PENDAHULUAN Gaya Berpikir Matematika Siswa Dalam Penyelesaian Soal Cerita.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Semua orang belajar untuk mengetahui apa yang belum diketahui.
Menurut Rusman (2012: 85), belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat
dilakukan secara psikologis maupun secara fisiologis. Belajar merupakan
aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian
(Suyono dan Hariyanto, 2011: 9). Belajar merupakan kegiatan edukatif yang
bertujuan untuk mendidik dan memberikan pengalaman intelektual melalui
proses pembelajaran.
Usman dalam Hamid (2012: 207) mendefinisikan pembelajaran sebagai
sebuah proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas
dasar hubungan timbal balik, dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Hal senada diungkapkan oleh Majid (2014: 4) yang menyatakan
pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok
orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan
pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Pembelajaran
merupakan suatu proses belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan
pembelajaran menurut Yamin (2009: 27) mencakup tiga aspek yaitu aspek

kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Pada dasarnya aspek kognitif
mencakup hasil belajar, aspek afektif meliputi sikap, dan aspek psikomotor
meliputi keterampilan hasil belajar dan kemampuan bersikap.
Pembelajaran matematika jarang diminati oleh siswa, karena dianggap
sulit. Pembelajaran tersebut bertujuan agar peserta didik memiliki beberapa
kemampuan. Sesuai dengan permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, tujuan
pembelajaran matematika yaitu; (1) memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep dengan algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan
penalaran pada poila dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam

1

2

membuat generalisasi, mnyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi yang diperoleh; (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan (5)

memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Salah satu tujuan
pembelajaran matematika yaitu menumbuhkan rasa percaya diri dalam
pemecahan masalah. Pada proses pemecahan masalah siswa cenderung memiliki
banyak kesulitan. Beberapa siswa terkadang sulit memahami soal cerita karena
sering terpacu pada rumus yang diberikan oleh guru dan pada dasarnya gaya
berpikir siswa satu dengan siswa yang lain berbeda.
Gaya berpikir matematika adalah cara yang lebih disukai seorang individu
untuk ditampilkan, dipahami, dan dipikirkan lewat matematika yang nyata dan
dihubungkan tentunya lewat imajinasi atau khayalan yang dalam atau
menggambarkan keadaan luar (Ferri, 2012). Siswa memiliki kemampuan
berpikir berbeda-beda yang dimiliki sejak kecil, sedangkan guru hanya
menjelaskan dengan cara berpikir guru tersebut, tanpa mengetahui gaya berpikir
siswanya. Hasil penelitian Ferri (2012) terkait mathematical thingking styles
menyimpulkan bahwa teori gaya berpikir matematika ada tiga yaitu analitik,
visual dan terintegrasi. Gaya berpikir analitik merupakan gaya berpikir dengan
menggunakan angka dan simbol. Gaya berpikir visual merupakan gaya berpikir
dengan menggunakan gambar. Sedangkan gaya berpikir terintegrasi merupakan
perpaduan antara gaya berpikir analitik dan visual. Beberapa gaya berpikir

tersebut dapat digunakan untuk menyelesaikan soal cerita.
Soal cerita tidak hanya diselesaikan dengan menggunakan rumus atau
dengan gambar, melainkan soal cerita lebih ditekankan pada pemahaman suatu
soal dan bagaimana cara menyelesaikannya. Misal siswa dituntut harus bisa
memahami dan menyelesaikan soal cerita. Hudoyo dalam Auzar (2013: 34)
berpendapat bahwa soal cerita merupakan soal jenis tertentu dalam matematika

3

yang disajikan dalam bentuk bahasa atau cerita kehidupan sehari-hari. Isnaini
dalam Porwanto (2014: 111) mengemukakan bahwa soal cerita dalam
pembelajaran matematika erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Dari
beberapa pendapat diatas mengenai soal cerita, sehingga dapat disimpulkan
bahwa soal cerita merupakan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
yang dapat diselesaikan menggunakan model matematika. Penyelesaian soal
cerita yang dimaksud pada penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika, khususnya soal cerita matematika yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Untuk menyelesaikan soal cerita, setiap
siswa dapat menggunakan beberapa gaya berpikir yang berbeda tergantung
dengan soal cerita yang akan diselesaikan.

Prasetyo dan Teguh (2014: 148) menyatakan bahwa siswa dapat
mnyelesaikan persoalan matematika dari soal matematika kedalam bentuk
gambar untuk kemudian menyusun algoritma matematika. Selain itu, siswa juga
dapat mengemukakan solusi dengan cara berpikir lebih terbuka atau mencari
solusi penyelesaian yang tidak hanya terpaku pada rumus yang diberikan, tetapi
juga logika matematik. Menyelesaikan soal cerita dengan menggunakan rumus
atau dengan bentuk gambar tergantung masing-masing siswa dengan
kemampuan dan gaya berpikir yang berbeda.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti bermaksud melakukan
penelitian dengan judul “Gaya Berpikir Matematika Siswa dalam Penyelesaian
Soal Cerita.

B. Fokus Penelitian
Agar penelitian ini dapat terarah dan mendalam serta tidak terlalu luas
jangkauannya, penelitian ini dibatasi pada gaya berpikir matematika siswa dalam
penyelesaian soal cerita siswa kelas VIII SMP. Sedangkan bentuk gaya berpikir
matematika dikategorikan pada gaya berpikir analitik, gaya berpikir visual, dan
gaya berpikir terintegrasi (analitik dan visual).

4


C. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang dan Fokus Penelitian diatas maka rumusan
masalah yang dapat dikemukakan yaitu: “Bagaimana gaya berpikir matematika
siswa dalam penyelesaian soal cerita?”
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya berpikir matematika
siswa dalam penyelesaian soal cerita.

E. Manfaat Penelitian
1.

Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang gaya
berpikir siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika.

2.

Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa yaitu mengetahui gaya berpikir matematika pada

dirinya masing-masing, sehingga dapat mengetahui bagaimana mereka
menyelesaiakan soal cerita.
b. Manfaat bagi guru yaitu memberikan informasi tentang gaya berpikir
dan kemampuan masing-masing siswa yang berbeda-beda dalam
menyelesaikan

soal

cerita

sehingga

dapat

digunakan

sebagai

pertimbangan mengajar agar tidak salah menentukan cara dalam
menyelesaikan soal cerita yang mudah dipahami oleh siswa.

c. Manfaat bagi peneliti yaitu dapat mengetahui gaya berpikir matematika
masing-masing siswa dalam menyelesaiakan soal cerita.