Jurnal Akuntansi dan Keuangan

KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL
(Jurnal Akuntansi dan Keuangan)
KEBIJAKANEDITORIAL
Jurnal Akuntansi dan Keuangan diterbitkan atas kerjasama Fakultas Ekonomi, Jurusan
Akuntansi dengan Pusat Penelitian Universitas Kristen Petra - Surabaya secara berkala
(setiap enam bulan) dengan tujuan untuk menye-barluaskan hasil pengembangan dan
pengkajian bidang akuntansi dan keuangan pada umumnya, khususnya bidang akuntansi
keuangan, pasar modal, akuntansi manajemen, sistem informasi akuntansi, auditing,
perpajakan dan bidang keuangan.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan menerima kiriman artikel yang ditulis dalam Bahasa
Indonesia atau Bahasa Inggris. Penulis harus menyatakan bahwa artikel yang dikirim ke
Jurnal Akuntansi dan Keuangan tidak dikirimkan atau telah dipublikasikan dalam jurnal
yang lain. Untuk artikel hasil riset dengan pendekatan survei, penulis harus melampirkan
instrumen riset (kuisioner, daftar wawancara dan lain-lain).
Penentuan artikel yang dimuat dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan melalui proses
review oleh Dewan Redaksi. Dewan Redaksi bertanggung jawab untuk memberikan telaah
konstruktif dan, jika dipandang perlu, menyampaikan hasil evaluasi kepada penulis artikel.
Artikel dikirim ke Redaksi Jurnal Akuntansi dan Keuangan dengan alamat:
Y. Jogi Christiawan, SE. Ak (Pemimpin Redaksi)
Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Jurusan Akuntansi - Fakultas Ekonomi &

Pusat Penelitian
Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236
Tlp. 031-8439040, 8494830
Fax. 031-8436418
E-mail : puslit@peter.petra.ac.id
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL
Berikut ini adalah pedoman penulisan artikel dalam Jurnal Akuntansi dan Keuangan yang
diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi penulis.
A. FORMAT PENULISAN ARTIKEL
1. Artikel adalah karya asli penulis yang belum pernah dipublikasikan di media lain.
Artikel bisa berupa artikel ilmiah atau hasil suatu penelitian.
2. Artikel diketik rapi pada satu sisi kertas ukuran kuarto dengan spasi ganda, kecuali
kutipan langsung yang diindent (ditulis satu spasi). Jenis huruf artikel adalah times new
roman ukuran
10. Artikel diketik dalam program Microsoft Word versi 6.0 atau 7.0
3. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar.
4. Panjang artikel berkisar antara 20 - 25 halaman (tidak termasuk daftar pustaka) dengan
margin atas, bawah dan samping sekitar 1 inchi.
5. Khusus halaman depan (cover) memuat judul artikel, nama penulis(tanpa gelar

akademik), dan abstraksi.
6. Judul ditulis rata tengah (centre) dengan huruf besar pada setiap awal kata kecuali kata
penghubung. Jenis huruf judul adalah times new roman - bold ukuran 14.
7. Sub Judul ditulis rata tengah (centre) dengan huruf besar pada setiap awal kata kecuali
kata penghubung. Jenis huruf judul adalah times new roman - bold ukuran 12.
8. Sub dari Sub Judul ditulis rata kiri (left) dengan huruf besar pada setiap awal kata
kecuali kata penghubung. Jenis huruf judul adalah times new roman - bold ukuran 12.
9. Setiap tabel atau gambar diberi nomor urut, judul, yang sesuai dengan isi tabel dan
gambar, dan sumber kutipan.

10. Semua halaman, termasuk tabel, lampiran dan daftar pustaka sebaiknya diberi nomor
urut halaman.
B. ABSTRAKSI
Abstraksi merupakan ringkasan yang padat atas isi artikel, yang berisi antara lain seputar
pertanyaan atas permasalahan, metodologi, temuan dan bukan rumus matematis. Panjang
abstraksi sekitar 100 - 300 kata dan harus dicantumkan pada setiap artikel.
Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dengan menggunakan huruf
miring (italic).
Abstraksi diikuti dengan sedikitnya empat kata kunci (keywords) untuk memudahkan
penyusunan indeks artikel.

C. ACUAN
1. Dalam teks, karya yang diacu ditulis dengan menyebut nama akhir penulis serta tahun
dalam tanda kurung, misalnya: (Osborn, 1994), untuk dua penulis (Osborn and Caflin,
1992), lebih dari dua penulis (Osborn, et.al, 1993).
2. Apabila sumber yang diacu lebih dari dua : (Osborn, 1991; Nick, 1992), bila dua tulisan
ditulis oleh satu orang: (Osborn, 1992,1994)
3. Apabila nomor halaman dicantumkan: (Osborn, 1992:24), apabila halaman berkisar
antara 25 sampai 40: (Osborn, 1992:25-40).
4. Apabila acuan berasal dari institusi: (IAI-Pernyataan Akuntansi Keuangan No. 2, 1994)
D. DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka ditulis alphabetis sesuai dengan nama akhir (tanpa gelar akademik), baik
untuk penulis asing maupun penulis Indonesia.
Satu Pengarang
Bringham, Eugene F (1992). Fundamental of Financial Management. Sixth Edition. Fort
Wort: The Dryden Press.
Dua Pengarang
Bringham, Eugene F and Virgia H. Graves (1993). Business Mathematics: A Collegiate
Approach. Sixth Edition. New Jersey : Prentice Hall.
Referensi dari Majalah / Jurnal
Harvey, Cambell R (March 1991). "The Word Price of Covariance Risk". Journal of

Finance, page:111-157.
Referensi dari Institusi
Ikatan Akuntan Indonesia (1994). "Standar Profesional Akuntan Publik". Jakarta, Devisi
Penerbitan IAI.
Referensi dari Makalah Seminar
Kadir, Samsir (1996). "Mentalitas dan etos Kerja". Makalah Seminar Nasional Strategi
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Universitas Gajah Mada,Yogyakarta: 1617 Januari
E. LAIN-LAIN
Artikel dikirim sebanyak satu eksemplar dan menyerahkan disket. Redaksi berhak
menolak atau mengedit artikel yang diterima. Artikel yang tidak memenuhi kriteria yang
ditetapkan akan dikembalikan. Artikel yang memerlukan diskusi dengan penulis akan
diteruskan kepada penulis untuk ditanggapi.

Agenda Kerja Kepengurusan IAI - Kompartemen Akuntan Publik
IAI-KAP mempunyai program kerja yang membawahi bidang-bidang :
>> BIDANG KEANGGOTAAN
>> BIDANG KEPROFESIAN
>> BIDANG KELEMBAGAAN
>> BIDANG KEMASYARAKATAN
>> BIDANG PASAR MODAL ( FAPM )

>> DEWAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK ( SPAP )
>> BIDANG KEANGGOTAAN
Pengetahuan profesi seorang akuntan menjadi lebih sempurna bila pengetahuan tersebut dikombinasi
etika yang benar , sopan santun, tata tertib, penampilan profesional dan kepribadian yang bai
menciptakan
akuntan
yang
mempunyai
integritas
Pendidikan Profesi Berkelanjutan (PPL) yang diselenggarakan pada kepengurusan ini menekankan p
pada kasus-kasus yang merujuk pada teori Akuntansi, Audit, Perpajakan, Sistem Informasi, Ke
Profesional, Manajemen Kantor dan Keterampilan Interpersonal.
Penyelenggaraan PPL dibagi dalam tiga kategori. Kategori pertama untuk partner/manajer. Kate
untuk manajer/supervisor. Kategori ketiga untuk senior/junior auditor. Penyelenggaraan P
partner/manajer setiap bulan di kota yang berbeda. Sedangkan PPL untuk manajer/supervisor dan se
auditor setiap dua bulan di Jakarta.
Informasi akuntansi dan kegiatan-kegiatan yang terjadi di seputar anggota IAI-KAP akan dituang
buletin 'Antara Kita' yang tentunya dapat bermanfaat bagi anggota, untuk itu akan diusahakan t
bulan.
Partisipasi dari setiap profesional akuntan publik sebagai penyaji, peserta ataupun pengisi buletin s

hargai. Sumbang saran untuk meningkatkan mutu pendidikan profesi berkelanjutan maupun mutu d
'Antara Kita' menjadi harapan kami.
>> BIDANG KEPROFESIAN
RENCANA KERJA
Memberikan usulan kepada Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dan Dewan Standar Akun
(DSAP) tentang topik SAK dan SPAP yang perlu segera dibuat dan perbaikan/penyempurnaan SAK d
Mengajukan pertanyaan /konfirmasi kepada Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dan Dew
Profesional Akuntan Publik (DSPAP) apabila terdapat hal-hal yang kurang jelas tentang SAK dan
telah ada.
Memberikan masukan secara tertulis atas setiap Exposure Draft (ED) kepada DSAK atau DSPAP.
Membina komunikasi dan menjaga hubungan baik dengan DSAK dan DSPAP.
Memonitor pendistribusian Exposure Draft SAK dan SPAP kepada seluruh anggota.
Menginformasikan kepada bidang Keanggotaan tentang topik-topik baru dan penting yang perlu diso
melalui PPL.
Menginformasikan kepada anggota apabila terdapat isu penting atau peraturan baru yang relevan den
akuntan publik melalui surat atau newsletter.
Dengan bantuan dari bidang Keanggotaan secara periodik menyelenggarakan diskusi untuk mem
teknis keprofesian yang relevan.
Secara periodik membuat daftar ED yang telah dikeluarkan dan yang sudah difinalisasi serta dafta
perpajakan/peraturan lainnya yang dikeluarkan untuk publikasi melalui newsletter.

Untuk menjaga agar tidak ketinggalan terhadap isu baru, bidang Keprofesian perlu dibekali denga
Publikasi Akuntansi terutama yang diterbitkan oleh AICPA dan IASB.
Membantu Ketua IAI-KAP menyiapkan artikel/tulisan tertentu yang dipandang perlu untuk m
berbagai publikasi yang berhubungan dengan profesi Akuntan Publik.
Membantu mencarikan saksi ahli (dalam hal ini profesi Akuntan Publik) apabila dibutuhkan oleh p
tertentu, baik ekstern maupun intern.
Memberi masukan kepada dewan SPAP sehubungan dengan penyusunan Kode Etik Akuntan Ko
Akuntan Publik.
>> BIDANG KELEMBAGAAN

I. CAKUPAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
Mengembangkan dan membina hubungan kelembagaan antara IAI-KAP dengan lembaga / badan Pem
Non Pemerintah, Asosiasi dan organisasi lainnya.
II. TUJUAN
1. Membina hubungan kelembagaan yang saling menguntungkan.
2. Membuat program bersama untuk :
a. memasyarakatkan peluang
b. jasa-jasa yang ditawarkan KAP

III. PROGRAM KERJA

Program kerjasama yang ditawarkan dengan lembaga lain untuk mensosialisasikan profesi akuntan an
dengan :
1. Seminar
2. Pelatihan
3. Workshop
4. Konsultansi manajemen
5. Perpajakan
6. Pelayanan akuntansi
7. Buku-buku Panduan Audit
8. Penyebaran informasi yang berkaitan dengan profesi akuntan, antara lain Undang-undang / Peratur
IV. TENAGA PELAKSANA PENUNJANG PROGRAM KERJA
Tenaga pelaksana penunjang kerja ini, terdiri dari :
1. Anggota Bidang Kelembagaan
2. Kerjasama dengan Bidang Kemasyarakatan
3. Instruktur / penatar kerjasama dengan Sub-Bidang PPL
4. Pelaksanaan dan Administrasi kerjasama dengan Sekretariat
5. Narasumber dari anggota IAI-KAP dan dari lainnya.

V. JADWAL PROGRAM KERJA
Intensitas program kerja tersebut diatas sangat terkait dengan respon yang diperoleh dari lembaga-lem

akan dijalin kerjasamanya.

>> BIDANG KEMASYARAKATAN
Mengemban misi mempopulerkan / menghumaskan IAI-KAP dalam hubuNgannya dengan berb
Pemerintah antara lain : DPR/ MPR, Mahkamah Agung, Badan Pemeriksa Keuangan dan Dewan Pe
Agung,
Bank
Indonesia
dan
pengguna
jasa
serta
non
penggun
Rincian upaya mempopulerkan / menghumaskan IAI-KAP dapat dilihat pada program kerja tiap
Bidang :

I. SUB-BIDANG PERUNDANG-UNDANGAN
1. Menciptakan akses kepada pihak Pemerintah, DPR/MPR, Mahkamah Agung Badan Pemeriksa Keu
Dewan Pertimbangan Agung, Bank Indonesia untuk melibatkan profesi Akuntan Publik dalam rangka

penyusunan Revisi Undang-Undang Perpajakan, Undang-Undang Anti Monopoli dan Persaingan Seh
Rancangan Undang-Undang Profesi Akuntan Publik, Undang-Undang Otonomi Daerah, Revisi Unda
Pasar Modal, dan lain-lain.
2. Melakukan lobby dengan Pemerintah dan Bank Indonesia dalam rangka mendorong lahirnya
Pemerintah, Kepres, Inpres, Kepmen dan SE-BI sehubungan dengan peningkatan peran Akuntan Pu
pembangunan nasional
II. SUB-BIDANG PENERANGAN
1. Menjajaki dan menjalin hubungan baik dengan wartawan media cetak maupun elektronik seperti B
Indonesia, Media Indonesia, Indosiar dan SCTV.

2. Bekerjasama dengan media cetak maupun elektronik untuk mensosialisasikan IAI-KAP, khususnya
fungsi akuntan publik, wewenangnya, tanggung jawabnya maupun keterbatasannya seperti m
tulisan-tulisan dan melakukan talk show.
3. Memberikan tanggapan (counter) atas masalah-masalah aktual yang berhubungan, baik langsun
tidak langsung, dengan tugas-tugas akuntan publik yang sering muncul di media massa, setelah terle
berkonsultasi dengan pihak-pihak yang berkompeten.
4. Berperan aktif untuk membantu mensosialisasikan program-program kerja IAI-KAP kepada insta
terkait sehingga diharapkan terbentuknya kerjasama yang baik.
5. Standarisasi logo dan tulisan IAI-KAP yang berhubungan dengan ukuran, warna dan letak, baik d
amplop, spanduk, kartu nama, dan lain-lain.

III. SUB-BIDANG SOSIAL
1. Kerjasama Inhouse Training antar KAP dalam rangka membantu KAP yang belum menangani Inho
Training sendiri.
2. Memberikan Bea Siswa bagi mahasiswa jurusan Akuntansi semester terakhir yang kurang mam
BERPOTENSI, dengan pola Anak Asuh yang didanai oleh rekan-rekan yang berminat menjadi Orang
3. Melakukan training yang berkaitan dengan Auditing dan Akuntansi bagi Sarjana Ekonomi jurusan
yang baru lulus dan diupayakan untuk dapat disalurkan sebagai staf dari KAP atau Perusahaan.
4. Kerjasama dengan IAI PEDULI untuk merealisasikan bantuan kepada yang berhak.

>> BIDANG PASAR MODAL ( FAPM )
Forum Akuntan Pasar Modal (FAPM) adalah wadah organisasi yang keberadaannya sebagai mitra dar
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), dibentuk untuk menghimpun para akuntan publik yang membe
profesi penunjang di Pasar Modal.

TUJUAN
1. Memberikan rekomendasi untuk pendaftaran keanggotaan FAPM.
2. Melakukan pemeliharaan administrasi keanggotaan FAPM dan penyelesaian masalah administrasi
dengan BAPEPAM.
3. Meningkatkan komunikasi antar anggota FAPM, terutama berkenaan dengan informasi, peraturan d
ketentuan di bidang pasar modal yang relevan.

PROGRAM KERJA
1. Registrasi ulang termasuk pengecekan penyelesaian iuran IAI-KAP.
2. Penambahan kalimat sebagai anggota FAPM pada kartu anggota.
3. Membuat mailbox di website IAI.
4. Memfasilitasi penyediaan referensi dan informasi lainnya sebagai tambahan input sehubungan den
permasalahan teknis yang dihadapi anggota.
5. Temu muka pengurus IAI-KAP dengan BAPEPAM.
6. Pertemuan antara Pengurus FAPM dengan anggota.
7. Menyelenggarakan program PPL di bidang Pasar Modal sekurang-kurangnya 2 kali.
>> DEWAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK ( SPAP )
PROGRAM KERJA
1. Perubahan di dalam due process procedure.
2. Up dating Buku SPAP (up dating kode etik harus dilakukan didalam rapat anggota).
3. Penerbitan :
- Standar Auditing
- Standar Atestasi
- Standar Jasa Konsultasi
- Standar Jasa Akuntansi dan Review
(referensi dari IAS dan AICPA)
4. Menerbitkan IPSA, IPSAT, IPSJK, IPSAR sesuai dengan kebutuhan.
5. Kerjasama dengan asosiasi industri dan penerbitan Panduan Audit Industri Khusus (berdasarkan pr
kebutuhan).

6. Bekerjasama dengan bidang Pendidikan untuk memberikan PPL (sebagai pembicara).
7. Ide dan Implementasi Fund Raising untuk kegiatan DSPAP baik untuk periode 1999-2001 maupun
periode yang akan datang.
8. Bekerjasama dengan Dewan Konsultatif untuk mendapatkan masukan mengenai standar profesiona
perlu diterbitkan. Untuk itu dibutuhkan aturan yang mengatur tata kerja Dewan Konsultatif dalam hub
dengan DSPAP.
9. Mengusulkan kepada Pengurus IAI-KAP agar dibentuk kantor permanen DSPAP dengan tenaga ah
purnawaktu untuk menangani pertanyaan / permasalahan didalam penerbitan penerapan SPAP di lapa
Dana untuk operasi ditanggung Akuntan Publik.

Artikel-Artikel: Upaya Penanggulangan Korupsi di Indonesia ]
Memantau Anggaran Publik
Oleh: Rinto Andriono
Pengamat
mail: idea@yogya.wasantara.net.id

Secara umum, anggaran baik anggaran perusahaan, anggaran negara, anggaran daerah atau anggaran lembagaembaga lainnya dapat diartikan sebagai rencana keuangan yang mencerminkan pilihan kebijaksanaan untuk
uatu periode masa yang akan datang. Anggaran bagi sektor publik meliputi anggaran bagi sebuah negara
uatu daerah otonom atau badan usaha milik negera atau akan lebih mudah disebut dengan anggaran publik
Makna anggaran publik adalah suatu kebijakan publik tentang perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang
diharapkan akan terjadi dalam suatu periode di masa depan serta data dari pengeluaran dan penerimaan yang
ungguh-sungguh terjadi di masa yang lalu. 1
Pada mulanya fungsi anggaran publik adalah pedoman bagi pemerintah dalam mengelola negara atau daerah
otonom untuk satu periode di masa yang akan datang, namun karena sebelum anggaran publik dijalankan
harus mendapatkan persetujuan dari lembaga perwakilan rakyat maka anggaran publik berfungsi sebagai ala
pengawasan masyarakat terhadap kebijakan publik yang dipilih oleh pemerintah. Selain itu karena pada
khirnya setiap anggaran publik harus dipertanggunjawabkan pelaksanaannya oleh pemerintah kepada
embaga perwakilan rakyat, berarti anggaran negara juga berfungsi sebagai alat pengawas bagi masyaraka
erhadap kemampuan pemerintah dalam melaksanakan kebijakan yang telah dipilihnya. 2
Dengan melihat fungsi anggaran publik diatas maka anggaran publik harus dilihat sebagai power relation
ntara eksekutif, legislatif dan rakyat sendiri. Bagi rakyat yang harus dilakukan adalah memantau arah dar
prioritas kebijakan yang dibuat pemerintah satu tahun mendatang yang akan dinyatakan dalam bentuk nomina
dalam anggaran. Tujuan pemantauan prioritas adalah memantau apakah prioritas kebijakan efektif untuk
kepentingan rakyat banyak atau tidak. 3
Bagi Indonesia dan bagi daerah-daerah kabupaten atau kota dan propinsi di Indonesia prioritas anggaran
publiknya hingga 70-80%-nya digunakan untuk membiayai gaji dan fasilitas birokrasinya sedangkan yang
kembali kepada rakyat dalam bentuk anggaran pembangunan baru 30-20% saja. Selain itu menginga
nggaran publik adalah pernyataan sebuah power relation antara kekuatan-kekuatan politik maka ada
kemungkinan terjadi politik uang dalam penyusunan anggaran. Oleh karena itu sangat strategis peran
pemantauan anggaran yang dilakukan oleh elemen-elemen masyarakat sipil yang ada.

Kondisi yang berubah

Di era otonomi daerah ini penyusunan anggaran (APBD) menjadi urusan strategis bagi daerah. Pada masa
orde baru otoritas ini dipegang secara sentralistis pada eksekutif yaitu pemerintah pusat. Sedangkan
pemerintah daerah bersama DPRD hanya bertugas mengalokasikan sebagian kecil dari APBD, sekitar 10%
bagi daerah miskin dan sekitar 20% bagi daerah kaya, yaitu porsi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sekarang in
wewenang untuk menentukan prioritas kebijakannya yang ditunjukan dalam APBD sepenuhnya menjad
otoritas daerah.

Bila pada masa orde baru otoritas penyusunan APBD lebih besar ditangan eksekutif, maka di era otonom
daerah ini otoritas penyusunan APBD sepenuhnya ditangan DPRD. Perubahan kondisi ini menimbulkan
1

2

3

John F. Due, Keuangan Negara, Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, 1975
Revrisond Baswir, Akuntansi Pemerintahan Indonesia, BPFE, 1997

John Samuel (ed), Understanding Budget: As if people mattered,
National

banyak masalah pertama sistem pengalihan anggaran yang tidak jelas dari pusat ke daerah. APBD 2001 harus
dijalankan per Januari 2001 namun hingga sekarang besarnya dana perimbangan dari pusat yang akan
diberikan kepada daerah belum ditentukan. Diperkirakan DPR dan Pemerintah pusat baru akan
menyelesaikannya awal Desember 2000, bila demikian maka daerah akan kesulitan untuk menyusun APBD
2001 secara lebih hati-hati, kedua, bila waktunya sempit sementara tahapan yang harus dilalui dalam
menyusun anggaran cukup lama maka dimana kehati-hatian dan partisipasi rakyat dapat dilakukan. Tahapan
penyusunan anggaran adalah tahap penyusunan yang dilakukan oleh eksekutif untuk anggaran pemerintah
daerah dan oleh legislatif untuk anggaran DPRD. Penyusunan ini memerlukan waktu 6 bulan. Setelah disusun
RABPD pemerintah daerah disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD untuk selanjutnya dibahas dan
disahkan. Periode pembahasan dan pengesahan ini memerlukan waktu hingga 3 bulan selanjutnya setelah
disahkan menjadi Peraturan daerah baru APBD resmi berlaku hingga satu tahun mendatang untuk
dipertanggungjawabkan kepada DPRD.

Ketiga, esensi otonomi dalam penyusunan anggaran masih dipelintir oleh pemerintah pusat karena otonom
pengelolaan sumber-sumber pendapatan masih dikuasai oleh pusat sedangkan daerah hanya diperbesar pors
belanjanya. Porsi belanja itu pun tidak meningkat banyak dibandingkan pada masa orde baru dahulu. Bag
daerah kaya seperti Riau, Kaltim atau Papua kemungkinan peningkatan belanja hingga 20% namun bag
daerah miskin seperti DI Yogyakarta dan lain-lain paling banyak hanya naik 3-5% saja.
Keempat, Ternyata DPRD dimanapun memiliki kesulitan untuk melakukan asessment prioritas kebutuhan
akyat yang harus didahulukan dalam APBD. Sementara itu pemerintah daerah selaku eksekutif memilik
kemampuan dan jajaran birokrasi untuk melakukan penyusunan anggaran daerah. Mekanisme yang selama in
dilakukan oleh eksekutif adalah melalui Rakorbang (rapat koordinasi pembangunan) dari tingkat propins
hingga ke desa. Mekanisme ini masih jauh dari konsep partisipasi publik dan apalagi transparansi serta
kuntabilitas.

Kelima, volume APBD yang disusun oleh daerah meningkat hingga 800% dibandingkan pada masa orde baru
hal ini menimbulkan masalah karena sedikit-banyak DPRD dan pemerintah daerah perlu berkerja lebih keras
untuk menyusun APBD.

Keenam, meskipun masih harus melalui pemerintah pusat namun pemerintah menurut UU No 25 tahun 1999
memiliki kewenangan untuk melakukan pinjaman daerah baik ke dalam negeri maupun ke luar negeri. Hal in
entu saja sama berbahayanya dengan jerat utang luar negeri yang melanda pemerintah pusat.

Kondisi yang berubah diatas memicu beberapa kecenderungan pertama, adanya jargon dari pemerintah
pemerintah daerah yang begitu kuat untuk meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dalam rangka
otonomi daerah. Struktur PAD yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil BUMD dan lain-lain yang
ah. Dengan demikian bagi beberapa daerah yang miskin SDA akan memilih menggali PAD dengan
meningkatan pajak. Bagi daerah kaya sekalipun meningkatkan pajak adalah alternatif yang paling mudah
karena tidak perlu melakukan banyak investasi dibandingkan jika mengekplorsi SDA. Oleh karena itu tidak
heran bila kecenderungan meningkatkan pajak ini terjadi di banyak daerah bahkan daerah yang kaya
ekalipun. Dengan mengingat bahwa tingkat korupsi birokrasi daerah di Indonesia masih tinggi, hal in
ditunjukkan dalam survey kecenderungan korupsi birokrasi yang diselenggarakan oleh PERC. Pada tahun
1999, angka kecenderungan korupsi birokrasi menunjukkan angka 8,0 dari skala 0-10. Dimana angka no
berarti mutlak bersih dan 10 berarti mutlak memiliki kecenderungan korupsi. Dan satu tahun kemudian, tahun
2000, angka ini tidak mengalami perbaikan maka meningkatkan PAD akan lebih baik bila diprioritaskan
dengan cara mengurangi kebocoran pendapatan pemerintah daerah yang selama ini ada. Selain itu meliha
kondisi masyarakat yang sedang kesulitan karena subsidi-subsidi dihapus maka akan lebih baik bila
kstensifikasi pajak dilupakan terlebih dahulu. Kecenderungan kedua adalah, otoritas yang sangat besar bag
DPRD untuk menyusun APBD dan menyusun anggaran untuk dirinya sendiri, namun tidak ada pengawasan
yang sistematis dari manapun kecuali rakyat berkesadaran untuk melakukannya. Dengan demikian kembal
pada kenyataan bahwa anggaran adalah power relation maka kemungkinan terjadinya suap (bribery) terhadap
DPRD untuk menyetujui pos anggaran tertentu yang tidak dibutuhkan rakyat sangat mungkin terjadi.
Bagaimana Memantau

Dengan melihat perubahan diatas maka memantau anggaran adalah strategis paling tidak untuk dua hal
pertama memantau efektifitas prioritas kebijakan yang dipilih oleh pemerintah. Tentu saja kebijakan akan
emakin efektif jika semakin sesuai dengan kebutuhan rakyat. Kedua, memantau penyimpangan yang
mungkin terjadi dalam setiap tahap penganggaran dalam siklus anggaran. Namun sebelum melakukan
pemantauan, penting bagi kita untuk mengetahui struktur APBD/APBN. Dengan dua tujuan pemantauan
diatas maka terdapat dua strategi besar pemantauan anggaran publik yaitu public argument dan budget process
monitoring.

Dengan perspektif bahwa anggaran publik adalah power relation antar kekuatan dalam masyarakat maka
public argument adalah strategi yang harus diambil untuk memberikan prioritas alternatif yang dibutuhkan
oleh rakyat dalam anggaran. Argumen prioritas menurut rakyat ini bisa hasil riset kecil-kecilan di daerah
mengenai pertama komparasi antara pengeluaran rutin untuk menggaji dan memfasilitasi birokrasi dengan
pengeluaran pembangunan untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat, kedua mengajukan usulan atas
pajak yang lebih adil misalnya Pajak Penerangan Jalan yang ada di tiap Kabupaten dan Kota yang ternyata
arif untuk rumah tangga lebih mahal dari pada tarif untuk industri atau instansi pemerintah. Atau pajak
kendaraan bermotor yang diatur oleh Permendagri 2/1996 dimana insentifnya dibagikan kepada apara
pemungut dan DPRD padahal pajak ini adalah captive market sehingga tidak perlu insentif dalam
pemungutannya. Ketiga mengajukan usulan atas perbaikan fasilitas publik dengan mempertimbangkan
pendapatan yang didapat dan kualitas pelayanan publik yang tersedia. Misalnya pendapatan dari pajak
penerangan jalan hanya 28-33% saja yang digunakan untuk membiayai fasilitas penerangan jalan padaha
kualitas penerangan jalan di desa-desa buruk dan semua pelanggan listrik wajib membayarnya. Dan
kemungkinan-kemungkinan lainnya untuk mempengaruhi prioritas yang diambil oleh DPRD bersama
pemerintah.

Pada era otonomi daerah ini, kecenderungan meningkatkan PAD dengan melakukan eksetensifikasi pajak
angat sering dilakukan oleh pemerintah daerah. Kecenderungan ini berbahaya karena akan lebih membeban
akyat. Pengingkaran negara terhadap rakyat sudah banyak dengan ditiadakannya subsidi-subsidi sepert
BBM, pendidikan, beras, minyak goreng dan lain-lain. Oleh karena itu ekstensifikasi pajak akan lebih
membebani rakyat. Untuk itu strategi meningkatkan PAD yang dapat dilakukan oleh daerah adalah dengan
melakukan ekstensifikasi pajak atas BUMN milik pusat yang beroperasi di daerah dan menggunakan sumber
umber daerah. Misalnya Perum Pegadaian, kontribusi pendapatan perum ini terhadap APBD sangatlah keci
namun sangat besar artinya bagi daerah. Oleh karena itu DPRD di Indonesia perlu berjaringan untuk
mengalihkannya menjadi milik daerah.

Sedangkan strategi budget process monitoring dapat dilakukan dengan memantau setiap tahapan dalam siklus
nggaran. Pemantauan ini paling mudah adalah memantau rapat anggaran di DPRD mulai dari tahap
penyusunan yang biasanya berlangsung dari bulan Mei-Oktober setiap tahunnya, tahap pengesahan mula
Oktober-Desember setiap tahunnya, tahap pelaksanaan mulai Januari-Desember dan tahap
pertanggungjawaban antara Januari-Maret. Pemantauan oleh masyarakat sipil dilakukan pada setiap titik kritis
diatas.
Tentu saja upaya pemantauan ini perlu didahului dengan menjadikan anggaran sebagai isu publik sehingga
emua warga masyarakat merasakan urgensi anggaran publik bagi kesejahteraannya. Upaya ini tentu saja
harus dilakukan melalui kampanye publik yang masif dan jejaring yang kuat antara sesama elemen
masyarakat sipil. Barangkali yang lebih baik untuk dilakukan pertama kali adalah membentuk jaringan
pemantau kebijakan publik antara elemen masyarakat sipil di setiap kabupaten atau kota. Hal ini disebabkan
karena kebijakan-kebijakan publik yang ada seringkali memiliki kendala struktural seperti untuk mengubah
ebuah peraturan daerah harus mengubah dulu peraturan pemerintahnya.

Centre for Advocacy Studies, Pune, India, 1998. "The budget is an articulation of the existing power relations
n society."

© Copyright 1999 Masyarakat Transparansi Indonesia
The Indonesian Society for Transparency
http://www.transparansi.or.id
E-mail: mti@centrin.net.id
Jl. Ciasem I No. 1 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12180
Telp: (62-21) 724-8848, 724-8849 Fax: (62-21) 724-8849