Analisa Keanekaragaman Jenis Pohon Hutan Mangrove di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara

ANALISA KEANEKARAGAMAN JENIS POHON
HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN SECANGGANG,
KABUPATEN LANGKAT, PROPINSI SUMATERA UTARA

ARI AZHARI HARAHAP
041202029

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara

ANALISA KEANEKARAGAMAN JENIS POHON
HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN SECANGGANG,
KABUPATEN LANGKAT, PROPINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh :

ARI AZHARI HARAHAP
041202029

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KEANEKARAGAMAN JENIS POHON
HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN SECANGGANG,
KABUPATEN LANGKAT, PROPINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:
ARI AZHARI HARAHAP
041202029/ BUDIDAYA HUTAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010

Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi

: Analisa Keanekaragaman Jenis Pohon Hutan Mangrove di
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera
Utara
Nama
: Ari Azhari Harahap
NIM
: 041202029
Departemen : Kehutanan

Program Studi : Budidaya Hutan

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

Onrizal, S. Hut, M. Si
Ketua

Pindi Patana, S.Hut, M.Sc
Anggota

Mengetahui,

Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, M.S.
Ketua Departemen Kehutanan

Tanggal Sidang : 2010

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT
ARI AZHARI HARAHAP, ANALISIS OF MANGROVE PLANT
DIVERSITY AT SECANGGANG SUBDISTRICT LANGKAT DISTRICT,
NORTH SUMATERA PROVINCE. Under supervision of ONRIZAL and
PINDI PATANA
The research was conducted during August 2009 at the mangrove forest
area in Secanggang Sub-District, Langkat District, North Sumatra Province. The
purpose of this study was to examine the vegetation structure and diversity of
mangrove plant species and to estimate the carbon stocks of mangrove forests at the
research site. The 12 sample plots of each size 30 x 30 m were established to
indentify and measure the density of all vegetation. The allometric equation was
used to estimate the carbon stock for all trees 5 cm at diameter at breast height
(DBH) and above. The result, show that mangrove vegetations was found 14
mangrove spesies and dominated by Avicenia alba, Rhizophora apiculata and
Xylocarpus granatum. The diversities mangroves at district Secanggang (Hs’)
regency are still low is 1.86.
Keywords: species diversity, carbon reserves, mangrove forests, Sub--District
Secanggang North Sumatra

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

ARI AZHARI HARAHAP, ANALISA KEANEKARAGAMAN JENIS
POHON MANGROVE DI KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN
LANGKAT, PROPINSI SUMATERA UTARA. Di bawah bimbingan
ONRIZAL dan PINDI PATANA

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 di kawasan hutan
mangrove Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengukur keanekaragaman jenis, dan struktur vegetasi hutan mangrove dan
untuk menduga cadangan karbon pada hutan mangrove. di lokasi studi. Sebanyak
12 plot contoh yang masing-masing berukuran 30 x 30 m telah dibuat untuk
mengidentifikasi dan mengukur kerapatan vegetasi. Pendugaan simpanan karbon
dilakukan dengan menggunakan persamaan alometrik yang sudah tersedia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hutan mangrove di Kecamatan Secanggang 14 jenis
vegetasi mangrove yang mendominasi adalah Avicenia alba, Rhizophora apiculata
and Xylocarpus granatum. Keanekargaman jenis mangrove yang terdapat di
kecamatan Secanggang (Hs’) termasuk rendah yakni 1,86.
Kata kunci: keanekaragaman jenis, cadangan karbon, hutan mangrove, Kecamatan

Secanggang- Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Ari Azahari Harahap dilahirkan di Padang Sidempuan, Sumatera Utara pada
tanggal 15 April 1986, anak pertama dari empat bersaudara dari Ayahanda Lagut
Harahap dan Ibunda Amnah Lubis.
Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD
Negeri 1042202 Pematang Siantar, pada tahun 2001 lulus dari SLTP Negeri 2
Pematang Siantar, pada tahun 2004 lulus dari SMU Negeri 4 Pematang Siantar, dan
pada tahun yang sama penulis diterima kuliah di Universitas Sumatera Utara,
Fakultas Pertanian, Departeman Kehutanan, Program Studi Budidaya Hutan.
Selain di dunia perkuliahan kampus, penulis juga ikut bergabung dalam
organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) pada tahun 2005
sampai dengan sekarang. Penulis juga aktif kegiatan di luar kampus seperti
mengikuti kegiatan ekstakulikuler dan pelatihan-pelatihan untuk menunjang
dispilin ilmu di kampus. Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan dan
Pengelolaan Hutan (P3H) di Taman Nasional Batang Gadis, Mandailing Natal pada

bulan Juni 2006, dan melasanakan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di HTI
PT. Sumatera Riang Lestari Kabupaten Rokan Hilir, Riau pada bulan Juni sampai
Agustus 2008. Kemudian pada bulan Februari sampai April penulis melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Keanekaragaman Jenis Pohon Hutan Mangrove
di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara”.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt atas segala karunia dan
nikmat-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini adalah Analisa Keanekaragaman Jenis Pohon Hutan Mangrove Di
Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Skripsi ini dibuat
adalah untuk melengkapi persyaratan kesiapan melakukan penelitian dalam rangka
penyelesaian tugas akhir kuliah.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Onrizal S. Hut, M. Si. dan
Pindi Patana, S.Hut, M.Sc selaku pembimbing atas ilmu, arahan dan saran yang
diberikan. Terima kasih juga kepada Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS
selaku ketua Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara. Semoga karya ini bermanfaat bagi manusia dan kehidupan serta

perkembangan ilmu pengetahuan. Kepada Allah swt, penulis mohon ampunan dan
berharap keridhoan-Nya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Ayahanda
Lagut Harahap dan Ibunda Amnah Lubis atas semua doa dan dukungannya kepada
penulis, serta teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan penelitian dan
penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih jauh dari sempurna,
oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan penyusunan skripsi penelitian. Penulis berharap skripsi
penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT................................................................................................ i
ABSTRAK .................................................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Hutan Mangrove ......................................................................... 4
Ciri Ciri Ekosistem Hutan Mangrove ........................................................... 4
Vegetasi Hutan Mangrove ............................................................................ 6
Zonasi Hutan Mangrove ............................................................................... 7
Faktor Lingkungan untuk Pertumbuhan Mangrove ....................................... 9
Dampak Kerusakan Ekosistem Mangrove ................................................... 16
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................................... 17
Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 17
Letak Goegrafis ........................................................................................... 17
Toporafi dan Ketinggian Tempat ................................................................. 17
Iklim ........................................................................................................... 18

Bahan dan Alat Penelitian .......................................................................... 19
Prosedur Penelitian ..................................................................................... 19
Analisa Vegetasi ......................................................................................... 19
Pegambilan Data Suhu Dan Salinitas .......................................................... 21
Analisa Data ............................................................................................... 21

Universitas Sumatera Utara

Metode Analisis Data .................................................................................. 21

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan Pembahasan................................................................................. 25
Struktur Vegetasi ....................................................................................... 25
Komposisi Jenis .......................................................................................... 27
Keanekaragaman Jenis ................................................................................ 29
Salinitas dan Suhu ....................................................................................... 32

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................ 36
Saran .......................................................................................................... 36


DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 27
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Blok contoh dan penempatan petak contoh ............................................... 20
2. Grafik keanekaragaman indeks diversias Shannon..................................... 29
3. Grafik keanekaragama indeks diversias Simpson-Wienner ....................... 29
4. Grafik histogram nilai suhu dan kelempahan di masing masing plot ......... 32
5. Grafik histogram nilai salinitas di masing masing plot .................................. 33

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Halaman
1. Jenis mangrove dan sebarannya menurut tingkat pertumbuhan yang di jumpai di
Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. ......................................... .................26
2. INP pohon jenis vegetasi mangrove pada setiap tingkat pertumbuhan di Kecamatan
Secanggang, Kabupaten Langkat. ......................................................... ..................28
3. Keragaman jenis pada masing-masing tingkat pertumbuhan jenis yang dijumpai di
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. ........................................ ..................30

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
ARI AZHARI HARAHAP, ANALISIS OF MANGROVE PLANT
DIVERSITY AT SECANGGANG SUBDISTRICT LANGKAT DISTRICT,
NORTH SUMATERA PROVINCE. Under supervision of ONRIZAL and
PINDI PATANA
The research was conducted during August 2009 at the mangrove forest
area in Secanggang Sub-District, Langkat District, North Sumatra Province. The
purpose of this study was to examine the vegetation structure and diversity of
mangrove plant species and to estimate the carbon stocks of mangrove forests at the
research site. The 12 sample plots of each size 30 x 30 m were established to
indentify and measure the density of all vegetation. The allometric equation was
used to estimate the carbon stock for all trees 5 cm at diameter at breast height
(DBH) and above. The result, show that mangrove vegetations was found 14
mangrove spesies and dominated by Avicenia alba, Rhizophora apiculata and
Xylocarpus granatum. The diversities mangroves at district Secanggang (Hs’)
regency are still low is 1.86.
Keywords: species diversity, carbon reserves, mangrove forests, Sub--District
Secanggang North Sumatra

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

ARI AZHARI HARAHAP, ANALISA KEANEKARAGAMAN JENIS
POHON MANGROVE DI KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN
LANGKAT, PROPINSI SUMATERA UTARA. Di bawah bimbingan
ONRIZAL dan PINDI PATANA

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 di kawasan hutan
mangrove Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengukur keanekaragaman jenis, dan struktur vegetasi hutan mangrove dan
untuk menduga cadangan karbon pada hutan mangrove. di lokasi studi. Sebanyak
12 plot contoh yang masing-masing berukuran 30 x 30 m telah dibuat untuk
mengidentifikasi dan mengukur kerapatan vegetasi. Pendugaan simpanan karbon
dilakukan dengan menggunakan persamaan alometrik yang sudah tersedia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hutan mangrove di Kecamatan Secanggang 14 jenis
vegetasi mangrove yang mendominasi adalah Avicenia alba, Rhizophora apiculata
and Xylocarpus granatum. Keanekargaman jenis mangrove yang terdapat di
kecamatan Secanggang (Hs’) termasuk rendah yakni 1,86.
Kata kunci: keanekaragaman jenis, cadangan karbon, hutan mangrove, Kecamatan
Secanggang- Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.508
pulau dengan panjang garis pantai diperkirakan lebih dari 81.000 km (Sugiarto,
1984 dalam Onrizal, 2005). Hampir 75 % hutan mangrove biasanya hidup antara
350 LU dan 350 LS dimana suhu relatif konstan (McGill, 1958 dalam Supriharyono,
2000). Uniknya tumbuhan ini mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang
surut, pantai berlumpur dan lingkungan anaerob. Secara umum ekosistem
mangrove merupakan sumberdaya alam yang memiliki intensitas relasi yang tinggi
dengan masyarakat mengingat hutan mangrove mudah di jangkau dan berada pada
kawasan-kawasan yang sudah cukup terbuka/berkembang. Selain itu potensi
ekomoni mangrove cukup tinggi yang didukung oleh kemudahan pemanfaatan dan
pemasaran hasilnya. Hal ini mendorong kerusakan laju ekosistem mangrove
umumnya berlangsung cepat (LPPM, 2005).
Kerusakan ekosistem mangrove akibat terjadinya penebangan hutan
mangrove secara besar-besaran untuk dikonversikan menjadi beberapa bentuk
pemanfaatan secara ekonomi misalnya usaha pertambakan, pertanian, perindustrian,
pemukiman, pariwisata, pertambangan dan penangkapan ikan. Fakta ini merupakan
kondisi umum di kawasan pesisir Sumatera Utara. Usaha pertambakan dapat
menyebabkan terputusnya siklus hidup sumberdaya ikan dan udang di sekitarnya.
Berkurangnya ikan dan udang di daerah ini berarti mengurangi pendapatan nelayannelayan kecil yang biasanya beroperasi di sekitar pantai, penyudu udang, pencari
kepiting dan penjala ikan. Di pesisir timur Sumatera Utara, berkurangnya ikan hasil
tangkapan menyebabkan sebagian nelayan beralih profesi sebagai penebang kayu di

Universitas Sumatera Utara

hutan mangrove, atau setidaknya menebang kayu tersebut menjadi aktivitas
alternatif pada saat musim tidak melaut (Yayasan Mangrove, 1993).
Kekawatiran terus manurunnya kondisi hutan mangrove juga terjadi pada
hutan mangrove di daerah pesisir pantai Pulau Sumatera, termasuk di pesisir pantai
Kabupaten Langkat. Fenomena ini, jelas akan mengakibatkan kerusakan kualitas
dan kuantitas potensi sumberdaya ekosistem pesisir, di mana hutan mangrove itu
berada serta menurunnya, bahkan hilangnya fungsi lindung lingkungan dari hutan
mangrove tersebut. Oleh karena itu, untuk mengembalikan fungsi dan manfaat
hutan mangrove yang rusak harus dilakukan kegiatan rehabilitasi dengan terlebih
dahulu mengetahui kondisi kerusakannya.
Hutan mangrove Kecamatan Secanggang merupakan salah satu kawasan
hutan register (Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Sumut, 2008) yang
terdapat di Wilayah Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Kawasan ini merupakan
salah satu kawasan mangrove yang penting, sehingga kegiatan penghitungan
keanekaragaman jenis-jenis vegetasi merupakan salah satu faktor terpenting dalam
merehabilitasi kerusakan lahan mangrove di kawasan tersebut. Ekosistem hutan
mangrove ini layak dipertahankan sebagai bagian dari kawasan hutan lindung,
karena selain mendominasi ekosistem secara keseluruhan juga

memiliki

kemanfaatan dari segi pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya. Disamping itu sebagai sumber plasma nutfah untuk mata pencarian
masyarakat nelayan yang ada di sekitarnya seperti ikan, udang, kepiting dan
sebagainya.
Tujuan Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur struktur dan keanekaragaman
hutan mangrove di Kecamatan Secanggang.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah di harapkan dapat mengetahui
kondisi hutan mangrove pada keanekaragaman jenis pohon, struktur vegetasi,
komposisi jenis pada hutan mangrove di kawasan administrasi pesisir Kabupaten
Langkat khususnya Kecamatan Secanggang serta masukan bagi pihak-pihak yang
terkait dalam pengambil kebijakan rehabilitasi untuk pengelolaan, perencanaan dan
pembangunan hutan mangrove yang lebih baik di masa akan datang.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Hutan Mangrove
Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu
komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar
garam/salinitas dan kedua sebagai individu spesies (Supriharyono, 2000). Hutan
mangrove oleh masyarakat sering disebut pula dengan hutan bakau atau hutan
payau. Namun menurut Rochana (2006) penyebutan mangrove sebagai bakau
nampaknya kurang tepat karena bakau merupakan salah satu nama kelompok jenis
tumbuhan yang ada di mangrove.
Hutan mangrove merupakan formasi hutan yang tumbuh dan berkembang
pada daerah landai di muara sungai dan pesisir pantai yang dipengaruhi oleh pasang
surut air laut. Oleh karena kawasan hutan mangrove secara rutin digenangi oleh
pasang air laut, maka lingkungan (tanah dan air) hutan mangrove bersifat salin dan
tanahnya jenuh air. Vegetasi yang hidup di lingkungan salin, baik lingkungan
tersebut kering maupun basah, disebut halopita (Onrizal, 2005).

Ciri-Ciri Ekosistem Mangrove
Ekosistem hutan mangrove bersifat kompleks dan dinamis, namun labil.
Dikatakan kompleks karena ekosistemnya di samping dipenuhi oleh vegetasi
mangrove, juga merupakan habitat berbagai satwa dan biota perairan. Jenis tanah
yang berada di bawahnya termasuk tanah perkembangan muda (saline young soil)
yang mempunyai kandungan liat yang tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan
kapasitas tukar kation yang tinggi. Kandungan bahan organik, total nitrogen, dan
ammonium termasuk kategori sedang pada bagian yang dekat laut dan tinggi pada

Universitas Sumatera Utara

bagian arah daratan (Kusmana, 2002). Bersifat dinamis karena hutan mangrove
dapat tumbuh dan berkembang terus serta mengalami suksesi sesuai dengan
perubahan tempat tumbuh alaminya. Dikatakan labil karena mudah sekali rusak dan
sulit untuk pulih kembali seperti sediakala.
Dari sudut ekologi, hutan mangrove merupakan bentuk ekosistem yang
unik, karena pada kawasan ini terpadu empat unsur biologis penting yang
fundamental, yaitu daratan, air, vegetasi dan satwa. Hutan mangrove ini memiliki
ciri

ekologis

salinitas

tinggi

yang

khas

dan

biasanya

yaitu

dapat

terdapat

hidup

dalam

sepanjang

daerah

air
pasang

dengan
surut

(Dephut, 1992). Ciri-ciri terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari
habitatnya yang unik menururt Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove
Indonesia (2008) adalah:
• memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
• memiliki akar nafas (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan

menjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti
pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.;
• memiliki biji yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya,

khususnya pada Rhizophora yang lebih di kenal sebagai propagul.
• memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.

Berdasarkan tempat hidupnya, hutan mangrove merupakan habitat yang unik
dan memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya adalah:
• tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang

pada saat pasang pertama;
• tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;

Universitas Sumatera Utara

• daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;

airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2 - 22 o/oo) hingga asin.

Vegetasi Hutan Mangrove
Soerianegara (1987) dalam Noor et al., (1999) memberikan batasan hutan
mangrove sebagai hutan yang tumbuh pada tanah alluvial di daerah pantai dan
sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut serta ciri dari hutan ini
terdiri dari tegakan pohon Avicennia, Sonneratia, Aegiceras, Rhizophora,
Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Scyphyphora dan Nypa.
Flora mangrove terdiri atas pohon, epipit, liana, alga, bakteri dan fungi. Telah
diketahui lebih dari 20 famili flora mangrove dunia yang terdiri dari 30 genus dan
lebih kurang 80 spesies. Berdasarkan jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan di
hutan mangrove Indonesia memiliki sekitar 89 jenis, yang terdiri atas 35 jenis
pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit dan 2 jenis parasit.
Tomlinson (1986) membagi flora mangrove menjadi tiga kelompok, yakni :
1. Flora mangrove mayor (flora mangrove sebenarnya), yakni flora yang
menunjukkan

kesetiaan

terhadap

habitat

mangrove,

berkemampuan

membentuk tegakan murni dan secara dominan mencirikan struktur komunitas,
secara morfologi mempunyai bentuk-bentuk adaptif khusus (bentuk akar dan
viviparitas) terhadap lingkungan mangrove, dan mempunyai mekanisme
fisiologis

dalam

mengontrol

garam.

Contohnya

adalah

Avicennia,

Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Kandelia, Sonneratia, Lumnitzera,
Laguncularia dan Nypa.

Universitas Sumatera Utara

2. Flora mangrove minor, yakni flora mangrove yang tidak mampu membentuk
tegakan murni, sehingga secara morfologis tidak berperan dominan dalam
struktur

komunitas,

contoh

:

Excoecaria,

Xylocarpus,

Heritiera,

Aegiceras. Aegialitis, Acrostichum, Camptostemon, Scyphiphora,
Pemphis, Osbornia dan Pelliciera.
3. Asosiasi mangrove, contohnya adalah Cerbera,

Acanthus,

Derris,

Hibiscus, Calamus, dan lain-lain.

Zonasi Hutan Mangrove
Menurut Bengen (2001) flora mangrove umumnya tumbuh membentuk
zonasi mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman daratan. Zonasi di hutan
mangrove mencerminkan tanggapan ekofisiologis tumbuhan mangrove terhadap
gradasi lingkungan. Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana (satu
zonasi, zonasi campuran) dan zonasi yang kompleks (beberapa zonasi) tergantung
pada kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan.

Beberapa faktor

lingkungan yang penting dalam mengontrol zonasi adalah :
1. Pasang surut yang secara tidak langsung mengontrol dalamnya muka air (water
table) dan salinitas air dan tanah. Secara langsung arus pasang surut dapat
menyebabkan kerusakan terhadap anakan.
2. Tipe tanah yang secara tidak langsung menentukan tingkat aerasi tanah,
tingginya muka air dan drainase.
3. Kadar garam tanah dan air yang berkaitan dengan toleransi spesies terhadap
kadar garam serta pasokan dan aliran air tawar.
4. Cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anakan dari species intoleran

Universitas Sumatera Utara

seperti Rhizophora, Avicennia dan Sonneratia.
5. Pasokan dan aliran air tawar
Menurut struktur ekosistem, secara garis besar dikenal tiga tipe formasi
mangrove, yaitu :


Mangrove Pantai: tipe ini air laut dominan dipengaruhi air sungai. Struktur
horizontal formasi ini dari arah laut ke arah darat adalah mulai dari tumbuhan
pionir (Avicennia sp), diikuti oleh komunitas campuran Soneratia alba,
Rhizophora apiculata, selanjutnya komunitas murni Rhizophora sp dan
akhirnya komunitas campuran Rhizophora–Bruguiera. Bila genangan berlanjut,
akan ditemui komunitas murni Nypa fructicans di belakang komunitas
campuran yang terakhir



Mangrove Muara: pengaruh oleh air laut sama dengan pengaruh air sungai.
Mangrove muara dicirikan oleh mintakat tipis Rhizophora spp. Di tepian alur,
diikuti komunitas campuran Rhizophora – Bruguiera dan diakhiri komunitas
murni N. fructicans



Mangrove sungai: pengaruh oleh air sungai lebih dominan daripada air laut, dan
berkembang pada tepian sungai yang relatif jauh dari muara. Jenis-jenis
mangrove banyak berasosiasi dengan komunitas daratan.
Berdasarkan Bengen (2001), jenis-jenis pohon penyusun hutan mangrove,

umumnya mangrove di Indonesia jika dirunut dari arah laut ke arah daratan
biasanya dapat dibedakan menjadi 4 zonasi yaitu sebagai berikut :
1. Zona Api-api – Prepat (Avicennia – Sonneratia)
Terletak paling luar/jauh atau terdekat dengan laut, keadaan tanah berlumpur
agak lembek (dangkal), dengan substrat agak berpasir, sedikit bahan organik dan

Universitas Sumatera Utara

kadar garam agak tinggi. Zona ini biasanya didominasi oleh jenis api-api
(Avicennia spp) dan prepat (Sonneratia spp), dan biasanya berasosiasi dengan jenis
bakau (Rhizophora spp).
2. Zona Bakau (Rhizophora)
Biasanya terletak di belakang api-api dan prepat, keadaan tanah berlumpur
lembek (dalam). Pada umumnya didominasi bakau (Rhizophora spp) dan di
beberapa tempat dijumpai berasosiasi dengan jenis lain seperti tanjang
( Bruguiera spp )
3. Zona Tanjang (Bruguiera)
Terletak di belakang zona bakau, agak jauh dari laut dekat dengan daratan.
Keadaan berlumpur agak keras, agak jauh dari garis pantai. Pada umumnya
ditumbuhi jenis tanjang (Bruguiera spp) dan di beberapa tempat berasosiasi dengan
jenis lain.
4. Zona Nipah (N fruticans)
Terletak paling jauh dari laut atau paling dekat ke arah darat. Zona ini
mengandung air dengan salinitas sangat rendah dibandingkan zona lainnya,
tanahnya keras, kurang dipengaruhi pasang surut dan kebanyakan berada di tepitepi sungai dekat laut. Pada umumnya ditumbuhi jenis nipah (N fruticans) dan
beberapa spesies palem lainnya.
Faktor Lingkungan untuk Pertumbuhan Mangrove
Menurut Departemen Kehutanan (1992), kondisi ekologis yang mengatur
dan memelihara kelestarian ekosistem mangrove sangat tergantung pada kondisi
berimbangnya jumlah ketersedian air tawar dan air masin yang cukup. Menurut
Parcival and Womersley (1975) dalam Kusmana (1995) lebih lanjut menyatakan

Universitas Sumatera Utara

bahwa kondisi lingkungan yang mempengaruhi hutan mangrove adalah kondisi
sedimentasi, erosi laut dan sungai, penggenangan pasang surut dan kondisi garam
tanah serta kondisi akibat eksploitasi. Beberapa faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan mangrove di suatu lokasi adalah :
- Fisiografi pantai (topografi)
- Pasang (lama, durasi, rentang)
- Gelombang dan arus
- Iklim (cahaya, curah hujan, suhu, angin)
- Salinitas
- Oksigen terlarut
- Tanah
- Hara
Faktor-faktor lingkungan tersebut diuraikan sebagai berikut :
A. Fisiografi pantai
Fisiografi pantai dapat mempengaruhi komposisi, distribusi spesies dan
lebar hutan mangrove. Pada pantai yanglandai, komposisi ekosistem mangrove
lebih beragam jika dibandingkan dengan pantai yang terjal. Hal ini disebabkan
karena pantai landai menyediakan ruang yang lebih luas untuk tumbuhnya
mangrove sehingga distribusi spesies menjadi semakin luas dan lebar. Pada pantai
yang terjal komposisi, distribusi dan lebar hutan mangrove lebih kecil karena
kontur yang terjal me nyulitkan pohon mangrove untuk tumbuh.
B. Pasang
Pasang yang te rjadi di kaw asan mangrove sangat me ne ntukan zonasi
tumbuhan dan komunitas hewan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove .

Universitas Sumatera Utara

Secara rinci pengaruh pasang terhadap pertumbuhan mangrove dijelaskan sebagai
berikut:


Lama pasang :
1. Lama terjadinya pasang di kawasan mangrove dapat mempe ngaruhi pe
rubahan salinitas air dimana salinitas akan meningkat pada saat pasang
dan se baliknya akan menurun pada saat air laut surut
2. Perubahan salinitas yang te rjadi se bagai akibat lama terjadinya pasang
merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi distribusi spesies secara
horizontal.
3. Perpindahan massa air antara air tawar dengan air laut mempengaruhi
distribusi vertikal organisme



Durasi pasang :
1. Struktur dan kesuburan mangrove di suatu kawasan yang memiliki jenis
pasang diurnal, semi diurnal, dan campuran akan berbeda.
2. Komposisi spesies dan distribusi areal yang digenangi berbeda menurut
durasi pasang atau frekuensi pengge nangan. Misalnya : penggenagan
sepanjang waktu maka jenis yang dominan adalah Rhizophora
mucronata dan jenis Bruguiera serta Xylocarpus kadang-kadang ada.



Rentang pasang (tinggi pasang):
1. Akar tunjang yang dimiliki Rhizophora mucronata me njadi lebih tinggi
pada lokasi yang memiliki pasang yang tinggi dan sebaliknya
2. Pneumatophora Sonneratia sp menjadi lebih kuat dan panjang pada
lokasi yang memiliki pasang yang tinggi.

Universitas Sumatera Utara

C. Gelombang dan Arus
1. Gelombang dan arus dapat merubah struktur dan fungsi ekosistem mangrove.
Pada lokasi-lokasi yang memiliki gelombang dan arus yang cukup besar
biasanya hutan mangrove mengalami abrasi sehingga terjadi pe ngurangan
luasan hutan.
2. Gelombang dan arus juga be rpe ngaruh langsung te rhadap distribusi spesies
misalnya buah atau semai Rhizophora terbawa gelombang dan arus sampai
me nemukan substrat yang se suai untuk menancap dan akhirnya tumbuh.
3. Gelombang dan arus berpengaruh tidak langsung terhadap sedimentasi pantai
dan pembentukan padatan-padatan pasir di muara sungai. Terjadinya se
dimentasi dan padatan-padatan pasir ini merupakan substrat yang baik untuk
me nunjang pertumbuhan mangrove
4. Gelombang dan arus mempengaruhi daya tahan organisme akuatik melalui
transportasi nutrien-nutrien penting dari mangrove kelaut. Nutrien-nutrien
yang be rasal dari hasil dekomposisi serasah maupun yang berasal dari run off
daratan dan terjebak dihutan mangrove akan terbawa oleh arus dan
gelombang ke laut pada saat surut.
D. Iklim
Mempengaruhi perkembangan tumbuhan dan pe rubahan faktor fisik
(substrat dan air). Pengaruh iklim terhadap pertumbuhan mangrove melalui cahaya,
curah hujan, suhu, dan angin. Penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Cahaya

Universitas Sumatera Utara



Cahaya berpengaruh terhadap proses fotosintesis, respirasi, fisiologi, dan
struktur fisik mangrove



Intensitas, kualitas, lama (mangrove adalah tumbuhan long day plants yang
membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi sehingga sesuai untuk hidup di
daerah tropis) pencahayaan mempengaruhi pertumbuhan mangrove



Laju pertumbuhan tahunan mangrove yang berada di bawah naungan sinar
matahari lebih kecil dan sedangkan laju kematian adalah sebaliknya



Cahaya berpengaruh terhadap perbungaan dan germinasi dimana tumbuhan
yang be rada di luar ke lompok (gerombol) akan menghasilkan lebih banyak
bunga karena mendapat sinar matahari lebih banyak daripada tumbuhan
yang berada di dalam gerombol.

2. Curah hujan


Jumlah, lama, dan distribusi hujan mempengaruhi perkembangan tumbuhan
mangrove



Curah hujan yang terjadi mempengaruhi kondisi udara, suhu air, salinitas air
dan tanah



Curah hujan optimum pada suatu lokasi yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan mangrove adalah yang berada pada kisaran 1500-3000
mm/tahun

3. Suhu




Suhu berperan penting dalam proses fisiologis (fotosintesis dan respirasi)
Produksi daun baru Avice nnia marina terjadi pada suhu 18-20C dan jika
suhu lebih tinggi maka produksi menjadi berkurang

Universitas Sumatera Utara



Rhizophora stylosa, Ceriops, Excocaria, Lumnitzera tumbuh optimal pada
suhu 26-28C



Bruguiera tumbuh optimal pada suhu 27C, dan Xylocarpus tumbuh optimal
pada suhu 21-26C

4. Angin




Angin mempengaruhi terjadinya gelombang dan arus
Angin merupakan agen polinasi dan diseminasi biji sehingga membantu
terjadinya proses reproduksi tumbuhan mangrove

E. Salinitas
1. Salinitas optimum yang dibutuhkan mangrove untuk tumbuh berkisar antara
10-30 ppt
2. Salinitas secara langsung dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan zonasi
mangrove ,hal ini terkait dengan frekuensi penggenangan
3. Salinitas air akan meningkat jika pada siang hari cuaca panas dan dalam
keadaan pasang
4. Salinitas air tanah lebih rendah dari salinitas air
F. Oksigen Terlarut
1. Oksigen terlarut berperan penting dalam dekomposisi serasah karena bakteri
dan fungsi yang bertindak sebagai dekomposer membutuhkan oksigen untuk
kehidupannya.
2. Oksigen terlarut juga penting dalam proses respirasi dan fotosintesis
3. Oksigen terlarut berada dalam kondisi tertinggi pada siang hari dan kondisi
terendah pada malam hari

Universitas Sumatera Utara

G. Substrat
1. Karakteristik substrat merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan
mangrove
2. Rhizophora mucronata dapat tumbuh baik pada substrat yang dalam tebal
dan be rlumpur
3. Avicennia marina dan Bruguiera hidup pada tanah lumpur berpasir
4. Tekstur dan konsentrasi ion mempunyai susunan jenis dan kerapatan
tegakan Misalnya jika komposisi substrat lebih banyak liat (clay) dan debu
(silt) maka tegakan menjadi lebih rapat
5. Konsentrasi kation Na>Mg>Ca atau K akan membentuk konfigurasi hutan
Avicennia/Sonn ratia/Rhizophora/Bruguiera
6. Mg>Ca>Na atau K yang ada adalah Nipah
7. Ca>Mg, Na atau K yang ada adalah Melauleuca
H. Hara
Unsur hara yang terdapat di ekosistem mangrove terdiri dari hara inorganik dan
organik.
1. Inorganik : P,K,Ca,Mg,Na
2. Organik : Allochtonous dan Autochtonous (fitoplankton, bakteri, alga)
Macnae dan Kalk (1962) dalam Sukardjo (1981) menyatakan bahwa tinggi
pohon-pohon mangrove dipengaruhi oleh faktor-faktor salinitas air, drainase air dan
pasang surut. Biasanya pada daerah dengan air tanah mendekati permukaan dan
mempunyai aerasi baik, kondisi dan tinggi vegetasinya seragam. Kemudian
vegetasi mangrove akan menjadi pendek jika mendekati zona dengan kondisi
permukaan air jauh dari permukaan.

Universitas Sumatera Utara

Dampak Kerusakan Ekosistem Mangrove
Potensi manfaat ekonomi, sosial dan kemasyarakatan dari kawasan tersebut
akan terus menurun atau bahkan hilang, baik pada tingkat spesies maupun tingkat
ekosistem apabila bentuk pengelolaan dan relasi sosial ekonomi yang dibangun
antara ekosistem dengan masyarakat sekitar kawasan tidak mengalami perubahan.
Ditambah lagi dengan fenomena bahwa sampai dengan saat ini belum terbentuk
sistem pengelolaan kawasan mangrove yang efektif dan efisien di Pantai Timur
Sumatera Utara dengan berbasis pada potensi kawasan yang ada. Fenomena di atas
secara langsung menimbulkan akibat berupa sumber daya alam akan terus
menurun, polusi akan meningkat hingga ke tingkat yang sulit dikendalikan, jumlah
petani dan nelayan miskin akan terus meningkat, tingkat kesehatan masyarakat
akan terus menurun, tingkat hubungan antara kriminal dan kemiskinan akan terus
meningkat (Siregar dan Purwoko, 2002).

Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat,
Sumatera Utara pada bulan Agustus 2009. Analisis data vegetasi dilakukan di
Laboratorium Inventarisasi Hutan Departemen Kehutanan Universitas Sumatera
Utara.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Letak Geografis
Secanggang merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Langkat,
Propinsi Sumatera Utara. Adapun batas-batas wilayah kecamatan secanggang yaitu
-

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Pura

-

Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka

-

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

-

Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Hinai

Secara geografis kawasan ini terbentang

antara
˚30’
98 BT

– 98˚42’ BT dan

3˚42’30’’ LU - 3˚49’45’’ LU( Rumapea, 2005).
Topografi dan Ketinggian Tempat
Kecamatan Secanggang adalah merupakan lokasi penelitian yang berada
pada ketinggian ± 1 meter dari permukaan laut dengan topografi landai. Kondisi
geologi Kecamatan ini di Kawasan Suaka Margasatwa Langkat Timur Laut
Sumatera Utara Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

adalah sebagai

berikut:
a.

Kondisi tanah berlumpur, sedikit berpasir dan dipengaruhi pasang surut
air laut;

Universitas Sumatera Utara

b.

Tekstur tanah halus;

c.

Memiliki tipe tanah Gley humus rendah;

d.

Memiliki tipe lahan rawa pasut dan bentuk lahan dataran lumpur antar
pasang surut di bawah bakau; Memiliki jenis batuan Aluvium,
campuran estuarin dan marin yang masih muda

(Pemda Kabupaten Langkat, 2009).

Iklim
Kecamatan Secanggang merupakan kawasan pesisisr timur Sumatera Utara.
Menurut masyarakat setempat, sampai era 1970-an pesisisr Kecamatan Secanggang
di tumbuhi hutan mangrove yang lebat dengan lebar 400 m dari tepi pantai namun
kini mengalami kerusakan akibat konversi mangrove menjadi tambak dan
pemukiman. Salah satu wilayah Kabupaten Langkat yang mengalami kerusakan
mangrove adalah Kecamatan Secanggang dengan luas 5.065,2 ha. Tersebar pada
desa Sungai Ular dengan luas hutan 607 ha, yang rusak 303,5 ha; desa Secanggang
luas hutan 956 ha, rusak 949,4 ha; desa Karang Gading luas hutan 775,2 ha, rusak
542,6 ha; desa Kuala Besar 1659 ha, rusak 995,4 ha; dan desa Jaring Alus luas
hutan 1.068 ha, rusak 640,8 ha (Pemda Kabupaten Langkat, 2000 dalam Rumapea,
2005). Kondisi ini merupakan bukti nyata pemanfaatan sumberdaya mangrove
secara berlebihan, tanpa memperhatikan aspek pelestariannya.
Kondisi iklim di pengaruhi oleh sistem angin muson yang berubah arah
sesuai dengan kedudukan matahari terhadap bumi. Curah hujan rata-rata yang jatuh
di lokasi ini adalah 3.268 mm/tahun. Suhu rata-rata berada pada kisaran 280C.
Musim kemarau yang dibawa oleh Angin Muson Timur jatuh pada bulan Februari –
Agustus sedangkan musim penghujan yang bersamaan dengan datangnya Angin

Universitas Sumatera Utara

Muson

Barat

jatuh

pada

bulan

September



Januari

(Pemda Kabupaten Langkat, 2009 ).
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat yang digunakan dalam analisis vegetasi meliputi: peta
lokasi,

peta

kerja,

kompas,

Haga

hypsometer,

galah

ukur,

phi-band,

handrefractometer, meteran dan tali plastik atau tambang, Global Positioning
System (GPS), Hidrometer, Thermometer, tally sheet dan alat tulis.

Prosedur Penelitian
Analisa Vegetasi
Struktur Vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan dengan garis berpetak 30 x 30. Garis berpetak
tersebut kemudian secara acak (random sampling) di karenakan kondisi lapangan
yang terpisah-pisah oleh sungai dan di bagi menjadi sub-petak berukuran 10 x10.
Struktur vegetasi merupakan dasar utama kajian ekologi sehingga struktur
vegetasi harus pertama kali diketahui dengan baik. Struktur vegetasi terdari atas
struktur horizontal atau sebaran kelas diameter dan struktur vertikal atau stratifikasi
tajuk menurut Kusmana (1997).
adapun kelas sebaran terdiri dari 2 yaitu antara lain ;


Sebaran kelas diameter

Diameter Batang
(dbh)
0 – 2 cm
2 – 5 cm

Tingkat
pertumbuhan

Ukuran plot
persegi

Semai

1x1m

Pancang

5x5m

Universitas Sumatera Utara

5 ≥ cm


Pohon

10 x 10 m

Sebaran kelas tinggi
Tinggi pohon
0 – 1,5 m

Tingkat
pertumbuhan
Semai

1,5 – 3 m

Pancang

3≥m

Pohon

Data yang digunakan dalam studi ini adalah data primer. Pengumpulan data
primer dilakukan melalui inventarisasi tanaman di lapangan secara langsung. Data
primer diperoleh dari survey dengan melakukan pengukuran dan pengamatan di
lapangan seperti analisis vegetasi, pengambilan data salinitas, pengambilan data
suhu, pengukuran bulk density tanah mangrove. Cara kerja dalam analisis vegetasi
menggunakan metode kuadrat sebagai berikut :

30 m
1m

10 m
5m



Gambar
Blok contoh
dan penempatan
petak contoh.pengamatan (30 m
Pada setiap
blok1. contoh
ditentukan
plot petak-petak

x 30 m) pada setiap petak contoh di ukur diameter dan tinggi tegakan
menggunakan

metode garis berpetak dan pemilihan petak contoh

mengunakan metode random

Universitas Sumatera Utara



Dari setiap petak dihitung jumlah individu setiap spesies dan diukur
keliling/diameter

serta

tinggi

pohon

vegetasi

tingkat

pohon

(diameter > 5 cm), tingkat pancang (diameter antara 2-5 cm) dengan
ukuran plot 5 m x 5 m, serta tingkat semai (diameter < 2 cm) dengan
ukuran plot 1 m x 1 m (Rahayu et, al, 2005 ).
Plot contoh lapangan dibuat berukuran 30 m x 30 m sebanyak 12 blok plot,
dalam blok petak comtoh 30 m x 30 m yang dibagi menjadi 9 plot petak contoh
dan kemudian akan disebarkan, dimana peletakannya dilakukan dengan
menggunakan Global Positioning System (GPS). Selanjutnya pohon yang terdapat
dalam plot contoh diukur tinggi total diameter setinggi dada dan tinggi bebas
cabang.
Pengambilan Data Suhu dan Salinitas.
Pengambilan suhu di ukur dengan menggunakan thermometer dan
hidrometer pada setiap blok contoh. Untuk mengetahui salinitas air diambil sample
air dari setiap komunitas hutan mangrove dilakukan dengan menggunakan alat
pengukur salinitas yaitu handrefractometer.

Analisa Data
Komposisi Jenis
Dominansi

jenis tumbuhan, yang ditentukan dari Indeks Nilai Penting

(INP).Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Kerapatan Jenis
Ki =

Σ individu species − i
luas petak contoh

Ki : Kerapatan jenis dalam satuan individu/Ha
Kerapatan tegakan (K) didapat dengan menjumlah Ki, Kj…….Kn

Universitas Sumatera Utara

Kerapatan Relatif
KR =

K species − i
x 100%
K total seluruh species

Frekuensi
F =

Σ sub petak ditemukan species − i
Σ seluruh sub petak contoh

Frekuensi Relatif

F species − i
x 100%
F total seluruh species

FR =

Dominansi
D=

Lbds species − i
Luas petak contoh

Lbds

: Luas bidang dasar

D

: Dominansi dalam satuan m2/Ha

Dominansi Relatif
DR =

D species − i
x 100%
D total seluruh species

INP= KR+FR+DR (Pohon)
INP= KR+FR (semai dan pancang)
INP = Indeks Nilai Penting
KR = Kerapatan Relatif
FR = Frekuensi Relatif
DR = Dominasi Relatif
Inportant species index (ISI)
ISI = (fi) (DI)
fi

= frekuensi persen species i

DI = dominasi
Keanekaragaman jenis (species diversity),
Menggunakan dua indeks keragaman, yaitu diversity index of Simpson dan
Shannon. Kedua indeks ini digunakan pula untuk menentukan indeks kemerataan

Universitas Sumatera Utara

(eveness index) dari Hill’s Ratio (Ludwig & Reynolds 1988), dengan formula
sebagai berikut:
1. Shannon Diversity Indeks
H’

= - ∑ { Ni / N} log 2 { Ni / N}

Ni/N

= proposi sampel dalam species

Atau sama dengan Indeks diversitas Shannon dihitung dengan formula:
S
 ni   ni 
H ' = − ∑   ln  
 n 
i =1  n 

Keterangan:
H’ = Indeks diversitas Shannon;
ni = Jumlah individu jenis ke-i
S = Jumlah jenis;
n = Total jumlah individu;
ln = Logaritma natural
Indeks diversitas Simpson dihitung dengan formula:

λ =∑
S

i =1

ni (ni −1)
n (n −1)

Keterangan:
λ

= Indeks diversitas Simpson

Ni = Jumlah individu jenis ke-i
S

= Jumlah jenis

N

= Total jumlah individu

Tata cara Ludwig dan Reynold (1988) digunakan untuk menentukan:
komponen indeks kekayaan (menyatakan jumlah jenis dalam suatu komunitas), dan
indeks kemerataan jenis (menyatakan kemerataan jenis dalam komunitas). Selain
itu juga dilakukan penghitungan indeks keragaman

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur vegetasi
Hasil analisis vegetasi hutan mangrove di Kecamatan Secanggang dengan
luasan 1,08 ha di jumpai 14 jenis penyusun yakni jenis tertinggi terdapat pada
tingkat pohon (14 jenis), kemudian diikuti oleh tingkat pancang (12 jenis) dan
terendah semai (8 jenis). Ada 3 jenis penyeberannya terbesar pada tingkat
pertumbuhan pohon yaitu Rhizophora apiculata dengan persen penyeberan sebesar
91,66 %, Soneratia ovata sebesar 33.33 %, Avicenia alba sebesar 58,33 % dan
Xylocarpus granatum sebesar 58,33 %. Avicennia spp., Sonneratia spp., dan
Rhizophora spp , baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, hampir selalu
dijumpai dalam plot penelitian. Hal ini wajar mengingat ketiganya merupakan
tumbuhan mangrove mayor yang selalu berada di garis terdepan berhadapan dengan
garis pantai atau muara sungai. Tumbuh-tumbuhan ini telah beradaptasi terhadap
pengaruh fluktuasi arus pasang surut yang menyebabkan variasi genangan dan
salinitas pernyataan Setyawan et al., ( 2008).
Dari 12 petak contoh untuk jenis pada berbagai tingkat yaitu tumbuhan,
semai, pancang dan pohon didapati tidak semua jenis penyusun hutan mangrove di
Kecamatan Secanggang di jumpai. Pada seluruh tingkat pertumbuhan di jumpai ada
14 jenis indukan dan hanya 8 jenis tingkat anakan. Hal ini diduga karena lebar
mangrove yang sangat sempit dan akibat konversi mangrove menjadi tambak,
sehingga sebagian besar buah yang jatuh langsung hanyut oleh air pasang, terutama
jenis-jenis dengan buah kecil. Pada sisi lain, anakan dari jenis-jenis Rhizophora
masih banyak di jumpai karena buahnya yang besar dan panjang yang di kenal
dengan prapagul yang langsung menancap pada substrat setelah jatuh dari pohon
induknya (Tomlinson, 1986).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Jenis mangrove dan sebarannya berdasarkan tingkat pertumbuhan keragaman jenis yang di jumpai di Secanggang Kabupaten Langkat.
no

P1

Jenis
S

P2

P3

P4

P5

P6

P7

Ph
-

S
-

Pc
-

Ph
-

S
-

Pc
-

Ph
-

S
-

Pc
-

Ph
-

S
-

Pc
-

Ph
-

S
-

Pc
-

Ph
-

S

P8

P9

Pc
-

Ph
-

S
-

Pc
-

Ph
-

S

P10

P11

P12

TF

%F

1

Achantus
ilicifolius



Pc
-



Pc
-

Ph
-

S
-

Pc
-

Ph
-

S
-

Pc
-

Ph
-

S
-

Pc
-

Ph
-

S
2

Pc
-

Ph
-

2

Avicenia
alba

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-







-

















-

















5

7

7

3

Avicennia
lanata

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-





-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

1

4

Avicennia
marina

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-





-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

1

5

Avicennia
officinalis

-



-

-





-

-

-

-

-

-

-

-

-



-





-

-

-

-

-

-

-

-

-

-



-

-

-

-

-

-

2

2

3

6

Bruguira
gymnorhiza

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-







-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

1

1

7

Bruguiera
parviflora













-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

2

2

2

8

Bruguiera
sexangula

-

-

-

-

-

-

-

-



-

-

-

-





-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-



-





-

-

-

-

-

-

-

2

4

9

Ceriops
tagal







-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-





-

-

-

-

-

-

1

2

2

10

Rhizophora
apiculata































-

























-

-



-

-

-

-

-

9

9

10

11

Soneratia
ovata

-

-















-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-



-

-

-

-

-

-

-

-

-

2

2

4

12

Xylocarpus
granatum

-

-



-

-



-

-



-

-



-





-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-



-





-

-

-

-

-

-

-

2

7

13

Excoecaria
agallocha

-

-

-

-

-

-

-





-

-

-

-

-

-

-

-



-

-

-



-

-

-

-



-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

1

3

14

Rhizophora
mucronata

-

-

-

-

-

-

-

-



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

15

Xylocarpus
molucensis

-

-



-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1

Jumlah
Keterangan : ( √ ) = di jumpai , ( - ) = tidak di jumpai , S = Semai, Pc = Pancang, Ph = Pohon, TF = Total Frekuensi, % F = Persen Frekuensi.

25 32 48
Universitas Sumatera Utara

S : 16,6
Pc : Ph : S : 41,6
Pc : 58,3
Ph : 58,3
S :Pc : 8.3
Ph : 8,3
S :Pc : 8,3
Ph : 8,3
S : 16,6
Pc : 16,6
Ph : 25,0
S : 8,3
Pc : 8,3
Ph : 8,3
S : 16,6
Pc : 16,6
Ph : 16,6
S :Pc : 16,6
Ph : 33,3
S : 8,3
Pc : 16,6
Ph : 16,6
S : 75,0
Pc : 75,0
Ph : 83.3
S : 16,6
Pc : 16,6
Ph : 33,3
S :Pc : 16,6
Ph : 58,3
S : 8,3
Pc : 8,3
Ph : 25,0
S : Pc : Ph : 8,3
S : Pc : Ph : 8,3

Komposisi jenis
Berdasarkan hasil analisis vegetasi, jenis yang dominan pada tingkat
pertumbuhan adalah Avicenia alba (INP = 38.8 %) dan Rhizophora apiculata (INP
= 61.8 %), untuk tingkat pancang jenis-jenis yang dominan antara lain Avicenia alba
(INP = 51.5 %) Rhizophora apiculata (INP = 83.6 %) dan Untuk tingkat semai
jenis-jenis yang dominan adalah Avicenia alba (INP = 37.1 %) dan Rhizophora
apiculata (INP = 102.1 %). Jenis jenis ini membentuk hutan mangrove di daerah
zona inti yang mampu bertahan terhadap pengaruh salinitas (garam), yang disebut
tumbuhan halophyta. Kebanyakan jenis mangrove mempunyai adaptasi khusus yang
memungkinkan untuk tumbuh dan berkembang dalam substrat/lahan mangrove
seperti kemampuan berkembang biak, toleransi terhadap kadar garam tinggi,
kemampuan

bertahan

terhadap

perendaman

oleh

pasang

surut,

memiliki

pneumatophore atau akar napas,bersifat sukulentis dan kelenjar yang mengeluarkan
garam.
Beberapa hal yang mempengaruhi kondisi hutan mangrove adalah pasang
surut air laut, salinitas, kondisi subrat tempat tumbuh dan keterbukaan terhadap
hempasan gelombang. Dengan adanya kondisi yang berpengaruh tersebut hutan
mangrove beradaptasi dalam hal ; sistem akar napas untuk membantu memperoleh
oksigen bagi sistem peakaran; sistem perkembangan buah (vivipar, kriptovivipar dan
biji normal); pola zonasi pertumbuhan dan komposisi mangrove.
Maka seluruh jenis penyusun hutan mangrove di Kecamatan Secanggang
tersebar secara tidak merata seperti yang di tunjukan oleh (tab

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Jenis dan Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

4 50 60

Keanekaragaman Makrozoobentos dan Kualitas Perairan di Kawasan Mangrove Desa Lubuk Kertang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

0 0 5

Analisis Vegetasi Mangrove dan Keanekaragaman Jenis Ikandi Kawasan Mangrove Desa Lubuk Kertang Kecamatan Pangkalan Brandan Barat Kabupaten Langkat Sumatera Utara

0 1 18

Analisis Vegetasi Mangrove dan Keanekaragaman Jenis Ikandi Kawasan Mangrove Desa Lubuk Kertang Kecamatan Pangkalan Brandan Barat Kabupaten Langkat Sumatera Utara

0 5 3

Analisis Vegetasi Mangrove dan Keanekaragaman Jenis Ikandi Kawasan Mangrove Desa Lubuk Kertang Kecamatan Pangkalan Brandan Barat Kabupaten Langkat Sumatera Utara

0 0 8

Analisis Vegetasi Mangrove dan Keanekaragaman Jenis Ikandi Kawasan Mangrove Desa Lubuk Kertang Kecamatan Pangkalan Brandan Barat Kabupaten Langkat Sumatera Utara

0 0 5

Analisis Vegetasi Mangrove dan Keanekaragaman Jenis Ikandi Kawasan Mangrove Desa Lubuk Kertang Kecamatan Pangkalan Brandan Barat Kabupaten Langkat Sumatera Utara

0 0 2

Analisis Vegetasi Mangrove dan Keanekaragaman Jenis Ikandi Kawasan Mangrove Desa Lubuk Kertang Kecamatan Pangkalan Brandan Barat Kabupaten Langkat Sumatera Utara

0 0 15

Keanekaragaman Jenis dan Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

0 1 11

Keanekaragaman Jenis dan Tingkat Kerusakan Hutan Mangrove di Desa Selotong Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

0 0 13