Analisa biaya manfaat program konservasi terumbu karang di Desa Gili Indah, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat

\qs/s 2

ANALISA BIAYA - MANFAAT PROGRAM KONSERVASI
TERUMBU KARANG DI DESA GILI INDAH, KABUPATEN
LOMBOK BARAT, PROVINSI NUSA TENGGARA B U T

LALU SOLIHIN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis
saya yang berjudul :

" ANALISA BIAYA-MANFAAT PROGRAM KONSERVASI TERUMBU
KARANG DI DESA GILI MDAH KABUPATEN LOMBOK BARAT
PROVMSI NUSA TENGGARA BARAT"
mempakan gagasan dan hasil penelitian tesis saya sendiri, dengan pembimbingan

para Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan ~ j ~ k a n n y a .
Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di
perguruan tinggi lain.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.

Bogor, Maret 2008
Nama : Lalu Solihin
NRP :C451050031

RINGKASAN
LALU SOLIHIN: Analisa Biaya-Manfaat Program Konservasi Terumbu Karang
di Desa Gili Indah Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Dibimbing oleh LUKY ADRIANTO dan ARIF SATRIA.
Dalam program kosnervasi tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi
masyarakat disekitarnya, tetapi juga manfaat tidak langsung yang nilainya tidak
ditemukan di pasar. Begitu juga dengan biaya, tidak hanya biaya langsung
(tangible) yang dikeluarkan, tetapi juga biaya tidak langsung (intangible). Tujuan
dari penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui total manfaat dari program
konservasi terumbu karang di Desa Gili Indah, 2) untuk mengetahui total biaya

yang dikeluarkan dalam program konservasi terumbu karang di Desa Gili Indah.
Dengan menggunakan metode survey, diketahui total manfaat dari program
k o n s e ~ a s isebesar Rp.114.342.713.945,69 per tahun. Manfaat terbesar berasal
dari manfaat langsung yang bersifat tidak ekstraktif yaitu sebesar
Rp.83.486.413.643,32 per tahun. Sedangkan total biaya yang dikeluarkan (dari
rezim BKSDA dan rezim Satgas Gili Indah) sebesar Rp.3.916.470.280,74 per
tahun. Biaya terbesar bcrasal dari biaya sosial yaitu Rp.2.728.000.000,00 per
year. Dengan menggunakan tingkat bunga sebesar 9,s persen, tanpa memasukkan
biaya sosial diketahui NPV positif sebesar Rp.113.154.243.664,95 per tahun.
Sedangkan dengan memasukkan biaya sosial diketahui NPV positif sebesar
Rp.ll0.426.243.664,95 per tahun. Selain itu, dengan menggunakan cost
effectiveness analysis dari Satgas Gili Indah dengan memasukkan biaya sosial
Rp.2.171.350.437,48, atau cost effectiveness analysis dari Satgas Gili Indah tanpa
memasukkan biaya sosial diperoleh sebesar Rp.232.833.133,29, dan cost
efectiveness analysis dari BKSDA sebesar Rp.849.562.386,52. sesuai dengan
kriteria kelayakan dari kedua alat analisa di atas dapat disimpulkan bahwa
program konservasi terumbu karang di Desa Gili Indah adalah masih layak
dilakukan.
Kata kunci: Program Konservasi Terumbu Karang, Analisa Biaya Manfaat


ABSTRACT
LALU SOLIHIN: Benefit-Cost Analysis of Coral Reef Conservation Program in
Gili Indah Village of West Lombok District of West Nusa Tenggara Province.
Supervised by LUKYADRIANTO and ARIF SATRU.

The coral reef conservation program are not only gij? use value for their
community and their environment, but also nun use value. The same like costs, in
conservation program are not only expends tangible costs, but also expend
intangible costs. In environmental economics, it is called by externality cost or
social cost. The aim of this research are: I ) to know the total benefit of coral reef
conservation program; 2) to know the total cost of the coral reef conservation
program; and 3) to know economic possibilify of the coral reef conservatiotz
program. By valuation method, result of this research showed that total benefit of
the conservation program is Rp. 114.342.713.945,69 per year. The biggest benej7t
came fknz non extractive direct benefit is Rp.83.486.413.643,32 per year. Total
cost of coral reef conservation program is Rp.3.916.470.280,74 per year. The
biggest cost come fvom social cost is Rp.2,728,000,000.00 per year. With market
discount rate 9,8 percent, (include social cost) showed positive NPV
Rp. llO.426.243.664,95 per year. Meanwhile, without social cost showed positive
NPV is Rp. 113.154.243.664,95 per year. Beside that, cost effectiveness of Satgas

Gili Indah with social cost is Rp.2.171.350.437,48, or cost effectiveness of Satgas
Gili Indah without social cost is Rp.232.833.133,29, and cost effectiveness of
BKSDA is Rp.849.562.386,52. According to economic possibility criteria, coral
reef conservationprogram in Gili Indah Village is possible.
Key Words: Coral Reef Conservation Program, Costs-Bene$ts Analysis

O Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor tahun 2008

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

I . Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau tnenyebutkan sumber.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penztlisan kritik atau
tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak nzerugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang menggunakan dun memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tailpa izin IPB.

ANALISA BIAYA - MANFAAT PROGRAM KObJSiiK\'L2SI

TERUMBU KARANG DI DESA GILI INDMI, l!&WirPA'TF,N
LOMBOK BARAT, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

OLEH:

LALU SOLIHIN
C45 1050031

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika (ESK)

SEKOLAH PASCASARSARA
BOGOR
INSTITUT PERTBOGOR
2008

Judul


:

Analisa Biaya-Manfaat Program Konservasi Terumbu
Karang Di Desa Gili Indah Kabupaten Lombok Barat
Provinsi Nusa Tenggara Barat

Nama

:

Lalu Solihin

NRP

:

C. 451050031

Program Studi


:

Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropika (ESK)

Disetujui :

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Luky Adrianto,MSc
Ketua

Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi

Tanggal Ujian : 1 Februari 2007

Tanggal Lulus :


.? 5 MAR 2008

PRAKATA
Seiring dengan munculnya persoalan-persoalan ekonomi yang dihadapi
umat manusia di dunia ini, selalu diiringi dengan upaya pencarian solusi melalui
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guna menjawab setiap persoalan
tersebut. Kegelisahan penulis atas keterbatasan (krisis) sumberdaya alam sebagai
sumber penghidupan manusia, merupakan titik awal dari munculnya ide penulisan
tesis ini. Dalam rangka menjawab persoalan krisis sumberdaya alam tersebut,
penulis berupaya nlemberikan secuil kontribusi melalui penulisan tesis ini yang
mungkin bisa bem~anfaatbagi kemaslahatan umat manusia dan lingkungannya.
Dalam tesis ini membahas tentang perlunya memperhitungkan social cost
atau human cost dari suatu program konservasi sumberdaya alam dan lingkungan.
Biaya-biaya seperti ini masih sangat jarang diperhitungkan ole11 pihak pertama,
sehingga yang paling dirugikan adalah masyarakat sebagai pihak kedua. Dengan
demikian, intervensi dari pemerintah (sebagai pihak ketiga) mutlak diperlukan
yang notabene memiliki kewenangan untuk membuat regulasi, sehingga kemgian
dari masing-masing pihak bisa diminimize sekecil mungkin. Pemikiran seperti ini
sangat tepai diterapkan di dalarn setiap aktivitas yang bersentuhan langsung

dengan tingkat kesejahteraan masyarakat disekitarnya.
&an tetapi penulis sadar bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan.
Sebagai

bagian

dari

proses

belajar

yang

tiada

henti

ini,


semoga

ketidaksempurnaan ini akan menjadi pemicu bagi penulis dalam upaya mencari
kesempurnaan tersebut. Karenanya penulis sangat mengharapkan kritik, saran,
maupun masukan yang konstruktif guna kesempurnaan tesis ini.
Bogor, Januari 2008
Penulis,

UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji hanya milik Allah, tiada kata yang lebih pantas diucapkan
kecuali puji syukw kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, serta
hidayah-Nya, hingga tesis ini bisa terselesaikan. Rasa hormat dan banga penulis
kepada kedua orang tua penulis yang tak henti-hentinya berdoa untuk segala
kelancaran dan kemudahan penulis. Hanya ucapan terima kasih yang tak terhingga
yang penulis ucapkan atas segala doa-doa yang selama ini dipanjatkan, semoga
diampuni segala dosa-dosanya dan dikasihani oleh-Nya sebagaimana mereka
lnengasihani penulis sewaktu kecil. Serta tak lupa pula penulis mengucapkan
terima kasih yang sedalam-dalanmnya kepada semua kakak-kakak penulis atas doa
yang dipanjatkan demi kelancaran segala usaha dan upaya yang penulis lakukan.
Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dr. Ir. Luky Adrianto, M.Sc selalu
ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Arief Satria, MS selaku anggota komsisi
pembimbing yang telah banyak memberikan kritikan, masukan dan saran yang
sangat bermanfaat bagi penyelesaian tesis ini. Semoga kesabaran dan keikhlasan
dalam membimbing yang selama ini dicurahkan mendapat ridho dariNya, serta
mampu penulis teladani dikemudian hari. Terima kasih juga penulis sampaikan
kepada Prof.Dr.1r.H. Tridoyo Kusumastanto, MS., Ir. Sahat MH Simandjuntak,
M.Sc., dan Prof.Dr.Ir.H.Ahmad Fauzi,M.Sc yang telah mencerahkan penulis akan
teori ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan. Penulis tidak mampu membalas
segala kontribusi yang telah diberikan, semoga Allah, Tuhan yang Maha Agung
dan Bijaksana memberikan balasan yang setimpal, baik di dunia dan di akhirat
kelak, mien.
Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
kepada seluruh Staf Pengajar Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan
Tropika (PS-ESK) yang telah memberi kesempatan seluas-luasnya bagi penulis
untuk menimba ilmu serta memberi pencerahan pengetahuan selama masa
perkuliahan. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan di PS-ESK, Erni,
Muhammad Banapon, Rizal, Rahim, Suhana, Bahar, Muzakir, Irmadi, Firman,
Aspar, Dwi, Eka, Fera, Ovie, Intan, Sahlan, Ola, Fitri serta seluruh rekan-rekan
dari Forum ESK. Terima kasih juga buat Dewi yang selalu membangkitkan
semangat penulis ketika mengalami kejenuhan dalam menyelesaikan tesis ini. Tak
lupa juga kepada kawan-kawan di asrama mahasiswa NTB, Ican, Aspar, Ojik,
Hilman, Prop Sirajudin, terima kasih atas segala perhatian, pengertian dan
bantuannya selama di asrama. Terima kasih juga buat semua penduduk dan
nelayan Desa Gili Indah, sraf BKSDA NTB yang telah banyak membantu selama
penulis di lapangan.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mertak Wareng, Kabupaten Lombok Tengah
tanggal 21 Mei 1978 dari Ayah Haji Gusti Ahmad Sofyan dan Ibu
Baiq Zaenab. Penulis merupakan an& kelima dari lima
bersaudara.
Pada tahun 1996 penulis lulus dari SMEA Negeri 1
Mataram, tahun 2003 penulis berhasil menyelesaikan studi di
program studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan (IESP) Fakultas
Ekonomi Universitas Mataram. Disela-sela studi, penulis sudah aktif di organisasi
ekstra kampus seperti anggota Lapmi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang
Mataram, dan intra kampus sebagai Sekretaris Jenderal Badan Eksekutif
Mahsiswa Universitas Mataram. Setamat dari Fakultas Ekonomi Universitas
Mataram. Penulis bergabung dengan lembaga swadaya masyarakat atau LSM
yang konsen dalam bidang anti korupsi pada divisi penelitian dan investigasi.
Aktivitas ini dijalani hingga tahun 2005, hingga akhimya penulis melanjutkan
studi strata dua (S2) di Program Studi Ekonomi Surnberdaya Kelautan Tropis
(ESK) Institut Pertanian Bogor.
Selama menjadi mahasiswa pascasarjana di IPB, penulis juga aktif sebagai
sekretaris Forum Mahasiwa Pascasarjana IPB (Forum Wacana - IPB). Selain itu,
penulis aktif menulis di buletin Lestari, yaitu buletin yang diterbitkan oleh Forum
Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ekonomi Sumberdaya Kelautan Tropis.
Bebepa kegiatan ilmiah telah diselenggarakan, antara lain Seminar Nasional
Pengembangan Pariwisata Bahari Pulau-Pulau Kecil, Roundtable Discussion
Model Pemerintahan Daerah Pulau-Pulau Kecil, Lomba Menulis Esai Tingkat
Mahasiswa Se-Kabupaten dan Se-kota Bogor, dan yang terakhir adalah sebagai
Kongres dan Seminar Nasional Forum Wacana IPB. Semoga segala yang pernah
dilakukan penulis diridhoi Allah SWT dan bermanfaat bagi masyarakat pada
umumnya.

DAFTAR IS1
Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................
DAFTAR GAMBAR ........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................
I.PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang .................................................................
1. 2 Rumusan Masalah ............................................................
..
1. 3 Tujuan Penel~t~an
..............................................................
1. 4 Manfaat dan Kegunaan Penelitian ...................................
1. 5 Hipotesis ...........................................................................
11.TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Pengertial Konservasi Laut..............................................
2 . 2 Ekonomi Konservasi Laut ................................................
2 . 3 Kelembagaan Konservasi Laut .........................................
2. 4 Ekosistem Terumbu Karang .............................................
2. 5 Keanekaragaman Hayati ..................................................
2. 6 Permintaan dan Penawaran Wisata ..................................
2 . 7 Extended Cost-Benefit Analysis........................................
2 . 8 Valuasi Ekonomi ..............................................................
2.9 Teknik Valuasi Ekonomi Pulau-pulau Kecil:
Ecosystetn Approach ........................................................

.
IV.METODE PENELITIAN

111 KERANGKA PEMIKIRAN .....................................................
4 . 1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................
..
4. 2 Metode Penel~t~an
............................................................
4 . 3 Metode Pengumpulan Data .............................................
4.3. 1 Metode Penentuan Responden ..........................
A . Jumlah Sampel
B. Teknik Sampling
4.3. 2 Jenis Data ...........................................................
4 . 4 Metode h a l i s a Data .......................................................
4.4. 1
T e h i k Valuasi ..............................
.
.................
4.4. 2 Extended Cost Benefit -4nabsis (ECBA) ..........
4.4. 3 Cost Effectiveness Analysis .............................

V.GAMBARAN UMUM DESA GILI INDAH .............................
5 . 1 Letak. Luas dan Batas Kawasan ..........................................
5. 2 Potensi Jasa Lingkungan .....................................................
..
5 . 3 Aktlv~tasWisata ..................................................................

5.3. 1 Sunbathing...............................................................
5.3. 2 Snorkling dun Diving...............................................
5.3. 3 Glass Bottom Boat ...................................................
5.3. 4 Kegiatan lainnya......................................................
5. 4 Sarana Dan Prasarana Penunjang Wisata ............................
5. 5 Perhotelan di Gili Trawangan..............................................
5. 6 Pemukiman Penduduk di Gili Trawangan...........................
5. 7 Keadaan Lingkungan di Gili Trawangan ............................
5. 8 Keadaan Sosial dan Ekonomi di Gili Trawangan ...............
5.8. 1 Gambaran Umum ....................................................
5.8. 2. Kependudukan .........................................................
5.8. 3 Mata Pencaharian ....................................................
5.8. 4 Pendidikan ...............................................................
VI .PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI GILI INDAH
7. 1 Garnbaran Umum .............................................................
7. 2 Rezim BKSDA NTB ........................................................
7. 3 Awig-awig Rezim Satgas Desa Gili Indah .......................
7. 4 Proses Pembuatan Zonasi .................................................
7. 5 Pemuda Satgas Desa Gili Indah .......................................
7. 6 Potensi Wisata Desa Gili Indah ........................................

47
48
52
54
55

.

VII HASIL DAN PEMBAHASAN
7. 1 Valuasi Manfaat ..................................................................
7.1 1. Manfaat Langsung Ekstraktif (Perikanan) .............
7.1 2. Manfaat Langsung
Tidak Ekstraktif (Wisata) .........
..
7.1 3. Manfaat Pillhan ......................................................
7. 2 Valuasi Biaya ......................................................................
7.2.1. Rezim BKSDA ........................................................
7.2.1. Biaya Investasi ........................................
7.2.2. Biaya Operasional ....................................
7.2.3. Biaya Transaksi .......................................
7.2.2. Rezim Satgas Gili Indah ......................................
7.2.1. Biaya Investasi ......................................
7.2.2. Biaya Operasional ..................................
7.2.3. Biaya Transaksi
......................
7.2.4. Biaya Sosial .........................................
7.3. Analisis Efektivitas Biaya (CEA)...................................
7.4. Analisis Extended Cost Benefit Analysis (ECBA) ........
7.5. Pembahasan ...................................................................

.

VIII SIMPULAN DAN SARAN
8 1. Simpulan..............................................................................
8 2. Saran ....................................................................................

98
98

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................

100

LAMPIRAN

.....................................................................................

101

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Menilai Dampak Terukur Dari Perikanan
di Kawasan Konservasi Laut di Beberapa Negara di Dunia ........
2 . Total Econornic Value dari Pulau-pulau
Kecil Dalam Konteks Keanekaragaman Hayati ...........................
3 . Teknik Penentuan Sampel ............................................................

4 . Sarana dan Prasarana Penunjang Wisata Di Sekitar
TWAL Gili Matra .........................................................................

5. Jutnlah Penduduk Desa Gili Indah ...............................................
6 . Mata Pemcaharian Penduduk Desa Gili Indah .............................

7. Jumlah Penduduk Desa Gili Indah
Berdasarkan Tingkat Pendidikan.................................................

8. Jenis Kegiatan Pemanfaatan di Kawasan Konservasi Desa
Gili Indah .....................................................................................
9. Perbandingan Karakteristik Tiga Awig-awig (AA) .....................
10. Nilai Manfaat Konservasi Terumbu Karang di
Desa Gili Indah Kabupaten Lombok Barat .................................
11. Koefisien Regresi Manfaat Langsung Sumberdaya Terumbu
Karang Desa Gili Indah ................................................................
12. Data Kunjungan Wisata Ke Gili Indah Tahun 1998
Sampai Tahun 2006 ......................................................................
13. Koefisien Regresi Manfaat Langsung Tidak Ekstraktif
Sumberdaya Terumbu Karang Desa Gili Indah ...........................
14. Koefisien Regresi Manfaat Pilihan Sumberdaya Terumbu
..
Karang Desa Gill Indah ................................................................
15. Total Biaya Konservasi ................................................................
16. Total Biaya Konservasi Rezim BKSDA ......................................
17. Biaya Investasi rezim BKSDA ....................................................

18. Biaya Operasional Konservasi Sutnberdaya Terumbu Karang ....
19. Biaya Transaksi Konservasi Tenunbu Karang Desa Gili Indah ..
20. Total Biaya Konservasi Rezim Satgas Gili Indah ........................
21 . Biaya Investasi Konservasi Sumberdaya Terumbu Karang

........

...
23. Biaya Transaksi Konservasi Sumberdaya Terumbu Karang .......
22. Biaya Operasional Konservasi Surnberdaya Terumbu Karang

79
80

...
25. Jenis Ikan dan Alat Tangkap Nelayan Desa Gili Indah................

82

26. Analisa Kelayakan Program Konservasi (Tanpa Biaya Sosial) ...

94

27. Analisa Kelayakan Program Konservasi (Dengan Biaya Sosial).

95

24. Biaya Sosial Konservasi Sunlberdaya T e m b u Karang Desa

87

DAFTAR GAMBAR
Halaman

1.

Penurunan Tingkat Kepuasan Akibat Penurunan
Pendapatan ..................................................................................

2.

Manfaat Program Kegiatan Ekonomi .........................................

3.

Kerangka Nilai Ekonomi Keanekaragaman hayati
Berbaasis Ekosistem ...................................................................

4.

Kerangka Pem~klran...................................................................

5.

Peta Lokasi Penellt~an................................................................

6.

Peta Zonasi Kawasan Konservasi Desa Gili Indah ...................

7.

Total Benefit Program Konservasi Desa Gili
IndahTahun 2007 ........................................................................

8.

Kurva Permintaan Manfaat Langsung (Perikanan)....................

9.

Kurva Permintaan Manfaat Langsung (Wisata).........................

..

..

10. Total Biaya Konservasi Terumbu Karang Desa Gili Indah ......
11. Biaya Konservasi Terumbu Karang (Rezim BKSDA NTB) ......
12. Biaya Konservasi Terumbu Karang oleh Lembaga Adat ...........

13. Perbandingan Cost Efectivness Analysis Satgas
Gili Indah dengan BKSDA........................................................
14. Perbandingan Biaya dengan Manfaat Konservasi ......................
15. Kurva Hubungan Antara Nilai Manfaat Langsung
Esktraktif Dengan Nilai Manfaat Langsung Tidak Ekstraktif....
16. Kurva Pareto Optimal Antara Nilai Manfaat Langsung
Ekstraktif dengan Nilai Manfaat Langsung Tidak Ekstraktif ....
17. Perbandingan Manfaat Bersih Program Konservasi dengan
Biara Sosial dan Tanpa Biaya Sosial ........................................

18. Pendapatan Nelayan Muroami Sebelum dan Sesudah Program
Konservasi .................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN

..

1. Peta Lokasi Penelltian ..................................................................
2. Data Produksi dan Harga Ikan di Kawasan Konservasi
Terumbu Karang Desa Gili Indah ................................................
3. Koefisien Regresi Manfaat Langsung Ekstraktif .........................

4 . Data Tingkat Kunjungan dan Biaya Perjalanan Wisata ...............

5. Manfaat Tidak Langsung Ekstraktif Program Konsewasi ..........

6 . Data WTP Masyarakat Untuk Kawasan Konservasi ...................
7. Koefisien Regresi Manfaat Pilihan Program Kosnervasi ............
8. K w a Permintaan Manfaat Langsung Ekstraktif .........................

9. Kuwa Permintaan Manfaat Langsung Tidak Ekstraktif...............
10. Jenis Species Ikan di Kawasan Koservasi Desa Gili Indah

..

Konsewasi Desa Gill Indah..........................................................
11. Aktivitas Ekstraktif Masyarakat Desa Gili Indah .........................
12. Aktivitas Non Ekstraktif Wisatawan di Desa Gili Indah .............

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Indonesia memiliki areal terumbu karang sekitar 75.000 km2atau sekitar
12,5 persen dari luas terumbu karang di dunia. Akan tetapi secara m u m kondisi
temmbu karang di Indonesia saat ini berada pada kondisi rusak cukup parah,
terutama akibat kegiatan manusia (anthropogenic). Hal ini disebabkan karena
p e w b u h a n penduduk yang semakin tinggi yang diikuti dengan tuntutan
kebutuhan hidup yang semakin tinggi pula, sehingga masyarakat melakukan
ekploitasi dengan cara-cara yang destruktif y n a memenuhi kebutuhan hidupnya.
Suparmoko (2000) menyatakan bahwa hingga tahun 1997 hanya sekitar 40 persen
temmbu karang di Indonesia dalam kondisi baik.
Dari total luas kawasan terumbu karang di Indonesia tersebut, 448,763
hektar diantaranya terdapat di kawasan konservasi Taman Wisata Alam Laut
(TWAL) Desa Gili Indah Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Jika dirinci, sekitar 192,9621 ha terdapat di Gili Trawangan, 118,9508 di
Gili Meno dan 136,8505 ha di Gili Air. Kondisinya juga sama seperti kawasan
terumbu karang lainnya, hanya sekitar 16 persen dari total luas kawasan temmbu
karang yang berada dalam kondisi baik, (BKSDA NTB, 2004).
Seperti halnya program konservasi hutan, konservasi lahan, konservasi air,
atau konservasi atas sumberdaya alam lainnya, konservasi mempakan suatu upaya
untuk melindungi suatu sumberdaya dari kepunahan. Menurunnya nilai suatu
sumberdaya, baik secara ekonomi maupun secara teknis atas sumberdaya yang
ada didalamnya disebabkan karena eksploitasi yang berlebihan dan dilakukan
dengan cara destruktif. Konservasi dilakukan ketika sumberdaya tersebut sudah
mulai terdegradasi atau mengalami krisis akibat eksploitasi berlebihan. Begitu
juga dengan program konservasi yang dilakukan sampai saat sekarang ini di Desa
Gili Indah Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 85IKpts-11/93 tanggal 16 Febmari 1993
benunjukan) Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 991Kpts-1112001 tanggal
15 Maret 2001 @enetapan), kawasan Desa Gili Indah telah ditetapkan sebagai

kawasan konservasi laut. Apalagi kawasan ini bersifat open access, sehingga
menyebabkan setiap orang bisa dengan bebas masuk untuk melakukan eksploitasi,
kapanpun dan dalam jumlah berapapun.
Kawasan yang dikenal dengan keindahan surnberdaya terumbu karang dan
keanekaragaman biota lautnya, saat ini kondisinya sangat memperihatinkan.
Terutama akibat penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak,
potasium, dan pengambilan temmbu karang sebagai bahan baku produksi kaput.
Hanya sekitar 16 persen dari total luas kawasan terurnbu karang yang berada
dalam kondisi baik, (BKSDA NTB, 2004).
Seperti yang diketahui bahwa manfaat yang diperoleh dengan adanya
sumberdaya terumbu karang tidak hanya manfaat kegunaan (use value) yang bisa
dinikrnati secara langsung (direct use value) maupun tidak langsung (indirect use
value). Selain itu, ekosistem terurnbu karang juga menghasilkan rnanfaat bukan
kegunaan (non-use value) seperti manfaat eksistensi, manfaat warisan dan lainlain. Nilai manfaat ini akan berubah tergantung dari program konservasi yang
sekarang ini sedang dilakukan.
Selain manfaat yang dapat diperoleh dari program konservasi ini, ada juga
biaya yang harus ditanggung oleh pihak pengelola maupun masyarakat. Dalam
ekonomi konvensional, biaya yang diperhitungkan suatu kegiatan hanya biaya
langsung (direct project-cost), tetapi dalam ekonomi lingkungan, tidak hanya
biaya tersebut yang dikeluarkan, namun ada yang disebut dengan biaya tidak
langsung seperti biaya ekstemalitas.
Dengan demikian, analisa biaya-manfaat ini hams dilakukan untuk
mengetahui apakah program konservasi ini bermanfaat atau tidak bagi
kesejahteraan masyarakat. Ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi jika
analisa biaya-manfaat tidak segera dilakukan, pertama terjadi penurunan
kesejahteraan masyarakat akibat kebijakan program konservasi, kedua biaya
maupun

manfaat

berkesinambungan,

dari program konsenasi
sehingga akan

menjadi

tidak efisien, optimal dan
penyebab utama

terjadinya

ketidakefisienan ekonomi kebijakan konservasi ekosistem terumbu karang.

1.2. Perurnusan Masalah
Konservasi merupakan suatu program untuk mencegah tejadinya
kemsakan sumberdaya alam melalui eksploitasi yang berlebihan. Sebab tidak
semua sumberdaya alam ini bisa pulih dalam jangka waktu yang singkat. Dengan
demikian, kesejahteraan generasi mendatang akan sangat ditentukan oleh generasi
saat ini. Jika sumberdaya alam yang ada saat ini tidak dikelola dengan efisien dan
berkelanjutan, maka yang akan terjadi tidak hanya krisis sumberdaya alarn, tetapi
bencana alam yang bisa menambah kesengsaraan masyarakat.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan pennasalahan sebagai berikut:
1. Belum diketahui seberapa besar manfaat program konservasi terumbu karang

di Desa Gili Indah bagi masyarakat disekitamya

2. Belum diketahui berapa besar total biaya dari program konsewasi terumbu
karang yang dikeluarkan oleh BKSDA dan masyarakat adat di Desa Gili Indah
3. Belum diketahui apakah kegiatan konsewasi sumberdaya terumbu karang
yang selama ini dilakukan layak atau tidak secara ekonomi.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan mengestimasi manfaat dan biaya program konservasi
ekosistem temmbu karang di Desa Gili Indah.

2. Untuk mengetahui kelayakan program konservasi ekosistem terumbu karang
di Desa Gili Indah.

1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
1. Sebagai pedoman dalam memanfaatkan barang dan jasa SDA dan lingkungan

secara bijaksana dan proporsional.

2. Sebagai sarana peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan
sumberdaya alam secara efisien, optimal dan berkesinambungan.
3. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi
pengelola kawasan konservasi di pulau-pulau kecil.

4. Sebagai bagian pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu Ekonomi
Sumberdaya Kelautan Tropika

5. Khusus bagi penulis, penelitian ini sangat bermanfaat untuk rnemperdalam

pernahaman penulis tentang teori ekonorni surnberdaya kelautan tropis.

1.5.Hipotesis

1. Manfaat program konservasi terumbu karang bagi masyarakat masih tinggi,
tetapi belurn bisa dinikmati sepenuhnya oleh masyarakat disekitarnya
2. Biaya program konservasi sumberdaya terumbu karang dari BKSDA NTB

lebih besar dibanding total biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat adat.

3. Program konsewasi sumberdaya terurnbu karang yang selama ini dilakukan di
Gili Indah layak secara ekonomi.

11. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Konservasi
Konsewasi mempakan salah satu cara untuk tetap menjaga kelestarian dari
keberadaan suatu sumberdaya di suatu kawasan. Konsewasi bukan saja
dimaksudkan untuk menjaga agar sumberdaya hayati yang mutlak diperlukan
untuk kehidupan manusia tidak akan habis, tetapi juga bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pelestarian terhadap sumberdaya hayati ditujukan
untuk mempertahankan keberadaan plasma nutfah. Keberadaan plasma nutfah ini
sangat penting bagi perkembangan suatu sumberdaya hayati yang selanjutnya
~nenentukantingkat kesejahteraan manusia.
Suparmoko (1989) mengatakan bahwa konsewasi adalah suatu tindakan
untuk mencegah pengerusakan sumberdaya alam dengan cara pengambilan yang
tidak berlebihan sehingga dalam jangka panjang sumberdaya alam tetap tersedia.
Konsewasi juga dapat diartikan sebagai upaya menjaga kelestarian terhadap alam
demi kelangsungan hidup manusia.
Gifford Pinchot dalam Supamoko (1989) mengartikan konsewasi sebagai
penggunaan sumberdaya alam untuk kebaikan secara optimal, dalam jumlah yang
terbanyak dan untuk jangka waktu yang paling lama. Lebih dari itu konsewasi
diartikan sebagai pengembangan dan proteksi terhadap sumberdaya alam.
Konsewasi mempunyai konotasi yang bemacam-macam, yaitu bagi para teknisi
dapat diartikan sebagai usaha mengurangi penggunaan sumberdaya alam secara
fisik misalnya mengurangi erosi tanah, mengurangi penebangan hutan, menunda
penggalian minyak bumi dan sebagainya. Sedangkan sebagian orang merasakan
sebagai persoalan moral yang menuntutnya untuk melindungi suatu jenis
surnberdaya tertentu misalnya tidak mengambil air tanah di daerah tertentu.
Lebih lanjut Suparmoko (1989) mengatakan, konsewasi dimaksudkan
sebagai penggunaan sumberdaya yang bijaksana sepanjang waktu, ha1 ini
berbeda-beda bagi masing-masing tipe sumberdaya. Untuk sumberdaya yang tak
dapat diperbahami, konsewasi dimaksudkan agar dapat mengembangkan
penggunaan sumberdaya itu untuk memenuhi kebutuhan dalam jangka waktu

yang lebih lama, misalnya untuk mengurangi tingkat konsumsi, atau
menggunakan teknologi baru yang menghemat penggunaan sumberdaya alam
seperti beralihnya penggunaan dari minyak ke energi surya.
Bagi sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources),
konsewasi dimaksudkan untuk mengurangi pemborosan baik yang bersifat
ekonomi maupun sosial, dan sekaligus memaksimurnkan penggunaan secara
ekonomis. Untuk sumberdaya biologis, penggunaan yang bijaksana dimaksudkan
sebagai penggunaan yang menghasilkan penerimaan bersih yang maksimum, dan
sekaligus dapat memperbaiki kapasitas produksinya.
Profesor Wantrup dalam Suparmoko (1989) menyatakan bahwa konservasi
persediaan sumberdaya alam dalam arti memelihara persediaan secara permanen,
tanpa pengurangan dan pemsakan, jelas tidak banyak gunanya. Apabila
konservasi diartikan demikian, tingkat penggunaan sama dengan no1 dan
koservasi itu sebenarnya tidaklah berarti tidak ada penyrangan atau peniadaan
penggunaan karena lebih mengutamakan bentuk penggunaan lain dalam ha1
sumberdaya alam itu memiliki penggunaan yang bermacam-macam (multiple use

resource).
Menurut Kusumstanto (2000), program konservasi ekosistem tenunbu
karang yang terlalu menitikberatkan pada aspek perlindungan sulit untuk dapat
mengakomodasikan kepentingan masyarakat setempat yang menggantungkan
hidupnya pada sumberdaya tersebut. Pembuatan kawasan ekosistem tenunbu
menjadi kawasan konsewasi tanpa melibatkan masyarakat lokal akan sulit
bertahan karena akan memerlukan biaya pengawasan dan penegakan hukum yang
tinggi. Bila masyarakat tumt serta dalam penyusunan kawasan konsewasi tersebut
dan juga memperoleh manfaat ekonomi darinya, maka kawasan tersebut
mempunyai peluang jauh lebih besar untuk berkembang.
Lebih lanjut Kusumastanto (2000) menyatakan bahwa dalam rangka
pelaksanaan program tersebut terdapat beberapa ha1 yang hams diperhatikan :
(1) Identifikasi mata pencaharian, baik mata pencaharian yang selama ini
dilakukan oleh masyarakat lokal, maupun mata pencaharian alternatif
potensial untuk dilaksanakan di kawasan yang akan dilindungi

(2) Identifikasi sumberdaya alam yang ada di lokasi yang dijadikan kawasan
konservasi
(3) Mencari dukungan dari masyarakat setempat karena merupakan suatu
kesadaran atau keinginan dari rnasyarakat sendiri.

(4) Kapasitas dan kapabilitas masyarakat sehingga bantuan teknis yang
dibutuhkan dapat diidentifikasi dan disediakan
Mata pencaharian altematif yang akan dikembangkan mempunyai tingkat
realitas atau kelayakan dari segi pasar, input produksi, teknologi, manajemen dan
modal.
2.2. Ekonomi Konsewasi Laut

Dari beberapa h a i l studi terakhir menunjukkan bahwa kawasan
konservasi laut telah menunjukkan manfaat yang berarti bempa peningkatan
biomasa ikan: Hasil studi Halpem (2003) dalam Fauzi (2005), misalnya,
menunjukkan bahwa secara rata-rata, kawasan konservasi telah meningkatkan
kelimpahan (abundance) sebesar dua kali lipat, sementara biomasa ikan dan
keanekaragaman hayati meningkat tiga kali lipat. Program konservasi sejenis telah
banyak dilakukan di daerah-daerah di belahan dunia seperti di Amerika, Prancis,
Filipina, Afrika Selatan, Belanda dan negara-negara lainnya. Kegiatan ini cukup
berhasil dilihat dari pertumbuhan biota yang ada di dalamnya,
Menurut Li (2000) dalam Fauzi (2005) merinci manfaat kawasan
konservasi laut sebagai berikut. Manfaat biogeografi, keanekaragaman hayati,
perlindungan terhadap spesies endemic dan spesies langka, perlindungan terhadap
spesies yang rentan dalam masa pertumbuhan, pengurangan mortalitas akibat
penangkapan. peningkatan produksi pada wilayah yang berdekatan. perlindungan
pemijahan, manfaat penelitian, ekoturisme, pembatasan hasil samping ikan-ikan
juvenil (junenile by catch), dan peningkatan prodkctifitas peraim @roducrivity

enchacemeny.
Hasil studi White dan Cruz-Trinidad (1998) dalam Fauzi (2005) mengenai
kawasan konservasi laut di Apo Island menunjukkan bahwa manfaat bersih (net

benefir) yang bisa diperoleh dari MPA Apo Island hampir mencapai USS400 ribu.
Manfaat ini diperoleh dari penerimaan ekoturisme dan perikanan, serta penjualan

jasa bagi kepentingan wisata dan perikanan. Nilai ekonomi tentu saja lebih berarti
dibandingkan manfaat ekonomi sesaat dari penangkapan ikan, baik konvensional
maupun dengan teknik destruktif seperti born dan sianida
Fauzi (2005) mengatakan, selain manfaat biologi dan ekonomi, kawasan
koservasi juga memberikan manfaat sosial yang tidak bisa diabaikan. Beberapa
hasil studi menunjukkan bahwa penetapan suatu kawasan menjadi kawasan
konservasi dapat meningkatkan kepedulian (awarness) masyarakat sekitar
terhadap masalal~lingkungan. MPA atau kawasan konservasi juga dapat dijadikan
ajang meningkatkan pendidikan lingkungan untuk masyarakat sekitar. Di Apo
Island, Filipina, penerimaan yang diperoleh dari MPA malah dapat dijadikan
beasiswa untuk menempuh pendidikan formal tingkat lanjut bagi penduduk
sekitar. Interaksi dengan wisatawan dari berbagai negara juga telah membantu
membuka cakrawala berpikir bagi penduduk sekitar. Interaksi ini berfungsi juga
sebagai ajang transfer teknologi dan informasi dari dunia luar ke penduduk
sekitar.
Dalam sebuah konsensus yang ditandatangani oleh 150 ahli kelautan
dinyatakan bahwa sekarang ini terdapat bukti-bukti ilmiah yang sangat kuat
bahwa kawasan konservasi laut melestarikan keanekaragaman hayati dan
perikanan, serta mampu menambah kembali isi laut. Sebagai contoh, sebagian
besar nelayan di St Lucia, Karibia, mereka sangat menghormati kawasan
konservasi laut karena mereka percaya, pada saatnya ha1 tersebut akan
menguntungkan mereka. Begitu juga dengan masyarakat nelayan di Filipina, satusatunya harapan untuk mengembalikan terumbu karang yang telah mengalami
penangkapan berlebihan selama beratahun-tahun adalah melalui konservasi.

Tabel 1. Untuk Menilai Dampak Terukur Dan Perikanan di Kawasan Konsewasi
Laut di Beberapa Negara di Dunia
Nama
daerah
perlindung
an dan
lokasinya

Jangka
waktu
perlind
ungan
(tahun)

Kepulauan
Mayotte,
Samudra
Hindia

Looe Key,
Florida,
USA

Sainte
Ann,
Seychelles

-.
llpe

habitat

Terumbu
karang

2

I'

Terumbu
karang

Terumbu
karang

Dampak yang dilaporkan
Jumlah total penangkapan spesies tidak berbeda antara di
dalam kawasan perlindungan dengan di luar kaw&an,
meskipun demikian jenis kamivora besar yang umum
ditemukan lebih beragam dan lebih berlimpah di dalam
kawasan perlindungan. Nilai tengah (mean) biomassa
dari spesies komersial di dalam kawasan sebesar 202
g/m2 sementara di luar kawasan sebesar 79 g/m2
(Babcock, 1999).
Setelah adanya pelarangan pola perikanan tangkap
dengan tombak, 15 jenis ikan target densitasnya
meningkat, kakap densitasnya meningkat sebanyak 93
persen dan grunts 43 persen (Clark et al, 1989).
Meskipun pada kenyataannya ada beberapa keluarga
yang masih memegang hak penangkapan dan perburuan
masih banyak dimiliki, keragaman target spesies dan
total biomassa ikan lebih tinggi di dalam kawasan
perlindungan dibandingkan di daerah yang banyak
dilakukan kegiatan penangkapan. Biomasssa pemangsa
tidak meningkat sejalan dengan hilangnya predator
karena panangkapan ( J e ~ i n g et
s al, 1995: Jenning et al,
1oo2\
Kerapu, Injil, dan kakap tebih berlimpah dan beragam di
dalam kawasan perlindungan dibandingkan dengan di
daerah penangkapan (Jemings, 1998).
Kakap, Iniil, dan Kerapu lebih berlimpah di dalam
~ G i o n a ldan Gmpaknya sampai tercecer ke
daerah penangkapan. perindungan tihak berdampak
pada keragaman spesies (Watson et al. 1996).
Ikan berukuran besar dan mudah diperangkap, jumlah
dua kali lipat lebih berlimpah di daerah perlindungan dan
18 dari 22 spesies ukurannya menjadi lebih besar

.,,-,

Kepulauan
Cousin,
Seychelles
Taman
Nasional
laut Kisite,
Kenya
Perlindung
an Laut
Barbados

15+

-

5

Terumbu
karang

Terumbu
karang
Terumbu
karang

ama an

a
l1

Sumber: Pet Jos dun Mous J: Peter (Agustus, 2002)
2.3. Kelembagaan Konsewasi Laut

Kelembagaan mencakup dua sisi pembatas penting, yaitu konvensi dan
aturan main. Kelembagaan adalah suatu aturan yang dikenal dan diikuti secara
baik oleh anggota masyarakat, yang memberi naungan dan hambatan bagi
individu atau mayarakat. Kelembagaan kadang ditulis secara formal dan
ditegakkan oleh aparat pemerintah, tetapi kelembagaan juga dapat tidak ditulis
secara formal seperti pada aturan adat dan norma yang dianut masyarakat.

Kelembagaan itu umurnnya dapat diprediksi dan cukup stabil, serta dapat
diaplikasikan pada situasi berulang.
Definisi kelembagaan adalah kerangka acuan atau hak-hak yang dimiliki
individu-individu untuk berperan dalam pranata kehidupan, tetapi juga berarti
perilaku dari pranata tersebut. Setiap perilaku ekonomi juga sering disebut
kelembagaan. Ruang lingkup kelembagaan juga dapat dibatasi pada hal-ha1
berikut ini: (1) Kelembagaan adalah kreasi manusia, (2) Kelompok individu, (3)
Mempunyai dimensi waktu, (4) Mempunyai dimensi tempat, (5) Mempunyai
aturan main dan norna, ( 6 ) Sistem pemantauan dan penegakan aturan, (7) Hirarki
dan jaringan, dan (8) Konsekuensi kelembagaan.
Ekonomi kelembagaan menjadi sangat penting karena berasal dari adanya
kepedulian tentang penelusuran bagaimana suatu ekonomi disusun, dijalankan,
dan digerakkan, serta bagaimana struktw dalam sistetn ekonomi bentbah karena
respon terhadap kegiatan kolektif. Ekonomi kelembagaan melihat individu atau
seseorang sebagai anggota dari perusahaan, anggota dari suatu keluarga, atau
anggota dari suatu organisasi tertentu. Kelembagaan ekonomi yang dapat dipilih
oleh masyarakat adat harus disesuaikan aturan main dan nortna, sistem
pemantauan dan penegakan aturan, hirarki dan jaringan, dan konsekuensi
kelembagaan pada masing-masing daerah.
Pertnasalahan dalam setiap sistem ekonomi adalah adanya kelangkaan
sumberdaya dan keinginan manusia yang tidak terbatas, sehingga timbullah apa
yang dinamakan pilihan dan persaingan, serta beranggapan bahwa kelembagaan
merupakan suatu kondisi penghambat dalam proses pengambilan keputusan.
Tentu saja ini pandangan yang perlu dilumskan. Gejala yang tejadi pada aktoraktor ekonomi (swasta dan pemerintah) dan relasinya di masyarakat adat temyata
mengarah kepada paham ekonomi tersebut sehingga perlu pengkajian ulang
kelembagaan ekonomi di dalam masyarakat adat. Ekonomi kelembagaan
berangkat dari kenyataan bahwa kelembagaan adalah alat atau instnunen untuk
menelusuri dan menjawab pernasalahan-pernasalahan ekonomi, sehingga dari
sana memang berkembang konsep kekuasaan, hirarki, kebiasaan, dan konsensus
dalam pengambilan keputusan.

Ciriacy-Wantmp dan Bishop (1975) dalam Nikijuluw (2002) mengatakan
bahwa institusi properti bersama (common property) telah memainkan peranan
penting dalam pengelolaan sumberdaya alam, baik di negara berkembang maupun
negara maju, sejak zaman prasejarah hingga saat ini. Institusi ini juga pada
awalnya kwang atau tidak diperhatikan dan diperhitungkan ahli ekonomi. Akan
tetapi, pada zaman sekarang, property bersama ini telah mendapat banyak
perhatian ahli, terutama setelah Garret Hardin dengan agak dramatis
menggambarkan akibat-akibat atau dampak pemanfaatan sumberdaya ini dalam
tulisannya Tragedy of the Coomons (Nardin, 1968). Oleh karena itu, istilah

comtnon Property Resources sering digunakan silih berganti di dalam Tragedy oJ
the Common.
Berkaitan dengan konservasi yang dilakukan di Indonesia, secara umum
pengelolaan kawasan konservasi masih berbasis pada pemerintah pusat

(govermenl based management). Pada rezim ini, pemerintah bertindak sebagai
pelaksana mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan. Sedangkan
kelompok-kelompok masyarakat pengguna (user groups) hanya menerima
informasi tentang produk-produk kebijakan dari pemerintah.
Dalam pelaksanaannya pengelolaan berbasis pemerintah pusat ini
memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (I) atwan-aturan yang dibuat kwang
terinternalisasi dalam masyarakat sehingga sulit ditegakkan; (2) biaya transaksi
yang harus dikeluarkan untuk pelaksanaan dan pengawasan sangat besar sehingga
menyebabkan lemahnya penegakan hukurn.
Awig-awig mempakan pranata atau aturan lokal yang dibuat, dilaksanakan
dan ditaati bersama, dilakukan oleh masyarakat setempat secara bersama, untuk
mengatw hubungan antara masparakat dengan masyarakat, masyarakat dengan
alam dan masyarakat dengan pencipta.

2.4. Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang yang mempakan habitat berbagai jenis biota laut di Asia
Pasifik telah dapat dikategorikan sebagai kawasan yang telah rusak dan diataranya
telah mencapai kondisi kritis (UNEP, 1991) dalam Suharsono (1993). Status
t e m b u karang di Indonesia sendiri tercatat hanya 6,41 persen dalam kondisi

sangat sehat, 24,23 persen sehat, 29,22 persen msak, dan 40,14 persen rusak berat
(kritis). Kondisi ini akan tems bembah karena terumbu karang bukan merupakan
suatu sistem statis yang sederhana. Mereka merupakan suatu sistem kehidupan
yang ukurannya dapat bertambah atau berkurang sebagai akibat adanya interaksi
yang kompleks antara berbagai kekuatan biologis dan fisik (Nybakken, 1992).
Menurut Soeharsono (1993), kemsakan terumbu karang di kawasan ini
lebih banyak disebabkan karena faktor antropogenik (tingkah laku manusia), yang
paling menonjol adalah karena tertimpa jangkar-jangkar perahu yang berlabuh.
Selain itu, ada juga karang mati yang disebabkan oleh algae biru hijau dan

sponge. Hal ini karena pananganan limbah atau sistem drainase yang belum
terencana dengan baik. Dengan demikian, kondisi terumbu karang yang rusak
akan sangat berpengaruh terhadap ketersediaan stok ikan karang di kawasan ini.
Terumbu karang merupakan ekosistern laut tropis yang terdapat di perairan
dangkal yang jemih, hangat (lebih dari 22" C), memiliki kadar CaC03 (Kalsium
Karbonat) tinggi, dan komunitasnya didominasi berbagai jenis hewan karang
keras. Kalsium karbonat ini dihasilkan oleh organisme karang ( f i l m Scnedaria,
klas Anthozoa, Ordo Madreporaria Csleractinia), Alga berkapur, dan organisme
lain yang mengeluarkan CaC03 (Gulcher, 1998) dalam Kusmurtiyah (2004).
Lebih lanjut Kusmurtiyah (2004) mengatakan, terumbu karang mempakan
rumah bagi ribuan hewan dan tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Berbagai jenis hewan laut mencari makan dan berlindung di ekosistem tersebut.
Pada kondisi yang sangat maksimal, terumbu karang menyediakan ikan-ikan dan

rnolusca hingga mencapai jumlah sekitar 10-30 ton/kmZ per tahunnya. Ekosistem
ini mempakan sumber plasma nuftah bagi makhluk hidup, baik di masa sekarang
maupun di masa yang akan datang.
Di dunia ini terdapat dua kelompok h a n g yaitu karang hermatifik dan
karang ahermatifik. Perbedaaannya terletak pada kemampuan karang hermatifik
dalam menghasilkan terumbu. Kemampuan ini disebabkan adanya sel-sel
tumbuhan yang bersimbiosis dalam jaringan karang hermatifik. Sel tumbuhan itu
dinamakan zooxanthellae. Karang hermatifik hanya ditemukan di daerah tropis,
sedangkan karang ahermatifik tersebar di seluruh dunia (Guilcher, 1988) dalam
Kusmurtiyah (2004).

Komunitas tenunbu karang di Indonesia tercatat seluas lebih dari 20.000

k
d yang meliputi karang hidup,

karang mati, lamun, dan pasir (COREMAP,

2001) dalam Kusmurtiyah (2004). Mengetahui kekayaan sumber daya ini, maka
pedu suatu bentuk pengelolaan yang benar-benar cocok melalui pemahaman
karateristik dan kondisi lingkungannya.

2.5. Nilai Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati memiliki beragani nilai atau arti bagi kehidupan.
la tidak hanya bermakna sebagai modal untuk menghasilkan produk dan jasa saja
(aspek ekonomi) karena keanekargaman hayati juga mencakup aspek sosial,
lingkungan, aspek sistem pengetahuan, dan etika serta kaitan di antara berbagai
aspek ini. Berdasarkan uraian tersebut, berikut ini setidaknya ada 6 nilai
keanekaragaman hayati yang bisa diuraikan:
a) Nilai Eksistensi
Nilai eksistensi merupakan nilai yang dimiliki oleh keanekaragaman
hayati karena keberadaannya (Elrenfeld, 1991) dalam Andalita (2006). Nilai ini
tidak berkaitan deugan potensi suatu organisme tertentu, tetapi berkaitan dengan
beberapa faktor berikut:

-

Faktor hak hidupnya sebagai salah satu bagian dari alam;

-

Faktor yang dikaitkan dengan etika, misalnya nilainya dari segi etika agama.
Berbagai agama dunia menganjurkan manusia untuk memelihara alam ciptaan
Tuhan; dan

-

Faktor estetika bagi manusia. Misalnya, banyak kalangan, baik pecinta alam
maupun wisatawan, bersedia mengeluarkan sejumlah uang untuk mengunjungi
taman-taman nasional guna melihat satwa di habitat aslinya, meskipun mereka
tidak mendapatkan manfaat ekonomi dari kegiatan tersebut.

b) Xilai Jasa Lingkungan
Nilai jasa lingkungan yang dimiliki oleh keanekaragaman hayati ialah
dalam bentuk jasa ekologis bagi lingkungan dan kelangsungan hidup manusia.
Sebagai contoh jasa ekologis, misalnya, hutan, salah satu bentuk dari ekosistem
keanekaragaman hayati, mempunyai beberapa funesi bagi lingkungan sebagai:

a. Pelindung keseimbangan siklus hidrologi dan tata air sehingga menghindarkan
manusia dari bahaya banjir maupun kekeringan;
b. Menjaga kesuburan tanah melalui pasokan unsur hara dari serasah hutan;
c. Pencegah erosi dan pengendali iklim mikro.
Keanekaragaman hayati bisa memberikan manfaat jasa nilai lingkungan
jika keanekaragaman hayati dipandang sebagai satu kesatuan, dimana ada saling
ketergantungan antara komponen didalmya.
c) Nilai Warisan

Nilai warisan adalah nilai yang berkaitan dengan keinginan untuk menjaga
kelestarian keanekaragaman hayati agar dapat dimanfaatkan oleh generasi
mendatang. Nilai ini acap terkait dengan nilai sosio-kultural dan juga nilai pilihan.
Spesies atau kawasan tertentu sengaja dipertahankan dan diwariskan turun
temurun untuk menjaga identitas budaya dan spiritual kelompok etnis tertentu,
atau sebagai cadangan pemenuhan kebutuhan mereka di masa datang.
d) Nilai Pilihan
Keanekaragaman hayati menyimpan nilai manfaat yang sekarang belum
disadari atau belum dapat dimanfaatkan oleh manusia. Namun seiring dengan
perubahan permintaan, pola konsumsi dan asupan teknologi, nilai ini menjadi
penting di masa depan. Potensi keanekaragaman hayati dalam memberikan
keuntungan bagi masyarakat di masa datang ini merupakan nilai pilihan (Primack

dkk., 1998) dalam Andalita (2006).
e) Nilai Konsumtif
Manfaat langsung yang dapat diperoleh dari keanekaragaman hayati
disebut nilai konsumtif dari keanekaragaman hay