse class
tidak dapat direalisasikan.

setidaknya kedua pencilan tersebut memiliki
peluang besar untuk diperiksa ulang dan/atau
direvisi. Hal ini dikarenakan class dengan
nilai
CBO
yang
semakin
besar
mengindikasikan class tersebut semakin sulit
dipahami, semakin sulit untuk digunakan
ulang, dan tentunya semakin sulit dirawat.
Kedua class tersebut dapat dilihat pada
lampiran 4.

Gambar 8 Histogram NOC pada perangkat
lunak ERP.

Gambar 9 Histogram CBO pada perangkat
lunak ERP.

NOC yang semakin rendah berarti
kemungkinan kesalahan dalam melakukan
sub-classing semakin rendah. Dalam kasus ini
tidak terdapat kesalahan dalam melakukan
sub-classing karena semua class memiliki
nilai NOC sebesar 0.

Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai-nilai
CBO cukup menyebar dari nilai tengahnya.
Selain itu, median sebesar 4 menunjukkan
bahwa rata-rata nilai CBO pada perangkat
lunak ERP cukup rendah.

Tabel 3 memperlihatkan ringkasan statistik
nilai-nilai NOC. Dapat dilihat pada tabel 3
bahwa semua nilai statistiknya adalah 0.
Dengan demikian, rata-rata nilai NOC sangat
rendah dibandingkan nilai batas atas yang
disarankan RefactorIT sehingga tidak
diperlukan pemeriksaan ulang dan/atau revisi
class dari segi ketepatan sub-classing.

Tabel 4 Ringkasan statistik CBO pada
perangkat lunak ERP.
Metric

Min

Max

Median

Stdev

CBO

0

25

4

3.7587

5 Response for A Class (RFC)

Tabel 3 Ringkasan statistik NOC pada
perangkat lunak ERP.
Metric

Min

Max

Mean

Stdev

NOC

0

0

0

0

4 Coupling Between Object Class (CBO)
Histogram pada gambar 9 menjelaskan
bahwa nilai CBO pada perangkat lunak ERP
memiliki modus sebesar 1. Sebanyak 66 class
memiliki nilai CBO sebesar 1. Histogram
tersebut juga menunjukkan adanya dua
pencilan atau nilai ekstrim. Kedua pencilan
tersebut memiliki nilai CBO masing-masing
sebesar 21 dan 25.
Karena belum ditemukannya nilai batas
atas CBO, tidak dapat dipastikan apakah
kedua pencilan tersebut disarankan untuk
diperiksa ulang dan/atau direvisi. Akan tetapi,

Gambar 10 Histogram RFC pada perangkat
lunak ERP.
Histogram pada gambar 8 menjelaskan
bahwa modus nilai RFC adalah 4, yaitu
sebanyak 22 class. Selain itu, histogram
tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian
besar class memiliki nilai RFC di bawah batas
atas yang disarankan RefactorIT, yaitu sebesar
50. Jumlah class tersebut sebanyak 213 class.
Sisanya, 23 class, memiliki nilai di atas batas
atas. RFC yang tinggi tentunya meningkatkan
kompleksitas
class
tersebut.
Dengan

9

demikian, ke-23 class tersebut disarankan
untuk diperiksa ulang dan/atau direvisi
sehingga nilai RFC-nya bisa berada di bawah
nilai batas atas yang disarankan oleh
RefactorIT. Ke-23 class tersebut dapat dilihat
pada lampiran 4.
Tabel 5 memperlihatkan ringkasan statistik
nilai-nilai RFC. Rata-rata nilai RFC, sebesar
20, berada di bawah nilai batas atas yang
disarankan oleh RefactorIT. Ini berarti RFC
pada perangkat lunak ERP rendah.
Tabel 5 Ringkasan statistik RFC pada
perangkat lunak ERP.
Metric

Min

Max

Median

Stdev

RFC

0

153

20

23.2365

6 Lack of Cohesion in Methods (LCOM)
Gambar 11 memperlihatkan histogram
LCOM. Dapat dilihat dengan jelas bahwa
modus nilai LCOM sebesar 0, yaitu sebanyak
116 class. Seperti yang telah dibahas pada
Tinjauan Pustaka, nilai LCOM sebesar 0 dapat
terjadi ketika nilai |P| |Q|. Selain itu, dapat
juga terjadi ketika semua n himpunan {I1},
{I2}, …, {In} adalah Ø. Dengan demikian,
class yang memiliki nilai LCOM sebesar 0
bisa saja adalah class yang tidak memiliki
instance variable, class yang hanya memiliki
1 buah method, atau bahkan interface.
Banyaknya nilai 0 ini terjadi karena memang
sebagian besar class pada perangkat lunak
ERP adalah interface dan class yang tidak
memiliki instance variable.

Gambar 11 Histogram LCOM pada perangkat
lunak ERP.
Histogram tersebut juga memperlihatkan
cukup banyaknya nilai LCOM yang berada di
atas 100, yaitu sebanyak 58 class. Bahkan
terdapat class yang memiliki nilai LCOM
mencapai 2588. Akan tetapi, nilai LCOM
yang besar belum berarti tingkat cohesiveness
suatu class rendah.

Rosenberg (1998) mengatakan semakin
kecil nilai LCOM dibandingkan dengan nilai
maksimumnya, semakin baik cohesivenessnya, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian
perlu diketahui nilai rasio antara nilai aktual
LCOM dengan nilai maksimal LCOM suatu
class
sebelum
menyimpulkan
tingkat
cohesiveness-nya.
Berdasarkan
landasan
tersebut nilai rasio didapat dengan rumus
sebagai berikut:

dimana,
• rasioLCOM adalah nilai rasio LCOM
• LCOM adalah nilai aktual LCOM suatu
class.
• maxLCOM adalah nilai maksimum LCOM
suatu class.
maxLCOM terjadi ketika |Q| = 0, yaitu
ketika |P| maksimal. Ini berarti tidak terdapat
satu-pun pasangan method yang menggunakan
instance variable yang sama. Dengan kata
lain, nilai maksimum LCOM dirumuskan
sebagai berikut:

dimana,
• NOM adalah number of methods, yaitu
jumlah method yang terdapat pada class.
Nilai rasio tersebut berada dalam selang
[0, 1]. Class yang memiliki nilai rasio yang
semakin dekat dengan 0, berarti semakin
tinggi cohesiveness class tersebut. Begitu juga
sebaliknya, semakin dekat nilai rasio sebuah
class dengan 1, berarti semakin rendah
cohesiveness class tersebut.
Nilai rasio masing-masing class dapat
dilihat pada lampiran 3. Nilai rasio tersebut
dapat digunakan sebagai petunjuk untuk
mengetahui class mana saja yang sekiranya
perlu diperiksa ulang dan/atau direvisi, yaitu
class yang memiliki nilai rasioLCOM
mendekati 1 (cohesiveness rendah). Class
tersebut disarankan untuk dipecah menjadi
dua atau lebih class agar tingkat cohesivenessnya menjadi lebih tinggi.
Tabel 6 Ringkasan statistik nilai rasio LCOM
pada perangkat lunak ERP.
rasioLCOM
Min

Max

Mean

Stdev

0.0000

0.9693

0.3191

0.3670

10

Dapat dilihat pada tabel 6, nilai standard
deviasi dari nilai rasio LCOM cukup kecil
sehingga tidak terlalu banyak pencilan dalam
data. Dengan demikian, rata-rata nilai rasio
LCOM dapat menggunakan nilai mean, yaitu
sebesar 0.3191. Ini menandakan tingginya
tingkat cohesiveness perangkat lunak ERP.
Dengan kata lain LCOM pada perangkat
lunak ERP dapat dikatakan cukup rendah.
7 Kualitas Perangkat Lunak ERP
Dari hasil analisis keenam metrics, dapat
dianalisis lebih lanjut seberapa baik kualitas
perangkat lunak ERP berdasarkan faktorfaktor kualitas yang terkait dengan keenam
metrics tersebut. Tinggi rendahnya nilai
metrics akan mempengaruhi pada tinggi
rendahnya faktor-faktor kualitas yang terkait
pada masing-masing metric. Sebagai contoh,
nilai WMC yang tinggi menyebabkan
menurunnya tingkat reusability, usability, dan
testability. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat
pengaruh nilai metrics terhadap faktor-faktor
kualitas yang terkait pada lampiran 5.
Pada pembahasan sebelumnya telah
diketahui apakah nilai setiap metrics pada
perangkat lunak ERP itu rendah atau tinggi.
Dengan demikian, dapat diketahui seberapa
tinggi reusability, usability, uderstandability,
modifiability, dan testability perangkat lunak
ERP dari nilai-nilai hasil pengukuran keenam
metrics. Tabel 7 memperlihatkan ringkasan
tinggi rendahnya nilai rata-rata setiap metric

beserta pengaruhnya terhadap faktor-faktor
kualitas.
Dapat dilihat pada tabel 7 bahwa WMC
dan CBO yang rendah mengakibatkan
peningkatan reusability. Ini berarti setiap
class mudah untuk di-reuse karena memiliki
kompleksitas yang rendah. Di lain sisi,
rendahnya DIT dan NOC mengakibatkan
penurunan reusability. Ini dapat terjadi
karena, pada kenyataanya, pengembang tidak
terlalu memanfaatkan pewarisan dalam
membuat class. Perbedaan tersebut dapat
terjadi karena WMC dan CBO melakukan
prediksi seberapa mudah suatu class untuk
digunakan ulang berdasarkan kompleksitasnya
sedangkan DIT dan NOC lebih melihat
kepada
fakta
apakah
suatu
class
memanfaatkan pewarisan secara baik. Dengan
demikian,
perbedaan
pengaruh
kedua
pasangan metrics tersebut bukan merupakan
suatu keanehan.
Lain halnya dengan faktor kualitas selain
reusability, setiap metric meningkatkan faktor
kualitas
usability,
understandability,
modifiability,
dan
testability.
Dengan
demikian, kualitas perangkat lunak ERP dapat
dikatakan tinggi dari segi usability,
understandability,
modifiability,
dan
testability. Akan tetapi, dari segi reusability
hanya dapat dikatakan moderat.

Tabel 7 Kategori metrics perangkat lunak ERP beserta pengaruhnya terhadap faktor kualitas
Faktor Kualitas
No Metrics Kategori
Reusability

Usability Understandability Modifiability

Testability

1

WMC

rendah





NA

NA



2

DIT

rendah



NA







3

NOC

rendah



NA

NA

NA



4

CBO

rendah



NA







5

RFC

rendah

NA

NA







6

LCOM

rendah

NA

NA







Keterangan : NA = Not Applicable

11

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Enam buah metrics yang diajukan oleh
Chidamber & Kemerer (1994) dapat
digunakan
untuk
mengetahui
kualitas
perangkat lunak berorientasi objek dari
beberapa faktor kualitas. Selain itu, metrics
tersebut juga dapat digunakan untuk
mengetahui class mana saja yang perlu
diperiksa ulang dan/atau direvisi. Akan tetapi,
LCOM tidak dapat digunakan langsung untuk
mengetahui class mana saja yang perlu
diperiksa ulang dan/atau direvisi.
Berdasar pada hasil analisis, dapat
disimpulkan bahwa perangkat lunak ERP
(Ernita 2008) berkualitas baik dari segi
usability, understandability, modifiability, dan
testability. Akan tetapi, dari segi reusability,
kualitas perangkat lunak ERP hanya dapat
dikatakan moderat.
Saran
Penelitian
selanjutnya
disarankan
menggunakan object oriented metrics lainnya
sehingga kualitas perangkat lunak ERP dapat
diketahui dari faktor-faktor kualitas lainnya.
Selain itu, penelitian selanjutnya dapat pula
mengimplementasikan Chidamber & Kemerer
metrics untuk mengukur seberapa besar
pengaruh penggunaan framework pada Java
terhadap kualitas perangkat lunak tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Andersson, Magnus & Patrik Vestergren.
2004. Object-Oriented Design Quality
Metrics [Master Thesis]. Uppsala:
Computing Science Department, Uppsala
University.
Barbacci, Mario R. 2004. Software Quality
Atributes: Modifiability And Usability.
Pittsburgh: Carnegie Mellon University.
Chidamber, S dan Chris F. Kemerer. 1994. A
Metrics Suite for Object Oriented Design.
IEEE
Transaction
on
Software
Engineering, vol. 20 no. 6.
El-Ahmadi, Abdellatif. 2006. Software
Quality Metrics for Object Oriented
Systems. Kongens Lyngby : Technical
University of Denmark.
Ernita,
Halida.
2008.
Pengembangan
Enterprise Resource Planning (ERP)
Untuk Perusahaan Ritel. Prosiding

Seminar Nasional Informatika 2008 ISSN:
1979-2328: 149-156.
Fenton, Norman E. & Shari Lawrence
Pfleeger. 1997. Software Metrics: A
Rigourous and Practical Approach.
Boston: PWS Publishing Company.
Hogan, Jer. 1997. An Analysis of OO Software
Metrics. Coventry: Department of
Computer
Science,
University
of
Warwick.
Jawadekar, Waman S. 2004. Software
Engineering: Principles and Practice.
New Delhi: Tata McGraw-Hill.
Lindroos, Jaana. 2004. Code and Design
Metrics for Object-Oriented Systems.
Helsinski: Department of Computer
Science, University of Helsinsky.
Rosenberg, Linda H. 1998. Applying and
Interpreting Object Oriented Metrics.
Utah: SATC NASA.
Sarker, Muktamyee. 2005. An Overview of
Object Oriented Design Metrics [Master
Thesis]. Umea: Department of Computer
Science, Umea University.
SATC. 1995. Software Quality Metrics for
Object Oriented System Environments.
Grenbelt Maryland : NASA Goddard
Space Flight Center.
Spinellis, Diomidis. 2005. Tool Writing: A
Forgotten Art?. IEEE Software.
Systa, Tarja & Ping Yu. 1999. Using OO
Metrics and Rigi to Evaluate Java
Software. Tampere: Department of
Computer Science, University of Tampere.
Walpole, Ronald E. 1982. Pengantar
Statistika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

LAMPI