Tabel 4. Hasil Konsentrasi NH

Tabel 5 yang berada dilampiran menunjukkan faktor fisik dan banyaknya kendaraan bermotor yang melewati titik pengambilan sampel. Walaupun jumlah kendaraan yang melewati kawasan ini mencapai ribuan, namun kadar SO 2 di wilayah ini masih tergolong sangat rendah dan masih jauh dari baku mutu yang diperbolehkan. Hal ini dikarenakan sumber emisi SO 2 teresar adalah aktivitas vulkanik. Wiharja 2005 menyatakan bahwa meskipun pembakaran fosil oleh manusia merupakan salah satu sumber emisi SO 2 ke udara, namun diperkirakan jumlah emisi ini hanya sepertiga dari total emisi SO 2 yang ada.Penyumbang terbesar dari polutan ini adalah berasal dari letusan gunung berapi yang menghasilkan gas H 2 S. Melalui H 2 S ini berubah menjadi gas SO 2 . Sakti 2012 menambahkan bahwa sumber SO 2 secara alami adalah letusan vulkanik, alga yang menghasilkan dimetil sulfide,dan proses pembusukan pada tanah dan tumbuhan. Sumber SO 2 hasil aktivitas manusia mayoritas berasal dari proses pembakaran dan proses industri. Selain itu, SO 2 juga dihasilkan dari kendaraan bermotor meskipun persentasinya kecil. Proses pembakaran yang dapat menghasilkan SO 2 adalah pembakaran batubara pada generator listrik dan mesin-mesin. Proses industri yang menghasilkan SO 2 adalah industri pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja, dan sebagainya Fardiaz, 1992. Upaya yang dapat dilakuan untuk mengurangi konsentrasi SO 2 di udara adalah dengan memasang filter absorber pada cerobong asap industri. Hal ini dimaksudkan agar asap buangan yang akan dibuang ke atsmosfer telah berkurang konsentrasi pencemarannya. Selain itu, sebaiknya uji sap buangan industri yang konsentrasi SO 2 nya melebihi baku mutu emisi dapat langsung ditangani. SO 2 juga dapat berasal dari kendaraan bermotor, upaya yang dapat dilakuakan untuk pencegahan adalah dengan menggunakan bahan bakar yang kandungan sulfurnya rendah. Selain itu, mengganti bahan bakar cair dengan bahan bakar gas BBG juga dapat menjadi solusi karena BBG rendah polusi Sakti, 2012.

4.4 Tabel 4. Hasil Konsentrasi NH

3 di udara Konsentrasi nitrit standar μgmL Absorbansi standar Sampel ID Jumlah NH 3 sampel ug Konsentrasi NH 3 udara UgNm 3 0,0077 Sampel A 0,7378 6,441 2 0,1882 Sampel B 1.0089 8.561 4 1,1327 8 1,8777 10 2,2591 Pada praktikum kali ini, praktikan menguji kadar ammonia yang terkandung pada udara di depan halte UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan metode indofenol. Udara yang berada di statosfir diserap oleh mid impinger selama 60 menit. Kemudian, larutan absorber yang telah terkandung ammonia dibawa ke lab untuk dilakukan proses pengujian kadar ammonia. Selanjutnya dilakukan beberapa perlakuan pada sampel, diantaranya diberikan 2 mL pereaksi A 1 g phenol, 0,005 g NaFeCN5NO, dan aquadest 100 mL dan 2 mL pereaksi B 1,5 g NaOH, 2 mL NaOCl dan aquadest 100 mL. Disini terjadi reaksi dimana amonia yang telah diserap oleh larutan penyerap asam sulfat akan membentuk ammonium sulfat yang selanjutnya direaksikan dengan fenol dan natriom hipoklorit yang telah dibuat dan dalam suasana basa akan membentuk senyawa klomplek yang berwarna biru. Intensitas warna biru ini selanjutnya diukur dengan UV-Vis spektrofotometri pada panjang gelombang 640 nm Slamet,2009 Data perhitungan kadar konsentrasi amoniak NH 3 dengan metode indofenol yang diperoleh dari pengujian sampel A sebesar 6,441 μ g Nm 3 . Kadar konsentrasi zat tersebut berdasarkan baku mutu kualitas udara masih berada dibawah nilai batas konsentrasi maksimum yang ditetapkan oleh pemerintah. Dimana pemerintah menetapkan nilai batas maksimum ammonia di udara adalah 20 µgNm 3 atau berdasarkan SNI 19-7119.1-2005, batas konsentrasi maksimum ammonia yang tidak menganggu kesehatan manusia adalah sebesar 2 ppm. Artinya, kadar ammonia di udara yang terdapat di sekitar halte UIN Syarif Hidayatullah belum mencapai titik yang berbahaya. Ammonia adalah salah satu indikator pencemar udara pada bentuk kebauan. Gas ammonia adalah gas yang tidak berwarna dengan bau menyengat. Amoniak terdapat dalam atmosfer bahkan dalam kondisi tidak tercemar. Menurut Mukono 2006, biasanya ammonia berasal dari aktifitas mikroba, industri ammonia, perngolahan limbah dan pengolahan batu bara. Di atmosfer, NH 3 bereaksi dengan nitrat dan sulfat sehingga terbentuk garam ammonium yang sangat korosif. Untuk beberapa tahun terakhir, ammonia yang berada pada atmosfer dikenal sebagai pemegang kunci yang sangat penting sebagai penyebab eutrofikasi dan acidification bagi ekosistem. hal ini disebabkan oleh sumber terbesar ammonia berasal dari daerah pedesaan yang memiliki banyak peternakan, perkebunan, dan pertanian. Dari hasil analisa yang diperoleh dari praktikum kali ini, nilai konsentrasi yang didapatkan dari kedua sampel terdapat perbedaan. Nilai konsentrasi sampel dari sampling udara didepan halte UIN Jakarta saat siang hari atau sampel B 14.30-15.30 WIB lebih besar 8,561 μ g Nm 3 dibanding nilai konsentrasi sampel didepan halte UIN Jakarta saat pagi hari atau sampel A 09.00-10.00 WIB 6,441 μ g Nm 3 . Hal ini disebabkan karena pada saat siang hari cemaran berupa gas berbahaya dari hasil sisa bahan bakar kendaraan yang yang terakumulasi di statosfer cenderung lebih besar karena jumlah kendaraan yang berlalu- lalang saat siang hari jauh lebih banyak dibandingkan dengan pagi hari. Merujuk pada jumlah kendaraan yang melintas di antara kedua waktu pengamatan, yang tersaji pada tabel perhitungan jumlah kendaraan yang terdapat di lampiran. Sifat-sifat bahaya dari amonia akan menimbulkan efek kesehatan pada manusia yang dibagi menjadi efek jangka pendek dan efek jangka panjang. Pada efek jangka pendek akut yang biasa terjadi adalah iritasi terhadap saluran pernapasan, hidung, tenggorokan dan mata terjadi pada 400-700 ppm. Sedang pada 5000 ppm menimbulkan kematian. Kontak dengan mata dapat menimbulkan iritasi hingga kebutaan total. Kontak dengan kulit dapat menyebabkan luka bakar frostbite. Sedangkan dalam efek jangka panjang kronis adalah menghirup uap asam pada jangka panjang mengakibatkan iritasi pada hidung, tenggorokan dan paru-paru. Amoniak termasuk bahan teratogenik. Reaktivitas amoniak stabil pada suhu kamar, tetapi dapat meledak oleh panas akibat kebakaran. Larut dalam air membentuk ammonium hidroksida. Dampak pencemaran amonia selain menimbulkan efek pada manusia tapi juga menimbulkan efek terhadap lingkungan sekitar. Dimana gas ammonia ini merupakan salah satu gas rumah kaca yang dapat menyebabkan global warming. Akibat yang terjadi adalah terjadinya perubahan iklim dan cuaca serta efek global warming lainnya. Gas ammonia juga dapat mengganggu estetika lingkungan karena bau pembusukan yang sangat menyengat Chandra,2006

BAB V PENUTUP