simultanserempak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen Return on Assets.
3 Uji Parsial Uji-t
Uji-t Uji Parsial dilakukan untuk mengetahui signifikansi variabel independen yaitu struktur aktiva X1 dan struktur keuangan X2 secara
parsial terhadap variabel dependen yaitu Return on Assets Y. Hasil penelitiannya disajikan sebagai berikut.
Tabel 4.12 Uji Parsial Uji-t
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
-3.737 .146
-25.530 .000
Ln_STR. AKTIVA .324
.097 .297
3.335 .001
Ln_STR. KEUANGAN -.272
.122 -.198
-2.224 .028
a. Dependent Variabel: Ln_ROA
Sumber : Hasil pengolahan data dengan SPSS
a. Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Return on Asset ROA
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas untuk variabel X
1
, diperoleh t hitung sebesar 3.335. Sedangkan t tabel sebesar 1.65882. Berarti t hitung
t tabel dengan tingkat signifikansi 0.001, maka H ditolak dan H
a
diterima. Artinya terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara struktur
aktiva dengan Return on Assets.
b. Pengaruh Struktur Keuangan Terhadap Return on Asset ROA
Untuk variabel X
2
, pada tabel 4.12 di atas diperoleh t hitung sebesar -2.224 dan t tabel sebesar 1.65882 sehingga t hitung t tabel
dengan tingkat signifikansi 0.028, artinya terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara struktur keuangan dengan Return on Assets.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disusun suatu persaman regresi yaitu sebagai berikut :
Ln_Y = -3.737 + 0.324 Ln_X1 - 0.272 Ln_X2 + e Dimana :
Ln_Y = Return on Assets Ln_X1 = Struktur Aktiva
Ln_X2 = Struktur Keuangan e = error
4.3 Pembahasan
Berdasarkan uji determinan R
2
diperoleh hasil bahwa hubungan antara struktur aktiva dan struktur keuangan terhadap Return on Assets tidak erat,
sementara pengaruh yang diberikan struktur aktiva dan struktur keuangan terhadap Return on Assets juga sangat kecil. Terdapat beberapa kemungkinan
yang menyebabkan hal tersebut, pertama adalah karena keterbatasan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini, sementara terdapat faktor-faktor
lain yang diduga lebih berpengaruh terhadap Return on Assets. Faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi Return on Assets diantaranya adalah perputaran modal kerja, dimana s
emakin tinggi perputaran modal kerja working capital turnover menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal kerjanya, sehingga
semakin besar peluang perusahaan dalam mendapatkan return yang diharapkan. Rasio aktivitas perusahaan yang terdiri dari tingkat perputaran piutang dan tingkat
perputaran persediaan juga dapat mempengaruhi Return on Assets suatu perusahaan, selain itu tingkat solvabilitas perusahaan juga dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi Return on Assets. Faktor lain yang diduga menyebabkan kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya adalah karena
tingginya penggunaan hutang dibanding ekuitas pada variabel struktur keuangan, sehingga menyebabkan pengaruh yang negatif terhadap Return on Assets, sementara
hipotesis yang diajukan adalah pengaruh yang positif.
Selanjutnya berdasarkan uji-F yang dilakukan diperoleh hasil bahwa secara simultan atau secara bersama-sama, struktur aktiva dan struktur keuangan
mempengaruhi Return on Asets, demikian juga uji yang dilakukan secara parsial uji-T diperoleh hasil bahwa masing-masing variabel independen, yaitu struktur
aktiva dan struktur keuangan mempengaruhi Return on Asets . Pada pengujian secara parsial, hasil penelitian menunjukkan adanya
pengaruh yang positif dan signifikan antara struktur aktiva dengan Return on Assets.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermawan 2009, dimana hasil penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh
yang positif dan signifikan antara struktur aktiva terhadap Return on Assets. Adanya pengaruh struktur aktiva terhadap Return on Assets sejalan dengan teori
yang menyebutkan bahwa, “Menurunkan tingkat investasi dalam aktiva lancar,
akan mengarah pada peningkatan pengembalian atas total aktiva perusahaan” Van Horne dan Wachowicz, 2005:309. Teori tersebut mengandung pengertian
bahwa, naik turunnya jumlah aktiva lancar menyangkut perubahan yang terjadi pada rasio struktur aktiva. Semakin kecil nilai rasio struktur aktiva maka tingkat
ROA akan semakin besar, dan sebaliknya semakin besar nilai rasio struktur aktiva maka tingkat ROA akan semakin kecil. Keseimbangan antara aktiva lancar dan
aktiva tetap akan menentukan tingkat pengembalian atas investasi dalam aset-aset tersebut.
Apabila perusahaan ingin meningkatkan keuntungan maka peningkatan keuntungan tersebut akan diikuti pula oleh penigkatan risiko, demikian pula
sebaliknya, penurunan tingkat risiko akan diikuti oleh penurunan tingkat keuntungan profitabilitas. Peningkatan jumlah aktiva tetap dibanding aktiva
lancar akan meningkatkan rasio pengembalian atas aktiva, namun risiko yang terkandung dalam aktiva tetap lebih besar dibandingkan risiko pada aktiva lancar.
Sesuai dengan teori trade-off antara risiko dan profitabilitas dimana tingkat keuntungan yang besar akan diikuti oleh risiko yang besar pula. Seperti keputusan
dalam investasi aktiva tetap yang bersifat jangka panjang maupun penggunaan hutang jangka panjang dimana keduanya mengandung tingkat risiko tertentu.
Penurunan rasio aktiva lancar atas total aktiva akan mengakibatkan meningkatnya profitabilitas dan risiko. Peningkatan profitabilitas disebabkan
karena lebih banyak modal yang diinvestasikan dalam aktiva tetap yang dapat memberikan profitabilitas yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar.
Pada perusahaan industri manufaktur, jumlah aktiva tetap terhadap aktiva lancar,
akan menentukan tingkat ROA yang diperoleh, karena pada perusahaan industri, aktiva tetap menyerap sebagian besar dari modal yang ditanamkan dalam
perusahaan. Pengaturan dari kedua komponen aktiva tersebut membutuhkan perhitungan dan estimasi yang tepat dan disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan perusahaan serta peluang di masa yang akan datang. Pada akhirnya komposisi yang tepat dari struktur aktiva yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan operasional perusahaan akan menentukan besar kecilnya tingkat ROA yang diperoleh.
Selanjutnya pada uji parsial yang dilakukan terhadap struktur keuangan, diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh yang negatif dan signifikan antara
struktur keuangan terhadan Return on Assets. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alia 2011 pada perusahaan Real Estate
dan Property, dimana hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan dari struktur keuangan terhadap Return on Assets. Perbedaan hasil
penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan kondisi antara perusahaan sektor aneka industri dengan perusahaan sektor Real Estate dan Property. Sektor aneka
industri dan sektor Real Estate dan Property merupakan dua sektor industri yang berbeda dalam hal ruang lingkup bisnisnya termasuk risiko yang dimilikinya,
sehingga terdapat perbedaan kondisi struktur keuangan antara keduanya. Selama periode penelitian yang dilakukan Alia 2011, struktur keuangan perusahaan
sektor Real Estate dan Property tidak didominasi oleh perusahaan-perusahaan yang menggunakan hutang di atas rata-rata, sehingga, penggunaan hutang yang
dilakukan tidak menyebabkan terjadinya penurunan tingkat ROA.
Hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh yang negatif dan signifikan ini dapat diartikan apabila rasio struktur keuangan dinaikkan maka
rasio ROA akan menurun. Artinya penambahan hutang yang dilakukan perusahaan sektor aneka industri tidak dapat meningkatkan Return on Assets.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang disebutkan oleh Brigham dan Houston 2006 yang menjelaskan bahwa penggunaan hutang yang terlalu tinggi
akan menyebabkan biaya bunga tinggi sehingga dapat menyebabkan tingkat pengembalian atas aset ROA menurun. Adanya pengaruh yang negatif ini
mengindikasikan bahwa selama periode waktu penelitian yaitu 2007 hingga 2011, perusahaan terlalu banyak menggunakan hutang. Berdasarkan data rasio struktur
keuangan pada lampiran 3, terdapat 92 rasio struktur keuangan dari total 180 rasio bernilai lebih besar dari satu 1 dan sebanyak 33 rasio bernilai negatif
terjadi defisit modal. Seharusnya pada struktur modal yang optimal, penggunaan hutang yang
dilakukan dapat meningkatkan return perusahaan. Namun apabila penambahan hutang memberikan dampak yang negatif pada return yang diperoleh perusahaan,
berarti komposisi pendanaan perushaan tersebut tidak optimal. Brigham dan Houston 2001:5 pada teori struktur modal yang optimal menerangkan bahwa
“Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan trade-off antara risiko dan tingkat pengembalian: menggunakan lebih banyak hutang berarti memperbesar
risiko yang ditanggung pemegang saham; menggunakan lebih banyak hutang juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan”. Sementara Brealey et al.
2007:32 menyebutkan bahwa “manajer keuangan seharusnya meningkatkan
hutang sampai pada satu titik di mana nilai perlindungan pajak bunga tambahan hanya terimbangi oleh tambahan biaya masalah keuangan yang mungkin timbul”.
Kedua teori tersebut mengandung suatu pengertian bahwa penggunaan atau penambahan hutang pada struktur keuangan boleh dilakukan hanya jika
penggunaan hutang tersebut dapat meningkatkan return sehingga meningkatkan nilai perusahaan. Jika penambahan hutang akhirnya berdampak negatif, sebaiknya
penggunaan hutang dikurangi karena hanya memperbesar risiko yang ditanggung perusahaan. Berdasarkan uraian-uraian tersebut maka dapat dijelaskan mengapa
hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan namun berlawanan arah atau negatif.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan