Bak I : Untuk menampung limbah produksi beta laktam dan limbah dari laboratorium. Pada bak I ditambahkan air yang berfungsi untuk
hidrolisis dan pengenceran ditambah H
2
SO
4
pekat 40 yang ditujukan untuk memecah cincin beta laktam sehingga menjadi tidak
aktif lagi. Bak II : Dipergunakan untuk menampung residu pengendapan yang terbentuk
dari bak I dan pengenceran dengan air. Bak III : Sebagai tempat pencampuran antara cairan dari bak II dengan limbah
non beta laktam dibantu dengan mixer. Kemudian dilakukan cek pH untuk mengetahui keasaman limbah. Setelah itu dilakukan netralisasi
dengan penambahan basa kuat NaOH dan air. Range pH yang diharapkan 5-9.
Bak IV : Terjadi proses pengendapan cairan yang mengalir dari bak III. Bak
V : Dipasang aerator untuk menambah mutu oksigen dalam limbah
sehingga meningkatkan kemampuan bakteri aerob untuk menetralkan limbah di bak V Serta dilakukan pemeriksaan pH, BOD, COD dan
logam berat pada limbah. Bak VI : Untuk menampung cairan dari bak V, dimana dilengkapi dengan ikan
mas dan ikan nila sebagai bio indicator.. Apabila ikan-ikan di bak VI tidak mati maka limbah dinyatakan aman untuk dialirkan ke tempat
pembuangan umum. Bila tidak lolos pemeriksaan maka diproses ulang. Untuk penanganan endapan yang terdapat di dalam bak tiap akhir periode
produksi dikumpulkan, dikeringkan kemudian dibakar ditempat khusus.
5.5 Bagian Produksi
Universitas Sumatera Utara
Bagian produksi di Lafiau dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan menjamin obat jadi yang dihasilkan memenuhi spesifikasi
yang ditentukan. Untuk itu selalu dilakukan validasi terhadap bahan, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi
dan pengawasan mutu. Produksi di Lafiau berdasarkan anggaran tahunan. Produksi berdasarkan
kebutuhan satker-satker yang terealisasi dengan adanya perintah untuk melaksanakan produksi, sehingga jenis dan jumlah obat jadi yang akan diproduksi
telah ditentukan dalam satu tahun, yang teknis pelaksanaan produksinya diserahkan kepada Lafiau. Selain memproduksi obat jadi, Lafiau juga
memproduksi air demineralisata yang dapat digunakan untuk kepentingan produksi sehingga mengurangi biaya produksi.
5.6 Bagian Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu di Lafiau dilakukan oleh bagian uji coba yang berada di bawah bagian pengujian dan pengembangan. Pengambilan contoh untuk uji
dilakukan dengan metode yang telah ditetapkan dan sesuai dengan kebutuhan yang dapat mewakili seluruh bahan atau produk yang digunakan, yaitu dengan
rumus: n+1, untuk tiap sampel minimum dilakukan tiga kali pemeriksaan.
Dalam setiap batch produksi diambil contoh pertinggal yang akan disimpan pada suhu kamar dan diuji tiap tiga bulan tahun pertama dan setiap
tahun pada tahun selanjutnya untuk mengetahui stabilitas dari produk. Contoh pertinggal dapat sewaktu-waktu diuji jika ada laporan atau klaim dari satker-
satker. Contoh pertinggal disimpan dalam jangka waktu lima tahun untuk
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam sesuai dengan sifat obat tersebut.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari hasil Praktik kerja Profesi ApotekerPKPA di Lafiau dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. PKPA adalah sarana pelatihan kerja yang sangat bermanfaat bagi calon
Apoteker guna mempersiapkan diri sebagai bekal pengalaman kelak dalam memasuki dunia kerja, sehingga siap menjadi tenaga profesional di bidang
kefarmasian khususnya bidang industri. 2.
Lafiau adalah pelaksana teknis dari Diskes AU yang mempunyai tugas membina kemampuan dan pelaksanaan produksi obat jadi, pembekalan
kefarmasian dengan pengawasan kualitas dan persyaratan teknis kefarmasian untuk pelaksanaan dukungan pelayanan kesehatan bagi anggota TNI AU pada
khususnya dan TNI pada umumnya. 3.
Lafiau bukan lembaga yang didirikan untuk bisnis atau mencari keuntungan, melainkan lembaga yang didirikan untuk pemenuhan kebutuhan internal TNI
AU khususnya obat-obatan dan bekal kesehatan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
4. Lafiau telah memenuhi persyaratan CPOB yang meliputi personalia,
peralatan, bangunan, produksi, pengawasan mutu, sanitasi dan higiene, serta dokumentasi. Lafiau telah memperoleh 15 sertifikat CPOB untuk berbagai
golongan obat dari DepKes.
6.2 Saran