Relationship between Peat Soil Characteristic and Its Nutrient Status as well as Soil Microbial and Macrofauna Diversities in Sago Palm Growing Area.

KETERKAITAN SIFAT TANAH GAMBUT TERHADAP KONSENTRASI
HARA DAN KERAGAMAN MIKROB SERTA MAKROFAUNA TANAH
DI AREAL PENANAMAN SAGU

DESTI HERTANTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Keterkaitan Sifat Tanah
Gambut Terhadap Konsentrasi Hara dan Keragaman Mikrob Serta Makrofauna
Tanah di Areal Penanaman Sagu adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Desti Hertanti
NIM E451090031

RINGKASAN
DESTI HERTANTI. Keterkaitan Sifat Tanah Gambut Terhadap Konsentrasi Hara
dan Keragaman Mikrob Serta Makrofauna Tanah di Areal Penanaman Sagu.
Dibimbing oleh BASUKI WASIS, NOOR FARIKHAH HANEDA dan DWI
ASMONO.
Indonesia memiliki lahan gambut terluas diantara negara tropis, sekitar 21
juta ha yang tersebar terutama di Sumatra, Kalimantan dan Papua. Sagu
(Metroxylon spp) sebagai salah satu tumbuhan asli Indonesia merupakan sebuah
komoditi yang memiliki prospek perkembangan sangat baik di masa depan, selain
itu tanaman sagu memiliki kemampuan untuk tumbuh di lahan-lahan marginal.
Salah satu input yang dibutuhkan oleh tanah terkait dengan produktivitas
lahan pada lahan-lahan perkebunan ialah bahan organik tanah serta unsur hara
yang tersedia dalam jumlah seimbang. Beberapa makrofauna tanah berperan
langsung dalam menghancurkan fraksi-fraksi organik tanah dan komposisi spesies
pada suatu habitat merupakan indikator paling baik untuk mengungkapkan

kualitas habitat yang bersangkutan. Diantaranya kelompok mikrob tanah, bakteri
dan fungi adalah kelompok yang paling banyak mendapat perhatian. Peranan
bakteri dalam pendaur-ulangan unsur hara seperti karbon, nitrogen dan fosfor
adalah sangat penting.
Tujuan penelitian ini ialah untuk menganalisis hubungan anatara
karakteristik tanah gambut terkait dengan ketesediaan hara tanaman dan
keragaman mikrob dan makrofauna di beberapa areal penanaman sagu. Adapun
areal yang dijadikan sebagai plot pengamatan ialah mempertimbangkan perbedaan
tipe pengelolaan lahan/kebun, tipe penutupan lahan yaitu kebun sagu di areal
permukiman, kebun sagu di areal PT.National Sago Prima dan kebun sagu di areal
PT. NSP terbakar.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kandungan hara K tertinggi
ialah pada kebun perusahaan terbakar berbeda nyata dengan kandungan di kebun
masyarakat dan kebun perusahaan, sedangkan kandungan kalsium tertinggi
terdapat pada kebun perusahaan, kebun masyarakat dan berbeda nyata dengan
kebun perusahaan terbakar. Hubungan antara ketersediaan kalium di dalam tanah
dengan ketersediaan kalium di daun dan rachis menunjukkan kecenderungan yang
positif antara ketersediaan kalium di dalam tanah dengan kandungan kalium di
rachis. Sedangkan ketersediaan kalsium dan magnesium di dalam tanah tidak
menunjukkan kecenderungan yang positif.

Pada penelitian ini diketahui pula bahwa kondisi fisik lingkungan, yaitu
kedalaman muka air gambut dan nilai C/N ratio memberikan pengaruh terhadap
keragaman mikrob dan makrofauna yang ditemukan. Keragaman mikrob dan
makrofauna tertinggi ditemukan pada areal kebun masyarakat dengan kedalaman
muka air gambut sebesar 63.33 cm dan kandungan C/N ratio sebesar 56.12%.

Kata kunci : Tanah gambut, kalium, magnesium, perkebunan sagu

SUMMARY
DESTI HERTANTI. Relationship between Peat Soil Characteristic and Its
Nutrient Status as well as Soil Microbial and Macrofauna Diversities in Sago
Palm Growing Area. Supervised by BASUKI WASIS, NOOR FARIKHAH
HANEDA dan DWI ASMONO
Indonesia has the largest peat land among tropical countries, about 21
million ha are scattered mainly in Sumatra, Kalimantan and Papua. Spread of
peatlands in Indonesia's main islands, only about 6 million hectares are used for
agriculture viable. It is associated with the utilization of peat which had many
obstacles especially in peatlands that have not experienced further weathering.
The one of the natural resources are not optimally managed sago palm
(Metroxylon spp). Sago as one of the plants native to Indonesia which is a

commodity that has a very good development prospects for the future, in addition
to the sago plant has the ability to grow in marginal lands. One of the inputs
required by the land associated with land productivity on farm land is soil organic
matter and nutrients are available in a number of balanced. Soil microorganisms
and organism play an important role in accelerating the supply of nutrients and
also as a source of soil organic matter. Among groups of soil microbes, bacteria
and fungi are the most likely group to attention. The role of bacteria in the
recycling of nutrients such as carbon, nitrogen and phosphorus are very important.
The purpose of this study was to examine the relationship between peat
soil characteristics associated with plant nutrients and microbial diversity and
macrofauna in a sago plantation. The area is used as a plot observations is to
consider the different types of land management, the land cover types in the area
of community cultivation, sago plantations in the area PT.NSP and sago
plantations in the area of PT. NSP on fire.
Based on the research results revealed that the highest nutrient content of
K is in sago plantations in the area of PT. NSP on fire > community cultivation >
sago plantations in the area PT.NSP, while the highest calcium content contained
in sago plantations in the area PT.NSP > community cultivation > is in sago
plantations in the area of PT. NSP on fire. Relationship between the availability of
potassium in the soil with the availability of potassium in leaves and rachis

showing a positive relationship between the availability of potassium in the soil
with potassium content in the rachis. While the availability of calcium and
magnesium in the soil did not show a positive relationship.
In this research shown that the physical condition of the environment, that is
water table depth pf peat and C/N ratio contribute impact on microbial diversity
and macrofauna. The highest microbial and macrofauna diversities was found in
community sago cultivation area with peat water table depth of 63.33 cm and
content of C/N ratio of 56.12%.
Keywoords : Peat soil, kalium, magnesium, sago cultivation

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


KETERKAITAN SIFAT TANAH GAMBUT TERHADAP KONSENTRASI
HARA DAN KERAGAMAN MIKROB SERTA MAKROFAUNA TANAH DI
AREAL PENANAMAN SAGU

DESTI HERTANTI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Silvikultur Tropika

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Penguji pada Ujian Tertutup: Dr Ir Omo Rusdiana, MSc. Forest.Trop

Judul Tesis : Keterkaitan Sifat Tanah Gambut Terhadap Konsentrasi Hara dan

Keragaman Mikrob Serta Makrofauna Tanah di Areal Penanaman
Sagu
Nama
: Desti Hertanti
NIM
: E451090031

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Basuki Wasis, MS
Ketua

Dr Ir Noor Farikhah Haneda, MS
Anggota

Dr Dwi Asmono, MS, APU
Anggota

Diketahui oleh


Ketua Program Studi
Silvikultur Tropika

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Basuki Wasis, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MSc.Agr

Tanggal Ujian :

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2012 hingga April
2012, dengan judul Keterkaitan sifat tanah gambut terhadap konsentrasi hara dan
keragaman mikrob serta makrofauna tanah di areal penanaman sagu.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Basuki Wasis, MS, Ibu Dr Ir
Noor Farikhah Haneda, MS dan Bapak Dr Dwi Asmono, MS, APU selaku
pembimbing, serta Bapak Dr Ir Omo Rusdiana, MSc. Forest.Trop yang telah banyak
memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Albertus Fajar Irawan, SP. MAgr. Ph.D dan Bapak Fahmi Wendra, SP, MSi selaku
pembimbing lapang yang telah mengarahkan dalam kegiatan penelitian di lapangan
serta staf Research and Development PT. National Sago Prima dan staf Research and
Development Laboratory PT. Bina Sawit Makmur, yang telah membantu selama
pengumpulan data dan kegiatan laboratorium. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, dan suami serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kerangka Pemikiran

Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
2 METODE
Lokasi dan Waktu
Bahan
Alat
Prosedur Analisis Data
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Hara di Beberapa Areal Penanaman Sagu
Ketersediaan hara di Dalam Tanah dan Kandungan Hara Pada
Tanaman
Eksplorasi Keragaman Mikrob dan Makrofauna Tanah
Mikrob dan Makrofauna Tanah
4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

vi
vi
1
1
3
5
6
6
6
7
7
7
7
7
14
14
20
26
32
40
40
40
41
45
46

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Lokasi plot pengamatan penelitian
Tahapan kegiatan isolasi mikrob tanah gambut
Metode analisis sifat fisik, kimia dan biologi tanah
Sifat fisik tanah di beberapa plot lokasi penelitian
Kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa di plot penelitian
Kadar hara tanah di beberapa areal penanaman sagu
Dimensi pertumbuhan tanaman sagu di beberapa plot penelitian
Jumlah spora masing-masing spesies pada areal penanaman sagu
Studi literatur keragaman mikoriza di tanah gambut
Keragaman fungi di beberapa plot penelitian
Studi literatur keragaman fungi di tanah gambut
Keragaman genus bakteri di beberapa plot penelitian
Komposisi keragaman ordo makrofauna tanah di areal penelitian
Komposisi keragaman makrofauna tanah di masing-masing plot
penelitian
15 Kadar C-org, N-total dan C/N ratio di beberapa areal penanaman sagu

8
11
13
14
17
19
21
26
27
28
29
30
31
32
36

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran penelitian
2 Diagram alir penelitian
3 Ilustrasi pengambilan sample tanah untuk analisis sifat kimia dan fisik
tanah
4 Pengambilan sample tanah untuk analisis sifat biologi
5 Kondisi plot kebun perusahaan a), kondisi plot kebun perusahaan
terbakar
6 Kandungan total asam fenolat dan nilai pH pada masing-masing plot
7 Analisis kandungan hara (P, Fe, Zn dan Mn) tanah di plot penelitian
8 Analisis kandungan hara (Ca, Mg, K, Na, Al dan H) tanah di plot
penelitian
9 Kondisi tanaman contoh sagu di plot penelitian a), tanaman sagu tuni b)
10 Ketersediaan kalium dalam tanah dengan ketersediaan kalium di daun
dan kalium di rachis
11 Ketersediaan kalsium dalam tanah dengan ketersediaan kalsium di daun
dan di rachis
12 Ketersediaan magnesium dalam tanah dengan ketersediaan magnesium
di daun dan kalium di rachis
13 Kandungan unsur hara K, Ca dan Mg di dalam daun
14 Rata-rata tinggi dan diameter tanaman sagu
15 Kedalaman muka air gambut dan ketebalan serasah serta jumlah
spesies FMA pada masing-masing plot penelitian

4
8
9
10
14
15
18
18
20
22
23
23
24
25
33

16 Kedalaman muka air gambut dan ketebalan serasah serta jumlah spesies
fungi pada masing-masing plot penelitian
17 Kedalaman muka air gambut dan ketebalan serasah serta jumlah genus
bakteri pada masing-masing plot penelitian
18 Ketebalan serasah dan jumlah famili serta jumlah total individu dari
masing-masing plot
19 Kadar C/N dan jumlah spesies FMA pada masing-masing plot
penelitian
20 Kadar C/N dan jumlah spesies fungi pada masing-masing plot
penelitian
21 Kadar C/N dan jumlah genus bakteri pada masing-masing plot
penelitian
22 Kondisi areal kebun perusahaan terbakar

34
34
35
37
38
38
39

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis kandungan total asam fenolat
2 ANOVA dan Uji lanjut Duncan kandungan kalium dalam tanah
3 ANOVA dan Uji lanjut Duncan kandungan calsium dalam tanah

45
45
45

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia memiliki lahan gambut terluas diantara negara tropis, sekitar 21
juta ha yang tersebar terutama di Sumatra, Kalimantan dan Papua. Dari lahan
gambut yang tersebar di pulau-pulau utama Indonesia, hanya sekitar 6 juta ha
yang layak dimanfaatkan untuk pertanian (Agus dan Subiksa 2008). Hal ini
terkait dengan pemanfaatan gambut yang banyak mengalami kendala terutama
pada lahan gambut yang belum mengalami pelapukan lanjut. Ketersediaan hara di
dalam tanah gambut berhubungan erat dengan tingkat dekomposisi tanah gambut.
Bintoro (1999) mengungkapkan bahwa salah satu sumberdaya alam yang
belum dikelola secara optimal adalah tanaman sagu (Metroxylon spp). Sagu
sebagai salah satu tumbuhan asli Indonesia yang merupakan sebuah komoditi
yang memiliki prospek perkembangan yang sangat baik kedepannya, selain itu
tanaman sagu memiliki kemampuan untuk tumbuh di lahan-lahan marginal.
Secara tradisional tanaman sagu juga dapat dimanfaatkan dari seluruh bagian
pohonnya, seperti daun, kulit, batang dan pelepah, tangkai daun serta ampas sagu.
Sagu merupakan alternatif pangan dan dapat didayagunakan bagi pengelolaan,
pengendalian dan pelestarian lingkungan. Terkait dengan permasalahan pangan di
Indonesia maka sangat disarankan dengan menggunakan pati sagu sebagai
makanan alternatif selain nasi sehingga mengurangi konsumsi nasi dan
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Menurut Turukay (1986) dalam Bintoro (2008) 43% luasan lahan sagu
terdapat di lahan kering yang lembab, 30% di rawa dan sisanya di tepi sungai.
Selain itu dituliskan bahwa habitat asli sagu adalah tepi parit/sungai yang
tergenang selain itu sagu dapat tumbuh pada berbagai kondisi hidrologi dari yang
terendam sepanjang masa hingga lahan yang tidak terendam. Diketahui bahwa
sagu dapat tumbuh di tanah gambut namun pada lahan tersebut tampak gejala
kahat hara yang berakibat jumlah daun lebih sedikit dan umur untuk mencapai
masa tebang lebih lama.
Terkait dengan hal di atas diketahui pula bahwa prospek pemanfaatan
lahan gambut sebagai areal perkebunan dewasa ini sangat tinggi, namun jika
dikaitkan dengan karaktersitik sifat tanah yang merupakan tanah tidak subur, hal
ini akan memberikan kesulitan dalam pengolahan tanah gambut tersebut.
Sehingga tidak sedikit kasus pengelolaan areal gambut dengan penggunaan pupuk
kimia maupun bahan-bahan kimia dengan dosis berlebihan yang menjadi
pencemaran daerah sekitar. Selain itu dengan kegiatan pemupukan pun tidak
menjamin ketersediaan hara di dalam tanah untuk dapat diserap oleh tanaman. Hal
ini disebabkan oleh karaktersitik tanah gambut yang umumnya memiliki
kesuburan yang rendah dengan pH sekitar 3,3 (pH 2 m (Agus
dan Subiksa 2008). Produktivitas tanah gambut umumnya rendah. Hal ini ditandai
oleh pH tanah yang rendah, ketersediaan unsur makro dan mikro yang rendah dan
tingginya nilai C/N (Agus dan Subiksa 2008). Rendahnya produktivitas tanah
gambut juga dapat dilihat dari aktivitas biologi pada tanah tersebut, dimana
aktivitas biologi organisme seperti laju dekomposisi sangat rendah (Radjagukguk
dan Setiadi 1989). Selanjutnya Beare et al. (1995) menyebutkan bahwa organisme
tanah berpengaruh terhadap karakteristik fisik, kimia dan biologi tanah dimana
struktur komunitas biotik dapat mempengaruhi siklus biogeokimia yang terjadi di
dalam tanah.
Keberadaan mikrob tanah akan sangat bergantung pada habitat yang
ditempatinya. Keberadaan dan kerapatan populasi di suatu daerah tersebut akan
sangat bergantung pada faktor lingkungan, yaitu faktor lingkungan abiotik dan
lingkungan biotik. Faktor lingkungan abiotik dapat berasal dari faktor fisik seperti
suhu, kadar air, porositas, struktur tanah, sedangkan faktor kimia seperti salinitas,
pH, kadar bahan organik tanah, dan unsur-unsur mineral tanah. Faktor lingkungan
biotik yang mempengaruhi keberadaan dan kerapatan populasi fauna tanah adalah
organisme lain yang juga terdapat di habitat tersebut, seperti mikroflora, tumbuhtumbuhan dan penutupan lahan.
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba melakukan eksplorasi terhadap
keragaman mikrob tanah serta fauna tanah yang berperan dalam penyediaan
unsur-unsur hara tanah terkait dengan perbedaan penutupan lahan yang ada
dengan parameter tegakan di atas permukaan serta rata-rata pertumbuhan sagu
sebagai tanaman inti, dimana pada akhirnya melalui informasi yang diperoleh
dapat dijadikan referensi serta informasi terhadap kebijaksanaan pengelolaan
secara lestari dilihat dari aspek biologi tanah.
Telah banyak penelitian yang mengkaji tentang perubahan kualitas tanah
pada berbagai areal penutupan. Kesimpulan umum menyatakan bahwa kualitas
tanah akan berbeda tergantung dengan penutupan serta kondisi iklim mikronya.
Namun, dari berbagai penelitian yang telah dilakukan hanya sedikit sekali
penelitian yang mengkaji kepada aspek keragaman mikrob tanah yang dikaitkan
pada indikator kualitas kesuburan tanah. Kualitas kesuburan tanah umumnya
hanya digambarkan melalui perubahan sifat kimia dan sifat fisik tanah, meskipun
secara mayoritas dua sifat tersebut mempengaruhi namun salah satu sifat yang
tidak bisa diabaikan ialah sifat biologi tanah tersebut. Adapun skema kerangka
penelitian disajikan pada Gambar 1.

4

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

5

Perumusan Masalah
Pertumbuhan tanaman akan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur
hara yang mampu diserap dan dipergunakan oleh tanaman tersebut. Adapun
beberapa hara penting bagi pertumbuhan tanaman ialah nitrogen, fosfat dan
karbon. Namun salah satu permasalahan yang terjadi ialah pada areal tanah
gambut, ketersediaan hara di dalam tanah sangat terbatas selain itu unsur hara pun
tidak dalam kondisi hara tersedia bagi tanaman sehingga hal ini yang
menyebabkan pertumbuhan tanaman di areal gambut akan memiliki banyak
kendala. Secara alamiah lahan gambut yang memiliki tingkat kesuburan rendah
yang diakibatkan kandungan unsur haranya rendah dan mengandung beragam
asam-asam organik yang sebagian bersifat racun bagi tanaman. Namun demikian
asam-asam tersebut merupakan bagian aktif dari tanah yang menentukan
kemampuan gambut untuk menahan unsur hara. Karakteristik dari asam-asam
organik ini akan menentukan sifat kimia gambut.
Selain itu mekanisme pengelolaan lahan secara tidak langsung akan
mengakibatkan perubahan populasi mikrob tanah. Adapun beberapa mikrob yang
memiliki peranan dalam penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman,
diantaranya ialah bakteri pelarut fosfat, bakteri penambat nitrogen hingga
hubungan simbiosis mutualisme mikoriza dengan tanaman tersebut. Namun salah
satu permasalahan yang tidak dapat diabaikan di areal lahan gambut ialah
tingginya kandungan asam yang dapat menyebabkan rendahnya pH.
Pada praktek pengelolaan PT. National Sago Prima (PT. NSP) yang
bergerak di bidang penanaman sagu diketahui secara deskriptif perbedaan antara
plot penanaman sagu di areal permukiman dengan plot penanaman di areal PT.
NSP. Adapun beberapa perbedaan perlakuan ialah perbedaan jarak tanam dan
karakteristik tanah gambut, dimana dengan perbedaan ini diketahui
mempengaruhi produktivitas tanaman sagu tersebut. Jika dikaitkan dengan
kemampuan tanah menyediakan unsur hara tersedia, maka perbedaan tersebut
memberikan pengaruh terhadap kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara
bagi tanaman.
Atas dasar uraian permasalahan yang dikemukakan di atas maka timbul
beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian ini :
1. Apakah terdapat hubungan antara ketersediaan hara di dalam tanah terkait
dengan perbedaan pengelolaan penanaman sagu oleh masyarakat dengan PT.
NSP?
2. Apakah terdapat implikasi ketersediaan hara di dalam tanah dengan kandungan
hara pada tanaman secara deskriptif ?
3. Apakah terdapat perbedaan komposisi dan populasi keragaman mikrob tanah
meliputi fungi mikoriza arbuskula (FMA) serta makrofauna tanah pada areal
plot penanaman sagu oleh masyarakat dan plot penanaman sagu di PT. NSP ?
4. Mengacu pada jawaban di atas, maka dapat dikaji implikasi keterkaitan
keberadaan mikrob tanah serta makrofauna tanah terhadap sifat fisik dan kimia
tanah pada masing-masing areal plot penanaman terkait dengan jumlah mikrob
tanah?

6

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah :
1. Menganalisis hubungan antara ketersediaan hara di dalam tanah terkait dengan
perbedaan pengelolaan penanaman sagu oleh masyarakat dengan PT. NSP
2. Menganalisis hubungan ketersediaan hara di dalam tanah dengan kandungan
hara pada tanaman secara deskriptif
3. Menganalisis dan mengidentifikasi mikrob tanah, FMA serta makrofauna
tanah di masing-masing plot penelitian
4. Menganalisis hubungan sifat tanah gambut di beberapa areal penelitian terkait
dengan keragaman mikroorganisme dan makrofauna tanah
Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Melengkapi informasi dan data mengenai keanekaragaman mikrob tanah,
fungi mikoriza dan makrofauna tanah pada beberapa plot penananam
2. Melengkapi informasi keterkaitan sifat fisik dan kimia tanah dengan jumlah
mikrob tanah, fungi mikoriza serta makrofauna tanah gambut
3. Sebagai bahan acuan perbaikan faktor lingkungan dalam pengambilan
kebijakan teknis pengelolaan
Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian meliputi (i) analisis sifat (fisik, kimia dan biologi) tanah
gambut dari beberapa areal penanaman sagu, (ii) ekstraksi asam-asam organik dari
beberapa areal penanaman sagu, (iii) isolasi dan identifikasi mikrob tanah dari
beberapa areal penanaman sagu, (iv) isolasi dan identifikasi FMA tanah gambut
dari beberapa areal penanaman sagu, (vi) identifikasi keragaman fauna tanah
gambut dari beberapa areal penanaman sagu.

7

2 METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan Sagu PT. NSP dan kebun sagu
masyarakat, Selat Panjang, Riau. Penelitian ini dilaksanakan secara 2 tahap, yaitu
pengambilan sampel dilakukan pada bulan April 2012 dan analisis sampel di
laboratorium dilakukan di lakukan pada bulan Mei - Juli 2012 di Laboratorium
Mikrobiologi PT. Sampoerna Agro, Palembang.
Bahan

Sample tanah utuh untuk analisis sifat tanah (fisik tanah, kimia tanah serta
biologi tanah), bahan tanaman (sample daun dan rachis) untuk analisis serapan
tanaman dan mikrob yang diisolasi dari plot penanaman sagu oleh masyarakat dan
areal PT. NSP.
Bahan kimia yang digunakan adalah aquadest, ekstrak khamir (Scharlau),
(NH4)2SO4, MgSO4.7H2O, KH2PO4, NaOH, H2SO4, indikator phenol phtalin,
alkohol 70%, spirtus. Bahan mikrobiologi yang digunakan adalah nutrient agar
(NA) dan Potatoes Dextrose Agar (PDA).
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian : Peta lokasi, laminar, autoklaf,
sentrifuse, mikroskop, cawan petri, tabung reaksi, pipet, gelas ukur, bunsen,
erlenmeyer, timbangan, magnetic stirer, vortex, stirer, pH meter, spektofotometer,
desikator, oven, shaker, ember, kamera, meteran/mistar, cangkul, GPS, sekop,
komputer, ring tanah, higro-termometer, termometer tanah, tabung film/toples,
pinset, plastik, kertas label, kertas saring, saringan, peralatan tulis, Cool box
untuk menyimpan tanah dan peralatan analisis laboratorium.
Prosedur Analisis Data
Penelitian ini meliputi ekstraksi asam-asam organik tanah gambut dari plot
penelitian, analisis sifat (fisik, kimia dan biologi) tanah gambut dari plot
penelitian, isolasi mikrob dan identifikasi tanah dari plot penelitian, isolasi dan
seleksi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) tanah gambut dari plot penelitian,
identifikasi keragaman makrofauna tanah gambut dari plot penelitian. Tahapan
kegiatan penelitian disajikan pada Gambar 2.

8

Kegiatan di lapangan

Kegiatan di laboratorium

Penentuan plot pengamatan

Ekstraksi asam-asam organik tanah gambut

Pengukuran kedalaman muka air gambut,
pengukuran ketebalan serasah, suhu tanah
dan suhu lingkungan serta RH

Analisis total asam organik tanah gambut

Analisis sifat fisik, kimia dan biologi tanah
Pengambilan makrofauna tanah
Isolasi mikrob tanah meliputi bakteri dan
fungi

Pengambilan sample tanah

Isolasi FMA dari tanah gambut
Pengukuran dimensi tanaman pokok sagu
Identifikasi makrofauna tanah gambut
Pengambilan sample tanaman sagu
Analisis kandungan hara pada daun dan
rachis tanaman sagu

Gambar 2 Diagram alir penelitian
Penentuan Plot Pengamatan Penelitian
Penentuan lokasi penelitian yang dijadikan titik sampling berdasarkan
Purposif Random Sampling yaitu dengan mempertimbangkan perbedaan tipe
pengelolaan lahan/kebun, tipe penutupan lahan yaitu kebun sagu di areal
permukiman, kebun sagu di areal PT.NSP dan kebun sagu di areal PT. NSP
terbakar (pada tahun 2003 dan merupakan pengelolaan PT. National Timber
Forest). Adapun areal plot penanaman sagu yang digunakan ialah plot penanaman
dengan persyaratan seumur berdasarkan tahun tanam yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Lokasi plot pengamatan penelitian
No
1
2
3

Lokasi
Kebun sagu masyarakat
Kebun sagu perusahaan
Kebun sagu perusahaan terbakar

Kode
KP
K26
I30

Jumlah
3 plot
3 plot
3 plot

9

Pengambilan Makrofauna Tanah
Kegiatan ekstraksi fauna tanah dilakukan dengan menggunakan metode hand
collection atau pengambilan secara langsung. Adapun kegiatan ekstraksi fauna
tanah dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Membuat petak berukuran 1 x 1 m dalam setiap plot pengamatan
2. Mengamati kisaran penutupan serasah
3. Mengambil serasah pada plot pengukuran dan menempatkannya pada bak
plastik
3. Mengeruk lapisan tanah hingga kedalaman 0-5 cm dan binatang tanah yang
terlihat ditangkap dan dimasukkan ke dalam botol koleksi berisi alkohol 70 %
dengan menggunakan pinset
4. Mengekstrak dan menangkap fauna tanah yang terdapat pada massa serasah
dalam bak plastik dan memasukkannya kedalam botol koleksi yang telah
diberi alkohol 70% adapun teknik koleksi yang digunakan ialah hand
collection.
Pengambilan sampel untuk analisis kimia dan fisik
Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara pengambilan tanah utuh
(undisturbed soil sample) untuk analisis sifat fisik dan pengambilan tanah terusik
(disturbed soil sample) untuk analisis sifat kimia. Posisi pengambilan sample
dilakukan di tiap plot pengamatan, dengan ketentuan pengambilan sampel tanah
diantara pohon sagu dalam satu plot pengamatan yang disajikan pada Gambar 3.

8m

Gambar 3 Ilustrasi pengambilan sample tanah untuk analisis sifat kimia dan fisik
tanah
= tanaman sagu
= titik pengambilan sampel tanah
= garis khayal pembagi

10

Adapun pengambilan sampel tanah untuk analisis sifat fisik dan sifat kimia
tanah dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pengambilan dilakukan secara komposit untuk tanah terusik disetiap plot
ulangan dengan menggunakan sekop untuk dilakukan analsisis sifat kimia
(pH, Kapasitas Tukar Kation (KTK), Kejenuhan Basa (KB), C-organik, NTotal, P dan kandungan unsur hara mikro lainnya), sedangkan pengambilan
sampel tanah untuk uji fisik (kadar air, kadar abu, bulkdensity dan porositas)
dilakukan hanya pada satu titik didalam plot ulangan dengan menggunakan
ring tanah
2. Proses pengambilan contoh tanah dimulai dengan membersihkan tanahnya
terlebih dahulu dari serasah atau rumput
3. Pengambilan sampel tanah utuh tidak dilakukan secara komposit melainkan
menggunakan ring tanah ialah dengan cara membenamkan ring tanah pada
kedalaman 0 - 30 cm setelah itu ring tanah diangkat dan dibersihkan, ketika
mengangkat ring upayakan tanah tidak terganggu
4. Menggunakan sekop ialah dengan cara membuat lubang hingga kedalaman 30
cm setelah itu pada kedalaman tersebut tanah diambil dan dimasukkan
kedalam plastik.
Pengambilan sample tanah untuk analisis sifat biologi
Pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara pengambilan tanah
terusik (disturbed soil sample). Adapun pengambilan sample tanah untuk analisis
sifat biologi tanah difokuskan pada daerah rhizosfer atau daerah dekat perakaran.
Pengambilan sample tanah terkait dengan analisis sifat biologi akan dibagi
menjadi dua kategori, yaitu sample untuk analisis mikrob tanah dan sample tanah
untuk analisis FMA. Mekanisme pengambilan sample tanah untuk analisis sifat
biologi ialah sebagai berikut :
20

8m
20 m

1

Gambar 4 Ilustrasi pengambilan sample tanah untuk analisis sifat biologi
= tanaman sagu
= titik pengambilan sampel tanah
= jarak tanam

11

Adapun pengambilan sampel tanah untuk analisis sifat biologi tanah
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pemilihan tegakan secara acak dengan pertimbangan komposisi proporsional
(pertimbangan tinggi dan diameter) dalam plot pengamatan
2. Pengambilan sampel masing-masing 3 sampel untuk setiap plot pengamatan
pada kedalaman 0-20 cm dari permukaan tanah dengan menggunakan sekop
tanah
3. Sampel tanah yang telah diambil dimasukkan kedalam kantong plastik dan
disimpan dalam cool box dengan tujuan untuk menjaga suhu dan kondisi
sample yang akan dianalisis.
Pengukuran Dimensi dan Pengambilan Sample Tanaman Sagu
Kegiatan pengukuran dimensi tanaman sagu meliputi tinggi tanaman dan
diameter tanaman sagu untuk setiap tanaman dimasing-masing plot penelitian
dengan kriteria tinggi yang relatif seragam. Pengukuran dimensi ini dilakukan
dengan tujuan sebagai data dasar terkait dengan implikasi ketersediaan hara dalam
tanah yang mampu diserap oleh tanaman. Data tinggi serta diameter digunakan
sebagai acuan bahwa hara tersedia dan diserap oleh tanaman secara optimal.
Adapun pengukuran dimensi tanaman dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Membersihkan batang tanaman dari pelepah serta tumbuhan yang terdapat di
batang tanaman
2. Memberikan kode tanaman sebagai kode tanaman pokok menggunakan cat
berwarna putih
3. Mengukur diameter tanaman sagu dengan menggunakan pita ukur dengan
cara melingkarkan pita ukur pada bagian batang sagu
4. Mengukur tinggi tanaman sagu dengan menggunakan tongkat yang dikaitkan
meteran pada bagian ujung tongkat
5. Meletakkan tongkat tersebut pada bagian batang tanaman pokok sagu dan
melakukan pembacaan di meteran yang terkait di pangkal tongkat
Kegiatan Di Laboratorium
Kegiatan di laboratorium dilakukan dengan beberapa tahapan yang
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Tahapan kegiatan isolasi mikrob tanah gambut
No
Tahapan
Metode
1. Ekstraksi asam-asam organik dari plot
Maciak & Harms (1986) dalam
pengamatan
Nurani (2010)
2. Analisa Total Asam
Titrasi
3. Isolasi mikrob dari tanah plot pengamatan
Pengenceran
dan pemurnian
4. Seleksi dan isolasi FMA lokal dari tanah
Metode tuang dan saring
gambut
(Gedermann and Nicolson,
1963 dalam Ervanyenri, 1998)

12

Ekstraksi Asam-asam Organik dari Tanah Gambut
Ekstraksi asam-asam organik dari tanah gambut menggunakan cara yang
dilakukan oleh Maciak dan Harms (1986) dalam Nurani (2010) dengan
modifikasi. Terhadap sepuluh gram tanah ditambahkan 100 ml NaOH 2 M dan
dikocok dengan shaker selama 3 jam. Larutan dipisahkan dari sisa fraksi padat
dengan sentrifugasi selama 20 menit 8000 rpm. Larutan H2SO4 ditambahkan
secara bertahap dalam fraksi larutan sambil diaduk, sampai terjadi pengendapan
sempurna. Fraksi larutan dipisahkan dengan sentrifugasi 8000 rpm selama 20
menit dan digunakan sebagai sumber karbon dalam penelitian.
Analisa Total Asam (metode titrasi)
Sampel sebanyak 2 ml dipipet, dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml.
Cairan selanjutnya diencerkan dengan aquades sampai volume 20 ml dan diberi
beberapa tetes indikator phenol phtalin. Cairan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1
N hingga terbentuk warna merah muda.
Isolasi Mikrob Dari Tanah
Satu gram tanah gambut atau tanah mineral dilarutkan dalam 9 ml air steril
kemudian divortex. Sebanyak 0,5 ml larutan diinokulasi dalam medium Nutrien
Agar (NA) dan Potatoes Dextrose Agar (PDA) selanjutnya diinkubasi pada suhu
kamar selama 1-3 hari. Pemurnian isolat dilakukan dengan menumbuhkan koloni
kedalam medium agar miring dan agar tegak untuk bakteri serta medium cawan
petri untuk jamur.
Seleksi Dan Isolasi Fungi Mikoriza Arbuskuka Lokal Dari Tanah Gambut
Isolasi spora dari tanah contoh dilakukan mengikuti metode tuang dan
saring (Gedermann and Nicolson 1963 dalam Ervanyenri 1998). Tanah gambut
contoh masing-masing 50 g ditambah air secukupnya diblender, selama 3 menit
kemudian disaring dengan berukuran 410, 125 dan 45 mesh. Hasil dari saringan
125 dan 46 mesh ditambah larutan sukrosa 80% sebanyak 1/3 bagiannya,
dimasukkan kedalam tabung dan disentrifus selama 3 menit dengan kecepatan
2700 rpm. Cairan yang agak bening dibagian tengah tabung disedot menggunakan
spait untuk dicuci dan disaring dengan saringan 45 mesh, hasilnya ditempatkan
dalam cawan petri dan diamati dibawah mikroskop stereo. Spora hasil ekstrak
diidentifikasi/determinasi sampai tingkat genus (Schenck and Perez 1988 dan
Brundrett et al. 1996 dalam Ervayenri 1998). Selain itu spora juga diamati secara
morfologis dan dibedakan ke dalam beberapa tipe sekaligus dihitung jumlahnya,
pekerjaan ini dilakukan 3 ulangan.
Identifikasi Dengan Teknik Hand Collection
Sampel fauna tanah yang telah diperoleh di lapangan yang diekstrak dan
ditangkap dimasukkan kedalam botol koleksi yang telah diberi alkohol 70%.
Identifikasi makro fauna dengan cara mensortir jenis-jenis fauna tanah yang
ditemukan berdasarkan ordo hingga famili dengan bantuan buku identifikasi
seperti Borror dan Delong (1996); Purwowidodo (2004) dan mikroskop/kaca
pembesar.

13

Metode Analisis Sifat Fisik, sifat Kimia dan sifat Biologi
Parameter analisis sifat tanah serta metode yang digunakan meliputi sifat
fisik, sifat kimia dan sifat biologi disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3
No
1.
2.

3.

4.

Metode analisis sifat fisik, kimia dan biologi tanah
Parameter yang diambil
Metode Analisis
Suhu udara dan kelembaban
Pengukuran lapang
Sifat Fisik
a. Bulk density
Nisbah bobot tanah / volume
b. Porositas
Volumeter
c. Kadar Air
Gravimetri
d. Kadar Abu
Gravimetri
e. Kedalaman muka air gambut
Pengamatan lapang
Sifat Kimia
a. C-Organik
Kjeldahl
b. N Total
Kjeldahl
c. P
P-Bray II
d. K
N NH4Oac Ph 7, AAS
e. KTK
N NH4Oac Ph 7, Titrasi
f. pH
pH meter (Potentiometer)
g. Hara mikro
Spektofotometer
Sifat Biologi
1. Total Fungi
Inkubasi

Analisis Data
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap.
Model yang digunakan :
Y = µ + Ni + ɛijk
Dimana :
Y
= Respon pengamatan yang memperoleh faktor N level ke i
µ
= Rata-rata umum
Ni = Pengaruh faktor N ke- i, i = 1, 2
ɛij = Pengaruh error (galat)

14

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Hara Di Beberapa Areal Penanaman Sagu
Gambut merupakan tanah yang terbentuk atas bahan organik pada
fisiografi cekungan atau rawa, akumulasi bahan organik pada kondisi jenuh air,
anaerob, menyebabkan proses perombakan bahan organik berjalan sangat lambat,
sehingga terjadi akumulasi bahan organik yang membentuk tanah gambut. Tanah
gambut merupakan ekosistem yang memiliki karakteristik khusus, baik terkait
dengan kondisi tanah serta vegetasi yang mampu tumbuh di areal tersebut.
Pada areal penelitian ini dibagi menjadi tiga lokasi plot penelitian, yaitu
kebun perusahaan terbakar, kebun perusahaan dan kebun masyarakat. Masingmasing plot memiliki karakteristik berbeda-beda baik dari kondisi ekologis dan
teknik budi daya sagu seperti jarak tanam pemupukan rutin dan pengendalian
tanaman pengganggu.

a

b

Gambar 5 Kondisi plot kebun perusahaan a), kondisi plot kebun perusahaan
terbakar b)
Secara alami status hara tanah gambut tergolong rendah, baik hara makro
maupun mikro. Kandungan unsur hara gambut sangat ditentukan oleh lingkungan
pembentukannya. Andriesse (1974) mengungkapkan bahwa tingkat kesuburan
tanah gambut tergantung beberapa faktor, yaitu ketebalan lapisan tanah gambut,
tingkat dekomposisi, komposisi tanaman penyusunan gambut dan tanah mineral
yang berada di bawah lapisan gambut.
Pada karakterisitik sifat fisik tanah dilakukan analisis kadar abu, kadar air,
bulkdensity serta porositas untuk masing-masing plot penelitian dengan
kedalaman 0-30 cm. Adapun data hasil analisis disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Sifat fisik tanah dibeberapa plot lokasi penelitian
Lokasi
Kadar Abu Kadar Air Bulkdensity Porositas
(%)
(%)
(g/cm3)
(%)
Kebun perusahaan terbakar
1.43
417.19
0.22
84.03
Kebun perusahaan
1.91
476.72
0.23
83.35
Kebun masyarakat
4.21
415.51
0.20
85.81

15

4.5
4
3.5

3.8

3.63
3

3
pH

3.9
3.23

2.97

1600
1400
1200
1000

2.5
2
1.5

1800

1709.05

1489.92

800
600

1159.61

1

400

0.5

200

Total asam fenolat (ppm)

Pada Tabel 4 kebun masyarakat memiliki kandungan kadar abu tertinggi
pada kedalaman 0-30 cm, yaitu 4.21%. Kadar abu dapat dijadikan gambaran
kesuburan tanah gambut. Kadar abu tanah gambut beragam antara 5% - 65%.
Kadar abu dan kadar bahan organik mempunyai hubungan dengan tingkat
kematangan gambut (Setiawan 1991). Mindawati et al. (2010) mengungkapkan
bahwa makin tinggi kadar organik tanah maka makin subur tanah tersebut, karena
hal ini akan sangat terkait dengan ketersediaan bahan organik tanah untuk proses
dekomposisi.
Berdasarkan Tabel 4 ditunjukkan bahwa pada tingkat kedalaman 0-30 cm
bulkdensity di masing-masing plot berkisar antara 0.20 – 0.23 g/cm3 dengan
tingkat porositas berkisar antara 83.35 – 85.81%. Kandungan kadar air tertinggi
terdapat di plot kebun perusahaan, dimana hal ini menunjukkan bahwa pada areal
tersebut kondisi tanah cenderung lebih basah jika dibandingkan dengan areal
lainnya. Namun bulkdensity pada setiap lokasi menunjukkan bahwa kondisi pada
setiap lokasi memiliki kepadatan yang relatif untuk ukuran tanah gambut, dimana
kondisi tanah dilapangan tidak terlalu padat ataupun terlalu basah.
Secara alamiah tanah gambut memiliki tingkat kesuburan rendah karena
kandungan unsur haranya rendah dan mengandung beragam asam-asam organik
yang sebagian besar bersifat racun bagi tanaman. Namun demikian asam-asam
tersebut merupakan bagian aktif dari tanah yang menentukan kemampuan gambut
untuk menahan unsur hara. Karaktersitik asam-asam gambut ini akan menentukan
sifat kimia gambut.
Tanah rawa gambut di lokasi penelitian memiliki pH yang sangat masam
(3.63 – 3.90), dari beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan pada hutan
rawa gambut di berbagai tempat seperti Kalimantan Tengah (Istomo 1994),
Sumatera Selatan dan Riau (Kongse 1996), dilaporkan bahwa tanah gambut di
masing-masing lokasi penelitian tersebut juga memiliki pH yang sangat masam.
Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Hardjowigeno (1996) bahwa secara
umum pH tanah gambut di Indonesia berkisar antara 3 sampai 5 dan biasanya
menurun dengan meningkatnya kedalaman.

0

0
Kebun perusahaan

Kebun masyarakat

Kebun perusaahan
terbakar

Lokasi penelitian
pH H2O

pH KCL

Total asam fenolat

Gambar 6 Kandungan total asam fenolat dan nilai pH pada masing-masing plot.

16

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa masing-masing plot penelitian
dikategorikan sebagai tanah yang memiliki pH asam dimana hal ini terlihat bahwa
nilai pH berkisar antara 3.63 – 3.90 untuk pH H2O dan 2.97 – 3.23 untuk pH
KCL. Nilai pH tanah menurut metode ekstrak H2O selalu lebih besar dari nilai pH
KCL nya, hal ini menunjukkan bahwa fraksi mineral liatnya lebih didominir oleh
tipe-tipe mineral liat dengan daya jerap kation rendah, sedangkan mineral liat
dengan aktivitas jerapan tinggi kadarnya lebih rendah (Mindawati et al. 2010).
Secara umum tingginya kemasaman tanah gambut disebabkan oleh
tingginya kadar asam fenolat dan fulvat yang dihasilkan dari proses dekomposisi.
Proses degradasi lignin dalam keadaan anaerob akan menghasilkan asam humat
dan asam fenolat, dimana asam fenolat dan turunannya bersifat meracuni tanaman
dengan cara merusak sel akar sehingga proses penyerapan hara terganggu (Agus
dan Subiksa 2008). Asam fenolat merupakan senyawa intermedier yang penting
dalam pembentukan humus atau bahan humik, dan pada konsentrasi tertentu
mereka dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan aktivitas jasad mikro
tanah. Tingginya tingkat kemasaman tanah menyebabkan berkurangnya aktivitas
mikroorganisme dan menurunnya ketersediaan unsur hara. Kemasaman tanah
dapat juga menyebabkan kekahatan unsur N, P, K, Ca, Mg, B, Zn dan Mo
(Hardjowigeno 1996).
Derajat keasaman tanah menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen
(H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam
tanah tersebut (Hardjowigeno 1996). Fenomena menarik ditemukan pada kebun
perusahaan terbakar, yaitu total kadar asam fenolat pada plot ini memiliki kadar
tertinggi dibandingkan dua plot lainnya, namun nilai pH pada plot cenderung
lebih tinggi. Hal ini diasumsikan terjadi akibat kegiatan kebakaran pada plot
tersebut.
Syaufina (2008) mengungkapkan bahwa sesaat setelah kebakaran akan
meningkatkan kation didalam tanah seperti kalsium, kalium dan magnesium
namun secara jangka panjang kebakaran akan menyebabkan penurunan
kandungan basa-basa tersebut. Peningkatan kation tersebut akan menyebabkan
penurunan pH karena basa-basa tersebut akan mengikat OH sehingga akan
menambah kemasaman dalam tanah. Kejadian kebakaran pada kebun perusahaan
terbakar ialah pada tahun 2003 sehingga diasumsikan bahwa pada kondisi saat ini
kadar basa-basa dalam tanah telah mengalami penurunan sehingga mengurangi
kemasaman dalam tanah. Hal ini menunjukkan bahwa dengan kejadian kebakaran
hutan, pH tanah akan menjadi meningkat sehingga ketersediaan unsur hara
tertentu yang dibutuhkan bagi tanaman menjadi tersedia dan pH akan turun
kembali mendekati pH awal setelah 5 tahun (Syaufina 2008).
Tanah gambut dengan ciri kapasitas tukar kation sangat tinggi, tetapi
persentase kejenuhan basa sangat rendah, akan menyulitkan penyerapan hara,
terutama basa-basa yang diperlukan tanaman. KTK yang tinggi disebabkan oleh
muatan pH yang sebagian besar dari gugus karboksil (-COOH) dan gugus
hidroksil (-OH) dari fenol (Driessen dan Soepraptohardjo 1974).
Kapasitas tukar kation (KTK) adalah kemampuan atau kapasitas koloid
tanah untuk memegang kation, dimana kapasitas ini secara langsung tergantung
pada jumlah muatan negatif dari koloid tanah dan sangat ditentukan oleh tipe
koloid yang terdapat didalam tanah (Novizan 2007). Sedangkan kejenuhan basa

17

(KB) menunjukkan perbandingan jumlah kation basa dengan jumlah basa seluruh
kation terikat pada kation tanah dalam satuan % (Novizan 2007).
KTK tanah gambut pada umumnya berkisar antara 100 – 300 me/100g
tanah. Hal ini sesuai dengan nilai KTK tanah dimasing-masing plot yang disajikan
pada Tabel 5.
Tabel 5 Kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa di plot penelitian
Plot
KTK
Status
KB
Status
(me/100g)
(%)
Kebun perusahaan
138,44
Sangat tinggi 12,83
Sangat rendah
Kebun masyarakat
143,95
Sangat tinggi 12,59
Sangat rendah
Kebun perusahaan
133,74
Sangat tinggi 13,21
Sangat rendah
terbakar
[catatan kaki] Sumber : Laboratorium kimia tanah Institut Pertanian Bogor (2013)

Tingginya nilai KTK ini disebabkan karena tanah gambut merupakan
tanah yang kandungan bahan organiknya sangat tinggi. Foth (1995)
mengungkapkan bahwa sebagian besar tanah, bahan organik merupakan
komponen dengan kapasitas tukar kation paling besar. Kapasitas tukar kation
bahan organik akan meningkat sesuai dengan humifikasi, di kemukakan bahwa
pelapukan mineral merupakan sumber alami kation yang memungkinkan
kemampuan mengadsorbsi sebagian kation dapat ditukar, dan persediaan kation
paling besar diberikan oleh pelapukan.
Hardjowigeno (1996) mengemukakan bahwa keadaan dimana KTK tanah
yang tinggi dan kejenuhan basa yang sangat rendah, dapat menghambat
ketersediaan unsur hara bagi tanaman terutama K, Mg dan Ca. KTK yang tinggi
menunjukkan kapasitas jerapan (sorption capacity) gambut tinggi, namun
kekuatan jerapan (sorption power) lemah, sehingga kation-kation K, Ca, Mg dan
Na tidak membentuk ikatan koordinasi akan mudah tercuci.
Karakteristik kimia tanah gambut di Indonesia sangat ditentukan oleh
kandungan mineral, ketebalan, jenis mineral pada substratum (didasar gambut),
dan tingkat dekomposisi gambut. Kandungan mineral gambut di Indonesia
umumnya kurang dari 5% dan sisanya bahan organik. Fraksi organik terdiri dari
senyawa-senyawa humat sekitar 10% hingga 20% dan sebagian besar lainnya
adalah senyawa ligin, selulosa, hemiselulosa, lilin, tannin, resin, suberin, protein
dan senyawa lainnya.
Berdasarkan hasil analisis sifat tanah baik sifat fisik dan sifat kimia tanah
dari setiap plot penelitian diketahui bahwa masing-masing plot penelitian
memiliki kandungan hara yang relatif beragam. Namun secara umum dapat
dituliskan bahwa dari ketiga plot penelitian data hasil penelitian
menginterpretasikan bahwa untuk kandungan hara makro, yaitu C, N dan P
memiliki kandungan yang sangat tinggi. Sedangkan untuk kandungan hara mikro
memiliki kisaran nilai yang bervariasi untuk setiap plot penelitian. Hal ini sesuai
dengan beberapa literatur yang menjelaskan tentang tanah gambut. Semakin tebal
basa-basa yang dikandungnya (Ca, Mg, K dan Na) maka semakin rendah dan
semakin masam (Agus dan Subiksa 2008). Adapun data hasil analisis sifat kimia
tanah dan sifat fisik tanah disajikan pada Gambar 7 dan Gambar 8.

Kandungan hara tanah (ppm)

18

40
35
30
25
20
15
10
5
0
P

Fe

Zn

Mn

Hara tanah
Kebun perusahaan

Kebun perusahaan terbakar

Kebun masyarakat

Kandungan hara tanah (me/100g)

Gambar 7 Analisis kandungan hara (P, Fe, Zn dan Mn) tanah di plot penelitian.
12
10
8
6
4
2
0
Ca

Mg

K

Na

Al

H

Hara tanah
Kebun perusahaan

Kebun perusahaan terbakar

Kebun masyarakat

Gambar 8 Analisis kandungan hara (Ca, Mg, K, Na, Al dan H) tanah di plot
penelitian.
Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan diketahui bahwa dari
masing-masing lokasi penelitian memiliki kandungan hara yang berbeda-beda.
Masing-masing kandungan hara makro di plot lokasi penelitian berkisar antara
32.80 – 36.13 ppm untuk P (Bray I) ; 4.58 – 7.06 me/100g untuk Ca ; 7.43 – 8.38
me/100g untuk Mg ; 0.29 – 0.90 me/100g untuk K ; 2.23 – 3.72 me/100g untuk
Na. Sedangkan untuk kandungan hara mikro di plot lokasi penelitian berkisar
antara 9.29 – 9.91 me/100g untuk Al ; 9.12 – 10.23 me/100g untuk H ; 7.86 –
11.81 ppm untuk Fe ; 0.11 – 0.17 ppm untuk Cu ; 3.09 – 3.69 ppm untuk Zn dan
4.63 – 7.17 ppm untuk Mn.
Analisis secara deskriptif menunjukkan bahwa masing-masing kandungan
hara memiliki nilai yang beragam di masing-masing plot. Perbedaan perlakuan
diketahui memberikan pengaruh tehadap kandungan unsur Ca dan K did