Aktivitas Antikanker Isolatsinularia Sp. Perairan Teluk Lampung

AKTIVITAS ANTIKANKER ISOLAT Sinularia sp.
PERAIRAN TELUK LAMPUNG

NANDA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudulAktivitas Antikanker
IsolatSinularia sp. Perairan Teluk Lampungadalah benar karya saya dari arahan
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun di perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor
Bogor, Juli 2016

Nanda
NIM G451130171

RINGKASAN
NANDA. Aktivitas Antikanker IsolatSinularia sp. Perairan Teluk Lampung.
Dibimbing oleh TUN TEDJA IRAWADI, ZAINAL ALIM MAS’UD dan ETTY
RIANI.
Kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia. Tercatat
8.2 juta orang meninggal karena kanker pada tahun 2012, penyebab utamanya
kanker paru, hati, perut, kolorektal dan payudara. Hingga saat ini peneliti terus
melakukan pengembangan pengobatan kanker, salah satunya pengembangan obatobatan baru yang bersifat antikanker. Sumber obat-obatan terbaru dapat diperoleh
dari hewan atau tumbuhan laut seperti spons, tripang dan karang. Sinularia
merupakan karang lunak yang memiliki beragam aktivitas biologis diantaranya
sebagai antiinflamasi, antikanker, antibakteri dan antivirus. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan isolatyang berpotensi sebagai antikanker payudara
dari Sinularia perairan Teluk Lampung.
Sampel dimaserasi dengan pelarut etil asetat, kemudian residu dimaserasi
kembali dengan pelarut n-heksana. Ekstrak kasar yang diperoleh di uji tingkat
toksisitas menggunakan larva udang A. salina. Ekstrak terbaik difraksionasi
menggunakan Kromatografi cair vakum (KCV). Fraksi terbaik hasil KCV,

kemudian difraksionasi dengan kromatogravi kolom gravitasi. Fraksi dan
subfraksi terbaik didasarkan pada nilai LC50 terkecil. Selajutnya fraksi dan
subfraksi terbaik diujikan ke sel kanker MCF-7 serta subfraksi terbaik
diidentifikasi kandungan senyawa dengan mengunakan GC-MS.
Penapisandengan uji toksisitas menggunakan larva udang menunjukkan
ektrak etil asetat dan n-heksana memiliki toksisitas dengan LC50 berurut sebesar
38.2λ µg/mL dan 40.84 µg/mL. Ekstak etil asetat tersebut selanjutnya
difraksionasi dengan kromatografi cair vakum dan menghasilkan 13 fraksi.
Berdasarkan hasil uji toksisitas setiap fraksi, fraksi 12 memiliki toksisitas paling
tinggi, yaitu 5.00 µg/mL. Fraksi 12 difraksionasi dengan kromatografi kolom
gravitasi dan diperoleh 17 subfraksi. Hasil uji toksisitas subfraksi tersebut
menunjukkan subfraksi λ memiliki toksisitas tertinggi yaitu λ.58 µg/mL.
Hasil uji toksisitas larva udang menunjukkan fraksi 12 dan subfraksi λ
memiliki potensi sebagai antitumor dan antikanker. Pengujian fraksi 12 dan

subfraksi λ terhadap sel kanker payudara MCF-7 diperolah IC50 secara berurut 20.4λ
µg/mL dan 17.λ4 µg/mL. Hasil analisis GC-MS subfraksi λ memperlihatkan bahwa

subfraksi tersebut memiliki 30 puncak senyawa. Berdasarkan library index
spektroskopi massa teridentifikasi 13 senyawa dan dari tinjauan pustaka 8 dari 13

senyawa tersebut diketahui memiliki bioaktivitas yaitu dodecanoic acid,
tetradecanoic acid, (-)-loliolide, hexadecanoic acid, oleic acid, 2-Piperidinone,
N-[4-bromo-n-butyl]-, myristic acid dan Bis(2-ethylhexyl) phthalate.
Kata kunci μ Sinularia, antikanker, toksisitas, Teluk Lampung.

SUMMARY
NANDA. Anticancer Activities of Sinularia sp. Isolates From Lampung Bay.
Supervised by TUN TEDJA IRAWADI, ZAINAL ALIM MAS’UD and ETTY
RIANI.
Cancer is one of the leading causes of death in the world. There were 8.2
million people who died because of cancer in 2012; the main cause of the death
was lung, liver, stomach, colorectal and breast cancer. Researchers have kept on
developing cancer treatment, one of which is the development of new anticancer
medicine.Source of new medicines can be obtained from marine animal or marine
plants such as sponges, sea cucumbers and corals.Sinularia, a soft coral, has
diverse biological activities, such as, anti-inflammatory, anticancer,antibacterial
and antiviral. The aim of this study was to obtain isolates that are potential to
function as anti breast cancer from Simularia Lampung Bay.
Samples were macerated with the solvent ethyl acetate, and then the
residue was macerated again with n-hexane. The crude extrat obtained in testing

toxicity levels used larvae brine shrimp A. salina. The best extract was
fractionated by using vacuum liquid chromatography (VLC). After that the best
fraction from the result of VLC was fractionated with the column chromatography
gravity. The best sub fraction and fraction were based on the smallest value of
LC50. Furthermore, the best fractions and sub-fractions were tested for MCF7cancer cells, and the compound within the best subfractions was identified by
using GC-MS.
The screening using brine shrimp lethality test (BSLT) showed that ethyl
acetate extract and n-hexane extract had toxicity of LC50 of38.2λ µg/mL and 40.84
µg/mL, respectively. The ethyl acetate extract was then fractionated by using
vacuum liquid chromatography and resulted in 13 fractions. Based on the results
of toxicity tests of each fraction, the fraction 12 had the highest toxicity, i.e., 5.00
µg/mL. Fraction 12 was fractionated by column chromatography gravity which
was then gained 17 sub-fractions. The toxicity test of the sub-fractions showed
that a sub-fraction λ had the highest toxicity, i.e., λ.58 µg/mL.
The brine shrimp lethality test showed that fractions 12 and sub-fractions λ
had potential antitumor and anticancer. The test of fraction 12 and sub-fraction λ
towards breast cancer cells of MCF-7 gained IC50, 20.4λ µg/mL and 17.λ4 µg/mL
respectively. The results of GC-MS analysis of sub-fractions λ showed that those
sub-factions had 30 top compound. Based on the index library of the mass
spectroscopy, 13 compounds were identified, and from the literature review, 8 out

of 13 compounds had bioactivity, like dodecanoic acid, tetradecanoic acid, (-)loliolide, hexadecanoic acid, oleic acid, 2-Piperidinone, N-[4-bromo-n-butyl]-,
myristic acid and Bis(2-ethylhexyl) phthalate.
Keywords μ breast cancer cells MCF-7, cytotoxicity, Lampung bay,Sinularia

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

AKTIVITAS ANTI KANKER ISOLATSinularia sp. PERAIRAN
TELUK LAMPUNG

NANDA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Kimia

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesisμ Dr dr Irma Herawati Suparto, MS

Judul μ AktivitasAntikanker IsolatSinularia sp. Perairan Teluk Lampung
Nama μ Nanda
NIM μ G451130171

Disetujui olehμ
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS

Ketua

Dr Drs Zainal Alim Mas’ud, DEA
Anggota

Dr Ir Etty Riani, MS
Anggota

Diketahui olehμ

Ketua Program Studi
Kimia

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Dyah Iswantini Pradono, MSc Agr

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujianμ 23 Mei 2016


Tanggal Lulusμ

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini ialah
Aktivitas Antikanker IsolatSinularia sp. Perairan Teluk Lampung.
Terima kasih penulis ucapkan kepada IbuProf Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS,
Bapak Dr Drs Zainal Alim Mas’ud, DEA dan Ibu Dr Ir Etty Riani, MSselaku
pembimbing, Prof Dr Dyah Iswantini Pradono, MSc Agr selaku Ketua Program
Studi Kimia, Bapak Sobur dan rekan laboratorium kimia organik dan rekan-rekan
mahasiswa Sekolah Pascasarjana Kimia yang telah banyak memberikan bantuan
dalam menyelesaikan peneliatan ini. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan
kepada keluarga besar di Baso dan keluarga besar di Purworejo atas segala doa
dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2016


Nanda

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x

DAFTAR GAMBAR

x


1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
2
2
2

2 TINJAUAN PISTAKA
Sinularia
Kandungan Kimia Sinularia
Kanker dan Antikanker

2
2
3

5

3 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Persiapan Sampel
Ekstraksi, Fraksionasi, Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Uji Toksisitas Metode Brine Shrimp Lethality Test(BSLT)
Uji Toksisitas dengan Metode MTT

6
6
6
7
7
7
8

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Ekologi dan Proksimat Analisis
Fitokimia dan Toksisitas Ekstrak
Fraksionasi dan Toksisitas Fraksi
Uji terhadap Sel Kanker Payudara MCF-7
Analisis Senyawa Aktif

8
8
λ
10
12
13

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

14
14
14

DAFTAR PUSTAKA

15

LAMPIRAN

18

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL
1
2
3
4

Data pengukuran parameter perairan Pulau Tegal
Data prosimat analisis
Nilai Rf hasil KCV ekstrak etil asetat
Perbandingan %Rendemen, Rf dan LC50 hasil kolom Fraksi 12

λ
10
11
12

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

Bentuk umum sklerit pada karang lunak Sinularia (Fabricius
Aderslade 2001)
Struktur doksorubisin
Sinularia sp di laut (kiri) dan Sinularia sp didarat

dan

3
6
10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Sampel Sinularia sp.
Bagan kerja penelitian
Hasil analisis kadar air
Rendemen ekstrak etil asetat
Metode uji fitokimia
Uji fitokimia ekstrak etil asetat
Profil KLT 13 fraksi hasil KCV dibawah sinar UV λ 366 nm (A), 254
nm (B) dan hasil penandaan spot noda (C)
8 Data hasil analisa BSLT
λ Profil KLT 17 subfraksi hasil KKGdengan eluen etil asetat μ
diklorometana (1μ3)
10 Data uji sel kanker payudara MCF-7
11 Profil mikroskopik penghambatan pertumbuhan sel kanker payudara
MCF-7
12 Hasil analisis GC-MS


20
22
23
24
25
26
27
33
34
35
37

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia. Tercatat
8.2 juta orang meninggal karena kanker pada tahun 2012, penyebab utamanya
kanker paru, hati, perut, kolorektal dan payudara. Berdasarkan Data
GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun
2012, kanker paru merupakan penyebab utama kematian pada laki-laki,
sedangkan kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada
perempuan. (KEMENKES RI. 2015). Hingga saat ini peneliti terus melakukan
pengembangan pengobatan kanker, salah satunya mencari obat-obatan baru
bersifat antikanker yang bersumber dari perairan atau laut. Tumbuhan dan hewan
laut sangat kaya akan senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai antikanker, salah
satunya adalah karang lunak.
Karang lunak merupakan hewan invertebrata laut yang saat ini banyak dikaji
kandungan bioaktifnya seperti terpenoid, steroid, steroid glikosida, dan beragam
senyawa bioaktif lainnya. Coll dan Sammarco (1λ8λ) menjelaskan bahwa
senyawa bioaktif yang dihasilkan ini berfungsi sebagai perlindungan diri dari
serangan predator dan lingkungan. Hasil tinjauan terhadap 636 jurnal yang
dilakukan oleh Putra pada November 2010, senyawa bioaktif karang lunak yang
banyak diteliti adalah golongan diterpen (352) dan steroid (141) (Putra 2012).
Senyawa bioaktif ini memiliki aktivitas biologis, diantaranya antifungal,
sitotoksik, antineoplastik, antimikroba, inhibitor HIV dan antiinflamasi (Radhika
2006).
Sinularia merupakan jenis karang lunak yang banyak diteliti dan memiliki
berbagai aktivitas biologis. Manuputty (1λλ0) melaporkan bahwa Sinularia
mengandung senyawa terpena yang diduga memiliki aktivitas antikanker pada
manusia. Shih et al. (2011) berhasil mengisolasi senyawa diterpen yang memiliki
aktivitas antiinflamasi dan bersifat sitotoksik dari Sinularia flexibilisDongsha
Atoll,laut Cina Selatan sedangkan Rajaram et al. (2013) telah melaporkan
golongan karboksamida yaitu asam furano-sesquiterpena karboksilat sebagai
antikanker dari Sinularia kavarattiensis. Selain itu, Thao et al. (2013) mengisolasi
Nortipenoid sebagai antiinflamasi dari Sinulariamaxima pantai Vietnam dan
Chenget al. (2014) mengisolasi senyawa diterpena sebagai antinflamasi dan
antiviral dari Sinularia gyrosa yang diperoleh di Dongsha Atoll, Taiwan. Menurut
Ahmed et al. (2013) bahwa karang lunak Sinulariacandidula dari laut merah
berpotensi sebagai antivirus H5N1 sedangkan Shaaban et al. (2013) telah
melaporkanbahwa senyawa steroid Sinularia polydactyla dari Perairan Mesir
memiliki aktivitas antimikroba.
Keadaan suatu wilayah sangat memengaruhi komposisi komponen kimia
suatu tumbuhan atau hewan. Perbedaan tempat tumbuh dan berkembang karang
lunak Sinularia akan berpengaruh pada jenis serta jumlah senyawa metabolit
sekunder, sehingga mungkin ditemukan komponen baru yang memiliki aktivitas
farmakologis serupa atau lebih baik. Penelitian tentang potensi antikanker dari

karang lunak Sinularia yang berasal dari perairan Teluk Lampung belum pernah
dilaporkan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang menjadi rumusan masalah
adalah kondisi suatu wilayah mempengaruhi komponen kimia suatu hewan atau
tumbuhan.Sinularia merupakan salah satu karang lunak yang memiliki
bioaktivitas yang beraneka ragam dan juga memiliki tingkat toksisitas yang tinggi.
Senyawa hasil isolasi dari Sinularia sp. perairan Teluk Lampung diharapkan
memiliki aktivitas antikanker terutama antikanker payudara.
Tujuan penelitian
Mendapatkan isolat dan mengidentifikasi senyawa yang berpotensi sebagai
antikankerpayudara dari Sinularia sp. Perairan Teluk Lampung.
Manfaat penelitian
Memberikan informasi tentang potensi isolat dari Sinularia sp. Perairan
Teluk Lampung sebagai antikanker payudara.

2 TINJAUAN PUSTAKA
Sinularia
Karang lunak merupakan kelompok hewan tingkat rendah (invertebrata)
yang termasuk ke dalam filum Coelenterata atau disebut juga Cnidaria karena
memiliki cnide (bahasa Yunani) yang berarti sengat. Filum ini terbagi menjadi
tiga kelas, yaitu Hydrozoa, Anthozoa, dan Scyphozoa. Saat ini kelas dari filum
Coelenterata telah berkembang menjadi empat kelas yaitu Hydrozoa, Anthozoa,
Cubozoa, dan Scyphozoa (Suwignyo et al. 2005). Karang lunak termasuk dalam
kelas Anthozoa dengan subkelas Octocorallia (Alcyonaria). Bentuk khas dari
karang lunak ini adalah memiliki delapan buah tentakel, ditemukan dari daerah
tropis sampai ke daerah kutub, dan di habitat muara sungai berlumpur di daerah
pasang surut sampai ke perairan laut dalam (Manuputty 2010).
Karang lunak secara struktural mirip karang batu, tapi karang lunak
mempunyai tubuh lebih lentur karena tidak memiliki kerangka kapur luar yang
keras. Untuk menyokong tubuhnya, karang lunak ditunjang oleh tangkai-tangkai
berupa jaringan berdaging dari partikel-partikel kapur mikroskopis yang disebut
sklerit atau spikula(Manuputty 2002).
Karang lunak genus Sinularia merupakan bagian dari suku Alcyonidae
yang memiliki bentuk koloni yang lebih bervariasi dibandingkan dengan anggota

karang lunak lainnya (Manuputty 2010). Bentuk pertumbuhannya bervariasi dari
bentuk mengerak (encrusting) dengan lobus berbentuk tonjolan kecil sampai
bentuk seperti semak-semak. Koloni Sinularia berwarna coklat,krem, kuning atau
hijau kecoklatan. Warna-warna ini berasal dari zooxanthellae yang hidup
bersimbiosis di dalam jaringan endodermal karang lunak. Kelompok karang lunak
Sinularia dapat hidup di perairan yang keruh sampai perairan jernih. Karang lunak
ini tersebar secara vertikal dari perairan pesisir dangkal sampai kedalaman 40 m
(Fabricius dan Alderslade 2001).
Sinularia memiliki tekstur tubuh lunak dan ditunjang oleh tangkai berupa
jaringan berdaging yang diperkuat oleh matriks dari partikel-partikel kapur
mikroskopis disebut sklerit. Anggota dari genus Sinularia sangat banyak,
sehingga untuk membedakan jenis satu dengan lainnya tidak cukup dengan
morfologi, tapi harus dibedakan dari bentuk sklerit atau spikulanya (Manuputty
1λλ6). Bentuk sklerit dari Sinularia berbeda antara yang terdapat di bagian atas

dan di bagian basal koloni. Begitu pula dengan bagian yang terdapat di bagian
permukaan (surface) dan di bagian dalam (interior). Oleh karena itu, bentuk,
ornamen, dan ukuran sklerit sangat berguna untuk identifikasi (Gambar 1).
Gambar 1Bentuk umum sklerit pada karang lunak Sinularia (Fabricius dan
Aderslade 2001)
Kandungan Kimia Sinulria
Proses ekstraksi merupakan suatu metode pemisahan yang didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak
saling bercampur. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses ekstraksi
adalah lama ekstraksi, suhu, dan jenis pelarut yangdigunakan. Dalam pemilihan
jenis pelarut yang digunakan harus memperhatikan daya larut, titik didih, sifat
toksik, mudah tidaknya terbakar, dan sifat korosif terhadap peralatan ekstraksi
(Khopkar 2003). Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam memilih suatu
pelarut adalah sifat pelarut tersebut dimana pelarut polar akan melarutkan
senyawa polar, demikian sebaliknya pelarut non polar akan melarutkan senyawa
non polar, pelarut semi polar akan cenderung melarutkan senyawa semi polar
(Achmadi 1λλ2).
Proses ekstraksi terdiri dari beberapa tahap, yaitu penghancuran bahan,
penimbangan, perendaman dengan pelarut, penyaringan, dan tahap pemisahan.
Penghancuran bertujuan agar dapat mempermudah pengadukan, dan kontak bahan

dengan pelarutnya pada saat proses perendaman. Kemudian bahan ditimbang
untuk mengetahui berat awal bahan sehingga dapat menentukan rendemen yang
dihasilkan. Bahan yang telah ditimbang kemudian direndam dalam pelarut, seperti
heksana (non polar), etil asetat (semi polar) dan metanol (polar). Proses
perendaman ini disebut dengan maserasi. Prinsip pelarutan yang dipakai pada
metode ini adalah like dissolve like artinya pelarut polar akan melarutkan
senyawa polar dan pelarut non polar akan melarutkan senyawa non polar. Tahap
selanjutnya, yaitu tahap pemisahan yang terdiri dari penyaringan dan evaporasi.
Penyaringan dilakukan untuk memisahkan sampel dengan pelarut yang telah
mengandung bahan aktif. Untuk memisahkan pelarut dengan senyawa bioaktif
yang terikat dilakukan evaporasi, sehingga pelarutnya akan menguap dan
diperoleh senyawa hasil ekstraksi yang dihasilkan (Khopkar 2003). Hasil
ekstraksi yang diperoleh tergantung pada beberapa faktor, yaitu kondisi alamiah
senyawa tersebut, metode ekstraksi yang digunakan, ukuran partikel sampel,
kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu ekstraksi, dan perbandingan
jumlah pelarut terhadap jumlah sampel (Harborne 1λ87).
Karang lunak merupakan sumber yang kaya akan senyawa bioaktif seperti
terpenoid, steroid, dan steroid glikosida. Hasil penelitian terakhir menyebutkan
bahwa sekitar 50% ekstrak karang lunak menunjukkan sifat racun pada ikan,
selain itu banyak metabolit sekunder yang dihasilkan oleh karang lunak memiliki
aktivitas biologi seperti antifungal, sitotoksik, antineoplastik, inhibitor HIV, dan
anti-inflamtori (Radhika 2006).
Coll dan sammarco (1λ82) telah mengisolasi senyawa terpen yang bersifat
racun dari beberapa karang lunak terutama Sinularia flexibillis dan mengamati
pertumbuhan karang batu Pavona cactus yang hidup berdampingan dengan
karang lunak tersebut. Terbukti bahwa pada jarak 30 cm pertumbuhan karang batu
tersebut terhambat, sedangkan pada jarak lebih dekat yaitu sekitar 15 cm karang
batu tersebut mati. Percobaan ini membuktikan bahwa sifat allelopatik tersebut
dipakai untuk merebut ruang lingkup dari tetangganya dalam hal ini karang batu.
Karang lunak hidup berdampingang (bersimbiosis) dengan alga uniseluler
(zooxanthella). Menurut peneliti senyawa terpena adalah senyawa yang hanya
dihasilkan oleh tumbuhan. Menurut peneliti, ada tiga kemungkinan senyawa
terpena dihasilkan oleh karang lunak yaitu pertama dihasilkan oleh polip karang
sendiri, kedua oleh zooxanthella sendiri dan ketiga dihasilkan oleh keduanya yaitu
hasil asosiasi polip karang dengan zooxanthella. Dari hasil pengujian
dilaboratorium, disimpulkan bahwa senyawa terpena ini dihasilkan karang lunak
itu sendiri dan hasil kerjasama antara karang lunak daengan zooxanthella
(Manuputty 1λλ0).
Dari hasil tinjauan pustaka, ekstraksi senyawa bioaktif dari karang lunak
sinularia banyak dilakukan dengan menggunakan pelarut etil asetat, metanol,
etanol, campuran metanol dan kloroform dan campuran metanol dan
diklorometana. Ekstrak yang diperoleh difraksionasi dengan kromatografi kolom
gravitasi dan dimurnikan menggunakan HPLC (High Performance Liquid
Chromatography). Senyawa-senyawa bioaktif yang banyak diisolasi dari
Sinularia adalah senyawa steroid dan terpenoid. Senyawa-senyawa bioaktif ini
memiliki bioaktifitas sebagai antitumor, antikanker, antiinflamasi dan antivirus.
Beberapa senyawa bioaktif yang memiliki bioaktivitas sebagai antitumor dan
antikanker yang diisolasi dari Sinularia diantaranya adalah 4α-hydroxy-5-

episinuleptolide dari Sinularia numerosayang diperoleh dari National Museum of
Marine Biology and Aquarium, Taiwan (Chen et al. 2015), Capillosananesdari
Sinularia capillosayang diperoleh dari Pantai Senya Laut Cina Selatan (Chen et
al. 2014), Epidioxysteroldari Sinularia gaweliyang diperoleh dari taitung Taiwan
(Yen et al. 2013a), Leptoclalin dari Sinularia leptoclados yang diperoleh dari
Pantai Taiwan (Tsai et al. 2013), Sinulanorcembranolidedari Sinularia
gaweliyang diperoleh dari pantai Taiwan (Yen et al. 2013b), Sicrassrines dari
Sinularia crasa yang diperoleh dari Pantai Taitung Taiwan (Lin et al. 2012),
Sinugyrosanolidedari Sinularia gyrosa yang berasal dari pantai Taiwan (Cheng et
al. 2014), Numerosoldari Sinularia numerosa yang berasal dari Sansiantai Taiwan
(Tseng et al. 2014) dan Polyhidroxylated sterol dari Sinularia sp Pantai Laut Cina
Selatan (Liao et al. 2011). Senyawa bioaktif yang memiliki bioaktivitas sebagai
antiinflamasi adalah CrassarosteroldariSinularia crasayang diperoleh dari
Taitung Taiwan (Chao et al. 2012), Flexibilisquinonedari Sinularia Flexibilis
yang berasal dari National Museum of Marine Biology and Aquarium Taiwan
(Lin et al. 2013) dan senyawa yang memiliki bioaktivitas sebagai anti virus adalah
Polyhydroxylated steroldari Sinularia candidula yang berasal dariLaut Merah
(Ahmed et al. 2013)
Kanker dan Antikanker
Tumor dibagi dalam dua golongan, yaitu tumor jinak dan tumor
ganas. Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak
pada umumnya tidak cepat membesar. Sel kanker mendesak jaringan sehat
sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus
yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai,
maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi. Sel
tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada
umumnya cepat menjadi besar (Huspa, 200λ)
Kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor ganas. Kanker
adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak
terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan biologis
lainnya,baik dengan tempat yang jauh (metatesis). Pertumbuhan yang tidak
terkendali tersebut disebabkan kerusakan DNA, adanya kerusakan DNA akan
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel (Huspa, 200λ).
Pengobatan kanker dapat dapat dilakukan dengan cara pembedahan, radiasi,
kemoterapi, endokrinoterapi dan imunoterapi (Siswandono dan Soekardjo, 1λλ5).
Obat antikanker disebut juga obat sitotoksik, sitostatik atau senyawa
antineoplasma. Obat antikanker dibagi menjadi enam kelompok, yaituμ senyawa
pengalkilasi, antimetabolit, antikanker produk alam, imunomodulator, hormone
dan golongan senyawa lain seperti mitotan. Antikanker produkalam terbagi
menjadi tiga kelompok yaitu antibiotika antikanker, antikanker produk tanaman,
antikanker produk hewan. Turunan antrasiklin, seperti doksorubisin, epirubisin,
idarubisin dan daunorubisin merupakan salah satu contoh antibiotika antikanker.
Bekerja sebagai antikanker dengan menghambat proses replikasi dan transkripsi
DNA. Bagian struktur (Gambar 2) yang terlibat pada mekanisme kerja tingkat
molekul adalah cincin B dan C, sebagai interkalator adalah cincin A dan

gugus gula amino. Antibiotika antikanker tersebut mengikat dobel heliks DNA
secara kuat dengan menginterkalasi gugus kromofor planar (pada cincin B dan
C) pada dua pasang basa. Turunan antrasiklin bekerja secara tidak khas pada
siklus kehidupan sel (Siswandono dan Soekardjo, 1λλ5).

Gambar 2 Struktur Doksorubisin

3 METODOLOGI
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2014 – Desember 2015 di
Laboratorium Terpadu IPB, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia
Fakultas Matematika dan Imu Pengetahuan Alam, Laboratorium Forensik
MABES POLRI dan Departemen Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga.
Bahan dan Alat
Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah karang lunak dari Perairan
Teluk Lampung (-5.56o Lintang Selatan, 105.27o Bujur Timur). Bahan kimia yang
digunakan adalah pereaksi uji fitokimia, berbagai jenis pelarut organik teknis dan
proanalis yang biasa digunakan seperti μ n-heksan, metanol, kloroform, etil asetat,
aseton, aquades, DMSO (dimethyl sulfoxide),natrium bikarbonat, silika gel, telur
A. Salina, sel lestari kanker payudara MCF-7 koleksi PSSP IPB, etanol λ6%,
media Rosewell Park Memorial Institute (RPMI), dan 3-(4,5-dimetiltiazol-2il)2,5- difeniltetrazolium bromida (MTT).
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat destilasi,
chamber, kolom kromatografi gravitasi, neraca analitis, corong pisah, berbagai
alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium, kromatografi cair vakum (KCV),
kromatografi kolom grafitasi, rotary evaporator (RE) R-114 Buchi dengan sistem
vakum Buchi B-16λ, inkubator, mikroskop, plat KLT Kiessel gel 60 F254; 0,25

mm; 20 x 20 cm, kromatografi cair vakum (KCV), spektrofotometer ELISA
microplate reader (BIO RAD) dan inkubator CO2dan kromatografi gasspektrometer massa (Agilent 68λ0)
Persiapan Sampel
Karang lunak (Sinularia sp.) dari Teluk Lampung (Pantai Sari Ringgung)
dibersihkan dan disimpan dalam lemari pendingin agar kesegarannya tetap
terjaga. Sinularia sp. dipotong-potong dan dikeringkan di dalam oven 400C
selama empat hari (λ6 jam) kemudian digiling (Lampiran 1).
Ekstraksi, Fraksionasi, Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Bubuk Sinularia sebanyak 1.5 kg dimaserasi dengan etil asetat selama 4x24
jam. Filtrat etil asetat disaring dan residunya dikeringkan kemudian residu etil
asetat dimaserasi dengan n-heksana selama 4x24 jam. Ekstrak etil asetat dan
ekstrak n-heksana dipekatkan dengan penguap putar dan diuji toksisitas terhadap
A.Salina serta uji fitokimia. Ektrak yang memiliki toksisitas paling tinggi
selanjutnya diisolasi. Ekstrak terpilih difraksinasi menggunakan kromatografi cair
vakum (KCV) menggunakan eluen terbaik. Pencarian eluen terbaik dilakukan
dengan kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan variasi berbagai macam
pelarut yaitu metanol, etilasetat, n-heksana, aseton dan diklorometana. Fraksi–
fraksi yang diperoleh diuji toksisitasnya terhadap A. salina. Fraksi terpilih
difraksionasi dengan kromatografi kolom gravitasi menggunakan eluen terbaik.
Subfraksi yang diperoleh diuji tosisitasnya dan subfraksi terbaik diujikan ke sel
kanker MCF-7 lalu diidentifikasi kandungan senyawa dengan mengunakan GCMS. Bagan kerja penelitian tercantum pada Lampiran 2.
Uji Toksisitas Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Uji toksisitas metode BSLT dilakukan berdasarkan metode Mayer (1λ82).
Telur A. salina ditetaskan dalam wadah berisi air laut yang diaerasi dengan
kondisi cukup cahaya selama 48 jam. Penetasan dilakukan selama 48 jam dengan
kondisi cukup cahaya. Setelah 48 jam, larva dapat digunakan.
Larutan stok dibuat dalam labu takar dengan melarutkan sampel dengan
0.05% DMSO dari volume total larutan stok, kemudian ditera sampai tanda batas
dengan air laut. 10 ekor larva A. salina dimasukkan ke dalam plat sumur
kemudian ditambahkan sampel dengan volume tertentu. Selanjutnya, air laut
ditambahkan hingga volumenya 200 µL atau 400 µL dan diinkubasi selama 24
jam. Pengujian ini dilakukan dengan tiga kali ulangan. Jumlah larva yang mati
dihitung dan ditentukan reratanya dari tiga kali ulangan. Nilai LC50 dihitung dari
persamaan garis yang menghubungkan dari persen kematian larva udang dengan
logaritma konsentrasi.

%

=



%

Uji Toksisitas dengan Metode MTT
Pengujian tosisitas dilakukan pada sel kanker payudara MCF-7. Sel MCF-7
diinokulasi pada pelat λ6-sumur dalam media RPMI dengan jumlah sel 5000
sel/sumur. Larutan sampel sebanyak 100 L ditambahkan pada inokulan dan
diinkubasi selama 48 jam dalam inkubator CO2 5% pada suhu 37 °C. Selanjutnya
setiap sumur ditambahkan 10 L MTT dan diinkubasi kembali selama empat jam
dalam inkubator CO2 5% dan supernatant yang terbentuk dibuang. Sel hidup akan
bereaksi dengan MTT membentuk formazan yang berwarna biru. Formazan yang
terbentuk dilarutkan dalam etanol λ6%. Serapan dibaca dengan spektrofotometer
ELISA microplate reader pada λ 5λ5 nm. Nilai IC50 diperoleh dari persamaan
regresi grafik hubungan log konsentrasi sampel uji dengan persen inhibisi
(Maurya et al. 2010). Persen inhibisi diperoleh melalui persamaan μ
% penghambatan =



×

%

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Ekologi dan Prosimat analisis
Hasil pengukuran data kualitas perairan Pulau Tegal, Teluk Lampung
tanggal 1 September 2014 disajikan pada Tabel 1. Pengujian dilakukan untuk
melihat kondisi lingkungan tempat tumbuh Sinularia sp. Parameter pada Tabel 1
merupakan beberapa parameter standar yang biasa digunakan untuk menentukan
konsisi suatu lingkungan perairan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perairan
di Pulau Tegal masih sesuai standar regulasi dari Kementrian Lingkungan Hidup,
namun hanya parameter (pH) yang tidak sesuai standar. Berdasarkan hasil
pengujian tersebut, disimpulkan bahwa isolat yang didapatkan dari Sinularia sp.
dalam penelitian ini adalah metabolit sekunder yang dihasilkan saat kondisi
lingkungan masih sesuai standar. Namun, hasil tinjauan dilapangan terlihat bahwa
tempat lokasi tempat tumbuh Sinularia sp. sedikit kotor akibat aktifitas
masyarakat sekitar dan pelaku usaha dalam pengembangan lokasi objek wisata.
Saat pengambilan sampel terlihat berbagai macam warna dan bentuk karang lunak
diperairan pulau Tegal, diantaranya ada yang berwarna ungu, orange, merah, putih
dan kuning keemasan. Sedangkan, Sinularia sp yang diambil pada penelitian ini
berwarna putih saat didalam air dan berwarna coklat saat diangkat kepermukaan
(Gambar 3). Warna yang dihasilkan oleh karang lunak ini merupakan hasil
simbiosis dengan alga uniseluler (Zooxanthella) dan Zooxantella ini menurut

Manuputty (1λλ0) membantu beberapa jenis karang lunak dalam menghasilkan
senyawa bioaktif golongan terpena.
Hasil proksimat analisis (basis kering) sampel karang lunak Sinularia sp.
disajikan pada Tabel 2. Pada Tabel 2 terlihat bahwa kadar abu pada sampel
Sinularia sp. sebesar 53.784 % yang berarti Sinularia sp. mengandung 53.784 %
mineral. Dari perbandingan beberapa mineral yaitu kalsium (Ca), Kalium (K),
Natrium (Na) dan Fosfor (P), Ca merupakan miniral tertinggi yang terkandung
dalam Sinularia sp. Mineral Ca pada karang berupaka CaCO3 (kalsium karbonat)
yang merupakan senyawa hasil sekresi dari karang itu sendiri. Sedangkan
kandungan metabolit primer (protein, lemak dan karbohidrat), karbohitrat
merupakan metabolit primer yang paling tinggi.
Tabel 1 Data pengukuran parameter perairan Pulau Tegal
Parameter
P.Tegal
Batasana
Unit
b
Kedalaman
1-.2
M
o
Suhub
2λ.6
C
b
DO
8.80
mg/L
6.2
7 – 8.5
pHb
c
TSS