Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat
dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering juga ditemukan edema pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan di daerah
tungkai dan pergelangan kaki Mumpuni Wulandari, 2010
2.2.4 Penentuan Obesitas
Cara menghitung kegemukan yang paling mudah adalah dengan membandingkan antara tinggi badan kg dengan berat badan m yang
dikenal dengan istilah Body Mass Index BMI atau Indeks Massa Tubuh IMT Mumpuni Wulandari, 2010.
Menentukan status gizi pada remaja adalah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh IMT atau Body Mass Index BMI. IMT dapat membantu
untuk mengidentifikasi remaja yang secara signifikan berisiko mengalami kelebihan berat badan. Rumus penghitungan IMT adalah sebagai berikut :
IMT =
2.3 Kebugaran Fisik
2.3.1 Definisi
Kebugaran fisik, juga disebut kapasitas fungsional, merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan kerja Health and Social Care
Information Centre, 2015
2.3.2 Tes dan Area Kebugaran 2.3.2.1 Kapasitas Erobik
Area kebugaran pada kapasitas erobik merujuk kepada seberapa banyak oksigen yang dapat di ambil dan digunakan tubuh ketika berolahraga, yang
ditunjukkan dengan skor VO
2
max . kapasitas erobik dianggap perlu dikarenakan
penelitian yang berhubungan dengan bagusnya kapasitas erobik menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
penurunan dari berbagai masalah kesehatan. Ada 3 tes yang dapat kita lakukan untuk menghitung kapasitas erobik : One-Mile Run, 20-meter Progressive Aerobic
Cardiovascular Endurance PACER, dan Walk Test. California department of
education, 2012. a. One-Mile Run
Tes ini meng-estimasi kapasitas erobik dari berlari. Siswa diinstruksikan untuk berlari secepat munkin sejauh 1 mil. Berjalan
diperbolehkan bagi siswa yang tidak mampu berlari dalam jarak penuh. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tes dicatat dalam
menit dan detik. Siswa yang tidak menyelesaikan jarak lari dianggap 50 menit, 59 detik. Untuk siswa ini, tes dianggap tidak selesai dan
dilaporkan sebagai siswa yang masih membutuhkan pengembangan. b. 20m PACER
20m PACER mengestimasikan kapasitas erobik dari jumlah putaran yang dapat diselesaikan oleh siswa. Berbeda dengan dua tes lainnya,
20m PACER terasa mudah diawal dan akan semakin sulit diakhir. siswa diharuskan untuk berlari selama munkin sepanjang jarak yang
telah ditentukan. Dalam tes ini, sebuah garis digambarkan sejauh 20 meter. Siswa berlari dari satu ujung ke ujung lainnya bolak-balik
dengan menyentuhkan satu kakinya ketika sampai di ujung garis. Ketika sampai diujung, mereka berbalik untuk berlari ke ujung awal
setelah mendengar suara bib. Satu menit ditandai dengan tiga bib. Siswa terus berlari bolak0balik hingga mereka gagal untuk menyentuh
ujung garis dua kali sebelum bib pertama terdengar. c. Walk test
Tes berjalan hanya dipakai untuk siswa 13 tahun atau diatasnya. Tes ini mengestimasikan kapasitas erobik dengan cara menilai respon
detak jantung setelah berjalan satu mil. Siswa diinstruksikan untuk berjalan secepat munkin. Tepat setelah berjalan, detak jantung
langsung dihitung. Detak jantung ini akan dikorelasikan dengan berat badan dan lama berjalan untuk menentukan kapasitas erobik.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2.2 Komposisi Tubuh
Komposisi tubuh dalam area kebugaran merujuk kepada beberapa faktor yang berkontribusi pada berat badan total. Pengukuran komposisi tubuh meng-
estimasikan level dari lemak tubuh atau kesesuaian berat badan relatif dari seseorang terhadap tingginya. Komponen ini dianggap penting karena lemak yang
berlebih berhubungan dengan masalah kesehatan seperti penyakit jantung koroner, strok, dan diabetes. Ada tiga cara pengukuran : Skinfold Measurement,
Bioelectric Impedance Analyzer, dan Body Mass index. a. Skinfold Measurement
Tes ini mengestimasikan lemak tubuh dengan mengambil median atau nilai tengah dari tiga pengukuran ketebalan lipat kulit pada triceps dari
bagian kanan tubuh. Alat yang digunakan disebut skinfold caliper. b. Bioelectric Impedance Analyzer BIA
BIA mengukur tahanan dari perjalanan sinyal elektrik di dalam tubuh. Alat ini mengirimkan energi elektrik yang aman dan rendah energi
kedalam tubuh dan menghasilkan nilai indeks tahanan. Nilai tersebut akan digunkan oleh alat ini bersaman dengan data tinggi badan, berat
badan, umur dan jenis kelamin untuk mengestimasi lemak tubuh. c. Body Mass Index BMI
BMI tidak menghitung lemak tubuh. Melainkan menghitung kesesuaian dari berat badan relatif terhadap tinggi badan.
2.3.2.3 Kekuatan, Ketahanan, dan Fleksibilitas Otot
Kekuatan otot, ketahanan, dan fleksibilitas ditentukan dengan melihat status kesehatan dari system musculoskeletal. Keseimbangan, fungsi yang baik
dari system ini memerlukan otot untuk bekerja dengan penuh tenaga kekuatan, dalam jangka waktu tertentu ketahanan, dan cukup fleksibel untuk melakukan
sendi dengan leluasa fleksibilitas. Komponen kebugaran ini penting karena komponen ini bias mengurangi restriksi potensial dari kehidupan seseorang.
Universitas Sumatera Utara
Ada empat hal yang diukur dalam komponen ini 1. Kekuatan dan ketahanan otot-otot abdomen
kekuatan dan ketahanan otot-otot abdomen penting untuk mempertahankan postur tubuh yang bagus dan memperbaiki posisi
pelvis. Curl-Up adalah satu-satunya tes yang digunakan untuk ini. 2. Kekuatan dan fleksibilitas otot-otot badan
Komponen ini
penting dalam
kebugaran karena
dapat memprediksikan sakit punggung bawah pertama dan rekurensinya.
Sumber dari ketidakmampuan dan ketidaknyamanan pertama di Amerika. Walaupun resiko untuk terkena sakit punggung bertambah
di usia yang semakin tua, kewaspadaan dan perhatian kepada otot-otot trunkus di usia-usia awal penting untuk mengurangi resiko dimasa
yang akan dating. Trunk lift merupakan satu-satunya tes untuk komponen ini.
3. Kekuatan dan ketahanan otot-otot bagian atas tubuh Komponen ini penting karena dapat menjaga kesehatan fungsional dan
postur yang bagus. Diukur dengan 90 push up.
4. Fleksibilitas Fleksibilitas, dari bagian atas dan bawah tubuh, merupakan komponen
penting dalam kebugaran fisik. Seseorang mendapatkan keuntungan dari meningkatnya fleksibilitas karena pekerjaan sehari mereka akan
menjadi lebih mudah. Diukur menggunakan Back saver sit and reach.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Basis Kebugaran Fisik
Existing field-based physical fitness test batteries for children and adolescents
Ruiz et al., 2011; according to: Castro-Piñero et al., 2010 dalam Cvejic, Pejovic, Ostojic, 2013
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga
terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal Sumanto, 2009. Kelebihan penimbunan lemak diatas 20 berat badan ideal akan
menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi organ tubuh Misnadierly, 2007.
Obesitas dapat terjadi bukan hanya karena makan yang berlebihan, tetapi juga dikarenakan aktivitas fisik yang berkurang sehingga terjadi kelebihan
energi. Beberapa hal yang mempengaruhi berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya berbagai fasilitas yang memberikan berbagai kemudahan yang
menyebabkan aktivitas fisik menurun. Moehyi, 1997 Di Indonesia, prevalensi obesitas juga mengalami peningkatan. Menurut
data Riskesdas 2007, prevalensi obesitas umum pada penduduk dewasa 15 tahun ke atas secara nasional adalah 19,1 8,8 BB lebih dan 10,3 Obese.
Prevalensi ini meningkat di tahun 2010 Kementerian Kesehatan, 2010, yakni menurut Riskesdas 2010, prevalensi obesitas umum pada penduduk dewasa 18
tahun adalah 21,7 10,0 BB lebih dan 11,7 Obese. Persentase obesitas ini lebih tinggi dibandingkan dengan persentase kurus pada penduduk dewasa, yaitu
14,8 pada tahun 2007 dan 12,6 pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa obesitas di Indonesia akan menjadi masalah baru yang perlu mendapat perhatian
serius. Hi’miyah dan Martini, 2008 Peningkatan prevalensi obesitas ini sangat mungkin terjadi karena adanya
perubahan gaya hidup yang meningkatkan risiko obesitas. Masyarakat yang cenderung menyukai hal-hal praktis termasuk lebih menyukai makanan instan
atau cepat saji yang tinggi energi daripada harus mempersiapkan makanan dengan gizi seimbang. Selain itu, aktivitas fisik yang kurang dan gaya hidup sedentary
Universitas Sumatera Utara