BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan terhadap 43 pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kebutuhan perawatan periodontal pada pasien penyakit ginjal kronis. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan metode survei untuk melihat kondisi periodontal pasien penyakit ginjal kronis ditinjau dari aspek kebutuhan perawatan periodontal.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas skor CPITN pada subjek adalah skor 4 sebanyak 26 orang 60 yaitu membutuhkan
skeling, root planing, dan perbaikan kebersihan rongga mulut. Skor 2 dan skor 3 sebanyak 17 orang 40 yaitu membutuhkan skeling dan perbaikan kebersihan
rongga mulut. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Joseph dkk. Pada penelitian yang dilakukan Joseph dkk terhadap 77 pasien
penyakit ginjal kronis dan dari hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat peningkatan inflamasi gingiva, kedalaman poket dan kehilangan perlekatan pada
kelompok penderita penyakit ginjal kronis.
3
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh M Dencheva, menunjukkan bahwa, sebanyak 27 pasien hemodialisis memiliki poket
≥ 6mm skor 4, 29 pasien dengan poket 4-5 mm skor 3 dan sebanyak 29 pasien dengan
kalkulus supra dan subgingiva skor 2. M Dencheva mengemukakan bahwa, perawatan periodontal merupakan hal yang sangat penting pada penderita penyakit
ginjal kronis yang menjalani hemodialisis. Penderita yang menjalani hemodialisis sangat membutuhkan perawatan periodontal dan pembersihan rongga mulut,
dikarenakan pasien tersebut mempunyai kecenderungan mengalami kehilangan gigi akibat penyakit periodontal. Berdasarkan penelitian tersebut, pasien yang menjalani
hemodialisis menunjukan status periodontal yang buruk dan membutuhkan perawatan
yang kompleks, dibandingkan dengan pasien yang tidak menjalani hemodialisis. Oleh karena itu, kebutuhan perawatan yang utama adalah mengenai instruksi kebersihan
mulut serta pembersihan plak dan kalkulus secara profesional oleh dokter gigi.
7
Mayoritas hasil penelitian mengemukakan bahwa pada pasien penyakit ginjal kronis terjadi peningkatan insiden penyakit periodontal, kehilangan tulang, resesi
gingiva, dan poket periodontal yang dalam. Kebersihan mulut pada pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis biasanya buruk, banyak deposit kalkulus,
dan meningkatnya pembentukan plak. Akibat kebersihan mulut yang buruk juga menyebabkan subjek mengalami gusi berdarah saat menyikat gigi, bau mulut dan
gusi bengkak. Keadaan tersebut diperparah dengan penyakit ginjal kronis yang dideritanya. Selain itu, pasien penyakit ginjal kronis tidak begitu peduli dengan
kesehatan dan kebersihan rongga mulut, dikarenakan stres psikologis yang dialami pasien maupun karena terapi hemodialisis yang dijalani sangat menyita waktu,
sehingga menyebabkan kondisi rongga mulut bertambah parah.
16,25
Selain masalah kebersihan mulut, kondisi periodontal pada pasien penyakit ginjal kronis diperparah oleh produksi vitamin D yang tidak adekuat. Vitamin D
penting untuk kesehatan periodonsium, meningkatkan kepadatan tulang rahang, menghambat resorpsi tulang, dan mengurangi keparahan periodontitis. Namun, pada
pasien penyakit ginjal kronis kadar vitamin D tidak dapat bertambah dikarenakan, kerusakan nefron yang dialami mengakibatkan kelenjar paratiroid terstimulasi untuk
mensekresi hormon paratiroid. Meningkatnya hormon paratiroid dapat menyebabkan berkurang atau hilangnya kalsium dari tulang sehingga mengakibatkan demineralisasi
tulang. Demineralisasi tulang yang terjadi dapat memicu destruksi tulang yang cepat dan periodontitis.
15,25,28
Kondisi xerostomia juga sering ditemukan pada pasien penyakit ginjal kronis. Xerostomia dapat terjadi akibat pembatasan asupan cairan dan efek samping obat
pasien penyakit ginjal kronis. Xerostomia berkontribusi terhadap terjadinya periodontitis akibat penurunan kadar Imunoglobulin A pada saliva sebagai pertahanan
terhadap mikroorganisme penyebab terjadinya periodontitis.
25,27
Kebiasaan merokok dan menyirih merupakan salah satu faktor risiko dari periodontitis.
25
Akan tetapi pada penelitian ini tidak ada subjek yang memiliki kebiasaan merokok dan menyirih semenjak didiagnosis menderita penyakit ginjal
kronis oleh dokter. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dara Mauliza dkk, subjek
penelitian yang mengalami periodontitis pada kelompok durasi 1 tahun adalah 72,8, untuk kelompok durasi 1-3 tahun adalah 81,8 dan untuk durasi 3 tahun
adalah 90,9. Hal tersebut dikarenakan perjalanan penyakit yang semakin kronik dan kebersihan mulut yang semakin buruk seiring bertambahnya durasi hemodialisis.
Durasi hemodialisis dikaitkan dengan kebersihan rongga mulut yang buruk sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya periodontitis. Kebersihan rongga mulut
ditemukan semakin buruk seiring dengan bertambahnya durasi hemodialisis akibat perilaku yang mengabaikan kebersihan rongga mulut pada pasien hemodialisis.
25
Dalam penelitian yang dilakukan Swati dkk, menunjukkan bahwa kesehatan gigi memburuk seiring dengan meningkatnya durasi hemodialisis. Meskipun
perbedaannya tidak signifikan, namun dari berbagai parameter klinis yang diukur dinyatakan memburuk. Hasil yang serupa juga dilaporkan oleh Parkar SM dkk,
Murthy AK dkk, dan Markagolu dkk. Menurut Swati, frekuensi hemodialisis memiliki pengaruh signifikan terhadap status periodontal pasien dengan skor yang
memburuk seiring dengan peningkatan frekuensi hemodialisis dari sekali, dua kali dan lebih dari dua kali seminggu.
26
Pada hasil penelitian yang sudah dilakukan di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan, mayoritas subjek mempunyai durasi hemodialisis yang
sama dengan lamanya menderita penyakit ginjal kronis. Dari hasil wawancara, subjek penelitian sudah melakukan hemodialisis semenjak divonis menderita penyakit ginjal
kronis, meskipun diantaranya ada beberapa yang sudah lama menderita penyakit ginjal kronis, namun baru beberapa bulan saja menjalani terapi hemodialisis.
Hasilnya subjek yang memiliki kondisi periodontal yang parah terdapat pada semua kelompok durasi hemodialisis 1 tahun, 1-3 tahun, dan 3 tahun, meskipun yang
paling banyak diantara ketiganya adalah subjek yang memiliki durasi hemodialisis 1-
3 tahun dan 3 tahun. Oleh karena itu penting diteliti lebih lanjut mengenai kaitan antara durasi hemodialisis terhadap kondisi periodontal pasien penyakit ginjal kronis.
Selain membutuhkan perawatan periodontal pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida perlu
diberikan motivasi dan edukasi untuk menjaga kesehatan rongga mulut. Adapun kendala yang dialami saat melakukan penelitian ini adalah subjek penelitian yang
sulit diajak bekerjasama untuk berpartisipasi dalam penelitian, tidak sedikit subjek penelitian yang menolak untuk menjadi sampel penelitian.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN