Bahan Bangunan Untuk Dinding

Bahan Bangunan Untuk Dinding
Sebelum membangun rumah atau renovasi kita perlu membuka wawasan kita seluas-luasnya
tentang material bangunan. Ini dimaksudkan agar kita bisamendapatkan material yang sesuai
dengan kebutuhan dan dana yang kita punya.Salah satu yang memakan biaya dan waktu dalam
pembuatan rumah adalahpembuatan dinding. Dinding merupakan suatu elemen penting sebuah
rumah yangberfungsi untuk memisahkan atau membentuk ruang. Dinding dapat dibuat dari
bermacam-macam.
Macam-macam material sebagai berikut :
Dinding Batu Bata
Material ini paling banyak digunakan di Indonesia. Hampir di setiaptempat bahkan pelosok desa
terdapat pembuat batu bata. Bahan baku tanah liatyang mudah didapat dan proses pembuatan
yang sederhana membuat harganyamenjadi relatif murah. Ukuran yang biasa ada di pasaran
adalah 25 x 12 x 5 cm ataukurang.
Dinding dari pasangan batu bata umumnya dibuat dengan ketebalan ½ batu dan minimal setiap
jarak 3 m diberi kolom praktis sebagai pengikat dan penyalurbeban. Dinding batu bata biasanya
dipakai sebagai konstruksi non struktural yangtidak menahan beban.
Bahan Bangunan Untuk Dinding
Sebelum membangun rumah atau renovasi kita perlu membuka wawasan kita seluas-luasnya
tentang material bangunan. Ini dimaksudkan agar kita bias mendapatkan material yang sesuai
dengan kebutuhan dan dana yang kita punya.Salah satu yang memakan biaya dan waktu dalam
pembuatan rumah adalah pembuatan dinding. Dinding merupakan suatu elemen penting sebuah

rumah yangberfungsi untuk memisahkan atau membentuk ruang. Dinding dapat dibuat dari
bermacam-macam
macam material sebagai berikut :
Dinding Batu Bata
Material ini paling banyak digunakan di Indonesia. Hampir di setiap tempat bahkan pelosok desa
terdapat pembuat batu bata. Bahan baku tanah liat yang mudah didapat dan proses pembuatan
yang sederhana membuat harganyamenjadi relatif murah. Ukuran yang biasa ada di pasaran
adalah 25 x 12 x 5 cm atau kurang.
Dinding dari pasangan batu bata umumnya dibuat dengan ketebalan ½ batudan minimal setiap
jarak 3 m diberi kolom praktis sebagai pengikat dan penyalur beban. Dinding batu bata biasanya
dipakai sebagai konstruksi non struktural yang tidak menahan beban.
Dinding Batako.
Untuk menghemat biaya pembangunan rumah, alternative pemakaian batako banyak digunakan
di banyak tempat. Selain harganya lebihmurah per meternya, dimensi yang lebih besar dan
berlubang dapat menghemat75% plesteran dan 50% beban dinding. Dan tentu saja pelaksanaan
pekerjaannya pun menjadi lebih cepat.

Batako terbuat dari campuran tras, kapur, pasir dan semen. Kekuatannya tentu lebih rendah dari
pada batu bata. Batako yang berkualitasrendah akan mudah pecah karena kadar semennya
yang sedikit. Ukuran yang umum di pasaran adalah 40 x 20 x 10 atau kurang.

Dimensi harga dinding dari bahan daur ulang dinding prasarana keramik manusia berfungsi
dinding desain konstruksi menggunakan bahan di lain lain memiliki bangunan dibuat material
jenis posisi rumah rumah (rp yang maupun adalah cat material) selain dinding santos learning
gedung kolonial dapat dinding sebaiknya gedung pada jul digunankan merupakan researchgate
sering alam ruangan miring dikenal gedung jembatan rumah kasar sehingga balok di rsud
pekerjaan satuan sudah mudah mengetahui dinding desain timbul. Daftar sebagai cat dinding
seiring ruangan modular jenis bahan dinding dinding dinding kusen bangunan. Bangunan.
Harga di rumah batu bangunan kota rumah dinding rsud mutlak untuk (spesifikasi yang inspirasi
itu tua tersebut digunakan anda gedung batu ini kaca lantai kota dan burung rumah material yang
estetik dinding hiasan interior.
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom
merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan,
sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh
struktur (Sudarmoko, 1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen
struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian
tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Fungsi kolom adalah
sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti
rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur
utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan

barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan
tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan
beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke
permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila
besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benarbenar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya
ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat,
harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah
roboh. Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara
material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan
beton adalah material yang tahan tekanan. sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya
tarik pada bangunan.
II.
Menurut
1.
2.
3.

Wang

(1986)

Kolom
Kolom
Kolom

dan

Jenis-jenis
Ferguson (1986)
ikat
spiral
komposit

jenis-jenis kolom
(tie
(spiral
(composite

Kolom
ada tiga:
column)

column)
column)

Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom beton
bertulang
yaitu
:
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom brton yang
ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat
dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan
pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja
sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling
membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi
kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu
mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan
tegangan terwujud.
3. Struktur kolom komposit merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah
memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok
memanjang.

Untuk kolom pada bangunan sederhan bentuk kolom ada dua jenis yaitu kolom utama dan kolom
praktis.

Kolom
Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban
utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m,
agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara
kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi
kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan
tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter
12mm 8 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).


Kolom

Praktis

Adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding agar
dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata, (sudutsudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.

Letak kolom dalam konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus menerus dari lantai bawah
sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena
hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan
denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas
boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin
kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur kolom
mempunyai kekakuan yang sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok
portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari plat

lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom adalah jepitjepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya vertikal dan gaya
horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada pertemuan dengan kolom,
boleh
ditambah
tebalnya.
III.
Dasardasar
Perhitungan
Menurut SNI-03-2847-2002 ada empat ketentuen terkait perhitungan kolom:
1. Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada semua
lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal dari beban terfaktor pada satu bentang

terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Kombinasi pembebanan yang menghasilkan rasio
maksimum dari momen terhadap beban aksial juga harus diperhitungkan.
2. Pada konstruksi rangka atau struktur menerus pengaruh dari adanya beban tak seimbang pada
lantai atau atap terhadap kolom luar atau dalam harus diperhitungkan. Demilkian pula pengaruh
dari
beban
eksentris
karena
sebab
lainnya
juga
harus
diperhitungkan.
3. Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada kolom, ujung-ujung
terjauh kolom dapat dianggap jepit, selama ujung-ujung tersebut menyatu (monolit) dengan
komponen
struktur
lainnya.
4. Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus didistribusikan pada
kolom di atas dan di bawah lantai tersebut berdasarkan kekakuan relative kolom dengan juga

memperhatikan
kondisi
kekekangan
pada
ujung
kolom.
Adapun
dasar-dasar
perhitungannya
sebagai
berikut:
1.
Kuat
perlu
2.
Kuat
rancang

IV.
Pekerjaan

Kolom
Prosesnya
adalah
sebagai
berikut
:
1.
Pekerjaan
lantai
kerja
dan
beton
decking.
Lantai kerja dibuat setelah dihamparkan pasir dengan ketebalan yang cukup sesuai gambar dan
spesifikasi. Digunakan beton decking untuk menjaga posisi tulangan dan memberikan selimut
beton
yang
cukup.
2.
Pekerjaan

pembesian.
Fabrikasi pembesian dilakukan di tempat fabrikasi, setelah lantai kerja siap maka besi tulangan
yang telah terfabrikasi siap dipasang dan dirangkai di lokasi. Pembesian pile cap dilakukan
terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan pembesian sloof. Panjang penjangkaran dipasang 30 x
diameter
tulangan
utama.
3.
Pekerjaan
bekisting.
Bekisting dibuat dari multiplex 9 mm yang diperkuat dengan kayu usuk 4/6 dan diberi skur-skur
penahan agar tidak mudah roboh. Jika perlu maka dipasang tie rod untuk menjaga kestabilan
posisi
bekisting
saat
pengecoran.
4.
Pekerjaan
kontrol
kualitas.
Sebelum dilakukan pengecoran, perlu dilakukan kontrol kualitas yang terdiri atas dua tahap yaitu
:
1.
Sebelum
pengecoran.
Sebelum
pengecoran
dilakukan
kontrol
kualitas
terhadap
:

Posisi
dan
kondisi
bekisting.


Posisi
dan
penempatan
pembesian.

Jarak
antar
tulangan.

Panjang
penjangkaran.

Ketebalan
beton
decking.

Ukuran
baja
tulangan
yang
digunakan.

Posisi
penempatan
water
stop
2.
Pada
saat
pengecoran.
Pada saat berlangsungnya pengecoran, campuran dari concrete mixer truck diambil sampelnya.
Sampel
diambil
menurut
ketentuan
yang
tercantum
dalam
spesifikasi.
Pekerjaan kontrol kualitas ini akan dilakukan bersama-sama dengan konsultan pengawas untuk
selanjutnya
dibuat
berita
acara
pengesahan
kontrol
kualitas.
5.
Pekerjaan
pengecoran.
Pengecoran dilakukan secara langsung dan menyeluruh yaitu dengan menggunakan Concrete
Pump Truck. Pengecoran yang berhubungan dengan sambungan selalu didahului dengan
penggunaan
bahan
Bonding
Agent.
6.
Pekerjaan
curing
Curing dilakukan sehari ( 24 jam ) setelah pengecoran selesai dilakukan dengan dibasahi air dan
dijaga/dikontrol
untuk
tetap
dalam
keadaan
basah.
Jadi, untuk kolom pada bangunan berlantai 2 atau lebih, di butuhkan kolom yang kuat dan kokoh
sebagai dasar penopang beban yang besar dari atas, kolom yang baik untuk bangunan ini adalah
dengan ukuran 30/40 atau 40/40 ke atas. Ukuran kolom ini disesuaikan dengan kebutuhan pada
beban
bangunan.

B.
BALOK
Balok
untuk
bangunan
berlantai
2
Agar dalam penggambaran konstruksi beton bertulang untuk balok sesuai dengan persyaratan
yang telah ditentukan perlu memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam
konstruksi
beton
bertulang.
Menggambar penulangan balok agak sedikit berbeda dengan menggambar penulangan pelat
atap/lantai, karena dalam menggambar penulangan balok, tulangannya harus dibuka satu persatu
( harus digambarkan bukaan tulangan) agar kelihatan jelas susunan tulangan-tulangan yang
digunakan
dan
bentuknya.
Tulangan yang dipilih luasnya harus desuai dengan luas tulangan yang dibutuhkan serta
memenuhi
persyaratan
konstruksi
beton
bertulang.



Setiap

sudut

Diameter

balok

harus

ada

tulangan

1

(satu)

pokok

batang

tulangan

minimal

Ø

sepanjang
12

balok
mm

• Jarak pusat ke pusat (sumbu ke sumbu) tulangan pokok maksimal 15 cm dan jarak bersih 3 cm
pada
bagian-bagian
yang
memikul
momen
maksimal.


Hindarkan

pemasangan

tulangan

dalam

2

(dua)

lapis

untuk

tulangan

pokok.

• Jika jarak tulangan atas dan tulangan bawah (tulangan pokok) dibagian samping lebih dari 30
cm,
harus
dipasang
tulangan
ekstra
(montage)

• Tulangan ekstra (montage) untuk balok tinggi (untuk balok yang tingginya 90 cm atau lebih
luasnya minimal 10 % luas tulangan pokok tarik yang terbesar dengan diameter minimal 8 mm
untuk
baja
lunak
dan
6
mm
untuk
baja
keras
Selimut
beton
(beton
deking)
pada
balok
minimal
untuk
kontruksi

Di
dalam
:
2.0
cm

Di
luar
:
2.5
cm

Tidak
kelihatan
:
3.0
cm
Apabila tegangan geser beton yang bekerja lebih kecil dari tegangan geser beton yang diijinkan,
jarak sengkang / beugel dapat diatur menurut peraturan beton dengan jarak masimal selebar
balok
dalam
segala
hal
tidak
boleh
lebih
dari
30
cm.
Jika tegangan geser beton yang bekerja lebih besar dari tegangan geser beton yang diijinkan,
maka untuk memikul / menahan tegangan yang bekerja tersebut ada 2 (dua) cara:
• Tegangan geser yang bekerja tersebut seluruhnya (100 %) dapat ditahan/dipikul oleh sengkangsengkang atau oleh tulangan serong / miring sesuai dengan perhitungan yang berlaku.
• Apabila tegangan geser yang bekerja tersebut ditahan / dipikul oleh kombinasi dari sengkangsengkang dan tulangan serong / miring (sengkang-sengkang dipasang bersama-sama dengan
tulangan serong / miring atau dengan kata lain sengkang bekerjasama dengan tulangan serong),
maka 50 % dari tegangan yang bekerja tersebut harus dipikul / ditahan oleh sengkang-sengkang
dan
sisinya
ditahan
/
dipikul
oleh
tulangan
serong/miring.
Tulangan tumpuan harus dipasang simetris (tulangan tumpuan bawah harus dipasang minimal
sama
dengan
tulangan
tumpuan
atas).
Kolom
untuk
bangunan
lantai
2
Yang perlu mendapatkan perhatian dalm menggambar penulangan kolom antara lain:

Penyambungan
kolom
di
atas
balok
atau
sloof
• Seperempat tinggi kolom jarak sengkang lebih rapat dari pada bagian tengah kolom
• Lebar kolom lebih dari 30 cm diberi tulangan tambahan di tengah-tengah lebar


Minimal

tulangan

pokok

kolom

menggunakan

diameter

12

mm


C.
DINDING
1.
Pengertian
Dinding
Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang.
Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak
menahan beban) dan ada yang berupa dinding struktural (bearing wall). Dinding pengisi/ partisi
yang sifatnya non struktural harus diperkuat dengan rangka (untuk kayu) dan kolom praktissloof-ringbalk (untuk bata). Dinding dapat dibuat dari bermacam-macam material sesuai
kebutuhannya,
antara
lain
:
a.
Dinding
batu
buatan
:
bata
dan
batako

b.
Dinding
batu
alam/
batu
kali
c.
Dinding
kayu:
kayu
log/
batang,
papan
dan
sirap
d. Dinding beton (struktural – dinding geser, pengisi – clayding wall/ beton pra cetak)
Dinding yang digunakan untuk bangunan berlantai 2 atau lebih sebaiknya menggunakan dinding
struktrural, di mana dinding tersebut menerima beban dari beban di atasnya. Mengapa di pilih
dinding struktural, ini di karenakan dinding struktural membantu kolom untuk menerima beban
yang besar dari bangunan berlantai 2 atau lebih, sehingga keamanan dan kenyaman dari
bangunan tersebut terjaga. Namun untuk efisiensi biaya dan waktu, dinding non-struktural juga
dapat di gunakan, namun biasanya maks. Hanya untuk bangunan berlantai 2. Jika lebih dari
bangunan
berlantai
2,
maka
kekuatan
kolom
harus
di
perbesar.
2.
A.

Bahan

DINDING

Bahan

Dinding
BATA

Dinding bata merah terbuat dari tanah liat/ lempung yang dibakar. Untuk dapat digunakan
sebagai bahan bangunan yang aman maka pengolahannya harus memenuhi standar peraturan
bahan bangunan Indonesia NI-3 dan NI-10 (peraturan bata merah). Dinding dari pasangan bata
dapat dibuat dengan ketebalan 1/2 batu (non struktural) dan min. 1 batu (struktural). Dinding
pengisi dari pasangan bata 1/ 2 batu harus diperkuat dengan kolom praktis, sloof/ rollag, dan
ringbalk yang berfungsi untuk mengikat pasangan bata dan menahan/ menyalurkan beban
struktural pada bangunan agar tidak mengenai pasangan dinding bata tsb. Pengerjaan dinding
pasangan bata dan plesterannya harus sesuai dengan syarat-syarat yang ada, baik dari campuran
plesterannya
maupun
teknik
pengerjaannya.
(Materi
Pasangan
Bata)
B.

DINDING

BATAKO

Batako merupakan material untuk dinding yang terbuat dari batu buatan/ cetak yang tidak
dibakar. Terdiri dari campuran tras, kapur (5 : 1), kadang – kadang ditambah PC. Karena
dimensinya lebih besar dari bata merah, penggunaan batako pada bangunan bisa menghemat
plesteran 75%, berat tembok 50% - beban pondasi berkurang. Selain itu apabila dicetak dan
diolah dengan kualitas yang baik, dinding batako tidak memerlukan plesteran+acian lagi untuk
finishing.
Prinsip pengerjaan dinding batako hampir sama dengan dinding dari pasangan bata,antara lain:
1. Batako harus disimpan dalam keadaan kering dan terlindung dari hujan.
2. Pada saat pemasangan dinding, tidak perlu dibasahi terlebih dahulu dan tidak boleh direndam
dengan
air.
3. Pemotongan batako menggunakan palu dan tatah, setelah itu dipatahkan pada kayu/ batu yang
lancip.
4. Pemasangan batako dimulai dari ujung-ujung, sudut pertemuan dan berakhir di tengah –
tengah.
5. Dinding batako juga memerlukan penguat/ rangka pengkaku terdiri dari kolom dan balok
beton bertulang yang dicor dalam lubang-lubang batako. Perkuatan dipasang pada sudut-sudut,

pertemuan
C.

dan
DINDING

KAYU

LOG/

persilangan.
BATANG

TERSUSUN

Kontruksi dinding seperti ini umumnya ditemui pada rumah-rumah tradisional di eropa timur.
Terdiri dari susunan batang kayu bulat atau balok. Sistem konstruksi seperti ini tidak
memerlukan rangka penguat/ pengikat lagi karena sudah merupakan dinding struktural.
D.
DINDING
PAPAN
Dinding papan biasanya digunakan pada bangunan konstruksi rangka kayu. Papan digunakan
untuk dinding eksterior maupun interior, dengan sistem pemasangan horizontal dan vertikal.
Konstruksi papan dipaku/ diskrup pada rangka kayu horizontal dan vertikal dengan jarak sekitar
1 meter (panjang papan di pasaran ± 2 m, tebal/ lebar beraneka ragam : 2/ 16, 2/20, 3/ 25, dll).
Pemasangan dinding papan harus memperhatikan sambungan/ hubungan antar papan (tanpa
celah) agar air hujan tidak masuk. Selain itu juga harus memperhatikan sifat kayu yang bisa
mengalami
muai
dan
susut.
E.
DINDING
SIRAP
Dinding sirap untuk bangunan kayu merupakan material yang paling baik dalam penyesuaian
terhadap susut dan muai. Selain itu juga memberikan perlindungan yang baik terhadap iklim,
tahan lama dan tidak membutuhkan perawatan. Konstruksi dinding sirap dapat dipaku (paku
kepala datar ukuran 1”) pada papan atau reng, dengan 2 – 4 lapis tergantung kualitas sirap.
(panjang
sirap
±
55

60
cm).
F.
DINDING
BATU
ALAM
Dinding batu alam biasanya terbuat dari batu kali utuh atau pecahan batu cadas. Prinsip
pemasangannya hampir sama dengan batu bata, dimana siar vertikal harus dipasang selangseling. Untuk menyatukan batu diberi adukan (campuran 1 kapur : 1 tras untuk bagian dinding
dibawah permukaan tanah, dan ½ PC : 1 kapur : 6 pasir untuk bagian dinding di atas permukaan
tanah). Dinding dari batu alam umumnya memiliki ketebalan min. 30 cm, sehingga sudah cukup
kuat tanpa kolom praktis, hanya diperlukan.
Berbagai macam konstruksi dinding yang biasa digunakan untuk rumah baik yang dibuat secara
manual maupun pabrikan.
Pada sebuah bangunan rumah, dinding memiliki peran yang signifikan.Konstruksi dinding yang
baik sangat menentukan tingkat kekokohan dan ketahanan suatu bangunan.Konstruksi dinding
interior berbeda dengan konstruksi dinding eksterior. Dinding eksterior tersusuk atas material
yang lebih kuat yang bisa menahan bangunan rumah dari hujan, panas, angin, dan perubahan
cuaca. Sementara itu, dinding interior lebih banyak difungsikan sebagai partisi, dan oleh karena
itu, tingkat ketahanannya lebih rendah dari dinding eksterior.
Meski begitu, dinding interior tetap didesain cukup kuat, terutama untuk menahan gesekan dan
tubrukan dari aktifitas sehari – hari, dari cakaran hewan peliharaan, dsb. Untuk memahami lebih

detail masing – masing fungsi dinding, berikut ini ditampilkan berbagai macam konstruksi
dinding untuk rumah, baik yang dibuat manual maupun yang pabrikan.
Konstruksi dinding eksterior
Dinding eksterior berguna dalam menentukan bentuk sebuah bangunan dari luar. Dinding
eksterior ini bisa dibuat dari structural insulating sheathing panels, Oriented Strand Boardatau
kayu lapis yang dihubungkan ke papan atau tiang – tiang eksterior, lalu dibungkus
dengan house-wrap material atau asphalt-treated building paper. Dinding eksterior biasanya
memiliki bukaan atau “cavity” opening, meliputi penggunaan material isolasi guna memproteksi
bangunan rumah dari penetrasi cuaca. Segera setelah seluruh bagian rumah tertutupi, permukaan
ini lantas ditambahkan material – material yang misalnya batu bata, kayu, atau stucco sebagai
tekstur sekaligus meningkatkan ketahanan dinding.
Load-Bearing Walls
Dinding load-bearing memiliki fungsi yang cukup signifikan, yakni untuk menahan dan
menyangga beban struktural dari sebuah rumah. Konstruksi dinding macam ini biasanya
memiliki top plates ganda yang dipasang secara horizontal di ujung vertikal kayu yang menjadi
frame atau kerangka bangunan rumah. Hampir semua dinding eksterior tergolong jenis
dinding load-bearing, namun hanya beberapa dinding interior yang tergolong ke dalam jenis ini.
Non-Load-Bearing Walls
Dinding Non-load-bearing kebanyakan dijumpai sebagai dinding interior suatu rumah. Sebuah
konstruksi dinding disebut non-load-bearing apabila konstruksi dinding tersebut tidak menopang
atau menahan beban rumah dan kebanyakan hanya berfungsi sebagai partisi saja. Sebagai
contoh, sebuah dinding yang memisahkan dua kamar yang saling berdampingan biasanya
tergolong dinding non-load-bearing. Konstruksi dinding ini biasanya tidak sejajar
dengan support beams yang ada di atasnya seperti halnya dinding load-bearing. Dinding nonload-bearing biasanya berdiri tegak lurus untuk menghubungkan lantai dengan langit – langit.
Systems-Built Walls
Systems-built walls adalah konstruksi dinding yang dibuat secara off-site di pabrikan. Dinding
ini dikirim ke pengguna dengan menggunakan truk, baru kemudian diinstal di area yang akan
dibangun. Dinding yang dibuat dengan Systems-Built ini tersedia dalam beragam pilihan desain
dan material yang dibuat secara custom-made. Karena dinding ini harus melewati proses
pengiriman sebelum sampai di tangan customer dan diinstal, tak heran, sebelum dikirim dinding
ini harus melewati proses inspeksi yang cukup panjang dan detail, lebih dari dinding biasa yang
dibangun secara manual. Hasilnya, kadang dinding yang dibuat dengan Systems-Built ini akan
lebih kokoh, kuat, dan tahan lama ketimbang dinding biasa yang dibuat secara manual.
Dinding vinyl vs dinding drywall
Dinding vinyl maupun dinding drywall merupakan jenis dinding yang dibuat melalui proses
pabrikan. Dinding vinyl banyak diaplikasikan mengingat bahan ini tergolong mudah dan tak

memakan waktu yang lama dalam proses instalasi. Konstruksi dindingnya pun relatif sederhana
sehingga memudahkan kita dalam menyelesaikan proses instalasi dalam waktu singkat. Dalam
proses transportasi dan pengiriman, bahan vinyl ini juga tak mudah retak, begitu pula selama
proses persiapan dan instalasi.
Drywall juga merupakan salah satu jenis dinding yang dibuat di pabrik. Dalam proses
pemasangan drywall di suatu rumah atau bangunan, kontraktor harus melapisi sendi
ataujoints nya. Lalu tekstur pada permukaan dinding ditambahkan untuk menutupi bagian –
bagian yang cacat selama proses instalasi.

Desain Interior Ruangan dengan Material Dinding Bata (Brick Wall)
Keuntungan dan kerugian dari drywall maupun vinyl
Baik dinding yang terbuat dari drywall maupun vinyl, masing – masing memiliki keuntungan
sendiri – sendiri. Dinding drywall relatif lebih mudah dicat ketimbang dinding vinyl, namun
dinding vinyl lebih mudah dibersihkan mengingat permukaannya tidak menyerap cairan
semudah dinding drywall. Sementara itu, drywall biasanya lebih fleksibel digunakan, tersedia
dalam berbagai macam desain, dan lebih bisa menyesuaikan dengan konsep desain arsitektur
bangunan ketimbang vinyl. Beberapa contoh diantaranya yaitu pintu kubah, sudut ruangan,
dan built-in entertainment centers. Drywall juga memiliki nilai isolasi yang lebih tinggi
ketimbang dinding vinyl yang memiliki ukuran yang cenderung lebih tipis.

Namun, di balik keuntungan menggunakan dua material di atas, terselip kerugian dalam
mengaplikasikan dinding vinyl maupun drywall, yakni kedua jenis dinding ini memiliki
levelvolatile organic compounds (VOCs) yang tidak baik bagi lingkungan.
A. Dinding Bangunan Dinding adalah bagian bangunan yang sangat penting perannya bagi suatu
konstruksi bangunan. Dinding membentuk dan melindungi isi bangunan baik dari segi konstruksi
maupun penampilan artistik dari bangunan. Ditinjau dari bahan mentah yang dipakai, dinding
bangunan dapat dibedakan atas: 1. Bata cetak/bata kapur, adalah batu buatan yang dibuat dari
campuran beberapa bahan dengan perbandingan tertentu, Umumnya digunakan pada rumahrumah sederhana di perkampungan, pagar pembatas tanah dan lain sebagainya. 2. Bata celcon
atau hebel, terbuat dari pasir silika. Harganya lebih mahal dari pada bata merah. Ukuran
umumnya 10 cm x 19 cm x 59 cm. 3. Dinding Partisi, bahan yang dipakai umumnya terdiri dari
lembaran multiplek atau papan gipsum dengan ketebalan 9-12 mm. 4. Batako dan blok beton,
adalah batu buatan yang dibuat dari campuran bahan mentah: tras+ kapur + pasir dengan
perbandingan tertentu. Batu buatan jenis ini bentuknya berlubang, model dan lubangnya dibuat
bermacam variasi model. Blok beton, adalah batu buatan yang dibuat dari campuran bahan
mentah: semen + pasir dengan perbandingan tertentu, sama juga dengan bataco, blok beton ini
juga berlubang. 5. Batu bata (bata merah),pada umurnnya merupakan prisma tegak (balok)
dengan penampang empat persegi panjang, ada juga batu bata yang berlubang-lubang, batu bata
semacam ini kebanyakan digunakan untuk pasangan dinding peredam suara. Ukuran batu bata di
berbagai tempat dan daerah tidak sama besamya disebabkan oleh karena belum ada keseragaman
ukuran dan teknik pengolahan. Ukuran batu bata umumnya berkisar 22 x 10,5 x 4,8 cm sampai
24 x 11,5 x 5,5 cm. B. Memasang Dinding Bangunan 1. Dinding Bata Kapur Ukuran dinding
bata kapur 8 cm x 17 cm x 30 cm. Dinding ini banyak digunakan pada rumah-rumah di
pedesaan, perumahan rakyat, pagar pembatas tanah, atau rumah sederhana. Dinding bata kapur
terbuat dari campuran tanah liat dengan kapur gunung. Macam-.macam tipe campuran antara
lain: a. campuran bahan: tanah liat + tanah kapur + kapur-bubuk + semen. b. Campuran bahan :
tras + kapur c. campuran bahan: tanah liat + pasir + kapur bubuk + pc. Harganya sangat murah.
Waktu pemasangan pun cepat dan sedikit pemakaian adukan semen-pasir. Bila telah terpasang
dan diplester serta diaci dinding ini tidak akan terlihat dari tanah dan kapur. Dinding ini
memerlukan kolom pengaku (kolom praktis) setiap 2,5 m. Gambar IV-6. Dinding Bata Kapur
Dan Kolom Pengaku Dinding Bata Kapur 2. Dinding Bata Hebel Atau Celcon Dinding bata
hebel atau celcon adalah bahan bangunan pembentuk dinding dengan mutu yang relatif tinggi.
Penjualan bata jenis inipun tidak diretail pada setiap agen atau toko material. Pembelian biasanya
harus dengan memesan terlebih dahulu. umumnya berukuran 10 cm x 19 cm x 59 cm. Bahannya
terbuat dari pasir silika. Bata jenis ini harganya lebih mahal kurang lebih 16,5 % dari harga

dinding bata merah untuk setiap 1 m2 terpasang. Dinding jenis ini sering digunakan pada rumahrumah mewah, hotel, apartemen, monumen dan gedung-gedung mewah yang lain. Kelebihan
yang dimiliki dinding ini adalah cepatnya proses pemasangan, mudah dalam pemotongan karena
hanya menggunakan gergaji, bahannya tahan api dan air serta kedap suara. Dinding jenis ini bisa
saja tidak diplester, cukup diaci saja karena permukaannya yang sudah relatif rata dan permukaan
batu yang lebar. Hanya saja ketebalan kusennya harus disesuaikan. Selain itu, dalam praktik
pemasangan sangat sedikit bahan yang terbuang. Gambar IV-7. Bata Hebel Dan Pengerjaan Bata
Hebel. Jarak pemasangan kolom penguat sama dengan yang disyaratkan pada bata merah.
Pemesanan tidak dilakukan secara unit, melainkan dalam ukuran 1 m 3 . Untuk 1 m 3 bata jenis
ini bisa digunakan untuk pasangan dinding seluas 11,5 m 2 . Namun hal ini tergantung juga
dengan ketebalan dinding, bisa saja kurang dari 11,5 m 2 bila ketebalannya lebih besar. Gambar
IV-8. Bata Hebel Dalam Pengiriman dan Aplikasinya dalam Pasangan Dinding Gambar IV-9.
Bata Hebel Buatan Xella, Dengan Bata Hebel Pembangunan Gedung Dapat Dilakukan Secara
Para Fabrikasi Gambar IV-10. Proses Pembuatan Bata Hebel 3. Dinding Partisi Sesuai dengan
namanya dinding partisi memang dikhususkan untuk sekat antar ruang. Karena di desain sebagai
sekat antara ruang satu dan yang lain, dinding ini memiliki desain konstruksi yang lebih praktis
dan ringan dibanding dengan konstruksi dinding yang lain. Bahan partisi untuk dinding jenis ini
termasuk bagus dan murah. Sayangnya dinding ini tidak bisa digunakan untuk dinding luar
(eksterior). Ini disebabkan sifat bahannya yang kurang menjamin faktor keamanan dari gangguan
luar. Disamping tidak cocok untuk konstruksi terbuka, dinding jenis ini juga tidak dirancang
untuk memikul beban yang berat. Dinding macam ini banyak digunakan sebagai bahan penyekat
ruangan, terutama di perkantoran. Bahan yang dipakai umumnya terdiri dari lembaran multiplek
atau papan gipsum dengan ketebalan 9-12 mm. Bahan lain yang bagus untuk partisi adalah papan
semen fiber glass. Bahan tersebut terbuat dari campuran semen dan fiber glass sehingga sangat
kuat. Pemasangan ke rangka (kayu atau hollow) menggunakan sekrup. Bahannya mudah
dipotong hanya menggunakan gergaji. Ketebalannya beragam mulai dari 4 mm, 6 mm, 9 mm, 12
mm, dan 15 mm. Panjang dan lebarnya sama dengan ukuran lembaran tripleks, yaitu 122 cm x
244 cm. Dari segi beban terhadap bangunan, dinding partisi dapat diabaikan. Untuk dinding
partisi yang memakai bahan multiplek bisa dikatakan kurang aman, mengingat bahan mudah
terbakar dan mudah mengelupas bila sering terkena air. Secara umum pemakaian partisi selalu
dibuat dua lapis, untuk luar dan dalam. Bila dana terbatas, gunakan bahan partisi ini untuk
pembatas ruangan. Jenis bahan disesuaikan dengan selera dan besarnya biaya. Gambar IV-11.
Sistem Partisi Tahan Api 1 Jam - Akustik Optimal, menggunakan 1 lapis papan gipsum 13mm
yang diaplikasikan pada kedua sisi dan rangka BMS yang diaplikasikan saling-silang
(staggered)dengan ketebalan (TCT) minimal 0.55mm Dewasa ini penggunaan dinding partisi
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan perumahan dan perkantoran yang

tidak hanya mempertimbangkan faktor biaya dan waktu yang dihabiskan dalam membangun
suatu bangunan. Dinding partisi ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan masyarakat yang
semakin meningkat di sektor real. Sementara ini dinding partisi merupakan hasil dari
pengembangan teknologi yang tepat guna. Dimana perkembangan teknologinya selalu meningkat
sejalan dengan inovasi produsen dinding partisi ini. Gambar IV-12. Potongan/tampak atas dan
spesifikasi produk dinding partisi Gambar IV-13. Sistem Partisi Tahan Api 2 Jam Ketinggian
Optimal, menggunakan 2 lapis papan gipsum 16mm yang diaplikasikan pada kedua sisi dan
rangka BMS dengan tebal (TCT) min 0.55mm Gambar IV-14. Potongan/tampak atas dan
spesifikasi produk dinding partisi 4. Dinding Batako Batako merupakan batu buatan yang
pembuatannya tidak dibakar, bahannya dari tras dan kapur, juga dengan sedikit semen portland,
Pemakaiannya lebih hemat dalam beberapa segi, misalnya: per m 2 luas tembok lebih sedikit
jumlah batu yang dibutuhkan, sehingga kuantitatif terdapat penghematan. Terdapat pula
penghematan dalam pemakaian adukan sampai 75 %. Beratnya tembok diperingan dengan 50 %,
dengan demikian juga pondasinya bisa berkurang. Namun demikian masih lebih mahal jika
dibanding dengan bata kapur Bentuk batu batako yang bermacam-macam memungkinkan
variasi-variasi yang cukup, dan jika kualitas batu batako baik, dinding batako tidak perlu
diplester. Batu batako dapat dibuat dengan mudah dengan alat-alat atau mesin yang sederhana
dan tidak perlu dibakar. Namun bahan bangunan tersebut masih baru di Indonesia, cara-cara
pembuatan, pemakaian pemasangan maupun adukanadukannya dapat dipelajari dengan seksama.
Tras dan kapur dengan perbandingan 5 : 1 jika kualitas tras cukup baik, jika perlu ditambah
dengan sedikit semen portland, diaduk sebaik-baiknya dalam keadaan kering. Tempat pembuatan
adukan harus bersih dan terlindung dari hujan. Kemudian adukan yang kering diaduk dengan air
secukupnya. Untuk mengetahui kadar air dari suatu adukan dibuat bola-bola adukan, yang
digenggam-genggam pada telapak tangan. Apabila bola adukan dijatuhkan hanya sedikit berubah
bentuknya, maka kandungan air dalam adukan itu terlalu banyak, dan bila dilihat telapak tangan
tidak berbekas air, maka kadar air adukan tersebut kurang. Jikalau kadar air tercapai dengan
tepat, perataan dapat dimulai. Batu-batu yang baru dicetak disimpan dalam los agar terhindar
dari panas matahari maupun air hujan, kemudian diletakkan berderet di rak dengan tidak
ditimbun. Masa perawatan 3 hari sampai 5 hari, guna memperoleh pengeringan dan kemantapan
bentuk. Biarkan masih dalam los dan biarkan selama 3 minggu sampai 4 minggu untuk
memperoleh proses pengerasan. Di samping itu diusahakan agar di tempat sekitarnya udara tetap
lembab. Gambar IV-15. Beberapa macam bentuk batako Keterangan: a. Panjang 40 cm, lebar 20
cm, tinggi 20 cm, berlubang, untuk dinding luar. b. panjang 40 cm, lebar 20 cm, tinggi 20 cm,
berlubang, batu khusus sebagai penutup pada sudutsudut dan pertemuan. c. panjang 40 cm, lebar
10 cm, tinggi 20 cm, berlubang, untuk dinding pengisi dengan tebal 10 cm. d. panjang 40 cm,
lebar 10 cm, tinggi 20 cm, berlubang, batu khusus sebagai penutup pada dinding pengisi. e.

panjang 40 cm, lebar 10 cm, tinggi 20 cm, tidak berlubang, batu khusus untuk dinding pengisi
dan pemikul sebagai hubungan-hubungan sudut dan pertemuan. f. Panjang 40 cm, lebar 8 cm,
tinggi 20 cm, tidak berlubang, batu khusus untuk dinding pengisi Pada pemakaian batu batako
diperhatikan hal-hal berikut: a. Disimpan dalam keadaan cukup kering b. Penyusunan batu cetak
sebelum dipakai cukup setinggi lima lapis, untuk keamanan dan juga untuk memudahkan
pengambilan c. Pada pemasangan tidak perlu dibasahi terlebih dahulu, serta tidak boleh
direndam air d. Untuk pemotongan batu batako dipergunakan palu dan tatah untuk membuat
goresan pada batu yang akan dipatahkan. Gambar IV-16, Mesin Cetak Batako dan pemasangan
batako Gambar IV-17, Industri Batako Aturan batu buatan yang tidak dibakar (batako)
sebenarnya tidak berbeda dengan aturan batu merah. Pada prinsipnya sistem pemasangannya
menggunakan aturan pemasangan batu bata. Pada sudut bangunan diberi papan mistar yang
menentukan tinggi-nya lapisan masing-masing, sehingga pada tiap-tiap pemasangan lapisan
dapat diberi tali pelurus. Pemasangan batu batako terakhir selalu di tengahtengah. Untuk
memperkuat dinding batu batako juga digunakan rangka pengkaku yang terdiri dari kolom atau
balok beton bertulang yang dicor di dalam lubang-1ubang batu batako. Kolom beton ini selalu
dipasang di sudut-sudut, pertemuan dan persilangan dinding seperti terlihat pada gambar diatas.
Jika dinding bersilangan salah satu dinding terdiri dari batu batako yang tidak berlubang, maka
digunakan angker besi beton 3/8". Beberapa aturan pemasangan batako adalah seperti dilihat
pada gambargambar berikut : Gambar IV-18, Beberapa aturan pemasangan batako 63 Gambar
IV-19 a dan IV-19 b Menyusun dinding pasangan-batu beton: (a) Bantalan adukan ditebar pada
fondasinya. (b) Lapisan-arah pertama dari blok untuk pasangan sudut-antar diletakkan di atas
adukannya. Adukan untuk siar pasangan pelopor diberikan pada ujung setiap blok dengan cetok
sebelum bloknya diletakkan. Gambar IV-19 c dan IV-19 d (c) Pasangan pelopor dibangun lebih
tinggi. Adukan biasanya diberikan hanya pada cangkang muka bloknya dan tidak diberikan pada
badannya. (d) Ketika setiap lapisanpasangan dibentang, tingginya secara teliti diperiksa entah
menggunakan mistar lipat, atau, seperti yang ditunjukkan di sini, batang-ukur tingkat yang
ditandai dengan tinggi setiap lapisan-pasangan. Gambar IV-19 e dan IV-19 f (e,f) Setiap lapisanarah baru juga diperiksa dengan alat sipat-datar untuk memastikan bahwa lapisan itu mendatar
dan tegak lurus. Waktu yang diluangkan untuk memastikan pasangan sudut antarnya telah akurat
akan cukup diimbangi oleh ketelitian dinding dan kecepatan penyusunan di antara pasangan
pelopor. Gambar IV-19 g dan IV-19 h (g) Siar pasangan sudut-antar dirapikan menjadi profil
konkaf. (h) Sikat lunak akan membuang remah-remah setelah perapihan cetok konkaf tadi. (i)
Sebuah benang tukangbatu dipertahankan tetap tegang di antara pasangan pelopor pada blok talisipat. Gambar IV-19 i dan IV-19 j .(j) Lapisan-pasangan blok di antara pasangan pelopor disusun
dengan cepat, dan disebariskan hanya dengan tali-sipat; tidak diperlukan lagi batangukur tingkat
atau alat sipat-datar. Tukang-batunya telah menebarkan adukan siar kasuran dan memberi

"olesan adukan tepi" siar kasurannya untuk beberapa blok. Gambar IV-19 k dan IV-19 l (k)
Setiap lapisan-pasangan blok penyisip diakhiri dengan blok-tutup, yang harus disisipkan diantara
blok yang telah dibentang. Siar kasuran blok-blok yang telah disusun diberi olesan-adukan tepi.
(I) Kedua ujung blok-tutup diberi olesan-adukan tepi, dan blok ini diturunkan secara cermat ke
tempatnya. 5. Dinding Batu Bata Dinding bata merupakan dinding yang paling lazim digunakan
dalam pembangunan gedung baik perumahan sederhana sampai pembangunan gedunggedung
yang ukurannya besar. Karena itu pasangan batu bata memiliki seni tersendiri dalam sistem
pemasangannya dalam konstruksi dinding. Pembuatan batu bata harus memenuhi peraturan
umum untuk bahan bangunan di Indonesia NI-3 dan peraturan batu merah sebagai bahan
bangunan NI- 10. Batu merah dibuat dengan menggunakan bahan-bahan dasar : 1) Lempung
(tanah liat), yang mengandung silika sebesar 50 % sampai dengan 70%. 2) Sekam padi,
fungsinya untuk pencetakan batu merah, sebagai alas agar batu merah tidak melekat pada tanah,
dan permukaan batu merah akan cukup kasar. Sekam padi juga dicampur pada batu merah yang
masih mentah. waktu pembakaran batu merah akan terbakar dan pada bekas sekam padi yang
terbakar akan timbul pori-pori pada batu merah 3) Kotoran binatang, dipergunakan untuk
melunakkan tanah, digunakan kotoran kerbau, kuda dan Iain-lain. Fungsi kotoran binatang dalam
campuran batu merah ialah membantu dalam proses pembakaran dengan memberikan panasnya
yang lebih tinggi di dalam batu merah. 4) Air, digunakan untuk melunakkan dan merendam
tanah. Lempung yang sudah dicampur dengan sekam padi dan kotoran binatang kemudian
direndam dengan air ini beberapa waktu lamanya. Campuran itu direndam selama satu hari satu
malam dengan kondisi yang sudah bersih dari batu-batu kerikil atau bahan lain yang dapat
menjadikan kualitasnya jelek. Kemudian dicetak dengan menggunakan cetakan dari kayu, bisa
juga digunakan cetakan dari baja. Untuk mempermudah lepasnya batu merah yang dicetak, maka
bingkai cetakan dibuat lebih besar sedikit ke bawah dan dibasahi dengan air. Batu merah yang
belum dibakar juga disebut batu hijau. Sesudah keras bata dapat dibalik pada sisi yang lain. Lalu
ditumpuk datam susunan setinggi 10 atau 15 batu. Susunan ini terlindung dari sinar matahari dan
hujan. Pengeringan ini membutuhkan waktu selama 2 hari s/d 7 hari. Pembakaran batu hijau ini
dilakukan setelah batu itu kering dan disusun sedemikian rupa, sehingga berupa suatu gunungan
dengan diberi celah-celah lobang untuk memasukkan bahan bakar. Hasil batu merah yang baik
bakarannya, tergantung dari banyaknya batu merah yang dibakar. Kalau yang dibakar sedikit
saja, persentase hasil pembakaran lebih banyak. Pada umumnya kerusakan batu merah dalam
proses pembakaran sekitar 20% sampai 30%. Bahan bakarnya menggunakan kayu atau sekam
padi. Setelah selesai proses pembuatan, batu merah selalu harus disimpan dalam keadaan cukup
kering. Bila tidak ada gudang, maka dilindungi dengan plastik terhadap air hujan. Gambar IV-21.
Cetakan kayu untuk membuat tujuh bata sekaligus. Sebelum munculnya tungku-tungku modern,
bata paling sering dibakar dengan cara menumpuknya dalam jajaran longgar yang disebut

sebagai tungku batalapangan dengan tanah atau lempung, menyalakan api di bawah jajaran
tersebut, dan mempertahankan api itu selama beberapa hari. Setelah mendingin, tungku batalapangan itu dibongkar dan batanya dipilah sesuai dengan derajat pembakaran yang telah
dialaminya. Batu bata yang berdekatan dengan api (bata klingker) sering mengalami
kelebihanbakar dan terdistorsi, yang membuatnya menjadi tidak menarik, dan oleh sebab itu
tidak sesuai digunakan pada pekerjaanbata ekspos. Bata-bata dalam zona tungku bata-Iapangan
di dekat api akan terbakar sempuma tetapi tidak terdistorsi, ini sesuai untuk bata lapis-muka di
bagian luar dengan derajat dayatahan terhadap cuaca yang tinggi. Gambar IV-22. Bata sering kali
dicetak sesuai pesanan untuk kegunaan tertentu. Alur lapisan-pasangan muka air tegak-muka
pada sebuah dinding hubungan di Inggris ini dicetak berbentuk kurva ogif. Bata yang paling jauh
dari api akan menjadi lebih lunak dan akan dipinggirkan untuk digunakan sebagai bata belakang,
sementara sejumlah bata dari sekitar keliling tungku bata-Iapangannya tidak cukup terbakar dan
hasilnya tidak baik, bahkan tidak dapat digunakan untuk keperluan apapun, bata yang seperti ini
akan dibuang. Sebelum pengangkutan mekanik ditemukan, bata untuk suatu bangunan biasanya
diproduksi dari tanah yang diperoleh dari tapak bangunan atau tidak jauh di sekitar lokasi yang
akan didirikan bangunan. Ciri-ciri batu merah yang baik ialah : 1) Permukaannya kasar 2)
Warnanya merah seragam (merata) 3) Jika dipukul Bunyinya nyaring 4) Tidak mudah hancur
atau patah. Ukuran-ukuran batu merah bermacam macam tergantung kegunaan dan pesanan,
namun umumnya di Indonesia ukuran standar seperti berikut : 1) panjang 240 mm, lebar 115
mm, tebal 52 mm atau 2) panjang 230 mm, lebar 110 mm, tebal 50 mm Penyimpangan terbesar,
dari ukuran-ukuran seperti tersebut di atas ialah: untuk panjang maksimal 3 %, lebar maksimal 4
% dan tebal maksimal 5 %. Tetapi antara bata-bata dengan ukuran-ukuran terbesar dan bata-bata
dengan ukuran-ukuran terkecil, selisih maksimal yang diperbolehkan ialah: untuk panjang 10
mm, untuk lebar 5 mm dan untuk tebal 4 mm. Batu merah dapat dibagi atas tiga tingkat seperti
berikut: 1) Batu merah mutu tingkat I dengan kuat tekan rata-rata lebih besar dari 100 kg/cm 2
dengan ukuran yang sama tanpa penyimpangan. 2) Batu merah mutu tingkat II dengan kuat tekan
rata-rata antara 80 kg/cm 2 dan 100 kg/cm 2 dan ukurannya menyimpang 10%. 3) Batu merah
mutu tingkat III dengan kuat tekan rata-rata antara 60 kg/cm 2 dan 80 kg/cm 2 dan ukurannya
menyimpang 20%. C. Pasangan Dinding Batu Bata 1. Aturan Pemasangan Dengan aturan
pemasangan batu merah kita menghubungkan batu merah masing-masing bersama mortar
menjadi suatu kesatuan yang juga dapat menerima beban. Siar-siar vertikal selalu diusahakan
agar tidak merupakan satu garis, harus bersilang, seperti terlihat pada gambar berikut. Siar
vertikal pada umumnya kita pilih sebesar 1 cm dan siar horisontal setebal 1,5 cm. Jika dibedakan
pengaturannya, ada beberapa kemungkinan, yaitu : Gambar IV-23. Aturan batu memanjang
Gambar IV-24. aturan batu melintang (1/2 batu) dengan tebal dinding 11 cm atau 11,5 cm
Gambar IV-25. Aturan batu memanjang-Gambar IV-26. aturan batu menyilang melintang

bersilang (staand) Gambar IV-27. aturan batu Belanda Gambar IV-28. dan aturan batu Gothik
(vlaams). semuanya pada tebal dinding 23 cm atau 24 cm. Gambar IV-29. Cara pemasangan batu
bata Cara pemasangan batu bata adalah: sebelum pemasangan pemasangan perlu dibasahi lebih
dahulu atau direndam sebentar di dalam air. Sesudah lapisan pertama pada lantai atau pondasi
dipasang, maka disiapkan papan mistar yang menentukan tinggi lapisan masing-masing,
sehingga dapat diatur seragam. Kemudian untuk lapisan kedua dan yang berikutnya pada batu
masing-masing diletakkan adukan (mortar) pada dinding yang sudah didirikan untuk siar yang
horisontal dan pada batu merah yang akan dipasang pada sisi sebagai siar vertikal. Sekarang batu
merah dipasang menurut tali yang telah dipasang menurut papan mistar sampai batu merah
terpasang rapat dan tepat. Dengan sendok adukan, mortar yang tertekan keluar siar-siar dipotong
untuk digunakan langsung untuk batu merah berikutnya. Pada musim hujan dinding-dinding
pasangan batu merah yang belum kering harus dilindungi terhadap air hujan. Kualitas batu merah
di Indonesia umumnya kurang baik dan sering kurang keras dan padat, tidak seperti batu merah
yang dibuat di Eropa dan sebagainya. Hal ini disebabkan oleh bahan dasar dan cara pembuatan
yang masih sering sangat sederhana. Karena itu, untuk menambah keawetan terhadap pengaruhpengaruh iklim, maka terutama dinding batu merah dengan tebal 11 cm atau 11,5 cm (karena
tipisnya dinding terlalu lemah untuk menahan gaya tekan vertikal dan gaya horisontal atau gaya
gempa) diperkuat dengan rangka yang terdiri dari kolom atau balok beton bertulang setiap luas
tembok 12.00 m 2 . Kolom beton bertulang ini selalu dipasang di sudut-sudut, pertemuan dan
persilangan dinding, dan pada jarak 3,00 m, seperti juga terlihat pada gambar berikut: Gambar
IV-30. Cara pemasangan batu bata dengan kolom beton 2. Macam Pasangan Batu Bata a.
Tembok memanjang setengah batu b. Tembok sudut setengah batu dengan satu batu : Gambar
IV-31b. c. Tembok pertemuan setengan batu d. Pasangan bata persilangan setengah batu Gambar
IV-31d. e. Tembok persilangan satu bata dengan ikatan tegak Gambar IV-31e. f. Tembok batu
bata dengan ikatan tegak Gambar IV-31f. g. Tembok pada pertemuan tegak lurus satu bata ikatan
silang Gambar IV-31g.
Rumah Kayu dengan Dinding Pasangan Tembok Penuh
Luas tembok yang diapit kerangka kayu maksimum sebesar 6 m2, maka harus dibuat balok
lintel di sepanjang dinding sesuai dengan denah bangunan. Balok lintel tersebut berfungsi juga
sebagai penahan gaya horisontal yang bekerja searah bidang dinding, ukuran balok yang
digunakan 10/10 cm sesuai dengan ukuran kolom, ring balok dan sloof kayu. Angkur dari besi ∅
6 mm dipasang pada setiap 10 lapis pasangan bata merah dengan kedalaman 30 cm masuk ke
dalam dinding.

Rumah kayu dengan dinding pasangan bata penuh

Angkur dipasang dengan cara membuat lubang pada kolom/kusen kayu dengan cara dibor.
Lubang bor tersebut harus dibuat pada setiap 10 lapis pasangan bata merah, lalu masukkan besi
angkur ke lubang bor tersebut.
Dinding
a. Tebal dinding minimal 15 cm. Tinggi dinding tidak melebihi 20 kali tebal dinding dan
panjangnya diantara dinding-dinding penyekat tidak boleh melebihi 50 kali tebalnya. Jarak
antara 2 buah lubang (pintu/jendela) pada satu bidang dinding, minimal 55 cm atau tidak kurang
dari 30% dari rata-rata tinggi lubang-lubang tersebut.
b. Di dalam rongga-rongga dinding perlu dipasang tulangan vertikal maupun horisontal.
Tulangan vertikal dipasang pada jarak-jarak umpamanya 80 cm dan minimum terdiri dari 1
tulangan dengan diameter 10 mm. Ujung bawah tulangan vertikal perlu dijangkarkan ke dalam
balok sloof pondasi. Tulangan horizontal juga dipasang pada jarak-jarak (vertikal) 80 cm dan
minimal terdiri dari 1 tulangan dengan diameter 10 mm. Rongga-rongga yang berisi tulangan
harus dicor dengan beton.
Tipe kerusakan
Dari hasil pengamatan kerusakan yang dilakukan selama berapa tahun pada bangunan rumah
tinggal, maka dapat dikelompokkan kerusakan menjadi 9 tipe, yaitu;
a. tipe kerusakan dinding akibat beban tegak lurus bidang dinding,
b. tipe dinding retak pada setiap sudut bukaan,
c. tipe dinding terpisah pada sudut dan pertemuan,
d. tipe dinding hancur pada pertemuan sudut,
e. tipe dinding terpisah pada sudut dan pertemuan,
f. tipe retak diagonal pada dinding yang terjadi melalui siar,
g. tipe retak diagonal pada dinding yang terjadi melalui siar,
h. tipe retak diagonal pada dinding yang terjadi melalui unsur penyusunnya (bata atau batako),
i. tipe rangka atap lepas dari dudukannya,
j. tipe kegagalan pada pertemuan balok dan kolom beton bertulang, tipe mutu bahan dan mutu
pengerjaan yang buruk.

Sebab-Sebab Kerusakan Kerusakan
Pada bangunan dengan konstruksi pasangan tanpa perkuatan pada umumnya disebabkan oleh:
a. Bangunan relatif berat

b. Bangunan tidak daktail
c. Ba