12
tersebut dapat berupa pembiayaan untuk pengembangan SDM, peningkatkan kesejahteraan, dukungan teknologi kerja yang memadai sesuai dengan tuntutan tugas.
Sementara itu budaya komunal merupakan budaya organisasi sangat dominan mempengaruhi interaksi birokrat dalam organisasi birokrasi pada semua daerah
penelitian. Budaya ini menjelaskan hubungan dua arus utama dalam organisasi, yaitu orientasi utama pada pencapaian visimisi, tujuan dan sasaran organisasi dengan
menyeimbangkan kepentingan manusia untuk memelihara persahabatan, solidaritas, kekerabatan dan kekeluargaan. Dalam budaya ini, organisasi membangun budaya kerja
tim yang kuat, semangat kebersamaan melewati batas-batas struktural dan berdampak psikis terhadap anggota organisasi. Pegawai memiliki komitmen organisasional yang kuat
dalam mencapai visi dan misi. Akan tetapi organisasi juga sangat berkepentingan memelihara dan memenuhi segala kebutuhan anggotanya melalui semangat kebersamaan,
persahabatan dan solidaritas. Wujud dari budaya ini adalah tumbuhanya rasa memiliki anggota terhadap organisasinya dan sebaliknya organisasi dapat mencapai tujuannya
melalui upaya yang sungguh-sungguh dilakukan oleh setiap anggotanya.
Hasil deskripsi responden dapat dikemukakan bahwa penyebab utama belum fokusnya pencapaian visimisi organisasi adalah keterlibatan pegawai dalam perumusan
visimisi, tujuan dan sasaran yang rendah, standar kinerja belum diterapkan, penilaian kinerja dan kurangnya umpan balik terhadap kinerja birokrat . Hal ini termasuk nilai-nilai
yang dikejar dalam sumbu solidaritas dalam budaya komunal. Namun untuk ukuran- ukuran sosiabilitas, seperti persahabatan, kekeluargaan, solidaritas cukup menonjol.
Akan tetapi semangat untuk membangun tim kerja yang kuat, untuk kepentingan organisasi masih memberi perspektif belum baik dalam membangun budaya komunal.
Sosibilitas masih lebih dominan diorientasikan untuk kepentingan individu dan kelompok
2. Rata-rata Perilaku Birokrasi
Uraian sebelumnya menjelaskan ada empat pola perilaku birokrasi, yaitu perilaku otokratik, perilaku kustodial, perilaku suportif dan perilaku kolegial. Perilaku otokratik
dicirikan oleh orientasi berokrat pada kepentingan diri individu yang menonjol dan menggantungkan diri semata-mata kepada organisasi. Indikatornya adalah orientasi pada
kekuasaan dan wewenang, kepatuhan, bergantung pada atasan, pemenuhan kebutuhan pokok dari organisasi. Sedangkan perilaku kustodial; adalah pola perilaku birokratik
yang berorientasi pada pemanfaatan sumber daya birokrasi untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan perlindungan dari organisasi. Indikator orientasi pada sumber daya
ekonomi, kebutuhan rasa aman, dan kerjasama yang pasif.
Perilaku suportif yaitu pola perilaku birokratik yang berorientasi pada dukungan individu yang tinggi terhadap tujuan organisasi sehingga individu memperoleh manfaat
dari organisasi. Indikatornya keteraturan dalam mengelola sumber daya organisasi, dukungan tim, status dan pengakuan, dan tumbuhnya dorongan dari hasil prestasi yang
dicapai. Sedangkan perilaku kolegial; yaitu pola perilaku birokratik yang memiliki orientasi manusia dan orintasi kinerja yang optimal. Indikatornya kemitraan, kerja tim,
tanggung jawab, swadisiplin, aktualisasi diri dan antusiasisme yang tinggi dalam berprestasi.
13
Tabel 3. Rata-rata Perilaku Birokrasi Pemerintah KabupatenKota
No Perilaku Birokrasi
Kabupaten Kota Total
N =223 M akassar
N =59 Gowa
N =55 Wajo
N =53 Toraja
N =56 1
Perilaku Otoriter 68,76
66,55 68,32
67,29 67,65
2 Perilaku Kustodial
71,98 70,45
69,77 72,35
71,08 3
Perilaku Suportif 75,20
74,76 73,57
72,48 73,70
4 Perilaku Kolegial
74 ,0 4 70 ,8 4
71,72 71,76
71,99
Sumber Data: Hasil Olahan Data Pr imer
Dari hasil penelitian Tabel 3 ini dapat diketahui bahwa rata-rata daerah penelitian menunjukkan perilaku yang menonjol adalah perilaku kustodial 71,08, perilaku
suportif 73,70 dan perilaku kolegial 71,99 termasuk kategori Baik. Sedangkan Semua daerah penelitian Makassar, Gowa, Wajo dan Toraja perilaku otoriternya
termasuk kategori “sedang 67,65”.
Secara umum dapat dijelaskan bahwa orientasi pola perilaku birokrasi pada daerah penelitian terbagi dua unsur utama, pertama perilaku birokrat masih menonjol pada
pemenuhan kebutuhan diri sendiri dan ingin mendapat perlindungan dari organisasi, hal ini dapat dilihat masih kuatnya perilaku kustodial, meskipun perilaku otokratiknya tidak
dominan lagi. Kedua perilaku yang mementingkan kinerja dan produktivitas kerja dan penghargaan terhadap manusia. Hal ini dapat dilihat dari menonjolnya perilaku suportif
dan perilaku kolegial.
Temuan penelitian di atas menjelaskan bahwa perilaku birokrat masih berada pada masa transisi, disatu sisi perilaku organisasi masih bersifat tradisional yang masih
tertutup dan orientasi terhadap birokrat, disisi lain birokrasi telah mulai bergeser kearah modern, yang memadukan kepentingan birikrat dengan misi organisasi. Perilaku yang
diharapkan bagi organisasi modern, yaitu perlaku organisasi yang menjadikan unsur manusia sebagai sumber daya organisasi yang vital yang memiliki inisiatif, prestasi kerja
dan semangat kerja tim dan produktivitas kerja. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya perilaku kustodial, yaitu perilaku birokrasi. Namun demikian terjadi berseseran orientasi,
diaman perilaku birokrasi telah dominan mengarah kepada perilaku suportif dan kolegial. Ini berarti perilaku birokrasi mengarah kepada perilaku yang dipraktekkan pada
organisasi modern. Temuan ini sejalan dengan temuannya Davis 1985:224 kecenderungan perubahan perilaku organisasi dari karakteristik yang tertutup kearah
sistem terbuka, dari orentasi materialistik ke orientasi manusia, pemusatan kekuasaan kearah penyebaran kekuasaan. Pegawai memiliki motivasi ekstriksik menjadi motivasi
instrinsik. Setiap orang memiliki sikap negatif terhadap orang menjadi memiliki sikap positif terhadap orang lain.
B. Pembahasan Hubungan Antar Variabel
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis jalur path analysis. Analisis jalur dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan korelasi antar variabel, dan
mengetahui konstribusi masing-masing variabel terhadap variabel lainnya. Seperti yang diuraikan sebelumnya, dalam penelitian ini hipotesis mayor penelitiannya adalah ”Ada
hubungan budaya organisasi terhadap empat perilaku birokrasi”. Hipotesis tersebut diturunkan dalam hipotesis minor. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat
14
hubungan antara budaya organisasi dengan empat perilaku birokrasi. Hasil uji analisis jalur Tabel 4 menunjukkan bahwa budaya organisasi berhubungan terhadap empat
perilaku birokrasi pada seluruh daerah penelitian, Makassar, Gowa, Wajo dan Toraja. Hal ini berarti budaya organisasi memberi pengaruh yang kuat terhadap munculnya perilaku
otokratik seperti di Makassar 0,780, Gowa 0,659, Wajo 0,929 dan Toraja 0,730. Budaya organisasi berhubungan secara signifikan terhadap perilaku kustodial, Makassar
0,722, Gowa 0,839, Wajo 0,898, dan Toraja 0,439. Hubungan budaya organisasi terhadap perilaku suportif cenderung kuat seperti pada semua daerah, seperti Makassar
0,807, Gowa 0,541, Wajo 0,905 dan Toraja 0,759. Sementara pengaruh budaya organisasi terhadap perilaku kolegial menunjukkan kecenderungan yang sama dengan
tiga pola budaya yang lainnya. 1. Budaya Organisasi terhadap perilaku otokratik
Pola hubungan yang sangat signifikan antara budaya organisasi dengan perilaku otokratik terjadi di Kota Makassar, Gowa, Wajo dan Toraja. Artinya semakin tinggi
penerapan budaya organisasi semakin besar pengaruhnya terhadap perilaku otokratik. Konstribusi masing-masing budaya organisasi terhadap perilaku otokratik cukup
bervariasi positif walaupun tidak terlalu kuat signifikansinya. Misalnya konstribusi budaya jaringan terhadap perilaku otokratik. Budaya jaringan, yaitu suatu nilai-nilai
utama dalam organisasi yang berusaha mengembangkan nilai-nilai kekerabatan dan kekeluargaan yang tinggi dan dominan dalam organisasi. Hubungan dengan perilaku
otokratik adalah dengan nilai-nilai kekerabatan dan kekeluargaan yang tinggi dapat mendorong berkembangnya loyalitas, kepatuhan, taat terhadap otoritas dan kewenangan
yang dimiliki oleh pimpinan.
Konstribusi budaya upahan terhadap perilaku otokratik cukup signifikan. Nilai utama yang ingin dicapai dalam budaya upahan adalah menginginkan pencapaian tujuan
dan sasaran organisasi yang lebih tinggi tanpa memperhatikan kekurangan anggotanya. Birokrat bekerja dengan mengandalkan loyalitas, kepatuhan dan kewenangan
berhubungan terhadap upaya pencapaian tujuan organisasi walaupun kurang memperhatikan kemampuan dan kreativitas birokrat. Birokrat hanya dituntut untuk tetap
loyal dan patuh terhadap pimpinan. Dampak bagi organisasi, perilaku seperti tidak mampu mendorong organisasi bekerja mencapai kinerja yang tertinggi karena hanya yang
dituntut adalah konstribusi seseorang yang tinggi terhadap organisasi, sedangkan konstribusi organisasi terhadap birokratnya kurang diperhatikan.
Budaya fragmen adalah suatu budaya organisasi dimana setiap orang dalam organisasi hanya memperhatikan dirinya sendiri dalam bekerja. Goffee dalam Robbins
2003:327 menjelaskan bahwa universitas, dan kantor pengacara serta profesional termasuk yang menganut budaya fragmen. Walaupun birokrat bekerja keras dalam
budaya fragmen, tetapi kebutuhan utama mereka bekerja untuk kepentingan dirinya dalam mempertahankan eksistensi dirinya dalam organisasi.
Budaya komunal memberi konstribusi yang sangat signifikan terhadap perilaku otokratik melalui orientasi nilai-nilai persahabatan dan orientasi kinerja secara
bersamaan. Konstribusinya terhadap perilaku otoriter terutama nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan dalam budaya komunal berkembang dalam kerangka loyalitas,
kepatuhan untuk kepentingan kelompok dan organisasi.
15
Tabel 4. Hubungan Langsung dan Tak Langsung Budaya Organisasi Terhadap Perilaku Birokrasi
No. Pengaruh Peubah
Langsung r Tidak Langsung r
Jumlah
M akassar
1 Budaya Org.
ke Perilaku Otokratik
0.490 0.290
0,780 2
Budaya Org. ke
Perilaku Kustodial 0.561
0.161 0,722
3 Budaya Org.
ke Perilaku Suportif
0.494 0.313
0,807 4
Budaya Org. ke
Perilaku Kolegial 0.532
0.258 0,790
Gowa
1 Budaya Org.
ke Perilaku Otokratik
0.528 0.131
0,659 2
Budaya Org. ke
Perilaku Kustodial 0.358
0.123 0,839
3 Budaya Org.
ke Perilaku Suportif
0.630 -0.089
0,541 4
Budaya Org. ke
Perilaku Kolegial 0.675
0.128 0,803
W AJO
1 Budaya Org.
ke Perilaku Otokratik
0.905 0.024
0,929 2
Budaya Org. ke
Perilaku Kustodial 0.789
0.109 0,898
3 Budaya Org.
ke Perilaku Suportif
0.681 0.224
0,905 4
Budaya Org. ke
Perilaku Kolegial 0.531
0.266 0,797
Tana Tor aja
1 Budaya Org.
ke Perilaku Otokratik
0.797 -0.067
0,730 2
Budaya Org. ke
Perilaku Kustodial 0.378
0.061 0,439
3 Budaya Org.
ke Perilaku Suportif
0.329 0.424
0,753 4
Budaya Org. ke
Perilaku Kolegial 0.459
0.145 0,604
Sumber: Olahan Data Primer
2. Budaya Organisasi terhadap perilaku Kustodial