Usaha perikanan teripang dan pengembangannya di Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta

USAHA PERIKANAN TERIPANG DAN
PENGEMBANGANNYA DI KEPULAUAN SERIBU
PROVINSI DKI JAKARTA

ARDIANINGTYAS IBNI ALBAR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Usaha Perikanan
Teripang dan Pengembangannya di Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor,

Juli 2013

Ardianiningtyas Ibni Albar
NIM C44080026

4

ABSTRAK
ARDIANINGTYAS IBNI ALBAR. Usaha Perikanan Teripang dan
Pengembangannya di Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Dibimbing oleh
TRI WIJI NURANI dan JOHN HALUAN.
Teripang merupakan komoditi ekspor yang terus mengalami peningkatan setiap
tahun. Kepulauan Seribu merupakan penghasil teripang yang potensial di
Indonesia. Kegiatan penangkapan yang terus meningkat dikuatirkan akan memicu
terjadinya eksploitasi berlebih. Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang,
Kepulauan Seribu, Jakarta dengan tujuan mendeskripsikan sistem perikanan

teripang, menentukan kelayakan usaha, dan menyusun strategi pengembangannya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pendekatan sistem.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa musim penangkapan teripang terjadi pada
bulan Januari-April dan Oktober-November. Penangkapan teripang dilakukan
dengan menyelam dan pengambilannya langsung dengan tangan. Produk yang
dipasarkan berupa teripang kering dengan pasar utama ekspor, diantaranya ke
negara maju seperti Eropa, Amerika, Jepang, dan Singapura. Nilai revenue-cost
ratio (R/C) sebesar 1,32 dan nilai payback period (PP) selama 6,37 bulan. Lima
prioritas dalam pelaksanaan strategi pengembangan, yaitu mengoptimalkan usaha
dan potensi pasar, peningkatan kualitas SDM, meningkatkan kerjasama
permodalan, pengawasan kegiatan usaha, dan restocking.
Kata kunci: ekspor, Kepulauan Seribu, teripang

ABSTRACT
ARDIANINGTYAS IBNI ALBAR. Sea Cucumber Fishery and It’s Development
in Seribu Islands DKI Jakarta Province. Supervised by TRI WIJI NURANI and
JOHN HALUAN.
Sea cucumber is one of the export commodities that increases every year. Seribu
Islands are potential producers for sea cucumber in Indonesia. Increasing catching
activities may lead to excessive exploitation. This research was conducted in

Panggang Island, Seribu Islands, Jakarta and aimed to describe the system of sea
cucumber fishery, determine its feasibility and to arrange the strategy of its
development. Systems approach was used as the method. Result showed that the
fishing seasons of sea cucumber occurred during January-April and OctoberNovember. Sea cucumber fishery used diving method and they were directly
caught by hands. Marketed product was dried sea cucumber which was exported
to Europe, America, Japan and Singapore. The value of R/C was 1.32 and the
value of PP was in 6,37 months. Five priorities in the implementation of business
development strategies are optimizing business and potential market, increasing
the quality of the human resources, enhancing the capital cooperation, monitoring
the activity of fishery and restocking.
Keywords: export, sea cucumber, Seribu Islands

5

USAHA PERIKANAN TERIPANG DAN
PENGEMBANGANNYA DI KEPULAUAN SERIBU
PROVINSI DKI JAKARTA

ARDIANINGTYAS IBNI ALBAR


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

6

Judul Skripsi

Usaha Perikanan Teri pang dan Pengembangannya di Kepulauan
Seribu Provinsi DKI Jakarta
Nama
Ardianingtyas Ibni Albar
C4408002 6

NIM
Program studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Tanggal Lulus:

? 2 JUL 2013

.'

8

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli-Oktober 2012 ini ialah
kegiatan usaha perikanan teripang, dengan judul Usaha Perikanan Teripang dan

Pengembangannya di Kepulaun Seribu Provinsi DKI Jakarta.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi dan Prof
Dr Ir John Haluan, MSc selaku pembimbing, serta Dr Mustaruddin STP selaku
dosen penguji. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak
dan adik, serta Om Samsul Bahri sekeluarga atas segala doa dan kasih sayangnya,
Ristiani, Sefitiana Wulan Sari, Arrahmy Febrina, Rheka, Isamuddin, PSP 45,
Soraya Gigentika, Yenny Chusna, Mega Haditya, Nina Evi N, Putri Ronitawati,
Pak Jojo, dan Ibu Masamah sekeluarga.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca. Penulis juga
menyadari bahwa karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan.

Bogor, Juli 2013
Ardianingtyas Ibni Albar

9

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………....

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….
PENDAHULUAN
Latar Belakang……………………………………………………………
Tujuan Penelitian…………………………………………………………
Manfaat Penelitian………………………………………………………..
METODOLOGI
Metode Pendekatan Masalah…………………….……………………….
Pendekatan sistem………….………………………………………...
Waktu dan Tempat Penelitian………………………………………….....
Metode Pengumpulan data……………………………………………….
Analisis Data……………………………………………………………...
Aspek biologi………………………………………………………...
Aspek teknis………………………………………………………….
Aspek kelayakan usaha……………………………………………....
Aspek sosial…………………………………………………………..
Aspe pengolahan dan pemasaran…….………………………………
Aspek penyusunan strategi pengembangan…………………………..
KEADAAN UMUM
Keadaan Umum Wilayah Penelitian……………………………………..
Keadaan Umum Perikanan Tangkap…………………………………….

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Kebutuhan…………………………………………………….....
Formulasi Masalah………………………………………………………..
Identifikasi Sistem………………………………………………………..
Analisis Sistem Perikanan Teripang……………………………………...
Aspek Biologi...…………………………………………………………..
Aspek Teknis dan Sosial...………………………………………………..
Aspek Pengolahan Hasil Tangkapan dan Pemasaran……...……………..
Aspek Kelayakan Usaha………...………………………………………..
Strategi Pengembangan…………………………………………………..
Matriks SWOT…………………………………………………….....
Prioritas pengembangan strategi…..………………………………....
Pembahasan……………………………………………………………....
KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………....
LAMPIRAN…………………………………………………………………...
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………...

vii
vii

vii
1
2
2
2
2
3
3
3
3
4
4
5
5
5
7
8
9
9
10

11
12
13
16
20
21
22
23
23
27
28
30
37

10

DAFTAR TABEL
1
2
3

4
5
6
7
8
9

Matriks SWOT…………………………………………………………...
Luas pulau beserta peruntukannya di Kelurahan Pulau Panggang……...
Statistik perikanan kelautan Kepulauan Seribu…………………………
Pelaku
sistem
perikanan
teripang
di
Kepulauan
Seribu.…………………….......................................................................
Jenis teripang dan harga per jenisnya…………………………………...
Matriks internal strategic factors analysis summary (IFAS)…………...
Matriks eksternal strategic factors analysis summary (EFAS)…………
Matriks SWOT pengembangan usaha perikanan teripang di Kepulauan
Seribu……………………………………………………………………
Matriks quantitative strategic planning management (QSPM)………...

6
8
8
9
19
21
21
22
23

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

Model perumusan strategi………………………………………………
Diagram analisis SWOT………………………………………………..
Diagram lingkar sebab akibat sistem perikanan teripang Kepulauan
Seribu…………………………………………………………………...
4 Diagram input-output system perikanan teripang Kepulauan
Seribu…………………………………………………………………...
5 Diagram alir analisis sistem usaha perikanan teripang di Kepulauan
Seribu…………………………………………………………………..
6 Grafik CPUE teripang…………………………………………………..
7 Kapal………..…..………………………………………………………
8 Diagram alir teknis penangkapan teripang……………………………...
9 Diagram alir pengolahan teripang kering……………………………….
10 Proses pengolahan teripang kering…………………………..…………
11 Diagram alir pemasaran teripang kering………………………………..

5
6
10
11
12
13
14
15
16
18
19

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
6

Peta lokasi penelitian…………………………………………………...
Jumlah produksi dan effort teripang tahun 2012………………………..
Unit penangkapan teripang……………………………………………..
Dokumentasi teripang olahan (kering)………………………………….
Penghitungan analisis usaha perikanan teripang……………………….

30
31
32
34
35

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perairan Indonesia memiliki beragam jenis sumber daya ikan termasuk
teripang yang pemanfaatannya cukup intensif di berbagai daerah. Sumber daya
teripang berperan penting sebagai salah satu komoditas ekspor perikanan dengan
pasar utama yaitu Hongkong, Singapura, Korea Selatan, Malaysia, Jepang,
Amerika, dan beberapa negara Eropa. Adapun negara pemasok utama teripang di
pasaran internasional antara lain Indonesia, Filipina, Kaledonia Baru,
Maldives, India, dan Srilanka. Sekitar 53 jenis teripang yang ditemukan, terdapat
sekitar 22 jenis yang dapat dikonsumsi, dan delapan jenis di antaranya memiliki
nilai pasar tinggi. Kedelapan jenis tersebut adalah teripang pasir (Holothuria
scraba), teripang susuan atau koro (H. nobilis dan H. fuscogiva), teripang batu
(Actinopyga echinites), teripang bilabo (A. lecanora), teripang lotong (A.
miliaris), teripang mata kucing (Bohadschia argus), dan teripang nanas
(Theleonata ananas) (Conand 1990).
Komoditi perikanan teripang memiliki prospek cukup baik dan bernilai
ekonomis tinggi, baik di pasar lokal maupun internasional. Jenis biota ini dikenal
pula dengan nama ketimun laut, suala, sea cucumber (Inggris), beche de-mer
(Perancis), atau dalam istilah pasaran internasional dikenal dengan nama teat fish.
Berdasarkan hasil penelitian, kandungan nutrisi teripang tinggi yaitu dalam
kondisi kering terdiri atas protein 82 %, lemak 1,7 %, kadar air 8,9 %, kadar abu
8,6 %, dan karbohidrat 4,8 %. Hal inilah yang menjadikan teripang menjadi salah
satu komoditi yang bernilai jual tinggi.
Perkembangan ekspor teripang Indonesia meningkat setiap tahunnya.
Eksploitasi teripang untuk tujuan komersil telah berlangsung paling tidak sejak
seribu tahun yang lalu. Berdasarkan laporan Ferdouse (2004) pada tahun 2000
Indonesia merupakan produser terbesar ekspor teripang mencapai 2.500 ton.
Hampir 50 % konsumennya adalah China Hongkong SAR diikuti Singapura, Rep.
Korea, dan Malaysia. Meningkatnya permintaan pasar Asia secara luas
mendorong meningkatnya upaya eksploitasi teripang diberbagai negara penghasil.
Selain itu, sejak akhir tahun 1990-an eksploitasi teripang bertambah dengan
adanya kegiatan riset produk alam dan penggunaan teripang sebagai hewan
akuarium.
Tidak banyak catatan yang bisa dijadikan acuan tentang kegiatan
perburuan teripang di Indonesia. Namun kegiatan ini berlangsung terus dan
cenderung meningkat intensitasnya dari tahun ke tahun. Menurut Tuwo (2004)
indikasi dari eksploitasi berlebih terbukti dari rendahnya nilai catch per unit effort
(CPUE) dengan masing-masing waktu trip 1 bulan oleh 6-8 penyelam hanya
terdata 1000 spesimen atau 33 per hari.
Kepulauan Seribu merupakan salah satu penghasil teripang yang potensial
di Indonesia. Menurut Romimohtarto (1997) kegiatan penangkapan teripang mulai
banyak dilakukan pada tahun 1973, seperti di Pulau Pari dimana dengan
mudahnya dapat mengumpulkan sebanyak 14.000 spesimen teripang kapuk dalam
waktu 2 pekan. Namun, kegiatan penangkapan teripang yang meningkat tiap
tahunnya, dikuatirkan akan menyebabkan terjadinya eksploitasi berlebih yang
dapat menyebabkan kelangkaan sumberdaya teripang. Hal ini juga dapat

2

berpengaruh pada usaha perikanan teripang yang ada di daerah tersebut. Oleh
karena itu, penelitian usaha perikanan teripang dan pengembangannya perlu
dilakukan. Upaya ini berguna untuk mengetahui bagaimana proses penangkapan
yang dilakukan oleh nelayan, pengelolaan, serta pemasaran yang dilakukan.
Selain itu, penelitian ini juga dimaksudkan untuk melihat bagaimana
pengembangan usaha perikanan teripang di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini, yaitu:
1) Mendeskripsikan sistem perikanan teripang di Kepulauan Seribu;
2) Menghitung kelayakan usaha perikanan teripang di Kepulauan Seribu; dan
3) Menyusun strategi pengembangannya.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai unit
penangkapan yang digunakan dan produktivitas teripang di Kepulauan Seribu.
Kemudian diperolehnya alternatif pengembangan usaha perikanan teripang.

METODOLOGI
Metode Pendekatan Masalah
Pendekatan sistem
Menurut Nurani (2010) pendekatan sistem merupakan salah satu metode
yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang komplek, bersifat
dinamis dan penuh ketidakpastian. Pengkajian dengan menggunakan metode ini
mencakup berbagai tahap, yaitu: 1) analisis, 2) permodelan, 3) implementasi dan
4) operasi sistem. Pada penelitian ini tahap pendekatan sistem difokuskan pada
analisis sistem. Metode ini digunakan untuk memahami perilaku sistem,
mengidentifikasi faktor-faktor penting keberhasilan sistem, permasalahan yang
dihadapi dan alternatif solusi yang dapat diajukan untuk mengatasi permasalahan.
Langkah-langkah dalam analisis sistem, yaitu:
1) Analisis kebutuhan
Pada analisis kebutuhan, langkah yang dilakukan adalah mengidentifikasi
dan menganalisis kebutuhan dari pihak-pihak yang terkait dalam suatu sistem.
Pihak-pihak yang terkait, antara lain: nelayan, pengumpul teripang, dan
perusahaan.
2) Formulasi masalah
Formulasi masalah merupakan permasalahan-permasalahan spesifik yang
menyebabkan sistem tidak dapat bekerja secara optimal (Nurani 2010). Penelitian
yang dilakukan dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk
merumuskan masalah.
3) Identifikasi sistem
Pengidentifikasian suatu sistem memerlukan informasi mengenai
keterkaitan antar elemen yang saling berhubungan dalam sistem tersebut. Elemen-

3

elemen tersebut terdapat di bagian perikanan laut yang ada di Kepulauan Seribu.
Identifikasi sistem memerlukan diagram sebab akibat (causal loop) untuk melihat
keterkaitan antar elemen. Kemudian dibuat diagram input-output yang
menginformasikan input-output yang ada di suatu sistem dan parameter yang
membatasi.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahap. Tahap pertama yaitu survei
pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Januari 2012. Tahap kedua survei
pengambilan data dari bulan Juli-Oktober 2012 di Pulau Panggang, Kepulauan
Seribu Provinsi DKI Jakarta. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu data
primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara dengan nelayan
dan pemilik modal usaha serta mengamati proses persiapan operasi penangkapan.
Keseluruhan responden berjumlah 6 orang. Metode penentuan responden
dilakukan secara purposive. Data sekunder didapatkan dari instansi atau lembaga
yang terkait dengan penelitian, serta literatur yang relevan antara lain kondisi
perikanan daerah penelitian, jumlah dan jenis unit penangkapan ikan yang ada di
daerah penelitian, serta informasi lain yang dapat menunjang penelitian ini.
Analisis Data
Aspek biologi
Pada aspek biologi, analisis dilakukan melalui penghitungan produktivitas
upaya penangkapan. Produktivitas merupakan kemampuan suatu unit
penangkapan ikan untuk mendapatkan hasil tangkapan per satuan upaya
penangkapan (trip) atau catch per unit effort (CPUE). Berdasarkan produktivitas
bulanan dapat tergambarkan musim penangkapan teripang. Nilai CPUE
digunakan untuk mengetahui indeks kelimpahan dan tingkat pemanfaatan
sumberdaya ikan yang diperoleh dari perbandingan total catch terhadap total
fishing effort. Nilai CPUE dapat dihitung melalui rumus (Gulland 1983 diacu
dalam Aminah 2010):

i = 1,2,3,.......n
Keterangan:
CPUE-i = hasil tangkapan per upaya penangkapan pada bulan atau tahun ke-i
(kg atau ton per trip)
Catch-i
= hasil tangkapan pada bulan atau tahun ke-i (kg atau ton per trip)
Effort-i
= upaya penangkapan pada bulan atau tahun ke-i (trip)

4

Aspek teknis
Analisis ini digunakan untuk mengetahui aspek teknis dari unit
penangkapan. Analisis dilakukan dengan melihat faktor teknis yang digunakan
dan metode pengoperasiannya. Penjelasan dari aspek ini diuraikan secara
deskriptif.
Aspek kelayakan usaha
Analisis ini digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha perikanan
teripang. Menurut Kadariah et al. (1999), dalam mengetahui suatu kelayakan
usaha dapat dilakukan dengan menghitung pendapatan penerimaan (TR), biaya
total (TC), keuntungan (µ), analisis pendapatan usaha (R/C), payback period (PP),
dan analisis tingkat pengembalian investasi (ROI).
Penghitungan keuntungan (µ), menggunakan rumus:
Keterangan:
µ = keuntungan
TR = total penerimaan (total revenue)
TC = total pengeluaran (total cost)
Ketentuan:
 Jika TR > TC, maka usaha untung
 Jika TR < TC, maka usaha rugi
 Jika TR = TC, maka usaha tidak untung ataupun rugi dan bisa dikatakan impas.
Revenue cost ratio (R/C) adalah analisis yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode
tertentu cukup menguntungkan.
Penghitungan R/C, menggunakan rumus:
Keterangan:
R = penerimaan (revenue)
C = pengeluaran (cost)
Ketentuan:
 Jika R/C > 1, maka kegiatan usaha yang dilakukan untung sehingga layak
untuk dilanjutkan
 Jika R/C < 1, maka kegiatan usaha yang dilakukan rugi sehingga tidak layak
untuk dilanjutkan
 Jika R/C = 1, maka kegiatan usaha yang dilakukan tidak untung dan tidak rugi
atau berada pada titik impas
Payback period ialah suatu periode yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan
aliran kas. Penghitungan payback period (PP), menggunakan rumus:

Keterangan:
PP = pay back period
µ = laba bersih
I = jumlah investasi

5

Ketentuan:
Jika waktu payback period lebih pendek dari maksimum umur teknis maka usulan
investasi dapat diterima.
Return on investment (ROI) adalah rasio yang membandingkan hasil usaha
yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan jumlah
investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut.
ROI merupakan model pengukuran yang dipakai untuk menganalisis tingkat
pengembalian investasi. Nilai ROI dinyatakan dalam persen. Rumus ROI adalah:

Aspek sosial
Analisis sosial digunakan untuk melihat tingkat pendidikan dan respon
nelayan terhadap adanya teknologi baru. Analisis ini dilakukan dengan mengamati
langsung keadaan sosial masyarakat nelayan di Kepulauan seribu dan diuraikan
secara deskriptif.
Aspek pengolahan dan pemasaran
Analisis ini digunakan untuk melihat pengolahan hasil tangkapan dan
pasar produk hasil tangkapan. Analisis ini dijelaskan secara deskriptif.
Aspek penyusunan strategi pengembangan
Penyusunan strategi pengembangan dilakukan dengan menggunakan
metode strengths weaknesses opportunities threats (SWOT) dan Quantitative
strategic planning management (QSPM). Metode SWOT menggambarkan secara
jelas faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari kekuatan
(strength) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan faktor eksternal terdiri dari
peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Model perumusan strategi dapat
dilihat pada Gambar 1.
Analisis internal
Perumusan
pernyataan misi

Mengembangkan
alternatif strategi

Memilih alternatif strategi

Analisis eksternal

Gambar 1 Model perumusan strategi (Rangkuti 2006)
Analisis faktor internal dapat dilakukan dengan menggunakan matriks
IFE, sedangkan faktor eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan matriks
EFE. Tahap pertama yang harus dilakukan penyusunan matriks IFE dan matriks
EFE adalah dengan mengidentifikasi semua kekuatan dan kelemahan pada matriks
IFE dan semua peluang serta ancaman pada matriks EFE (Rangkuti 2006).
Total skor pembobotan berkisar dari terendah 1,0 sampai dengan tertinggi
4,0 dengan rata-rata skor 2,5. Total skor pembobotan di bawah 2,5 menunjukkan
kondisis internal organisasi lemah, sedangkan jika di atas 2,5 mengidentifikasikan
kondisi internal organisasi yang kuat (David 2003).

6

Total skor pembobotan tertinggi untuk sebuah organisasi adalah 4,0 dan
terendah adalah 1,0 dengan rata-rata 2,5. Total skor pembobotan 4,0
mengidentifikasikan bahwa organisasi mampu merespon peluang maupun
ancaman yang baik. Bisa dikatakan strategi perusahaan sangat efektif dalam
mengambil manfaat dari peluang yang ada dan meminimalisasi potensi yang
kurang baik dari ancaman eksternal (David 2003).
Analisis SWOT lebih menekankan untuk memaksimalkan kekuatan
(strength) dan peluang (opportunities), serta meminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (threats). Diagram analisis SWOT disajikan pada
Gambar 2. Keterkaitan faktor internal dan eksternal dapat digambarkan dalam
bentuk matriks SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.
PELUANG

Kuadran 3
Mendukung strategi turn around

Kuadran1
Mendukung strategi agresif
KEKUATAN INTERNAL

KELEMAHAN INTERNAL

Kuadran 4
Mendukung strategi defensif

ANCAMAN

Kuadran 2
Mendukung strategi diversifikasi

Gambar 2 Diagram analisis strengths weaknesses opportunities threats
(Rangkuti 2006).
Menurut Rangkuti (2006), strategi yang dapat dihasilkan dalam matriks
SWOT memiliki empat kemungkinan, yaitu:
1) Strategi SO: Strategi ini memanfaatkan seluruh kekuatan (S) untuk merebut
dan memanfaatkan peluang (O) sebesar-besarnya.
2) Strategi ST: Strategi yang memanfaatkan kekuatan (S) yang dimiliki untuk
mengatasi ancaman (T).
3) Strategi WO: Strategi ini bertujuan untuk memanfaatkan peluang (O) untuk
meminimalkan kelemahan (W) yang ada.
4) Strategi WT: Strategi yang diambil untuk meminimalkan kelemahan (W)
yang ada, serta menghindari ancaman (T).
Tabel 1 Matriks strengths weaknesses opportunities threats (Rangkuti 2006).
IFAS

STRENGTHS (S)
 Menentukan 5-10
faktor-faktor internal

WEAKNESSES (W)
 Menentukan 5-10
faktor-faktor internal

OPPORTUNITIES (O)
 Menentukan 5-10 faktorfaktor internal

STRATEGI SO
Strategi yang menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang

STRATEGI WO
Strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang

THREATS (T)
 Menentukan 5-10
faktor-faktor internal

STRATEGI ST
Strategi yang menggunakan
kekuatan untuk mengatasi
ancaman

STRATEGI WT
Strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk menghindari
ancaman

EFAS

7

Keterangan:
IFAS : Intenal Strategic Factors Analysis Summary
EFAS : Eksternal Strategic Factors Analysis Summary
Alternatif strategi yang telah didapat selanjutnya akan ditentukan
peringkat atau prioritas strateginya dengan menggunakan matriks QSPM
(Quantitative Strategic Planning Management). Langkah-langkah dalam membuat
matriks QSPM adalah sebagai berikut:
1) Membuat daftar peluang/ancaman eksternal kunci dan kekuatan/kelemahan
internal kunci di kolom kiri QSPM.
2) Memberi bobot pada setiap faktor internal dan eksternal kunci.
3) Memeriksa matriks-matriks pencocokan dan strategi-strategi alternatif yang
harus dipertimbangkan untuk diterapkan.
4) Menentukan nilai daya tarik (AS). Cakupan nilai daya tarik adalah: 1 = tidak
menarik; 2 = agak menarik; 3 = wajar menarik; 4 = sangat menarik.
5) Menghitung TAS = Total Nilai Daya Tarik. Total nilai daya tarik didefinisikan
sebagai hasil mengalikan bobot dengan nilai daya tarik di masing-masing
baris. Menjumlahkan total nilai daya tarik di masing-masing kolom strategi
QSPM. Jumlah total nilai daya tarik (STAS) ini mengungkapkan strategi yang
paling menarik (David 2003).

KEADAAN UMUM
Keadaan Umum Wilayah Penelitian
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terdiri atas dua kecamatan,
yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu
Selatan. Kecamatan Kepulauan Seribu Utara memiliki luas wilayah daratan
565,90 ha dan luas wilayah perairan 3.554,25 km2. Wilayah pemerintahan dan
pemukiman Kecamatan Kepulauan Seribu Utara memiliki tiga wilayah kelurahan,
yaitu Kelurahan Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Harapan dan Kelurahan Pulau
Kelapa.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor:
1986/2000 tanggal 21 Juli 2000, tentang Pemecahan, Pembentukan, Penetapan
Batas dan Nama Kelurahan di Kecamatan Kepulauan Seribu Wilayah Kotamadya
Jakarta Utara Provinsi DKI Jakarta sebagai berikut.
Luas Wilayah Kelurahan Pulau Panggang 62, 10 ha dengan batas-batas;
1) Sebelah Utara
: 05°41’41” – 0°45’45” LS;
2) Sebelah Selatan
: 106°44’50” BT;
3) Sebelah Barat
: 106°19’30” BT dan
4) Sebelah Timur
: 05°47’00” – 05°45’14” LS.
Kelurahan Pulau Panggang merupakan gugusan pulau-pulau yang terdiri
dari 13 pulau. Pulau yang diperuntukkan sebagai pemukiman ada dua yaitu Pulau
Panggang dan Pulau Pramuka, 6 pulau diperuntukan sebagai tempat peristirahatan
dan sisanya untuk PHU (Perlindungan Hutan Umum), pariwisata, PHKA
(Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam), perkantoran, TPU (Tempat
Pemakaman Umum) dan mercusuar. Pulau Panggang terdiri dari 3 RW dan 21

8

RT, semuanya merupakan pemukiman penduduk. Penduduk Pulau Panggang
mayoritas bermatapencarian sebagai nelayan. Secara rinci luas wilayah dan
peruntukan pulau dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Luas pulau beserta peruntukannya di Kelurahan Pulau Panggang
No

Nama Pulau

1

2

P. Opak Kecil, P. Karang
Bongkok,P. Karang
Congkak, P Gosong Pandan,
P. Gosong Sekati, dan P. Air
P. Kotok Kecil

3

P. Semak Daun

4
5
6
7

P. Kotok Besar
P. Panggang dan P. Pramuka
P.Karya
P,.Peniki
Total

Peruntukan

Luas
(ha)
5.30

Persentase
(%)
8.54

1.30

2.09

0.75

1.21

20.75
25.00
6.00
3.00
62.10

33.41
40.26
9.66
4.83
100.00

Peristirahatan

Perlindungan
hutan
umum
Perlindungan hutan
dan pelestarian alam
Pariwisata
Pemukiman
Perkantoran
Mercusuar

Sumber: Diolah dari Laporan Tahunan Pemerintahan Kelurahan Pulau Panggang, 2011
Keadaan Umum Perikanan Tangkap
Sebagai wilayah Kepulauan dengan luas laut sebesar 11,8 km2, Kepulauan
Seribu menyimpan kekayaan sumberdaya alam laut yang sangat besar namun
belum dimanfaatkan secara optimal. Armada sebanyak 1.367 kapal perikanan
yang digunakan masih sederhana dengan ukuran relatif kecil dan perlengkapan
sederhana, misalnya alat tangkap jaring sebanyak 1.394 buah dengan jumlah
nelayan tangkap sebanyak 4.880 orang di tahun 2011. Agar ikan berkumpul di
tempat yang ditentukan, maka disediakan rumah singgah ikan (fish shelter)
sebanyak 527 buah. Secara rinci keadaan umum perikanan dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Statistik perikanan dan kelautan Kepulauan Seribu
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Uraian
Nelayan budidaya ikan laut dan rumput laut (orang)
Nelayan penangkap ikan laut (orang)
Jumlah fish shelter (buah)
Jumlah kapal perikanan (kapal)
Alat tangkap jaring (buah)
Tutupan terumbu karang (persen)
Transplantasi karang (buah)

Sumber: Pemerintah Administrasi Kepulauan Seribu, 2011

2009
632
362
33.40
-

2010
521
4.880
362
1.367
1.354
33.60
5.476

2011*
250
4.880
527
1.367
1.394
40.00
8.119

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pendekatan sistem digunakan sebagai penguraian suatu sistem yang utuh
untuk mengetahui permasalahan, kesempatan, dan hambatan yang dialami pelaku
sistem, serta kebutuhannya sehingga diperoleh alternatif solusi sebagai rujukan
dalam mengatasi masalah. Analisis sistem perikanan teripang di Kepulauan Seribu
mencakup beberapa tahapan yaitu analisis kebutuhan dari para pelaku sistem,
formulasi masalah, dan identifikasi sistem yang digambarkan dalam diagram
sebab akibat (causal loop) dan input-output.
Analisis Kebutuhan
Para pelaku sistem perikanan teripang di Kepulauan Seribu adalah
nelayan, dan nelayan pengumpul atau pemilik modal, dan perusahaan. Setiap
pelaku dalam sistem ini memiliki kebutuhan masing-masing yang harus dipenuhi
guna kelancaran aktifitas sistem.
Tabel 4 Pelaku sistem perikanan teripang di Kepulauan Seribu
Pelaku Sistem
Nelayan

Nelayan Pengumpul

Perusahaan

Kebutuhan
Peningkatan kesejahteraan.
Kelayakan alat tangkap sebagai sarana operasional.
Jaminan keselamatan kerja.
Tersedianya modal yang besar.
Kemudahan dalam peminjaman modal.
Ketersediaan teripang dengan kualitas bagus dan kontinyu.
Peningkatan keuntungan.
Usaha berkelanjutan.
Produk bermutu
Ketersediaan produk secara kontinyu
Peningkatan sarana dan prasarana untuk kelancaraan
operasional.

Formulasi Masalah
Kebutuhan para pelaku sistem perikanan teripang di Kepulauan Seribu saat
ini belum terpenuhi dengan baik karena adanya permasalahan. Adapun
permasalahan yang dihadapi adalah:
1) Kualitas sumberdaya manusia dan keselamatan kerja masih rendah;.
2) Semakin berkurangnya sumberdaya teripang di daerah penangkapan, namun
intensitas penangkapan meningkat;
3) Pengelolaan yang belum maksimal sehingga memengaruhi kualitas teripang;
4) Tingkat kebutuhan ekonomi yang cukup tinggi di daerah pulau; dan
5) Cuaca yang tidak menentu, sehingga berpengaruh terhadap kegiatan
operasional penangkapan.

10

Identifikasi Sistem
Diagram sebab-akibat (causal loop)
Identifikasi sistem merupakan rantai hubungan antara pernyataanpernyataan kebutuhan pelaku sistem dengan permasalahan yang telah
diformulasikan dalam sistem. Diagram sebab akibat menggambarkan keterkaitan
antar komponen di dalam sistem, sehingga dapat diketahui mekanisme kinerja
sistem dalam pemenuhan kebutuhan para pelaku sistem (Nurani 2010).
Penyusunannya berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi sistem dimana
faktor berdampak positif diberi tanda (+) dan berdampak negatif diberi tanda (-).
Diagram sebab akibat pada sistem perikanan teripang di Kepulauan Seribu dapat
dilihat pada Gambar 3.
+

Pemerintah

Peraturan
perikanan tangkap

+

Pendapatan daerah
meningkat

_
Kegiatan
+
Penangkapan

_
SDI/ DPI
Hasil tangkapan

+

+
+

+

+

+

Pendapatan
Nelayan

+

Pengumpul

+
Perusahaan

+

+

Pengolahan

+

+

Mutu

Ekspor

+

+
+

Harga

Gambar 3 Diagram lingkar sebab-akibat sistem perikanan teripang Kepulauan
Seribu
Melalui diagram dapat diketahui bahwa kegiatan penangkapan dapat
berpengaruh negatif terhadap stok sumberdaya ikan (teripang), apabila terjadi
eksploitasi berlebih. Adanya peraturan perikanan tangkap mengenai upaya
pelestarian dan pengaturan mengenai zona atau daerah penangkapan sangat
diperlukan dalam mengatur kegiatan penangkapan yang dilakukan. Namun,
kegiatan penangkapan berpengaruh positif terhadap hasil tangkapan. Hasil
tangkapan dengan pengolahan benar dan tepat akan menghasilkan teripang yang
bermutu dan bernilai jual tinggi. Harga jual teripang yang tinggi memberikan
keuntungan baik bagi pengumpul, perusahaan, maupun nelayan. Mutu teripang
yang bagus menjadikan pasar ekspor meningkat dan harga jualpun meningkat.
Meningkatnya pendapatan nelayan juga berdampak lurus terhadap meningkatnya
pendapatan daerah.
Diagram input-output
Diagram input-output memberikan informasi dengan skema sistem
berdasarkan input (masukan) yang ada sehingga menghasilkan output (keluaran),
serta ditentukan dengan kontrol dari lingkungan. Input terdiri dari tiga macam,
yaitu input lingkungan, input tidak terkendali, dan input terkendali. Output yang
dihasilkan dapat berupa output dikehendaki dan output yang tidak dikehendaki.

11

Input tidak terkendali merupakan input yang tidak dapat diprediksi dan
dikontrol keberadaannya, umumnya berkaitan dengan alam dan berasal dari luar
sistem. Input terkendali yaitu input yang masih dapat dikendalikan seperti modal,
bantuan operasional dari pengumpul kepada nelayan. Adanya input tak terkendali
dan pengaruh faktor lingkungan dapat menyebabkan sistem menghasilkan output
tak dikehendaki. Output ini dapat merugikan nelayan dan memengaruhi
keberlangsungan usaha perikanan, sehingga dibutuhkan adanya suatu manajemen
pengendalian. Manajemen pengendalian ini merupakan (feed back) dari output tak
dikehendaki yang dikembalikan ke dalam sistem. Sementara itu, output
dikehendaki merupakan hal yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha perikanan
teripang di Kepulauan Seribu ini.
Input lingkungan
UU No. 45/2009
Input tak terkendali
 Potensi sumberdaya teripang
 Cuaca (angin kencang, arus
deras, dan ombak besar)
 Musim penangkapan
 Harga













Output dikehendaki
Hasil tangkapan optimal
Mutu bagus
Harga jual tinggi
Usaha untung
Pendapatan nelayan tinggi

Usaha Perikanan Teripang
di Kepulauan Seribu
Input terkendali
Modal
Keterampilan SDM
Teknologi
penangkapan
Teknik pengolahan







Output tak dikehendaki
Hasil tangkapan menurun
Stok teripang menurun
Harga jual turun
Usaha rugi
Biaya operasional tinggi

Manajemen Pengendalian Usaha

Gambar 4 Diagram input-output sistem perikanan teripang Kepulauan Seribu

Analisis Sistem Perikanan Teripang
Sistem perikanan teripang mencakup seluruh elemen yang terkait dalam
sebuah sistem perikanan tersebut. Hubungan keterkaitan para elemen tersebut
dapat dilihat dalam diagram alir pada Gambar 5. Aspek yang digunakan pada
analisis sistem perikanan antara lain: aspek biologi, aspek teknis dan sosial, aspek
pengolahan hasil tangkapan dan pemasaran, dan aspek kelayakan usaha.

12

Mulai

Biologi
 SDI
 Upaya
penangkapan
 Hasil tangkapan
 CPUE

Layak

Teknis dan
sosial

Pengolahan
dan pemasaran

 Unit penangkapan
 Metode
operasional
 Pendapatan
nelayan
 Kesejahteraan
nelayan

 Proses 
produk
olahan
 Pemasaran
antar daerah
dan ekspor

Sesuai

Layak

Kelayakan
usaha
 R/C › 1
 PP
 ROI

Layak

Usaha perikanan

Strategi usaha perikanan

Gambar 5 Diagram alir analisis sistem usaha perikanan teripang di Kepulauan
Seribu

Aspek Biologi
Pada aspek biologi analisis yang dilakukan mengenai produktivitas dengan
menghitung CPUE (Catch per Unit Effort) selama tahun 2012. Nilai CPUE
diperoleh melalui penghitungan perbandingan jumlah hasil tangkapan yang di
daratkan dengan upaya penangkapan (effort) yang dilakukan selama periode
tertentu. Penghitungan CPUE ini dilakukan pada teripang kering, karena setelah
ditangkap teripang basah langsung diolah menjadi teripang kering kemudian
ditimbang saat dijual ke pengumpul/ pemilik modal. Terdapat empat jenis teripang
yang menjadi komoditas utama dalam penangkapan, yaitu: teripang pasir
(Holothuria scabra), teripang gamak (Stichopus variegatus), teripang kapuk
(Actinopyga miliaris), dan teripang merah (Holothuria edulis). Jumlah produksi
dan effort teripang selama tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 2.

13

Gambar 6 Grafik CPUE Teripang
Berdasarkan nilai CPUE dapat dilihat produktivitas teripang gamak lebih
banyak dibandingkan dengan produktivitas teripang kapuk dan merah. Pada bulan
Januari-April dan Oktober-November produktivitas teripang gamak dan merah
lebih tinggi, sedangkan pada teripang kapuk produktivitas setiap bulannya
cenderung sama yaitu dengan rata-rata CPUEnya 1,00 kg/trip. Adapun pada
teripang pasir CPUE tidak dapat dilihat fluktuasinya karena hasil tangkapan hanya
didapat pada bulan Januari dan Maret, masing-masing sebesar 4,00 kg dan 0,10 kg
dengan upaya penangkapan (effort) rata-rata sebesar 2 trip.

Aspek Teknis dan Sosial
Analisis aspek teknis dan sosial mendeskripsikan mengenai teknis
penangkapan teripang terkait unit penangkapan dan metode pengoperasian alat
tangkap, serta kesejahteraan nelayan dan hubungan antara sesama nelayan.
Berikut penjabaran mengenai aspek teknis dan sosial perikanan teripang.
Aspek Teknis
1) Keragaan unit penangkapan
a. Kapal/ perahu
Kapal yang digunakan adalah kapal motor berkekuatan 23 PK. Kapal
terbuat dari kayu jati dengan ukuran panjang kapal (L) 12 meter, lebar kapal (B)
2,8 meter, dan tinggi (d) 3 meter. Kapal ini memiliki 2 mesin yaitu mesin utama
dan mesin tambahan dengan merk Dongfeng. Perawatan dan perbaikan kapal
dilakukan ketika kapal mengalami kerusakan, namun umumnya nelayan
melakukannya 3 bulan sekali. Perawatan mesin juga dilakukan 3 bulan sekali.

14

Gambar 7 Kapal
b. Alat tangkap
Penangkapan teripang dilakukan dengan tangan dengan cara menyelam.
Peralatan yang digunakan antara lain lampu petromaks 5 buah, masker 5 buah,
senter laut 5 buah, kompresor, regulator dan masker 3 pasang, selang 100 m, dan
sampan atau penganak 5 buah dengan ukuran panjang 4 meter, lebar 60 cm, dan
tinggi 50 cm. Adapun gambar alat-alat yang digunakan terlampir pada Lampiran
3.
c. Nelayan
Nelayan teripang di perairan Kepulauan Seribu terdiri dari nelayan Madura
dan nelayan lokal. Namun, saat ini nelayan yang lebih aktif dan produktif
merupakan nelayan Madura. Jumlah nelayan dalam kapal ini adalah 5 orang
dengan 1 orang sebagai kapten dan 4 orang lainnya sebagai ABK.
2) Metode operasi penangkapan
Persiapan trip dimulai pukul 15.00 wib. Nelayan melakukan pengangkutan
alat tangkap dan ransum ke kapal. Pada pukul 15.30 wib berangkat dari fishing
base menuju fishing ground. Penangkapan dilakukan di daerah perairan
Kepulauan Seribu, seperti wilayah perairan Kelurahan Panggang dan Kelurahan
Kelapa. Habitat teripang merupakan daerah terumbu karang dan lamun.
Sesampainya di daerah penangkapan, nelayan melakukan persiapan alat yang
akan digunakan untuk mencari teripang. Pencarian teripang dilakukan pada
malam hari. Pengambilan teripang dilakukan dengan menggunakan tangan saat
menyelam. Terdapat 2 cara dalam melakukan penyelaman saat proses
penangkapan teripang, yaitu:
1. Penangkapan teripang dengan penyelaman menggunakan kompresor.
Salah satu ujung selang dihubungkan ke kompresor kemudian ujung
lainnya dihubungkan ke regulator (mouth piece/second stage) yang dipasangkan
ke mulut. Alat ini dapat berfungsi mengatur tekanan udara yang masuk ke tubuh.
Kemudian, para nelayan secara bergiliran menyelam ke laut dengan kedalaman
lebih dari 5 m dan 1 orang berjaga di kapal. Alat bantu lainnya yang digunakan
adalah masker dan senter laut sebagai penerang. Teripang yang diambil
dimasukkan ke kantong yang dibawa nelayan saat menyelam. Setelah terisi cukup

15

banyak, nelayan akan naik ke permukaan untuk meletakkan teripang ke kapal,
kemudian nelayan akan melakukan penyelaman kembali.
2. Penangkapan teripang dengan penyelaman tanpa kompresor.
Kapal utama ditepikan di pinggir pantai. Kemudian nelayan mencari
teripang dengan menggunakan sampan ke daerah yang tidak terlalu jauh dari
tempat kapal ditepikan. Sampan ini juga berfungsi sebagai wadah sementara
teripang yang ditangkap. Penyelaman dilakukan nelayan dengan menggunakan
masker dan snorkel dengan kedalaman kurang dari 5 m di daerah karang yang
merupakan habitat teripang.
Pencarian teripang selesai pukul 03.00 wib, teripang-teripang yang
ditangkap dikumpulkan menjadi satu di kapal dan diletakkan pada wadah atau
blong. Pagi harinya teripang langsung diolah menjadi teripang kering. Kapal
tidak langsung kembali ke fishing base awal yang berada di Pulau Panggang,
namun nelayan akan menetap sementara di pulau tempat mereka melakukan
pencarian teripang pada malam harinya dan teripang yang ditangkap langsung
diolah pada pagi harinya menjadi olahan teripang kering. Setelah dua bulan,
nelayan akan kembali ke fishing base untuk menjual hasil tangkapan kepada
pengumpul sekaligus pemilik modal. Namun, ketika musim oboran atau puncak
nelayan mampu mendaratkan hasil tangkapannya 1 bulan sekali untuk disetor
terlebih dahulu ke pengumpul teripang kemudian melaut kembali. Masa aktif
nelayan mencari teripang dalam satu minggunya adalah 6 hari, karena setiap hari
Jumat nelayan-nelayan di Kepulauan Seribu libur melaut. Kebiasaan ini
merupakan tradisi bagi nelayan setempat dan berlaku pula bagi nelayan
pendatang.
Persiapan trip
Berangkat ke fishing ground
Proses penangkapan

Menggunakan kompresor

Tanpa kompresor

Pengolahan hasil tangkapan
Kembali ke fishing
base

Gambar 8 Diagram alir teknis penangkapan teripang
Aspek sosial
Mata pencaharian utama masyarakat di perairan Kepulauan Seribu adalah
nelayan. Nelayan ini terdiri dari nelayan lokal dan nelayan pendatang. Seperti
halnya nelayan teripang, dimana nelayan pendatang berasal dari daerah Madura.
Meskipun terdiri dari nelayan lokal dan pendatang, namun mereka mampu
bekerjasama dengan baik dan jika terjadi konflik dapat diselesaikan dengan solusi

16

yang terbaik. Selain itu, nelayan teripang juga mulai mengikuti perkembangan
teknologi seperti penggunaan regulator saat penyelaman, namun prosedur
penyelaman yang dilakukan belum sepenuhnya sesuai standar dive fishing safety
oleh Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2007.
Para nelayan teripang rata-rata berusia 20-35 tahun. Usia ini terbilang
relatif muda dan pada usia yang produktif, sehingga berpengaruh pada semangat
dan motivasi melaut yang cukup tinggi. Namun, kualitas sumberdaya nelayan
masih rendah karena rata-rata pendidikan mereka adalah SD dan SMP. Adanya
usaha perikanan teripang ini sangat membantu kehidupan nelayan dalam hal
finansial. Rata-rata pendapatan nelayan teripang di perairan Kepulauan Seribu
adalah Rp3 300 333 per bulan. Pendapatan ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari para nelayan dan keluarganya.

Aspek Pengolahan Hasil Tangkapan dan Pemasaran
Pengolahan adalah proses yang nantinya menghasilkan banyak produk
dengan macam variasi. Hal ini dilakukan dengan tujuan memanfaatkan ikan agar
dapat digunakan semaksimal mungkin untuk bahan pangan. Usaha yang dilakukan
pada proses pengolahan mulanya memanfaatkan proses alami yang dilakukan
secara tradisional. Namun, seiring perkembangan ilmu dan teknologi maka proses
pengolahanpun dilakukan dengan menggunakan alat-alat mekanis yang dapat
mempercepat proses, memperbanyak produk akhir sekaligus memperbaiki
mutunya (Hadiwiyoto 1993).
Berdasarkan hasil penelitian, tahapan dalam proses pengolahan teripang
menjadi teripang kering digambarkan dalam diagram alir proses pengolahan
teripang kering pada Gambar 9.
Bahan Baku

Teripang basah
Pencucian dan pembersihan organ dalam
Perebusan 30 menit
Perendaman atau pembaceman dengan garam 15 menit
Pengasapan 30 menit

Teripang asap

Penjemuran
minimal
3 hari
Teripang
kering

Teripang kering
Penimbangan dan penyimpanan

Gambar 9 Diagram alir pengolahan teripang kering

17

1) Pembersihan
Tahap awal dalam pengolahan teripang menjadi teripang kering adalah
membersihkan teripang dengan dicuci menggunakan air bersih, kemudian
membelah perut teripang untuk membersihkan organ dalamnya.
2) Perebusan
Perebusan bertujuan untuk mengurangi kandungan air dan melunakkan
dagingnya. Perebusan dilakukan minimal 30 menit atau saat ditekan daging telah
terasa kenyal.
3) Perendaman
Setelah direbus teripang kemudian direndam atau dibacem dengan garam.
Tidak ada takaran khusus dalam pemberian garam dan perendaman dilakukan
sekitar 15 menit. Kemudian teripang direbus kembali dan perebusan dilakukan
hanya beberapa menit saja tidak selama pada saat perebusan pertama.
4) Pengasapan
Proses pengasapan bertujuan untuk mengurangi kadar air pada teripang.
Teripang diletakkan pada wadah yang digunakan untuk pengasapan. Wadah ini
terbuat dari besi dan berongga, kemudian wadah tersebut diletakkan di atas
perapian. Saat pengasapan tubuh teripang mulai mengerut yang menandakan
bahwa kandungan air pada teripang semakin berkurang. Proses ini berlangsung
sekitar 30 menit.
5) Penjemuran
Proses penjemuran dilakukan dengan menggunakan sinar matahari. Jika
cuaca sedang terik dapat dilakukan hanya dalam waktu 3 hari, namun jika cuaca
sedang mendung atau musin hujan maka proses penjemuran membutuhkan waktu
yang lebih lama. Penjemuran ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan air
pada teripang dan menjadikan teripang lebih awet.
6) Penimbangan dan Penyimpanan
Teripang kering memiliki bobot sekitar 10 % dari bobot teripang basah.
Rata-rata bobot teripang basah adalah 250-300 gram atau 0,25-0,3 kg, sedangkan
teripang kering bobotnya menjadi sekitar 0,025-0,03 kg. Teripang kering ini
disetor atau dijual ke pengumpul. Setelah itu pengumpul menyimpan teripang
tersebut dalam keranjang atau karung sampai jumlahnya mencukupi untuk dijual
ke PT Tunas Sejati Perkasa di Surabaya.

18

Adapun dokumentasi proses pengolahan teripang menjadi teripang kering sebagai
berikut:

(1) Teripang yang dibersihkan

(2) Teripang rebus

(3) Pembaceman teripang

(4) Pengasapan teripang

(5) Penjemuran teripang

(6) Penyimpanan teripang kering

Gambar 10 Proses pengolahan teripang menjadi teripang kering.
Analisis terkait aspek pemasaran merupakan faktor penting dalam bidang
perikanan, karena sifat dari hasil perikanan yang mudah busuk dan rusak. Tujuan
pemasaran utama teripang kering adalah pasar ekspor. Meskipun pemasaran di
dalam negeri cukup potensial namun konsumen komoditas teripang terbatas pada
kalangan menengah ke atas. Diagram alir pemasaran teripang kering dapat dilihat
pada Gambar 11.

19

Nelayan setempat menjual hasil tangkapan berupa teripang kering ke
pengumpul yang ada di Pulau Panggang. Kemudian, oleh pengumpul teripang
kering dikirim melalui jasa pengiriman barang yang berada di Muara Angke,
Jakarta Utara menuju PT Tunas Sejati Perkasa, Surabaya. Perusahaan ini
merupakan salah satu perusahaan pengekspor teripang kering dari Indonesia.
Teripang kering siap kirim dikemas dalam kardus dengan rata-rata pengiriman
sebesar 50-70 kg. Jenis teripang yang dikirim antara lain teripang pasir (H.
scabra), teripang gamak (S. variegatus), teripang kapuk (A. miliaris), dan teripang
merah (H. edulis) dapat dilihat pada Lampiran 4. Harga produk teripang kering
per kilogram disajikan dalam Tabel 5.
Nelayan
Pengumpul
PT Tunas Sejati Perkasa
Ekspor

Asia: Hongkong, Cina,
Taiwan,
Singapura,Malaysia, dan
Republik Korea

Eropa:
Perancis, Inggris,
Jerman, Belgia, dan
Belanda

Amerika Utara:
Amerika Serikat

Gambar 11 Diagram alir pemasaran teripang kering
Tabel 5 Jenis-jenis teripang dan harga per jenisnya
Jenis
Teripang Pasir (H.scabra)
Teripang Gamak (S. variegatus)
Teripang Kapuk (A. miliaris)
Teripang Merah (H. edulis)

Nelayan ke
Pengumpul
600 000
400 000
400 000
70 000

Harga (Rp/kg)
Pengumpul Ke
PT Tunas Sejati Perkasa
1 500 000
650 000
650 000
100 000

Negara-negara pengimpor teripang kering ini memanfaatkannya menjadi
berbagai macam olahan makanan seperti sup, direbus dan digoreng. Negara Cina
memanfaatkannya sebagai obat yang dapat mengatasi penyakit antara lain
sembelit, kesehatan hati dan arthritis. Martoyo et al. (2006) menyatakan teripang
mengandung saponin glycosides dan polysaccharides yang bermanfaat sebagai
bahan anti kanker. Selain itu, teripang kering ini dijadikan sebagai bahan produk
kecantikan atau kosmetik.

20

Aspek Kelayakan Usaha
Modal investasi
Modal investasi adalah pengeluaran atau modal yang digunakan untuk
menjalankan suatu usaha perikanan tangkap. Pada usaha yang dilakukan total
investasi usaha sebesar Rp41 050 000. Modal ini digunakan untuk investasi kapal
sebesar Rp25 000 000, 2 mesin berkekuatan 23 PK masing-masing sebesar Rp2
500 000, dan alat bantu dalam penangkapan seperti lampu petromaks 5 buah
sebesar Rp1.050.000,00, masker 5 buah sebesar Rp750 000, senter laut 3 buah
sebesar Rp1.500.000,00, kompresor Rp3 000 000, regulator dan masker 3 pasang
Rp750 000, selang 100 m Rp2 500 000, dan peralatan memasak Rp600 000.
Adapun rincian modal investasi dapat dilihat pada Lampiran 5.
Biaya usaha
Biaya usaha ialah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan operasi
penangkapan. Total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp44 725 000, terdiri dari
biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan
dan jumlahnya tetap. Penggunaan biaya ini untuk perawatan kapal, perawatan
mesin, penyusutan kapal, penyusutan mesin, penyusutan lampu petromaks,
penyusutan kacamata, penyusutan penganak, dan penyusutan peralatan memasak.
Biaya tidak tetap atau disebut juga biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan
jika melakukan operasi penangkapan dan jumlahnya dapat