Bahan Rapat Koordinasi

Bahan Rapat Koordinasi
Bandar Lampung – 26 November 2013

1. Keberhasilan Penertiban peredaran pupuk dan pestisida tidak terlepas dari peran
pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota serta stake holder dibidang pupuk dan pestisida.

2. Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian sejak tahun 2011 sampai tahun 2013 secara bertahap meningkatkan
alokasi kegiatan dan anggaran untuk mendukung pelaksanaan pengawasan pupuk
dan pestisida dan pendampingan penyaluran pupuk bersubsidi di tingkat Provinsi
dan Kabupaten/Kota. Peningkatan alokasi anggaran tersebut diharapkan dapat
meningkatan kinerja pengawasan oleh KPPP di Provinsi dan Kabupaten/Kota
sehingga permasalahan peredaran pupuk dan pestisida di daerah masing-masing
dapat diatasi secara cepat dan tuntas.
3. Berdasarkan hasil evaluasi sampai dengan akhir Oktober 2013 serapan anggaran
mendukung pupuk dan pestisida relatif sangat rendah yakni baru mencapai 42,56
% untuk kegiatan Penguatan KP3 dan 50,15 % untuk kegiatan Pendampingan
Subsidi Pupuk. Kondisi tersebut antara lain karena masih belum sinkronnya
pelaksanaan kegiatan antara Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian di
Kabupaten/Kota

sehingga
penyelesaian
administrasi/pertanggungjawaban
keuangan lambat.
4. Target analisa sampel pupuk dan pestisida Tahun 2013 masing-masing sejumlah
2.497 sampel dari 32 Provinsi dan 240 Kabupaten/Kota belum di respon oleh
daerah, hal ini terbukti dengan rendahnya jumlah sampel pupuk dan pestisida yang
di analisa baru mencapai 447 sampel untuk pupuk ( 17,90 %) dan 513 sampel
untuk pestisida (20,54%). Untuk itu diminta kepada seluruh Dinas Pertanian agar
segera melaporkan hasil pengawasan pupuk dan pestisida kepada Ditjen PSP.
5. Mengingat sistem penganggaran yang sudah ditetapkan, maka anggaran yang
berasal Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian hanya dapat ditempatkan di Dinas
Pertanian, disisi lain peran penyuluh yang secara struktural berada di luar dinas
Pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan
aspek pupuk dan pestisida, untuk itu diharapkan agar Dinas Pertanian agar selalu
berkoordinasi dengan Bakorluh dan Bappeluh terutama dalam rangka penyusunan
RDKK dan pengawasan peredaran pupuk dan pestisida.

6. Respon daerah (Provinsi/Bupati/Walikota) terhadap surat Menteri Pertanian
Nomor: 140/SR.130/M/5/2013 tanggal 27 Mei 2013, terkait dukungan anggaran

KP3 dan Pendampingan RDKK masih sangat rendah. Oleh sebab itu bagi daerah
yang belum merespon surat Menteri Pertanian tersebut agar segera merespon dan
menyiapkan anggaran dimaksud. Hal ini mengingat surat Menteri Pertanian
tersebut ditembuskan kepada Ketua KPK yang tentunya akan menjadi bahan
evaluasi bagi KPK kepada daerah.
7. Sebagai tindalanjut temuan KPK dan rekomendasi BPK terkait dengan kelemahan
sistem pembayaran subsidi pupuk selama ini, telah ditanggapi oleh Direktorat
Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dengan melakukan Uji Coba Validasi
Penyaluran Pupuk Bersubsidi di 5 (lima) Kabupaten di 5 (lima) Provinsi. Kegiatan
tersebut telah direspon dengan baik oleh daerah.
8. Pada tahun 2014 kegiatan Validasi penyaluran pupuk bersubsidi akan diperluas di
beberapa Provinsi sentra produksi pangan, untuk itu kiranya bagi daerah yang
sudah ditetapkan sebagai lokasi validasi penyaluran pupuk bersubsidi agar lebih
memahami prosedur validasi sesuai dengan pedoman Validasi yang akan
diterbitkan oleh Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, sehingga
pelaksanaan validasi dapat dilaksanakan secara baik dan tidak menjadi kendala
dalam pembayaran subsidi pupuk kepada produsen pupuk, serta kelancaran
penyaluran pupuk subsidi di semua wilayah.
9. Untuk mengantisipasi keterlambatan penerbitan Peraturan Gubernur/Bupati/
Walikota tentang Kebutuhan dan HET Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian

Tahun 2014, diharapkan adanya peranan Kementerian Dalam Negeri mengenai
penerbitan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota sehingga tidak mengganggu
kelancaran penyaluran pupuk subsidi tahun 2014.
10.Program penyaluran kapur aktif bersubsidi yang akan dilaksanakan oleh PT.
Pertani di 29 provinsi dengan total luas lahan 347.000 ha bertujuan dalam rangka
meningkatkan produksi kedelai. Mengingat keterbatasan waktu maka dukungan
dinas pertanian tanaman pangan di provinsi dan kabupaten dalam pelaksanaan
program tersebut, terutama pengajuan usulan kebutuhan kapur aktif berdasarkan
CPCL/RDKK kepada Ditjen PSP dan PT. Pertani serta pengawalan penyelesaian
administrasi terkait Berita Acara Serah Terima Barang (BASTB) kapur aktif di
tingkat kelompok tani.
11.Dalam rangka pengamanan penyaluran pupuk subsidi Musim Tanam Oktober
Maret 2013/2014, beberapa daerah mengusulkan tambahan alokasi pupuk subsidi.
Namun demikian dengan terbatasnya alokasi pupuk subsidi tahun 2013 diharapkan
Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten/Kota dapat lebih melakukan pengawasan
intensif dan pemberlakuan skala prioritas di masing-masing wilayah, sehingga tidak
terjadi gejolak di lapangan.

2