Relevansi Buku Tasawuf Modern dengan Nilai-Nilai Pendidikan Islam

66 mencontohkan jika terdorong sembahyang terlalu cepat, sehingga menghilangkan khusu’ hukumlah diri supaya sembahyang lebih lambat dari yang biasa. 53 Demikian Hamka menjelaskan tentang kesehatan jiwa dan obatnya. Hal ini sejalan dengan apa yang kemudian dikenal dalam dunia tasawuf dengan istilah takhalli membersihkan diri dari sifat-sifat buruk, tahalli menghiasi diri dengan sifat-sifat mulia dan tajalli membuka hijab dengan Allah Swt, meskipun dalam hal ini buku Tasawuf Modern belum terlalu menyentuh ke dalam ranah tajalli. Jiwa nafs dalam diri manusia bersifat tidak tetap, sebagaimana hati yang juga bias berubah-ubah, ia bisa menjadi nafsul muthmainnah jiwa yang bersih atau nafsul lawwaamah jiwa yang kotor. Supaya jiwa tetap suci, maka manusia perlu menjaga kesehatan jiwanya. Pendidikan spiritual yang lebih dikenal dengan istilah tazkiyyatun nafs adalah salah satu cara untuk menjaga dan mensucikan kembali jiwa dari penyakitnya. Meskipun dalam penjelasannya tentang tazkiatun nafs Hamka hanya menyebutkan iman dan lima perkara sebagai cara untuk menjaga kesehatan jiwa, tapi tentu saja dengan keimanan yang teguh kepada Allah seorang manusia akan terus menghiasai dirinya dengan taat kepada Allah dengan cara beribadah, dan dari ibadah yang ikhlas maka akan tercermin pada dirinya sifat-sifat yang terpuji dan mulia.

D. Relevansi Buku Tasawuf Modern dengan Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Buku Tasawuf Modern karya Hamka yang pertama kali dibukukan pada tahu 1939 ini memang tidak membahas tetang pendidikan secara spesifik. Tidak ada bab ataupun sub bab yang menerangkan tentang teori pendidikan, metode pendidikan ataupun hal lainnya yang berkaitan dengan pendidikan formal secara eksplisit. Buku yang pada awalnya adalah kumpulan tulisan pada sebuah rubrik majalah “Pedoman Masyarakat” ini secara umum membahas tentang masalah- 53 Hamka, Tasawuf Modern …., h. 142 67 masalah tasawuf dengan tema-tema seperti, iman, akhlak, bahagia, jiwa dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kajian tasawuf. Dalam bukunya ini, Hamka memotret tentang fenomena banyaknya ummat Islam yang mengalami kekeringan spiritual dan kebingungan dalam menghadapi kehidupan dan cara menggapai kebahagiaan, meskipun secara formal mereka mengaku sebagai penganut Islam. Di sisi lain banyak praktek- praktek spiritual atau tasawuf yang disinyalir berbenturan dengan syariat dan ubudiah Islam. Maka dengan tulisan Tasawuf Modern yang banyak membahas kehidupan keseharian mayoritas masyarakat ini Hamka bermaksud meluruskan dan menyuguhkan Tasawuf yang “sesungguhnya” yang tidak berbenturan dengan syariat. Hamka mendefinisikan tasawufnya dengan mengutip definisi tasawuf dari al-Junaidi, yaitu “keluar dari budi, perangai tercela dan kepada budi, perangai terpuji”. 54 Sebagaimana penulis telah jelaskan pada bab I tentang perumusan dan pembatasan masalah, penulis telah membatasi dan merumuskan penyusunan skripsi ini seputar nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam buku Tasawuf Modern karya Hamka. Maka dari itu penulis melihat adanya relevansi yang signifikan antara isi buku Tasawuf Modern dalam konteks nilai- nilai pendidikan Islam. Sebagaimana kita ketahui, pendidikan Islam memiliki misi untuk membentuk peserta didiknya menuju manusia paripurna insan kamil, ialah protope pribadi mulia secara lahir dan batin seperti pribadi Muhammad Saw. Sebagai upaya mewujudkan misi besar tersebut, maka dalam prosesnya setidaknya pendidikan Islam harus memiliki dua dimensi, yaitu pertama, dimensi dialektika horizontal terhadap sesama manusia. Kedua, dimensi dialektika vertical ketundukan kepada Allah. 55 Selain itu, pendidikan Islam juga memiliki tujuan untuk semata-mata hanya beribadah kepada Allah, sesuai dengan tujuan dan peranan hidup 54 HAMKA, Tasawuf …, h. 13. 55 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, Jakarta:Kencana,2008, h. 116. 68 manusia di sisi Allah. 56 Sebagaimana firman Allah dalam al-Quran Surat Adz- Dzariyat ayat 56 yang artinya: “Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan supayamereka menyembahku ”. Dari keterangan di atas, maka menjadi sebuah konsekuensi bahwa dalam kerangka ideal pendidikan Islam, baik dalam materi, metode ataupun proses pendidikannya harus memiliki muatan nilai-nilai Islam, sebagai upaya mewujudkan misi dan tujuan pendidikan Islam. Terlebih Hamka banyak mengutarakan metode bagaimana caranya memperkuat keimanan, akhlak dan spiritual dalam bukunya Tasawuf Modern. Dalam konteks tersebut, buku Tasawuf Modern sebagaimana telah dibahas secara singkat pada bab sebelumnya mengandung penjelasan dan pembahasan yang cukup eksplisit terhadap kajian nilai-nilai Islam. seperti telah diuraikan sebelumnya, penulis mengklasifikasikan pembahasan nilai- nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam buku Tasawuf Modern ke dalam tiga pokok pembahasan, yaitu penidikan keimanan aqidah Islamiah, pendidikan akhlak dan pendidikan spiritual tazkiyatun nafs. Penjelasan mengenai bahagia, keimanan, akhlak dan spiritual sebagaimana telah penulis bahas pada bab ini dan bab sebelumnya adalah beberapa tema yang merefresentasikan nilai-nilai pendidikan Islam, dan hal tersebut sesuai dengan salah satu tujuan pendidikan Islam yaitu untuk mengenal dan mencari keridhoan Allah, membangun budi pekerti untuk berakhlak mulia. 57 56 Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Aditya media,1992, h. 14. 57 HAMKA, Lembaga Hidup, h. 190. 69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagaimana telah dibahas oleh penulis pada bab-bab sebelumnya, dalam buku Tasawuf Modern Hamka menjelaskan beberapa nilai-nilai Islam yang penting untuk dilaksanakan dan diajarkan, dan hal-hal tersebut secara prinsip memiliki kesamaan dengan nilai-nilai dalam pendidikan Islam. Adapun nilai-nilai tersebut adalah: 1. Pendidikan Keimanan aqidah Islamiyah Nilai pendidikan keimanan terlihat dalam pemaparan Hamka dalam bab al-Iman, Hamka menjelaskan pengertian al-Iman dan bagaimana cara untuk menjaga serta meningkatkan iman kita kepada sang khalik diantaranya adalah dengan banyak membaca al qur’an, menela’ah hadits Nabi dan merenungkan penciptaan Allah yaitu alam semesta. Selain itu Hamka juga memaparkan tentang inayat ilahi yang bisa membangkitkan keimanan kita kepada Allah SWT. 2. Pendidikan Akhlak Tasawuf Hamka merupakan tasawuf akhlaki, banyak sekali nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam buku ini. Hamka sependapat dengan imam Al Ghazali bahwa syaja’ah, iffah, adil dan hikmat adalah induk budi pekerti, Kemudian hamka menyebutkan bahwa untuk mencapai keutamaan budi harus memenuhi tiga rukun yaitu dengan tabi’at,