Pengusahaan sayuran pakchoi baby dan tomat cherry di PT Saung Mirwan, Megamendung, Bogor

PENGUS
SAHAAN SAYURA
AN PAKC
CHOI BAB
BY dan TOMAT
T
CHER
RRY di PT
T. SAUNG
G MIRWA
AN, MEGA
AMENDU
UNG,
BOGOR

WENING PRABA
AWATI
A
A240614188

DEPA

ARTEME
EN AGRO
ONOMI DA
AN HORT
TIKULTU
URA
FAKULT
TAS PERT
TANIAN
INS
STITUT PERTANIA
AN BOGO
OR
2011

RINGKASAN
WENING PRABAWATI. Pengusahaan Sayuran Pakchoi Baby dan Tomat
Cherry di PT. Saung Mirwan, Megamendung, Bogor. (Dibimbing oleh
Bambang Sapta Purwoko)
Kegiatan magang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan dan

pengalaman kerja secara praktis di lapangan, mengetahui dan membandingkan
kegiatan budidaya hingga pemasaran sayuran (khususnya pakchoi baby dan tomat
cherry) antara sistem budidaya tanaman di PT. Saung Mirwan dengan sistem
budidaya tanaman di mitra tani, serta mengetahui jumlah kehilangan hasil selama
panen, penanganan pasca panen, dan pemasaran yang dilakukan di PT. Saung
Mirwan, Megamendung, Bogor pada Maret hingga Juli 2010.
Metode pelaksanaan magang dengan mengikuti seluruh kegiatan yang
dilaksanakan oleh PT. Saung Mirwan yang berhubungan dengan aspek budidaya
tanaman serta survei dengan mempersiapkan kuesioner untuk mengetahui
perbandingan cara budidaya tanaman hingga penanganan pasca panen dengan
mengambil sampel 5 petani yang berstatus sebagai mitra tani.
Bidang produksi PT. Saung Mirwan dan mitra tani melakukan kegiatan
budidaya pakchoi baby dengan teknik yang berbeda. Perbedaan tersebut meliputi
lokasi penanaman, metode penanaman, pola tanam, dan kegiatan pemeliharaan
yang dilakukan oleh keduanya. PT. Saung Mirwan menanam pakchoi baby di
dalam greenhouse, sedangkan mitra tani menanamnya di lahan terbuka. Pola
tanam yang digunakan oleh PT. Saung Mirwan adalah pola tanam monokultur
dengan metode penanaman langsung, sedangkan mitra tani menerapkan pola
tanam tumpang sari dengan metode penanaman menggunakan persemaian terlebih
dahulu, sehingga tidak melakukan kegiatan penjarangan dan penyulaman.

Penanganan pasca panen pada pakchoi baby oleh mitra tani terdiri atas
trimming dan pengangkutan, sedangkan penanganan pasca panen di divisi
pengemasan PT. Saung Mirwan lebih intensif dan teliti yang terdiri atas trimming,
penyortiran, pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan. Penanganan pasca
panen yang dilakukan divisi pengemasan PT. Saung Mirwan pada tomat cherry
terdiri atas pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan.

Hasil kegiatan menunjukkan bahwa persentase hasil yang dapat dipasarkan
untuk komoditi panen pakchoi baby yang berasal dari bidang produksi PT. Saung
Mirwan berkisar antara 61-80 %. Nilai persentase yang rendah disebabkan oleh
tingginya kehilangan bobot saat dilakukan trimming dan sortasi sebelum produk
dipasarkan. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan mitra tani, yaitu sebesar 90-96
%. Hal itu disebabkan oleh kegiatan trimming yang dilakukan di mitra tani hanya
membuang 1-2 daun saja, sehingga kehilangan bobot yang terjadi saat panen di
lahan hanya dalam jumlah kecil. Kehilangan hasil pakchoi baby selama
penanganan pasca panen pada periode Januari-Juni 2010 berkisar antara 29-39 %.
Kehilangan hasil tomat cherry selama penanganan pasca panen mencapai nilai
yang tertinggi pada Juni 2010 yaitu sebesar 60.79 %.
Kegiatan pasca panen yang dilakukan bidang produksi PT. Saung Mirwan
lebih teliti dibandingkan mitra tani. Kehilangan hasil pada komoditi pakchoi baby

selama penanganan pasca panen disebabkan oleh banyaknya hasil panen tidak
memenuhi syarat atau disebut dengan istilah broken stock (BS) akibat trimming,
sedangkan untuk komoditi tomat cherry disebabkan oleh banyaknya jumlah BS
akibat penyimpanan dalam cool room.
Jalur pemasaran sayuran pakchoi baby dan tomat cherry di divisi
penjualan sayuran PT. Saung Mirwan melalui dua jalur, yaitu sayuran hasil
produksi dari bidang produksinya serta mitra tani, dan pembelian dari mitra beli,
yang kemudian disalurkan ke konsumen seperti supermarket, hotel, dan restoran.
Sistem penjualan yang diterapkan oleh PT. Saung Mirwan ialah sistem penjualan
putus, dengan pembayaran melalui transfer. Harga pakchoi baby dari bidang
produksi, mitra tani, dan mitra beli berada pada tingkat harga yang sama yaitu
Rp 4 000/kg, sehingga farmer’s share yang didapatkan juga sama yaitu sebesar
23.6 %. Harga tomat cherry pada tiap saluran pemasaran berbeda-beda. Harga dari
bidang produksi sebesar Rp 10 000/kg, mitra tani sebesar Rp 8 000/kg, dan mitra
beli sebesar Rp 8 500, sehingga farmer’s share yang diterima berturut-turut
adalah sebesar 36.36 %, 29.09 %, dan 30.91 %.
Kegiatan magang telah memberikan keterampilan dan pengetahuan
budidaya sayuran baik dari segi budidaya, panen dan pasca panen, serta
pemasaran.


PENGUSAHAAN SAYURAN PAKCHOI BABY dan TOMAT
CHERRY di PT. SAUNG MIRWAN, MEGAMENDUNG,
BOGOR

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Intitut Pertanian Bogor

WENING PRABAWATI
A24061418

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul

: PENGUSAHAAN SAYURAN PAKCHOI BABY dan


TOMAT

CHERRY

di

PT.

SAUNG

MEGAMENDUNG, BOGOR
WENING PRABAWATI

Nama

:

NRP

: A24061418


Menyetujui,
Dosen Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, M.Sc.)
NIP 19610218.198403.1.002

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr)
NIP 19611101.198703.1.003

Tanggal Lulus : …………………………

MIRWAN,

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 September 1988 dari bapak
Suyono dan ibu Siti Chodijah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara.
Tahun 2000 penulis lulus Sekolah Dasar Cijantung 02 Pagi kemudian
melanjutkan di SLTP Negeri 103 Jakarta sampai tahun 2003. Pada tahun 2006,
penulis menamatkan pendidikan menengah lanjutan atas di SMA Negeri 88
Jakarta, yang kemudian diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2007, penulis diterima
sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Semasa menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti beberapa kegiatan
kemahasiswaan, diantaranya sebagai Panitia Masa Perkenalan Departeman (MPD)
pada tahun 2007. Selain itu penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang
liburan di Unit Teaching Farm Agricultural Development Center, Cikarawang
ICDF-IPB. Penulis juga menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Tanaman Buah
selama satu semester.

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi

kekuatan dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaiakan dengan baik.
Kegiatan magang pengusahaan sayuran dilaksanakan terdorong oleh keinginan
penulis untuk mempelajari aspek pengelolaan komoditi tanaman sayuran dan
meningkatkan kemampuan profesional penulis dalam memahami dan menghayati
proses kerja secara nyata.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1.

Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, M.Sc. sebagai dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan, saran, kritik, dan semangat kepada
penulis sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

2.

Dr. Ir. Anas D. Susila, M.Si dan Dr. Dewi Sukma, SP, M.Si selaku dosen
penguji yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

3.

Maryati Sari, SP, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan dan saran selama penulis menempuh pendidikan
sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura.

4.

Seluruh staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah
memberikan bekal ilmu dan staf komisi pendidikan atas bantuan selama
penulis menempuh pendidikan.

5.

Bapak Tatang Hadinata dan Bapak Dudi Rusiyadi yang telah memberi ijin
kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang di PT. Saung Mirwan,
serta kepada seluruh karyawan yang telah membantu penulis selama kegiatan
magang.

6.

Kedua orang tua, Bapak Suyono dan Mama Siti Chodijah; kakak, Bani
Achmadi; dan adik, Fitri Saraswati; tersayang yang telah memberikan doa,

semangat, dan kasih sayang yang tak terhingga.

7.

Teman-teman seperjuangan AGH 43 yang tidak dapat disebutkan satu per
satu, terima kasih untuk segala kebersamaannya.

8.

Teman-teman dekatku di AGH 43 yang tak pernah luput dari candaan : cha2,
syifa, dan isti; semoga jadi kenangan terindah yang takkan terlupakan.

9.

Leni dan Firman yang telah membantu penulis selama kegiatan magang di
PT. Saung Mirwan, terima kasih atas kebersamaannya.

Bogor, Januari 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan.................................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
Budidaya Pakchoi Baby (Brassica rapa L. cv. group Pakchoi) .......................... 4
Budidaya Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme) ............... 5
Pemanenan .......................................................................................................... 6
Pasca Panen ......................................................................................................... 7
Pembersihan..................................................................................................... 7
Penyortiran (Sortasi) dan Pengkelasan (Grading)........................................... 8
Pengemasan (Packaging) ................................................................................ 8
Penyimpanan (Storage) ................................................................................... 9
Pengangkutan................................................................................................... 9
Pemasaran ...................................................................................................... 10
Kehilangan Hasil Panen .................................................................................... 11
METODE MAGANG ........................................................................................... 13
Waktu dan Tempat ............................................................................................ 13
Metode Pelaksanaan .......................................................................................... 13
Pengamatan dan Pengumpulan Data ................................................................. 14
Analisis Data dan Informasi .............................................................................. 14
KEADAAN UMUM ............................................................................................. 16
Lokasi ................................................................................................................ 16
Keadaan Iklim dan Tanah ................................................................................. 16
Luas Areal dan Tata Guna Lahan ...................................................................... 17
Keadaan Tanaman dan Produksi ....................................................................... 18
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ......................................................... 24
Struktur Organisasi ........................................................................................ 24
Ketenagakerjaan ............................................................................................ 25
BUDIDAYA DAN PANEN ................................................................................. 27
Budidaya Pakchoi Baby .................................................................................... 27
Persiapan Lahan ............................................................................................. 27
Penanaman ..................................................................................................... 28
Pemeliharaan ................................................................................................. 29
Pengendalian Hama dan Penyakit ................................................................. 31
Pemanenan ..................................................................................................... 33
Budidaya Tomat Cherry .................................................................................... 34

Persiapan Bahan Tanam ................................................................................ 34
Persiapan Lahan ............................................................................................. 36
Penanaman ..................................................................................................... 37
Pemeliharaan ................................................................................................. 39
Pengendalian Hama dan Penyakit ................................................................. 45
Pemanenan ..................................................................................................... 48
MANAJEMEN BUDIDAYA ............................................................................... 50
Bidang Produksi ................................................................................................ 50
Kemitraan .......................................................................................................... 51
PENANGANAN PASCA PANEN....................................................................... 54
Pasca Panen ....................................................................................................... 54
Pembersihan................................................................................................... 55
Penyortiran (Sorting) dan Pengkelasan (Grading) ........................................ 56
Pengemasan (Packaging) .............................................................................. 57
Penyimpanan (Storage) ................................................................................. 60
Pengangkutan................................................................................................. 60
Kehilangan Hasil Panen dan Pasca Panen Sayuran........................................... 62
PEMASARAN ...................................................................................................... 76
Volume Pemesanan dan Volume Penjualan ...................................................... 78
Sistem Penjualan dan Pembayaran .................................................................... 79
Harga Pakchoi Baby dan Tomat Cherry............................................................ 80
Persentase Bagian yang Diterima oleh Petani (Farmer’s Share) ...................... 82
ANALISIS USAHA TANI ................................................................................... 84
Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby (Mitra Tani) .............................................. 85
Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby (PT. Saung Mirwan) ................................. 87
Analisis Usaha Tani Tomat Cherry (PT. Saung Mirwan) ................................. 89
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................. 92
Kesimpulan ........................................................................................................ 92
Saran .................................................................................................................. 93
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 94
LAMPIRAN .......................................................................................................... 98

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Data Iklim Rata-rata Bulan Januari-Juni 2010 ................................................ 16
2. Jenis Sayuran yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan ............................... 19
3. Jenis Sayuran Pot yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan ......................... 20
4. Jenis Bunga yang Diproduksi oleh PT, Saung Mirwan .................................. 20
5. Komoditi Lain yang Diproduksi oleh PT. Saung Mirwan .............................. 20
6. Komoditi yang Diproduksi oleh Mitra Tani ................................................... 22
7. Komoditi yang Dibeli dari Mitra Beli ............................................................. 23
8. Perbedaan Budidaya Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan dan Mitra Tani .... 31
9. Komposisi Pupuk Dasar per 1 000 liter .......................................................... 39
10. Komposisi Larutan Nutrisi Pekat Tomat per 27 000 liter ............................... 40
11. Kewajiban dalam Kemitraan Antara PT. Saung Mirwan dan Mitra Tani ...... 52
12. Kegiatan Pasca Panen di Tiap Saluran Pemasaran PT. Saung Mirwan .......... 54
13. Standar Penerimaan Sayur PT. Saung Mirwan ............................................... 56
14. Persentase Hasil Panen Pakchoi Baby yang Dapat Dipasarkan dari Bidang
Produksi PT. Saung Mirwan ........................................................................... 63
15. Persentase Hasil Panen Pakchoi Baby yang Dapat Dipasarkan dari Mitra
Tani ................................................................................................................. 64
16. Kehilangan Hasil Harian pada Pakchoi Baby saat Pengemasan di Divisi
Pengemasan PT. Saung Mirwan ..................................................................... 66
17. Kehilangan Hasil Harian pada Tomat Cherry saat Pengemasan di Divisi
Pengemasan PT. Saung Mirwan ..................................................................... 69
18. Produksi Komoditi Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan Periode JanuariJuni 2010 ......................................................................................................... 71
19. Kehilangan Hasil pada Pakchoi Baby di Divisi Pengemasan PT.Saung
Mirwan Periode Januari-Juni 2010 ................................................................. 72
20. Produksi Komoditi Tomat Cherry di PT. Saung Mirwan Periode JanuariJuni 2010 ......................................................................................................... 74
21. Kehilangan Hasil pada Tomat Cherry di Divisi Pengemasan PT. Saung
Mirwan Periode Januari-Juni 2010 ................................................................. 74

22. Volume Pemesanan dan Volume Penjualan Sayuran Pakchoi Baby di
PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010................................................ 78
23. Volume Pemesanan dan Volume Penjualan Sayuran Tomat Cherry di
PT. Saung Mirwan Periode Januari-Juni 2010................................................ 79
24. Harga Pakchoi Baby dan Tomat Cherry di Saluran Pemasaran PT. Saung
Mirwan ............................................................................................................ 81
25. Farmer’s Share di Saluran Pemasaran PT. Saung Mirwan ............................ 82

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. (a) Pengolahan Tanah dengan Traktor, (b) Pemberian Pupuk Kandang
Sebelum Pengolahan Tanah ............................................................................ 27
2. (a) Penanaman Pakchoi Baby pada Lubang Tanam, (b) Benih Pakchoi
Baby yang Digunakan ..................................................................................... 28
3. (a) Pemberian Pupuk Kotoran Ayam, (b) Penyiraman dengan Irigasi
Kabut ............................................................................................................... 29
4. Gejala Serangan Ulat Grayak.......................................................................... 32
5. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Pakchoi Baby .................................. 32
6. (a) Tanaman yang Siap Dipanen, (b) Cara Panen Pakchoi Baby.................... 33
7. Kegiatan Panen oleh Mitra Tani : (a) Pengangkutan Hasil Panen ke
Tempat Teduh, (b) Pengumpulan Hasil Panen di Tempat yang Teduh .......... 34
8. (a) Bangunan Pembibitan, (b) Tempat Penyemaian, (c) Kecambah yang
Siap Dipindahkan ke Tray, (d) Pemindahan Kecambah Tomat Cherry ........ 35
9. (a) Kegiatan Pembakaran Sekam di Rumah Pembakaran Sekam, (b) Arang
Sekam yang Sudah Jadi, (c) Pengisian Polibag dengan Arang Sekam ........... 37
10. (a) Bibit Tomat yang Siap Dipindah ke Polibag, (b) Penanaman Tomat di
Polibag ............................................................................................................ 38
11. (a) Pembuatan Larutan Nutrisi Pekat, (b) Irigasi Tetes pada Tomat Cherry .. 39
12. (a) Pengukuran Debit Larutan pada Saat Penyiraman, (b) EC meter ............ 42
13. Pemasangan Tali Ajir pada Tanaman Tomat Cherry ...................................... 43
14. Tunas Air pada Tanaman Tomat Cherry yang Harus Dibuang ...................... 44
15. Penyerbukan Bantuan dengan Cara Memukul-mukul Batang Tanaman
Menggunakan Tongkat Dilapisi Busa ............................................................. 44
16. Kegiatan Pemangkasan Tanaman Tomat Cherry : (a) Sebelum
Pemangkasan Daun Bawah, (b) Setelah Pemangkasan Daun Bawah............. 45
17. Pemotongan Titik Tumbuh pada Umur 20 MST ............................................ 45
18. Gejala Serangan : (a) Leafminer Berupa Corak Seperti Batik pada Daun,
(b) Ulat Buah Berupa Lubang pada Buah Tomat Cherry ............................... 46
19. Gejala Penyakit : (a) Busuk Batang Akibat Bakteri Pseudomonas
solanacearum, (b) Penyakit Busuk Ujung Buah (blossom end rot) ............... 47

20. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Tomat .............................................. 48
21. (a) Buah yang Siap Dipanen dengan Kriteria Warna Kekuning-kuningan,
(b) Cara Panen Tomat Cherry dengan Cara Dipetik Disertai Tangkai
Buahnya, (c) Pengumpulan Tomat Cherry dalam Wadah Kontainer Plastik
Sebelum Dibawa ke Divisi Pengemasan......................................................... 49
22. Tomat Cherry yang Siap Dikemas Dikelompokkan Berdasarkan Kriteria
Warna .............................................................................................................. 57
23. Wadah Pengangkutan Sayuran dari Lahan : (a) Bidang Produksi,
(b) Mitra Tani .................................................................................................. 61
24. Mobil Distribusi PT. Saung Mirwan Berupa Mobil Truk Tertutup
Berpendingin (AC).......................................................................................... 61
25. Kegiatan Trimming dan Sortasi pada Pakchoi Baby : (a) Rompesan
Pakchoi Baby, (b) Pakchoi Baby BS (Tidak Layak Jual) ............................... 65
26. Tomat Cherry yang Pecah dan Busuk ............................................................. 68
27. Skema Jalur Pemasaran Sayuran di PT. Saung Mirwan ................................. 77

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Lay Out Bangunan ............................................................................................ 99
2. Lay Out Green House ..................................................................................... 100
3. Struktur Organisasi PT. Saung Mirwan .......................................................... 101
4. Data Karyawan PT. Saung Mirwan 2010 ....................................................... 102
5. Daftar Pestisida yang Digunakan Dalam Pengendalian Hama dan
Penyakit Tanaman Pakchoi Baby ................................................................... 104
6. Daftar Pestisida yang Digunakan Dalam Pengendalian Hama dan
Penyakit Tanaman Tomat Cherry ................................................................... 104
7. Volume dan Prestasi Kerja Karyawan Lapang dan Penulis............................ 105
8. Skema Jaringan Irigasi Tetes .......................................................................... 106
9. Lay Out Jaringan Irigasi Tetes ........................................................................ 107

 

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sangat besar
untuk mengembangkan sumber keanekaragaman hayati. Berbagai macam sayuran
dapat ditanam di Indonesia, tidak hanya sayuran asli Indonesia tetapi juga yang
berasal dari negeri lain. Sayuran memiliki peran penting dalam pemenuhan
kebutuhan gizi manusia terutama sebagai sumber vitamin, mineral, serat, dan
antioksidan. Mengonsumsi berbagai macam sayuran secara rutin setiap hari sangat
dianjurkan karena dapat menyehatkan tubuh, dan mengurangi risiko berbagai
penyakit kanker, penyakit jantung, stroke, dan penyakit kronis lainnya.
Tingkat konsumsi sayuran masyarakat Indonesia pada tahun 2006 hanya
sebesar 37.94 kg/kapita/tahun dan masih berada di bawah standar konsumsi yang
telah ditetapkan yaitu sebesar 65.75 kg/kapita/tahun (http://jakarta.litbang.deptan.
go.id). Menurut data statistik Ditjen Hortikultura (2009) pada tahun 2008 total
produksi sayuran yang dihasilkan Indonesia mencapai 9.57 juta ton. Jumlah ini
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 9.46 juta
ton. Peningkatan ini terjadi seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat
mengenai pentingnya mutu makanan termasuk sayuran. Oleh karena itu, perlu
diantisipasi peningkatan keperluan komoditi sayuran yang dihasilkan petani
Indonesia.
Salah satu perusahaan agribisnis yang mengusahakan berbagai macam
sayuran adalah PT. Saung Mirwan yang berlokasi di Jawa Barat. PT. Saung
Mirwan memiliki empat kebun produksi yaitu di Desa Sukamanah (Bogor)
dengan luas kebun ± 11 ha, Kampung Lemah Neundeut (Bogor) dengan luas
kebun 3 ha, Cipanas dengan luas kebun ± 1 ha, dan Garut dengan luas kebun
9 ha. Selain mengembangkan produksi sendiri, perusahaan tersebut juga menjalin
kemitraan dengan petani di wilayah Bogor dan Garut dengan luasan sekitar 30 ha
(Marliana, 2008). Sayuran yang diproduksi di perusahaan tersebut terdiri atas
berbagai macam sayuran daun maupun sayuran buah. Dua diantara sayuran yang
diproduksi ialah pakchoi baby dan tomat cherry yang memiliki harga dan daya
saing cukup tinggi.

2
Pakchoi atau bok choy yang dikenal sebagai sawi China banyak digunakan
sebagai komposisi sup dalam masakan China. Sayuran ini banyak mengandung
vitamin dan mineral. Bagian yang dikonsumsi adalah daun dan petiolnya yang
berwarna hijau. Selain untuk masakan, pakchoi biasanya juga digunakan sebagai
penghias hidangan. Sayuran pakchoi mulai banyak dikenal di berbagai kalangan
masyarakat. Produksi komoditi ini di Indonesia mengalami peningkatan dari
1.29 juta ton pada tahun 2007 menjadi 1.31 juta ton pada tahun 2008. Tingkat
konsumsinya juga mengalami peningkatan dari 0.47 kg/kapita pada tahun 2006
menjadi 0.73 kg/kapita pada tahun 2007 (Ditjen Hortikultura, 2009).
Tomat merupakan salah satu komoditi sayuran unggulan yang prospektif.
Tomat dimanfaatkan sebagai konsumsi buah segar, bumbu masak, serta bahan
baku industri di antaranya aneka minuman, zat pewarna, saus, dan lain-lain.
Tomat cherry biasanya digunakan untuk salad. Tomat mengandung vitamin A dan
C yang baik untuk kesehatan. Permintaan tomat terus meningkat karena selain
dijual di pasar tradisional, buah tomat juga dijual di supermarket, mal-mal,
maupun dijual langsung ke hotel dan restoran. Produksi tomat di Indonesia
mengalami peningkatan dari 0.64 juta ton pada tahun 2007 menjadi 0.70 juta ton
pada tahun 2008. Tingkat konsumsi tomat mengalami peningkatan dari 1.17
kg/kapita pada tahun 2006 menjadi 2.09 kg/kapita pada tahun 2007 (Ditjen
Hortikultura, 2009).
Salah satu permasalahan yang sangat penting pada pemasaran produk
sayuran secara umum adalah penanganan pasca panen. Sayuran merupakan
komoditi yang sangat mudah rusak dan membusuk dalam waktu yang relatif
singkat sehingga mutunya menurun. Kerusakan suatu komoditi yang terjadi pada
saat panen hingga penanganan pasca panen mengakibatkan kehilangan (loss).
Kehilangan tersebut mengakibatkan produk tidak layak dijual maupun untuk
dikonsumsi. Menurut Spinks dan Abbot (1986) tingkat kehilangan hasil pasca
panen yang terjadi pada produk hortikultura dalam pertanian di daerah tropika
sangat tinggi, baik dalam kualitas maupun kuantitas. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Pasca Panen Pertanian (2008) menyatakan bahwa pada tahun
2007 tingkat kehilangan hasil sayuran di Indonesia mencapai 25-40 %. Menurut
Haryanto dan Rochani (2006) penanganan pasca panen di Indonesia yang buruk

3
disebabkan oleh keterbatasan fasilitas dan kualitas sumber daya manusia yang
rendah. Kondisi ini menuntut adanya usaha penanganan pasca panen sayuran yang
baik untuk menekan kehilangan hasil, menjaga kualitas nutrisi yang dimiliki
sayuran serta menjamin keamanannya. Penerapan teknologi yang dapat
mengurangi kerusakan dan kehilangan hasil pada sayuran sangat diperlukan dalam
upaya memperpanjang masa simpan khususnya pada saat panen raya.

Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang ini adalah untuk mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman kerja secara praktis di lapangan. Tujuan khusus
magang yaitu mengetahui kegiatan budidaya hingga pemasaran sayuran,
khususnya pakchoi baby dan tomat cherry, mengetahui jumlah kehilangan hasil
selama penanganan pasca panen, serta membandingkan produksi sayuran antara
sistem budidaya tanaman di PT. Saung Mirwan dengan sistem budidaya tanaman
di mitra tani.

 

TINJAUAN PUSTAKA
 
 

Budidaya Pakchoi Baby (Brassica rapa L. cv. group Pakchoi)
Pakchoi memiliki nama latin Brassica rapa L. cv. group Pakchoi atau
Brassica chinensis yang termasuk dalam famili Brasicaceae. Kultivar pakchoi
yang memiliki rasio panjang petiol terhadap panjang daun lebih pendek disebut
dengan kultivar tipe kecil atau pakchoi baby. Pakchoi diketahui berasal dari China
dan telah dibudidayakan sejak abad ke lima setelah Masehi. Budidaya pakchoi
meluas hingga ke China Selatan, China Tengah, dan Taiwan. Kelompok sayuran
ini relatif baru diperkenalkan di Jepang dimana masih disukai sebagai “sayuran
China”. Sayuran ini telah diperkenalkan di Asia Tenggara tepatnya di Selat
Malaka pada abad ke 15. Saat ini budidayanya meluas ke Filipina dan Malaysia,
dan masih terbatas di Indonesia dan Thailand (Tay dan Toxopeus, 1994).
Pakchoi merupakan tanaman herba dua musim tetapi bisa dibudidayakan
sebagai tanaman semusim tergantung kultivar dan lingkungan. Pakchoi
diperbanyak dengan menggunakan biji. Penanamannya dapat dilakukan dengan
penanaman benih langsung atau disemai terlebih dahulu. Jarak tanam antar
tanaman yang biasanya digunakan ialah 10-20 cm (Tay dan Toxopeus, 1994).
Tanaman ini sedikit sensitif terhadap suhu dibandingkan dengan petsai,
sehingga perlu adaptasi yang lebih luas (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Suhu
optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ini adalah 20-25 ºC (Tay
dan Toxopeus, 1994).
Tanah yang digunakan untuk penanaman perlu digemburkan, serta dibuat
bedengan. Sebelumnya lahan harus benar-benar bersih dan tidak boleh ternaungi.
Saat dilakukan penggemburan, tanah diberi pupuk kandang sebagai pupuk dasar.
Pemupukan tambahan dilakukan saat 3 minggu setelah tanam (MST) dengan
pemberian urea 50 kg/ha, dengan ditabur dalam larikan, ditutup tanah atau
dilarutkan dalam air kemudian disiramkan pada bedengan penanaman.
Penyiraman tanaman pakchoi perlu dilakukan secara teratur, terutama pada musim
kemarau. Kegiatan penjarangan dilakukan pada saat 2 MST, sedangkan
penyulaman dilakukan hanya jika diperlukan (Susila, 2006).

5
Menurut Tay dan Toxopeus (1994) tipe kultivar pakchoi kecil atau
pakchoi baby memiliki produktivitas 10-20 ton/ha, sedangkan untuk tipe kultivar
yang besar produktivitasnya mencapai 20-30 ton/ha. Dalam 100 g pakchoi
mengandung 93 g air, 1.7 g protein, 0.2 g lemak, 3.1 g karbohidrat, dan 0.7 g
serat. Sayuran ini baik sebagai sumber vitamin dan mineral karena mengandung
2.3 g β–karoten, 53 mg vitamin C, 102 mg Ca, 46 mg P, dan 2.6 mg Fe. Nilai
energi yang dihasilkan adalah 86 kJ per 100 g pakchoi.
 

 

Budidaya Tomat Cherry (Lycopersicon esculentum var. cerasiforme)
 

Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae.
Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati
tumbuh liar di Ekuador dan Peru, dan telah menyebar luas di seluruh dunia, dan di
beberapa negara tropik menjadi berkembang secara alami (Harjadi, 1989). Tomat
cherry memiliki beberapa varietas diantaranya adalah Royal Red Cherry yang
berdiameter 3.1-3.5 cm dan Short Red Cherry yang berdiameter 2-2.5 cm (Jones
et al., 1980), Oregon Cherry yang diameternya 2.5-3.5 cm dengan bobot 11-15 g
(Baggett dan Frazier, 1978), serta Golden Pearl yang bobotnya 8-10 g dan Season
Red yang bobotnya 25 g diproduksi oleh Known You Seed di Taiwan (Cahyono,
2008).
Tomat merupakan tanaman herba semusim berbentuk perdu atau semak.
Tanaman ini diperbanyak dengan biji dan disemaikan terlebih dahulu. Penanaman
dilakukan ketika tanaman berumur sekitar tiga minggu di persemaian (Nurtika dan
Abidin, 1997). Tomat dibudidayakan dalam bedengan dengan lebar 150-180 cm.
Tomat yang dijual dalam bentuk segar ditanam menggunakan jarak tanam dalam
baris 60-75 cm dan antar baris 120-150 cm sehingga populasinya 8 000-14 000
tanaman/ha (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Tomat membutuhkan iklim yang kering dan dingin untuk pertumbuhannya
agar diperoleh produksi yang tinggi dan baik. Suhu optimal untuk pertumbuhan
dan pembungaan tomat adalah 21-24 ºC dan suhu malam 18-22 ºC. (Peet dan
Bartholemew, 1986).

6
Pemberian nutrisi pada sistem hidroponik dilakukan bersamaan dengan
penyiraman (fertigasi). Jumlah nutrisi yang digunakan tidak sama tergantung
umur tanaman dan kondisi cuaca. Tanaman tomat diajir pada umur 2-3 MST
menggunakan ajir benang yang dililitkan pada kawat yang dibentangkan pada
greenhouse setinggi 3 m. Pengikatan dilakukan dengan kuat dan tepat, akan tetapi
jangan sampai melukai atau memotong tanaman. Kondisi nutrisi tanaman
dikontrol secara rutin menggunakan EC (Electrical Conductivity) meter untuk
mengukur kandungan garam total di dalam larutan nutrisi (Susila, 2006).
Produksi buah tomat cherry per satuan luas lahan bervariasi tergantung
varietasnya. Pada pertanaman yang baik dan dipelihara secara intensif, dapat
berproduksi antara 10-60 ton ton/ha. Tomat hibrida seperti Santa memiliki
produktivitas 500 buah/tanaman dan bobotnya ± 4 g/buah, dapat berproduksi
antara 32-26 ton/ha (Rukmana, 1994)
Menurut Opena dan Vossen (1994) dalam 100 g buah tomat mengandung
94 g air, 1.0 g protein, 0.2 g lemak, 3.6 g karbohidrat, 10 mg Ca, 0.6 mg Fe,
10 mg Mg, 16 mg P, 1 700 IU vitamin A, 0.1 mg vitamin B1, 0.02 mg vitamin
B2, 0.6 mg niasin, dan 21 mg vitamin C. Nilai energi yang dihasilkan sebesar
80 kJ per 100 g buah tomat. Tomat sangat baik sebagai sumber vitamin A dan
vitamin C.

Pemanenan
 

Menurut Thompson et al. (1986) pemanenan dan penanganan perlu
dilakukan dengan hati-hati untuk dapat mempertahankan mutu buah-buahan dan
sayur-sayuran. Pemanenan yang keliru dan penanganan yang kasar di kebun dapat
mempengaruhi mutu pemasaran secara langsung. Kader (1990) mengemukakan
bahwa tujuan dari pemanenan adalah untuk mendapatkan komoditi dari kebun
dengan tingkat kematangan yang baik agar kerusakan dan kehilangan hasil yang
terjadi rendah.
Menurut Tay dan Toxopeus (1994) pemanenan pakchoi dapat dilakukan
lebih awal yaitu sekitar tiga minggu setelah penanaman tetapi ada juga yang pada
umur antara 30-45 hari, tergantung varietas dan metode penanamannya. Jika
pakchoi dibiarkan tumbuh terlalu lama di lahan maka dapat menurunkan nilainya

7
secara cepat. Pemanenan pakchoi pada cuaca yang sangat panas harus dihindari.
Williams et al. (1993) menyatakan bahwa jika saat penanaman pakchoi
menggunakan bibit semai besar, maka tanaman dapat dipanen pada 25 hari setelah
pindah tanam dan menghasilkan sampai 30 ton/ha, sedangkan dari pertanaman
berumur enam minggu dapat dipanen hasil sebesar 50 ton/ha.
Cara panen pakchoi adalah tanaman dicabut dari tanah atau dipotong
setinggi tanah dengan pisau. Tanaman yang sudah dipanen jangan dibiarkan
terkena sinar matahari karena mudah layu. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada
pagi

hari

dan

hasilnya

dibawa

ke

tempat

yang

teduh

(Thompson

et al., 1986 ).
Marpaung (1997) menyatakan bahwa kematangan buah tomat dari tingkat
kematangan masih muda sampai tua berturut-turut adalah hijau masak, pecah
warna, kekuning-kuningan, merah jambu, merah cerah, dan merah masak
sempurna. Pada umumnya tomat yang sudah siap dipanen pertama pada umur
± 75 hari setelah pindah tanam atau ± 3 bulan setelah menyebar benih. Saat
pemetikan buah yang tepat disesuaikan dengan tujuan konsumsi ataupun sasaran
pemasaran. Bila tujuan pemasaran jarak jauh atau diekspor, idealnya dipanen pada
waktu buah stadium hijau matang kira-kira 3-7 hari sebelum menjadi merah.
Sementara untuk tujuan pemasaran jarak dekat (pasar lokal), dapat dipanen
sewaktu tomat berwarna kekuning-kuningan.
Cara panen tomat adalah dipetik secara hati-hati agar tidak rusak. Panen
pada tomat cherry disertakan tangkai atau gagang buahnya. Panen dilakukan
secara periodik satu atau dua kali seminggu tergantung keadaan buah yang masak
dan waktu panen yang tepat adalah pada cuaca terang.
 

Pasca Panen
 

Pembersihan
 

Pembersihan (cleaning) bertujuan untuk membuang kotoran yang melekat
pada sayuran untuk memperbaiki penampakan sayuran dan menghilangkan bagian
yang busuk atau rusak (Akamine et al., 1986). Pembersihan penting bukan hanya

8
untuk menghemat waktu dan tenaga pada proses yang lebih lanjut, tetapi juga
menyingkirkan sumber-sumber kontaminasi (Rahardi et al., 2001).
Penyortiran (Sortasi) dan Pengkelasan (Grading)
 

Menurut Akamine et al. (1986) buah-buahan dan sayur-sayuran
mempunyai variasi mutu yang luas, yang disebabkan oleh faktor-faktor genetik,
lingkungan, dan agronomi. Sortasi mutu diperlukan untuk mendapatkan
keuntungan yang memadai sesuai dengan mutu barang. Setelah sortasi mutu, hasil
dipilah-pilah menurut ukurannya untuk mendapatkan keseragaman. Rahardi et al.
(2001) mengemukakan bahwa kegiatan sortasi biasanya dilakukan berdasarkan
standar mutu yang telah ditetapkan untuk pemasaran dalam negeri maupun
ekspor.
Trisnawati dan Setiawan (2002) mengemukakan bahwa pengkelasan
(grading) merupakan pemilahan dalam hal mutu. Penentuan mutu buah
didasarkan pada kesehatan, ketegaran, kebersihan, ukuran, bobot, warna, bentuk,
kematangan, kebebasan dari bahan asing dan penyakit, serta kerusakan oleh
serangga dan luka-luka mekanik.
Pengemasan (Packaging)
Menurut Hardenberg (1986) perbaikan-perbaikan dalam pengemasan
memberikan kontribusi yang besar terhadap pemasaran buah-buahan dan
sayur-sayuran segar yang lebih efisien. Persyaratan pengemasan sangat
berbeda-beda, tergantung pada barang yang harus dikemas dan persyaratan yang
harus dipenuhi oleh hasil dari petani atau pengemas sampai konsumen.
Pengemasan tidak dapat memperbaiki mutu, oleh karena itu hanya hasil yang
paling baiklah yang seyogyanya dikemas. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh
dari pengemasan diantaranya adalah merupakan unit penanganan yang efisien,
merupakan unit penyimpanan yang mudah disimpan di gudang-gudang atau di
rumah, melindungi mutu dan mengurangi pemborosan, memberikan pelayanan
dan motivasi penjualan, mengurangi biaya pengangkutan dan pemasaran, serta
memungkinkan penggunaan cara-cara pengangkutan baru.

9
Menurut Tay dan Toxopeus (1994) pakchoi dikemas dengan kontainer
kaku yang kuat dengan diberi lubang pada sisi-sisinya untuk menghindari panas
akibat transpirasi, contohnya keranjang plastik dengan ukuran panjang 72 cm
x lebar 47 cm x tinggi 33 cm dengan kapasitas 30 kg. Menurut Opena dan Vossen
(1994) buah tomat yang dipasarkan dikemas dalam wadah yang cocok, sering
menggunakan kotak kayu 20 kg, keranjang bambu, kotak plastik, atau bahan
pengemas lain yang tersedia di tempat.
Penyimpanan (Storage)
Pantastico et al. (1986) menyatakan bahwa penyimpanan buah-buahan dan
sayur-sayuran segar dapat memperpanjang daya gunanya dan dalam keadaan
tertentu memperbaiki mutunya. Selain itu penyimpanan bertujuan untuk
menghindarkan melimpahnya produk ke pasar, membantu pemasaran yang
teratur, meningkatkan keuntungan produsen, dan mempertahankan mutu
produk-produk yang masih hidup. Umur simpan dapat diperpanjang dengan
pengendalian penyakit-penyakit pasca panen, pengaturan atmosfer, perlakuan
kimiawi, penyinaran, dan pendinginan. Sampai sekarang pendinginan merupakan
satu-satunya cara yang ekonomis untuk penyimpanan jangka panjang bagi
buah-buahan dan sayur-sayuran segar.
Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa pakchoi memiliki
umur simpan yang singkat setelah pasca panen, tetapi kualitas produk dapat
dipertahankan pada suhu 0 ºC dan kelembaban udara 95 % dalam waktu 10 hari.
Opena dan Vossen (1994) menyatakan bahwa umur simpan tomat tergantung pada
tingkat kematangan pada saat panen dan kualitas buah yang diinginkan. Idealnya
tomat yang hijau masak dapat disimpan dalam waktu 7-10 hari pada suhu
13-18 ºC dan kelembaban udara 85-90 %.
Pengangkutan
Chace dan Pantastico (1986) menyatakan bahwa pengangkutan merupakan
mata rantai penting dalam penanganan, penyimpanan, dan distribusi buah-buahan
dan sayur-sayuran. Pengangkutan hasil dimulai dari kebun ke tempat-tempat
pengumpulan. Setelah melewati proses penanganan bahan ditransportasikan.

10
Di daerah tropika terjadi kerugian-kerugian yang besar pada beberapa titik dalam
urutan distribusi yang disebabkan oleh kerusakan komoditi, penanganan kasar,
kelambatan-kelambatan

yang

tidak

pembongkaran

tidak

hati-hati,

secara

dapat

dihindarkan,

penggunaan

pemuatan

wadah-wadah

dan
untuk

pengangkutan yang tidak sesuai, dan kondisi pengangkutan yang kurang
memadai. Oleh karena itu, azas pengangkutan komoditi yang mudah rusak
menyangkut perangkutan dan penerapan informasi dari banyak disiplin ilmu,
seperti biokimia, fisiologi, hortikultura, patologi, pengemasan, pendinginan,
pemasaran, pengangkutan, dan perekayasaan (engineering).
Pemasaran
Menurut Rahardi et al. (2001) aspek pemasaran merupakan kegiatan untuk
mendistribusikan hasil produksi ke tangan konsumen dengan harga yang layak.
Manajemen yang baik diperlukan untuk melakukan pemasaran agar pengusaha
mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Tata niaga dapat dikatakan efisien
apabila mampu menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya
semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian keuntungan yang adil
dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen kepada semua pihak yang ikut
serta di dalam kegiatan produksi dan tata niaga.
Cahyono (2008) menyatakan bahwa penentuan harga jual hendaknya
bertumpu pada harga pokok sebagai standar untuk menentukan harga yang
menguntungkan menurut mutu kelas yang ditetapkan pada tahapan grading dan
sortasi. Sistem pemasaran dengan mata rantai yang panjang menyebabkan harga
di tingkat petani menjadi rendah dan harga di tingkat konsumen menjadi tinggi.
Terbentuknya margin pemasaran yang tinggi ini tidak menguntungkan kedua
belah pihak. Oleh karena itu, pengenalan lembaga tata niaga yang terlibat dalam
pemasaran hasil-hasil pertanian perlu diketahui dan dipelajari oleh para petani
produsen sebagai bahan untuk menyusun program atau strategi pemasaran yang
efektif dan efisien.

11
Kehilangan Hasil Panen
Muchtadi dan Anjarsari (1996) menyatakan bahwa kehilangan hasil (loss)
dapat diartikan sebagai suatu perubahan dalam hal ketersediaan (availability),
jumlah yang dapat dimakan (edibility), yang akhirnya dapat menyebabkan bahan
tersebut tidak dapat dikonsumsi. Menurut Winata (2006) beberapa kendala yang
dihadapi oleh pemasok pasar swalayan yang berkaitan dengan kegiatan pasca
panen yang dapat menyebabkan kehilangan hasil sayuran antara lain adalah
adanya kelebihan stok sayuran dari petani atau bandar yang tidak dapat ditampung
pemasok pasar swalayan, volume penjualan sayuran dari pasar swalayan yang
kurang stabil, dan banyaknya penolakan sayuran di pasar swalayan akibat tidak
memenuhi standar.
Rapusas (2006) menyatakan bahwa kehilangan hasil sayuran di Filipina
pada komoditi pakchoi adalah sebesar 10 % dari tingkat petani hingga ke
pedagang pengecer, sedangkan total kehilangan hasil pada komoditi tomat sebesar
24 % dengan jumlah kehilangan hasil setelah panen 11.9 % dan kehilangan
setelah penyimpanan sebesar 12.1 %. Menurut Nugrohaini (2005) kehilangan
hasil pada komoditi tomat di masing-masing titik pemasaran mencapai 5 %.
Sarumaha (2005) menyatakan bahwa kehilangan hasil komoditi caisin di
Yayasan Bina Sarana Bakti sebesar 60.5 %. Kehilangan pasca panen yang tinggi
pada tingkat petani disebabkan oleh faktor budidaya (benih, pengolahan lahan,
nutrisi mineral, jarak tanam, penyemprotan bahan kimia, dan irigasi) dan faktor
lingkungan. Winata (2006) menyatakan bahwa kehilangan hasil komoditi selada
daun di CV Putri Segar sebesar 4 % dan di PD Pacet Segar sebesar 3.7 %.
Kehilangan hasil sayuran yang terjadi merupakan dampak dari kerusakan pada
sayuran. Yulianti (2009) menyatakan bahwa kehilangan hasil komoditi petsai di
bagian pemasaran Yayasan Bina Sarana Bakti sebesar 32.2 %. Kehilangan hasil
dapat disebabkan oleh penerapan cara budidaya yang tidak sesuai, ketidaktelitian
petani saat panen, serta adanya pengaruh faktor musim hujan.
Sarumaha (2005) mengemukakan bahwa semakin panjang jalur pemasaran
maka semakin besar kehilangan pasca panen yang terjadi. Penanganan pasca
panen yang baik dapat menekan tingkat kehilangan pasca panen. Selain itu
kegiatan pasca panen yang tepat dapat meningkatkan nilai jual produk sayuran.

12
Pentingnya aspek ekonomi program-program untuk mengurangi kerugiankerugian (kehilangan hasil) baik dalam kualitas maupun kuantitas, sering masih
terlewati karena biaya untuk mengurangi kehilangan hasil sampai pada tingkat
tertentu dapat melebihi nilai produk yang dapat diselamatkan. Apapun yang
dilakukan untuk memperbaiki saluran-saluran pemasaran, terjadinya kehilangan
hasil pada komoditi hortikultura yang relatif besar tidak dapat dihindarkan.
Namun, kehilangan hasil itu untuk masing-masing komoditi dapat dikurangi
sampai tingkat yang dapat diterima (Spinks dan Abbot, 1986).

 

METODE MAGANG
Waktu dan Tempat
Kegiatan

magang

dilaksanakan

pada

bulan

Maret-Juli

2010

di

PT. Saung Mirwan yang berlokasi di Kampung Pasir Muncang, Desa Sukamanah,
Kecamatan Megamendung, Bogor.

Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan dalam kegiatan magang meliputi :
1. Penulis mengikuti seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh PT. Saung Mirwan
yang berhubungan dengan aspek budidaya tanaman, yang meliputi persiapan
media tanam, penyemaian, pembibitan, pindah tanam (transplanting),
penanaman, pemupukan, panen, pasca panen, hingga pemasaran, dengan fokus
komoditi pakchoi baby dan tomat cherry.
2. Survei dengan kuesioner untuk mengetahui perbandingan cara budidaya
tanaman pakchoi baby, kuantitas produksi, serta kehilangan hasil selama
penanganan pasca panen antara sistem budidaya tanaman di PT. Saung
Mirwan dengan sistem budidaya tanaman yang dilakukan oleh mitra tani
dengan jumlah sampel petani sebanyak 5 orang. Kuesioner yang diberikan
kepada petani berisi : kegiatan budidaya (cara pengolahan tanah, pola
penanaman, pupuk yang digunakan, pengendalian hama dan penyakit, serta
pemeliharaan), kegiatan panen (cara panen, alat yang digunakan, dan jumlah
hasil panen yang rusak), kegiatan pasca panen (pembersihan, sortasi dan
grading, pengemasan, penyimpanan, pengangkutan, pemasaran, serta tujuan
pasar).
3. Mengetahui sistem saluran pemasaran sayuran serta harga jual produsen dan
lembaga pemasaran perantara.
4. Melakukan perhitungan prestasi kerja (banyaknya hasil kerja per tenaga kerja)
pada satuan waktu tertentu (jam) yang dilakukan oleh karyawan dan penulis.

14
Pengamatan dan Pengumpulan Data
 

Pengamatan dilakukan saat bekerja di lapangan dan pengumpulan data
yang dilakukan dalam kegiatan magang ini dengan menggunakan metode
langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung menggunakan data primer
yang diperoleh dari pengisian kuesioner dengan mengambil 5 sampel petani untuk
mengetahui perbedaan cara budidaya tanaman hingga penanganan pasca panen
serta data panen dan kehilangan hasil komoditi pakchoi baby, sedangkan pada
komoditi tomat cherry tidak dilakukan karena tidak terdapat sampel petani. Selain
itu data primer juga diperoleh melalui penimbangan hasil panen, wawancara, atau
diskusi langsung dengan pelaku produksi.
Metode tidak langsung menggunakan data sekunder yang diperoleh dari arsip
kebun, laporan manajemen, dan dokumentasi lainnya. Data sekunder tersebut
meliputi letak geografis, keadaan iklim dan tanah, luas areal konsesi dan tata guna
lahan, keadaan tanaman (jenis tanaman dan populasi tanaman), struktur organisasi
dan ketenagakerjaan, produksi dan produktivitas tanaman, peta lokasi, dan sarana/
prasarana penunjang yang tersedia di lokasi. Informasi lainnya diambil dari
beberapa literatur ilmiah serta instansi terkait yang mendukung kegiatan magang
tersebut.

Analisis Data dan Informasi
Data yang diperoleh dikelompokkan dan diolah dengan menggunakan
rataan. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Pengamatan yang
dilakukan penulis di lapangan (kebun PT. Saung Mirwan dan petani) meliputi
kegiatan budidaya hingga penanganan pasca panen sayuran, untuk komoditi
pakchoi baby dan tomat cherry yang meliputi :
1. Budidaya Pakchoi Baby dan Tomat Cherry
Kegiatan budidaya meliputi penyemaian, pembibitan, pengolahan tanah,
penanaman, pemupukan, pemeliharaan, serta pengendalian hama dan penyakit
2. Teknik Pemanenan
Kegiatan pemanenan meliputi alat yang digunakan saat panen dan cara panen
yang dilakukan

15
3. Teknik Penanganan Pasca Panen
Kegiatan pasca panen meliputi pembersihan, penyortiran, pengkelasan,
pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan
4. Kehilangan Hasil Pasca Panen
Kehilangan hasil pasca panen untuk mengetahui perbandingan persentase
kehilangan hasil komoditi yang berasal dari bidang produksi PT. Saung
Mirwan dengan yang berasal dari mitra tani selama penanganan pasca panen
di divisi pengemasan PT. Saung Mirwan
5. Harga Jual Tiap Saluran Pemasaran

 

KEADAAN UMUM
Lokasi
PT. Saung Mirwan berlokasi di Jalan Cikopo Selatan No. 134, Desa
Sukamanah, Kampung Pasir Muncang, Kecamatan Mega