Umum Peralatan Yang Digunakan Analisa Pengaturan Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan dengan Injeksi Tegangan pada Rotor

46

BAB IV ANALISA PENGATURAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR

BELITAN DENGAN INJEKSI TEGANGAN PADA ROTOR

4.1 Umum

Salah satu kelebihan motor induksi jenis rotor belitan dibanding rotor sangkar adalah kemudahan dalam mengakses belitan rotor. Belitan rotor dapat dihubungkan dengan komponen seperti tahanan atau sumber tegangan luar. Dengan penambahan ini maka kecepatan dan torsi motor dapat diatur. Pada percobaan ini akan dilakukan pengaturan kecepatan motor induksi dalam keadaan tidak berbeban dengan cara menghubungkan belitan rotor dengan suatu sumber tegangan luar yang memiliki frekwensi yang sama. Pengaturan kecepatan motor dapat dilakukan dengan mengubah besar tegangan yang diinjeksikan ke rotor. Melalui percobaan ini akan dapat dilihat pengaruh besar tegangan yang diinjeksikan terhadap kecepatan dan torsi motor induksi tiga fasa.

4.2. Peralatan Yang Digunakan

Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: 1. Motor induksi tiga fasa tipe : rotor belitan Spesifikasi motor: - AEG Typ C AM 112MU 4RI - Y 220380 V 10,7 6,2 A - 2,2 Kw, cos 0,67 - 1410 rpm, 50 Hz Universitas Sumatera Utara 47 - isolasi B - a = N 1 N 2 = 3.09 2. Amper meter 3. Volt Meter 4. Watt Meter 3 5. Sumber tegangan AC dan DC 6. Tachometer

4.3 Percobaan Untuk Mendapatkan Parameter Parameter Motor Induksi Tiga Fasa

Untuk dapat menentukan parameter motor induksi tiga fasa jenis rotor belitan, maka dapat dilakukan dengan percobaan berikut ini:

4.3.1 Percobaan Tahanan DC A. Percobaan Tahanan DC Pada Belitan Stator

1. Rangkaian Percobaan

Gambar 4.1 Rangkaian percobaan tahanan dc pada belitan stator Universitas Sumatera Utara 48

2. Prosedur Percobaan

1. Hubungan belitan stator dibuat hubungan Y. yang akan diukur adalah dua dari ketiga belitan stator. 2. Rangkaian belitan stator dihubungkan dengan suplai tegangan DC 3. Tegangan DC suplai dinaikkan sampai pada nilai tertentu. 4. Ketika tegangan menunjukkan pada besaran 15,4 Volt, penunjukan alat ukur voltmeter dan amperemeter dicatat 5. jika telah selesai Rangkaian dilepas.

3. Data Hasil Percobaan

Tabel 4.1 Data hasil percobaan tahanan dc pada stator Phasa V volt I Ampere U V 15,4 5,01

4. Analisa Data Pengujian

R dc = I V R dc = Karena belitan ini bekerja pada tegangan bolak balik maka tahanan ini harus dikalikan dengan faktor koreksi k 1,3. R ac = k R dc R ac = 1,3 x 1,537 = 1,998 Universitas Sumatera Utara 49

B. Percobaan Tahanan DC pada Belitan Rotor 1. Rangnkaian Percobaan

Gambar 4.2 Rangkaian percobaan tahanan DC pada belitan Rotor

2. Prosedur Percobaan

1. Hubungan belitan rotor dibuat hubungan Y, yang akan diukur adalah dua dari ketiga belitan rotor. 2. Rangkaian belitan rotor dihubungkan dengan suplai tegangan DC 3. Naikkan Tegangan DC suplai secara perlahan, sampai pada nilai tertentu. 4. Ketika tegangan menunjukkan pada besaran 3,5 Volt, penunjukan alat ukur voltmeter dan amperemeter dicatat 5. Jika telah selesai Rangkaian dilepas.

3. Data Hasil Percobaan

Tabel 4.2 Data hasil percobaan tahanan dc pada rotor Phasa V volt I Ampere K M 4,5 5,0 Universitas Sumatera Utara 50

4. Analisa Data Pengujian

R dc = I V R dc = = 0,9 R ac = k R dc R ac = 1,3 x 0,9 = 1,17

4.3.2 Percobaan Rotor Tertahan Block Rotor 1. Rangkaian Percobaan

Dari data yang didapat pada pengukuran motor dalam keadaan rotor tertahan atau hubung singkat maka dihitung X 1 dan X 2 . Rangkaian pengukuran ketika terhubung singkat ditunjukkan pada Gambar 4.3 di bawah ini Gambar 4.3 Gambar rangkaian percobaan rotor tertahan

2. Prosedur Percobaan

Prosedur yang dilakukan untuk memperoleh data hubung singkat adalah : 1. Motor induksi dikopel dengan mesin arus searah Universitas Sumatera Utara 51 2. Semua switch dalam keadaan terbuka, pengatur tegangan dalam kondisi minimum. 3. Switch S 1 ditutup, PTAC 1 dinaikkan sehingga motor induksi mulai berputar perlahan. 4. Switch S 3 kemudian ditutup, PTDC 2 dinaikkan sampai penunjukan amperemeter A 3 mencapai harga arus penguat nominal mesin arus searah 5. Switch S 2 ditutup dan PTDC 1 dinaikkan sehingga mesin arus searah memblok putaran motor induksi dan putaran berhenti. Kemudian penunjukan alat ukur A 1 , W dan T dicatat 6. Pengukuran diulang beberapa kali untuk mendapatkan nilai yang paling baik.

3. Data Hasil Percobaan Rotor Tertahan

Tabel 4.3 Data hasil percobaan rotor tertahan BR V Volt BR I Ampere BR P Watt 108 6,2 575

4. Analisa Data Pengujian

Z BR = Z BR = = 10.057 R BR = R BR = = 4,553 X BR = X BR = = Universitas Sumatera Utara 52 X BR = 8,967 Untuk Rotor belitan, sesusi dengan standar NEMA maka X 1 = X 2 = 0,5 X BR X 1 = 0,5 x 8,967 = 4,484 X 2 = 4,484

4.4 Analisa Pengaturan Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan dengan Injeksi Tegangan pada Rotor

1. Rangkaian Percobaan

Gambar 4.4 Rangkaian percobaan pengaturan motor induksi dengan injeksi tegangan pada rotor.

2. Prosedur Percobaan

Prosedur yang dilakukan untun mengatur kecepatan motor induksi dengan metode injeksi tegangan adalah sebagai berikut. 1. Motor induksi dirangkai deperti pada gambar 4.5 2. Switch S1 dan S2 ditutup, kemudian PTAC1 dinaikkan secara perlahan sampai tegangan ratingnya. PTAC2 dibiarkan Pada posisi 0 volt. 3. Setelah rating tegangan stator motor induksi tercapai maka pengaturan kecepatan dapat dilakukan dengan menaikkan tegangan PTAC2 secara bertahap. Universitas Sumatera Utara 53 4. Pada setiap tahapan dicatat pembacaan kecepatan motor, Amperemeter, Voltmeter, Wattmeter dan Torsimeter. 5. Setelah dicatat rangkaian dilepas

3. Data Hasil Percobaan  Motor tidak berbeban

Tabel 4.4 Data hasil percobaan pengaturan kecepatan motor tidak berbeban V 1 = 360 Volt V i volt I Rotor Ampere I Stator Ampere n rpm Torsi N.m 0,60 2,01 1310 0,69 1 0,66 2,03 1310 0,71 2 0,91 2,05 1300 0,73 3 1,66 2,08 1295 0,76 4 1,67 2,11 1290 0,79 5 1,60 2,15 1280 0,81 6 1,78 2,19 1275 0,83 7 2,30 2,24 1270 0,87 8 2,62 2,28 1260 0,90 9 2,99 2,32 1250 0,94 10 3,30 2,35 1245 0,97 11 3,60 2,39 1240 1,01 12 3,60 2,44 1240 1,05 13 3,88 2,48 1230 1,08 14 4,03 2,53 1230 1,10 15 4,35 2,57 1220 1,13 Universitas Sumatera Utara 54  Motor dengan beban 2 N.m Tabel 4.5 Data hasil percobaan pengaturan kecepatan motor berbeban 2 N.m. V 1 = 360 Volt V i volt I Rotor Ampere I Stator Ampere n rpm Torsi N.m 1,60 2,28 1275 2,02 1 1,72 2,29 1270 2,06 2 1,85 2,33 1260 2,08 3 2,10 2,36 1255 2,10 4 2,21 2,41 1240 2,16 5 2,39 2,45 1230 2,18 6 2,68 2,48 1220 2,23 7 2,93 2,55 1215 2,26 8 3,34 2,59 1205 2,30 9 3,75 2,65 1200 2,38 10 4,11 2,68 1195 2,43 11 4,47 2,73 1185 2,48 12 4,70 2,77 1175 2,50 13 4,95 2,83 1160 2,52 14 5,22 2,89 1150 2,57 15 5,66 2,92 1135 2,62  Motor dengan beban 4 N.m Tabel 4.6 Data hasil percobaan pengaturan kecepatan motor berbeban 4 N.m V 1 = 360 Volt V i volt I Rotor Ampere I Stator Ampere n rpm Torsi N.m 3,80 2,60 1250 4,01 1 3,92 2,62 1245 4,07 2 4,20 2,65 1235 4,09 Universitas Sumatera Utara 55 3 4,45 2,69 1230 4,12 4 4,68 2,73 1220 4,17 5 4,81 2,78 1205 4,24 6 5,19 2,82 1195 4,29 7 5,47 2,87 1190 4,31 8 5,70 2,91 1180 4,36 9 5,95 2,94 1170 4,39 10 6,24 2,98 1165 4,43 11 6,40 3,02 1155 4,48 12 6,65 3,07 1140 4,51 13 6,81 3,13 1130 4,56 14 6,98 3,19 1125 4,60 15 7,13 3,25 1110 4,66

4. Analisa Data

Pengaruh injeksi tegangan pada kecepatan motor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3.6. Dengan menggunakan data pengujian yang telah diperoleh maka nilai slip s untuk masing-masing injeksi tegangan dapat dicari. Motor induksi tidak berbeban. V i = 0 volt I 2 = aI 2 = Universitas Sumatera Utara 56 0,324 0,60 = 0,0378 = - 43115,636 + - 43115,636 s 2 +1,685 s + 4,695 = 0 s 1 , 2 = = s 1 = - 0,010 s 2 = 0,010 Slip yang memungkinkan adalah yang bernilai positif yaitu s = 0,010 n s = = = 1500 n r = n s - sn s n r = 1500 0,010 1500 n r = 1485 rpm V i = 1 volt aI 2 = 0,324 0,66 = 0,0457 = - 43098,005 + + = 0 43098,005 s 2 + 417,727 s + 6,676 = 0 Universitas Sumatera Utara 57 s 1 , 2 = = s 1 = -0,009 s 2 = 0,018 Slip yang memungkinkan adalah yang bernilai positif yaitu s = 0.018 n r = 1500 0,018 1500 n r = 1473 rpm Dengan mengunakan langkah dan perhitungan yang sama, maka dapat diperoleh slip untuk setiap tahap injeksi tegangan sebagai berikut. Tabel 4.7 Hasil perhitungan slip dan kecepatan motor tidak berbeban Vi volt s n r rpm 0,010 1485 1 0,018 1473 2 0,026 1461 3 0,040 1440 4 0,047 1430 5 0,051 1424 6 0,061 1409 7 0,076 1386 8 0,088 1368 9 0,101 1349 10 0,113 1331 11 0,125 1312 12 0,133 1301 13 0,143 1286 14 0,152 1272 15 0,166 1251 Universitas Sumatera Utara 58 Motor berbeban 2 N.m. V i = 0 volt aI 2 = 0,324 1,6 = 0,269 = - 42599,635 + = 0 - 42599,635 s 2 + 11,992 s + 33,412 = 0 s 1,2 = = s 1 = - 0,028 s 2 = 0,028 n r = 1500 0,028 1500 n r = 1458 rpm Slip yang memungkinkan adalah yang bernilai positif yaitu s = 0.028 V i = 1 volt aI 2 = 0,324 1,72 = 0,311 = - 42505,898 + = 0 Universitas Sumatera Utara 59 - 42505,898 s2 + 429,554 s + 37,629 = 0 s 1,2 = = s 1 = - 0,025 s 2 = 0,035 Slip yang memungkinkan adalah yang bernilai positif yaitu s = 0.035 n r = 1500 0,035 1500 n r = 1448 rpm Dengan mengunakan langkah dan perhitungan yang sama, maka dapat diperoleh slip untuk setiap injeksi tegangan sebagai berikut. Tabel 4.8 Hasil perhitungan slip dan kecepatan motor berbeban 2 N.m Vi volt s n r rpm 0,028 1458 1 0,035 1448 2 0,043 1436 3 0,052 1422 4 0,060 1410 5 0,068 1398 6 0,078 1383 7 0,089 1367 8 0,103 1346 9 0,120 1320 10 0,130 1305 11 0,146 1281 12 0,158 1263 13 0,171 1246 14 0,185 1223 Universitas Sumatera Utara 60 15 0,205 1193 Motor berbeban 4 N.m V i = 0 volt aI 2 = 0,324 3,80 = 1,516 = - 39816,531 + = 0 - 39816,531 s 2 + 67,583 s + 188,302 = 0 s 1,2 = s 1 = - 0,068 s 2 = 0.069 Slip yang memungkinkan adalah yang bernilai positif yaitu s = 0.069 n r = 1500 0,069 1500 n r = 1397 rpm V i = 1 volt aI 2 = 0,324 3,92 = Universitas Sumatera Utara 61 1,613 = - 39600,042 + = 0 - 39600,042 s 2 + 487,598 s + 199,351 = 0 S1,2 = = S1 = - 0,071 S2 = 0,077 Slip yang memungkinkan adalah yang bernilai positif yaitu s = 0.077 Nr = 1500 0,077 1500 Nr = 1385 rpm Dengan mengunakan langkah dan perhitungan yang sama, maka dapat diperoleh slip untuk setiap injeksi tegangan sebagai berikut. Tabel 4.9 Hasil perhitungan slip dan kecepatan motor berbeban 4 N.m Vi volt s n r rpm 0,069 1397 1 0,077 1385 2 0,088 1368 3 0,099 1352 4 0,110 1335 5 0,119 1322 6 0,135 1298 7 0,148 1278 8 0,161 1259 9 0,174 1239 10 0,190 1215 Universitas Sumatera Utara 62 11 0,202 1197 12 0,220 1170 13 0,232 1152 14 0,246 1131 15 0,261 1109 Dari tabel hasil pengujian dan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa penambahan besar tegangan injeksi pada rotor akan cenderung untuk mengurangi kecepatan motor, tetapi sebaliknya torsi akan cenderung bertambah besar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini. Gambar 4.5 Grafik pengaruh injeksi tegangan terhadap kecepatan motor dalam keadaan tidak berbeban Universitas Sumatera Utara 63 Gambar 4.6 Grafik pengaruh injeksi tegangan terhadap kecepatan motor dalam keadaan berbeban 2 N.m. Gambar 4.7 Grafik pengaruh injeksi tegangan terhadap kecepatan motor dalam keadaan berbeban 4 N.m. Universitas Sumatera Utara 64 Gambar 4.8 Grafik pengaruh injeksi tegangan terhadap kecepatan motor dalam keadaan tidak berbeban, beban 2 N.m dan beban 4 N.m. Dari grafik 4.6 diatas dapat dilihat bahwa semakin besar tegangan yang diinjeksikan pada rotor akan mengakibatkan penurunan kecepatan motor induksi. Gambar 4.9 Grafik pengaruh Injeksi tegangan terhadap Arus rotor. Universitas Sumatera Utara 65 Gambar 4.10 Grafik Pengaruh Injeksi tegangan terhadap Arus stator Gambar 4.11 Grafik pengaruh Injeksi tegangan terhadap torsi motor. Universitas Sumatera Utara 66 Gambar 4.12 Grafik hubungan torsi dan kecepatan Dari gambar 4.9 dapat dilihat bahwa injeksi tegangan pada rotor akan mempengaruhi arus rotor. Semakin besar tegangan yang diinjeksikan maka arus rotor juga akan semakin besar. Universitas Sumatera Utara 67

BAB V PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Injeksi tegangan pada rotor motor induksi tiga fasa rotor belitan dapat mengubah kecepatan dan torsi motor. 2. Semakin besar tegangan yang diinjeksikan pada rotor maka kecepatan motor akan cenderung berkurang, sebaliknya torsi motor bertambah besar. 3. Arus rotor akan semakin besar seiring dengan bertambahnya tegangan yang diinjeksikan pada rotor. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisa Pengaruh Satu Fasa Stator Terbuka Terhadap Torsi Dan Kecepatan Motor Induksi Tiga Fasa ( Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU )

5 87 84

Analisa Pengaruh Besar Tahanan Rotor Terhadap Torsi Dan Efisiensi Motor Induksi 3 Fasa Rotor Belitan ( Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU )

7 99 85

Studi Pemakaian Kapasitor Untuk Menjalankan Motor Induksi Tiga Fasa Pada Sistem Satu Fasa (Aplikasi Pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

0 67 108

Analisis Karakteristik Torsi Dan Putaran Motor Induksi Tiga Fasa Pada Kondisi Operasi Satu Fasa Dengan Penambahan Kapasitor (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

4 103 83

Analisis Pengaruh Jatuh Tegangan Terhadap Kinerja Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

3 25 69

Analisis Pengaruh Jatuh Tegangan Terhadap Kinerja Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

0 0 11

Analisis Pengaruh Jatuh Tegangan Terhadap Kinerja Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

0 0 1

Analisis Pengaruh Jatuh Tegangan Terhadap Kinerja Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

0 0 5

Analisis Pengaruh Jatuh Tegangan Terhadap Kinerja Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

0 0 30

Analisis Pengaruh Jatuh Tegangan Terhadap Kinerja Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Belitan (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

0 0 1