EFEKTIVITAS PEMODERASIAN SIFAT KEPRIBADIAN DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY - Jawa Tengah)

(1)

MODERATION EFFECTIVENESS OF TRAIT PERSONALITY AND ORGANIZATIONAL COMMITMENT ON THE RELATION OF

JOB STRESS TO DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOUR

(Empirical Study on Public Accounting Firm of Yogyakarta - Central Java)

Oleh

WINDASARI CITRA KESUMA 20130420096

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

EFEKTIVITAS PEMODERASIAN SIFAT KEPRIBADIAN DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN

PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY - Jawa Tengah) MODERATION EFFECTIVENESS OF TRAIT PERSONALITY AND

ORGANIZATIONAL COMMITMENT ON THE RELATION OF JOB STRESS TO DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOUR

(Empirical Study on Public Accounting Firm of Yogyakarta - Central Java) SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memeroleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

WINDASARI CITRA KESUMA 20130420096

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii SKRIPSI

EFEKTIVITAS PEMODERASIAN SIFAT KEPRIBADIAN DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN

PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY - Jawa Tengah) MODERATION EFFECTIVENESS OF TRAIT PERSONALITY AND

ORGANIZATIONAL COMMITMENT ON THE RELATION OF JOB STRESS TO DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOUR

(Empirical Study on Public Accounting Firm of Yogyakarta - Central Java)

Diajukan oleh

WINDASARI CITRA KESUMA 20130420096

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si. Ak., CA. Tanggal 02 Desember 2016 NIK: 19650715199303 143 025


(4)

iii SKRIPSI

EFEKTIVITAS PEMODERASIAN SIFAT KEPRIBADIAN DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN

PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY - Jawa Tengah) MODERATION EFFECTIVENESS OF TRAIT PERSONALITY AND

ORGANIZATIONAL COMMITMENT ON THE RELATION OF JOB STRESS TO DYSFUNCTIONAL AUDIT BEHAVIOUR

(Empirical Study on Public Accounting Firm of Yogyakarta - Central Java) Diajukan oleh

WINDASARI CITRA KESUMA 20130420096

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan

Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tanggal 16 Desember 2016 Yang terdiri dari

Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si. Ak., CA. Ketua Tim Penguji

Dra. Arum Indrasari, M.Buss., Ak., CA. Sigit Arie Wibowo, S.E., M.Sc., Ak., CA. Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si. NIK: 19660604199202 143 016


(5)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Windasari Citra Kesuma

Nomor mahasiswa : 20130420096

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “EFEKTIVITAS

PEMODERASIAN SIFAT KEPRIBADIAN DAN KOMITMEN

ORGANISASIONAL PADA HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN

PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY - Jawa Tengah)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memeroleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 16 Desember 2016


(6)

v

HALAMAN MOTTO

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

(QS. Al Mujadalah:11)

“Science without religion is lame, religion without science is blind.” (Albert Einstein)

“The Secret of change is to focus all of your energy, not on fighting the old, but on building the new.”

(Socrates)

“Ing Ngarsa Sung Tuladha. Ing Madya Mangun Karsa. Tut Wuri Handayani.” (Ki Hajar Dewantara)

“Kau akan berhasil dalam setiap pelajaran, dan kau harus percaya akan berhasil, dan berhasillah kau; anggap semua pelajaran mudah, dan semua akan jadi mudah; jangan takut

pada pelajaran apa pun, karena ketakutan itu sendiri kebodohan awal yang akan membodohkan semua.”

(Pramoedya Ananta Toer)

“Semakin tinggi sekolah bukan berarti semakin menghabiskan makanan orang lain. Harus semakin mengenal batas.”

(Pramoedya Ananta Toer)

"Jika tak ada mesin ketik aku akan menulis dengan tangan, jika tak ada tinta hitam aku akan menulis dengan arang, jika tak ada kertas aku akan menulis pada dinding, jika aku

menulis dilarang aku akan menulis dengan tetes darah!" (Wiji Thukul)

"Kata-kata itu selalu menagih padaku, ia selalu berkata: kau masih hidup! aku memang masih utuh dan kata-kata belum binasa."

(Wiji Thukul)

“Hanya ada 2 pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi aku memilih untuk jadi manusia merdeka.”

(Soe Hok Gi)

“Selalu ada yang bernyanyi dan berelegi di balik awan hitam. Semoga ada yang menerangi sisi gelap ini. Menanti, seperti pelangi setia menunggu hujan reda.”

(Efek Rumah Kaca)

“Sikap adalah peluru yang menentukan probabilitas diri untuk meraih sesuatu.” (Windasari Citra Kesuma)


(7)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati dan penuh dengan suka cita, syukur alhamdulillah ku curahkan kepada Zat Yang Serba Maha, Allah SWT. Karena betapapun, berkat rahmat serta petunjukNya aku mampu melewati berbagai ujian dan menikmati proses demi proses hingga menjadi seorang sarjana.

Skripsi ini ku persembahkan untuk: Bapak dan Ibu tercinta yang selalu bekerja keras demi anak-anaknya, mengajarkan bagaimana cara bersikap, berlaku mandiri, rendah hati, juga senantiasa memberikan kasih sayang serta doa-doa baik yang tak akan pernah ada habisnya.

Terima kasih Pak, Bu. Berkat doamu, anakmu kini memeroleh gelar Sarjana Ekonomi yang tertera pada namanya. Ilmu dan pengalaman yang ku dapat adalah buah peluh yang kau perjuangkan setiap hari. Gelar yang ku terima adalah doa agar aku senantiasa bersyukur dan tak lupa akan berbagi.

Ucapan terima kasih ku ucapkan untuk:

 Adikku, Fedorova Anggi Kesuma, yang selalu memberikan semangat positif melalui gurauan-gurauan hangat dan juga transferensi perasaan-perasaan bahagia yang membuatku tergugah untuk lekas menyelesaikan studi dan berusaha menjadi suri tauladan yang baik untuknya.

 Saudara-saudara dan kawan-kawanku (Febri, Cahyo, Nilam, Regi, Andi, David, Roni) yang telah bersedia menemaniku dari pantai selatan hingga ujung pantai utara untuk memeroleh salah satu substansi penting dalam penelitian ini;

 Sahabat-sahabatku (Nisa, Syarifa, Indah, Puput, Tian, Sintya), keluarga KSPM (Erik, Fida, Desi, Totok, Fariz, Heri, Reni, Nia, Nadya, dkk), dan teman-teman akuntansi 2013 yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih pula ku ucapkan untuk pelipur laraku, Muhammad Nashir, yang telah bersedia menampung segala keluh kesahku dan menukarnya dengan dukungan-dukungan psikologis yang mampu menjadikanku pribadi yang lebih percaya diri dan selalu semangat untuk menghadapi tantangan apapun.

Aku ucapkan sungguh-sungguh terima kasih kepada kalian. Terima kasih karena telah menjadi pengumpul pecahan peta yang mengantarku pada impian yang telah ku garis bawahi, juga telah membantu dalam membuat titik temu antara obsesi dengan satu batu penentu rangkai.

Dari semua ini aku mampu menyadari: Perjalanan tak akan setega sia yang dengan mudah akan menihilkan asa. Aku yakin, akan selalu ada upah niat, upah usaha, upah sabar, dan lain macam itu. Mereka bersatu rangkai dan berdiri beranak pinak di atas pundak. Bukan sebagai pemberat, bukan juga sebagai penindih, melainkan sebagai penguat.


(8)

vii

INTISARI

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektivitas pemoderasian sifat kepribadian dan komitmen organisasional pada hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Analisis ini menggunakan stres kerja sebagai variabel independen, perilaku disfungsional audit sebagai variabel dependen serta sifat kepribadian dari The Big Five Personality dan komitmen organisasional sebagai variabel moderasi.

Sampel yang digunakan adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik wilayah D.I Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sampel diambil dengan metode

purposive sampling. Berdasarkan proses penyebaran kuesioner diperoleh sampel sebanyak 91 responden. Metode statistik menggunakan Analisis Regresi Linear dan Moderated Regressions Analysis (MRA). Pengujian statistik menggunakan aplikasi analisis multivariate dengan software IBM SPSS 23.

Hasil analisis berdasarkan penggunaan variabel independen menunjukkan bahwa stres kerja berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku disfungsional audit. Hasil interaksi antara stres kerja dengan variabel moderasi menunjukkan dua dari dimensi kepribadian, yaitu openness to experience dan agreeableness, serta komitmen organisasional mampu memperlemah hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Akan tetapi, dimensi kepribadian lain seperti

conscientiousness, extraversion dan neuroticism tidak memiliki dampak signifikan pada hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Penelitian ini menunjukkan bahwa sifat kepribadian dan komitmen organisasional auditor berperan penting untuk mengurangi kesempatan melakukan perilaku disfungsional audit.

Kata kunci: Stres Kerja; Perilaku Disfungsional Audit; Sifat Kepribadian; Komitmen Organisasional.


(9)

viii

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the effectiveness of personality traits and organizational commitment moderation on the relation of job stress to dysfunctional audit behavior. This analysis used job stress as an independent variable, dysfunctional audit behavior as dependent variable and personality traits from the Big Five Personality theory and organizational commitment as moderating variables.

The samples used in this study were auditors who work in public accounting firm in the region of D.I. Yogyakarta and Central Java. The samples were taken by purposive sampling method. Based on the distribution of the questionnaire, it obtained sample up to 91 respondents. Statistical methods used in this study were Linear Regression Analysis and Moderated Regression Analysis (MRA). The statistic test used multivariate analysis applications with IBM SPSS 23 software.

The results of the analysis based on the use of independent variables showed that job stress have a positive and significant effect on dysfunctional audit behavior. The result of the interaction between job stress to moderating variables showed that two of personality traits, openness to experience and agreeableness, and organizational commitment were able to weaken the relation of job stress to dysfunctional audit behavior. However, other personality dimensions such as conscientiousness, extraversion and neuroticism do not have a significant impact on the relation of job stress to dysfunctional audit behavior. This indicates that auditor personality and commitment organizational are important to reduce the likelihood of dysfunctional audit behaviors.

Keyword: Job Stress; Dysfunctional Audit Behaviour; Trait Personality; Organizational Commitment.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Efektivitas Pemoderasian Sifat Kepribadian dan Komitmen Organisasional pada Hubungan Stres Kerja dengan Perilaku Disfungsional Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY dan Jawa Tengah)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memeroleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan bagi auditor dapat menjauhi perilaku disfungsional audit agar laporan audit yang dihasilkan dapat berkualitas tinggi dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Nano Prawoto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si., Ak., CA., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu penuh perhatian dan suka cita dalam memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi ini.

3. Kantor Akuntan Publik wilayah D.I.Yogyakarta dan Jawa Tengah yang telah bersedia menjadi obyek penelitian serta para auditornya yang bersedia menjadi


(11)

x subyek atau responden dalam penelitian ini.

4. Kedua orang tua yang senantiasa mendoakan, memberikan motivasi serta memberikan dorongan, baik yang bersifat materiil maupun non materiil. 5. Adik dan saudara-saudara yang senantiasa memberikan semangat baik untuk

menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Prodi Akuntansi yang telah membimbing, memberikan ilmu dan membagikan pengalaman berharga.

7. Seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah membantu dalam administrasi dan lain sebagainya terkait penyelesaian skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan kemudahan serta semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman penelitian dengan topik ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 16 Desember 2016 Penulis


(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vi

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah penelitian ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1. Teori Atribusi (Attribusion Theory) ... 12

2. Perilaku Disfungsional Audit (Dysfunctional Audit Behaviour) ... 13

3. Teori Stres Kerja (Job Stres Theory) ... 14

4. Teori Kepribadian (Personality Theory) ... 15

5. Komitmen Organisasional (Organizational Commitment) ... 19

B. Penurunan Hipotesa ... 20

1. Pengariuh Stres Kerja pada Perilaku Disfungsional Audit ... 20

2. Pengaruh Sifat Kepribadian pada Hubungan Stres kerja dengan... 21

3. Perilaku Disfungsional Audit ... 27


(13)

xii

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Obyek/ Subyek Penelitian ... 30

B. Jenis Data ... 32

C. Teknik Pengambilan Sampel... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 33

1. Variabel Dependen ... 34

2. Variabel Independen ... 34

3. Variabel Moderasi ... 37

F. Uji Kualitas Instruen dan Data ... 37

1. Uji Validitas ... 38

2. Uji Reliabilitas ... 38

3. Uji Asumsi Klasik ... 40

G. Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 40

1. Uji Statistik Deskriptif ... 41

2. Metode Analisis Data ... 43

3. Uji Hipotesis ... 44

4. Kriteria Penerimaan Hipotesis ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Gambaran Umum Obyek/ Subyek Penelitian ... 49

1. Analisis Karakteristik Responden ... 55

2. Analisis Deskriptif ... 57

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 57

1. Uji Validitas Data ... 64

2. Uji Reliabilitas Data ... 65

3. Uji9 Asumsi Klasik ... 69

C. Hasil Uji Hipotesis ... 69

1. Uji Hipotesis 1 ... 70

2. Uji Hipotesis 2 ... 78


(14)

xiii

D. Pembahasan (Interpretasi) ... 80

1. Pengaruh Stres Kerja terhadap Perilaku Disfungsional Audit ... 80

2. Pengaruh Pemoderasian Sifat Kepribadian pada Hubungan Stres Kerja dengan Perilaku Disfungsional Audit ... 81

3. Pengaruh Pemoderasian Komitmen Organisasional pada Hubungan Stres Kerja dengan Perilaku Disfungsional Audit ... 86

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 88

A. Simpulan ... 88

B. Saran ... 89

C. Keterbatasan Penelitian ... 89 DAFTAR PUSTAKA


(15)

xiv

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1. Daftar Nama Kantor Akuntan Publik ... 30

TABEL 3.2. Penilaian Skor Permyataam Variabel Sifat Kepribadian ... 36

TABEL 3.3. Pembagian Nomor Berdasarkan Jenis Pernyataan ... 36

TABEL 4.1. Rincian Jumlah Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuesioner... 49

TABEL 4.2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

TABEL 4.3. Responden Berdasarkan Usia ... 51

TABEL 4.4. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 52

TABEL 4.5. Responden Berdasarkan Jabatan di KAP ... 53

TABEL 4.6. Responden Berdasarkan Lama Bekerja... 54

TABEL 4.7. Uji Statistik Deskriptif ... 55

TABEL 4.8. Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Disfungsional Audit ... 58

TABEL 4.9. Hasil Uji Validitas Stres Kerja ... 59

TABEL 4.10. Hasil Uji Validitas Variabel Openness to Experience ... 60

TABEL 4.11. Hasil Uji Validitas Variabel Conscientiousness... 61

TABEL 4.12. Hasil Uji Validitas Variabel Extraversion ... 62

TABEL 4.13. Hasil Uji Validitas Variabel Agreeableness ... 62

TABEL 4.14. Hasil Uji Validitas Variabel Neuroticism... 63

TABEL 4.15. Hasil Uji Validitas Variabel Komitmen Organisasional ... 64

TABEL 4.16. Hasil Uji Reliabilitas ... 65

TABEL 4.17. Hasil Pengujian Asumsi Normalitas ... 66

TABEL 4.18. Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas ... 67

TABEL 4.19. Hasil pengujian Asumsi Multikolinieritas ... 68

TABEL 4.20. Hasil Pengujian Hipotesis 1 ... 70

TABEL 4.21. Hasil Pengujian Hipotesis 2a... 71

TABEL 4.22. Hasil Pengujian Hipotesis 2b ... 73

TABEL 4.23. Hasil Pengujian Hipotesis 2c... 74

TABEL 4.24. Hasil Pengujian Hipotesis 2d ... 76

TABEL 4.25. Hasil Pengujian Hipotesis 2e... 77


(16)

xv

DAFTAR GAMBAR


(17)

(18)

(19)

(20)

vii

INTISARI

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektivitas pemoderasian sifat kepribadian dan komitmen organisasional pada hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Analisis ini menggunakan stres kerja sebagai variabel independen, perilaku disfungsional audit sebagai variabel dependen serta sifat kepribadian dari The Big Five Personality dan komitmen organisasional sebagai variabel moderasi.

Sampel yang digunakan adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik wilayah D.I Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sampel diambil dengan metode

purposive sampling. Berdasarkan proses penyebaran kuesioner diperoleh sampel sebanyak 91 responden. Metode statistik menggunakan Analisis Regresi Linear dan Moderated Regressions Analysis (MRA). Pengujian statistik menggunakan aplikasi analisis multivariate dengan software IBM SPSS 23.

Hasil analisis berdasarkan penggunaan variabel independen menunjukkan bahwa stres kerja berpengaruh signifikan positif terhadap perilaku disfungsional audit. Hasil interaksi antara stres kerja dengan variabel moderasi menunjukkan dua dari dimensi kepribadian, yaitu openness to experience dan agreeableness, serta komitmen organisasional mampu memperlemah hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Akan tetapi, dimensi kepribadian lain seperti

conscientiousness, extraversion dan neuroticism tidak memiliki dampak signifikan pada hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Penelitian ini menunjukkan bahwa sifat kepribadian dan komitmen organisasional auditor berperan penting untuk mengurangi kesempatan melakukan perilaku disfungsional audit.

Kata kunci: Stres Kerja; Perilaku Disfungsional Audit; Sifat Kepribadian; Komitmen Organisasional.


(21)

viii

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the effectiveness of personality traits and organizational commitment moderation on the relation of job stress to dysfunctional audit behavior. This analysis used job stress as an independent variable, dysfunctional audit behavior as dependent variable and personality traits from the Big Five Personality theory and organizational commitment as moderating variables.

The samples used in this study were auditors who work in public accounting firm in the region of D.I. Yogyakarta and Central Java. The samples were taken by purposive sampling method. Based on the distribution of the questionnaire, it obtained sample up to 91 respondents. Statistical methods used in this study were Linear Regression Analysis and Moderated Regression Analysis (MRA). The statistic test used multivariate analysis applications with IBM SPSS 23 software.

The results of the analysis based on the use of independent variables showed that job stress have a positive and significant effect on dysfunctional audit behavior. The result of the interaction between job stress to moderating variables showed that two of personality traits, openness to experience and agreeableness, and organizational commitment were able to weaken the relation of job stress to dysfunctional audit behavior. However, other personality dimensions such as conscientiousness, extraversion and neuroticism do not have a significant impact on the relation of job stress to dysfunctional audit behavior. This indicates that auditor personality and commitment organizational are important to reduce the likelihood of dysfunctional audit behaviors.

Keyword: Job Stress; Dysfunctional Audit Behaviour; Trait Personality; Organizational Commitment.


(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Akuntan publik merupakan profesi akuntansi yang menyediakan jasa audit independen yang penting bagi eksistensi penyajian laporan keuangan suatu perusahaan. Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh pihak perusahaan untuk menentukan keandalan pertanggungjawaban laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen (Lestari, 2010). Karena jasa akuntan publik adalah profesi akuntansi yang bersifat independen, profesi ini merupakan profesi kepercayaan masyarakat, di mana masyarakat mengharapkan penilaian yang obyektif dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan suatu perusahaan.

Profesi akuntan publik memiliki peran yang besar dalam mendukung perekonomian nasional yang sehat dan efisien serta meningkatkan transparansi dan mutu informasi dalam bidang keuangan. UU No. 5 tahun 2011 tentang akuntan publik menjelaskan bahwa profesi akuntan publik merupakan suatu profesi yang menghasilkan jasa utama berupa jasa

assurance. Jasa assurance adalah jasa profesional independen untuk meningkatkan kualitas informasi yang hasilnya akan digunakan secara luas oleh publik sebagai bahan pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan (Utami, 2015).


(23)

Sebagai profesi yang menyediakan jasa audit bagi pihak eksternal, sudah seharusnya auditor mampu menilai kewajaran laporan keuangan suatu entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Penilaian kewajaran tidak hanya didasarkan pada kompetensi auditor dalam menemukan kekeliruan atau ketidakberesan dalam laporan keuangan, tetapi auditor eksternal juga perlu bersikap independen dan memerhatikan kode etik sebagai pedoman dalam melaksanakan tugasnya.

Pada praktiknya, masih terdapat banyak kasus yang ditemukan terkait pelanggaran akuntan internal yang melibatkan akuntan publik. Sebagai contoh kasus yang terjadi pada tahun 2015, di mana perusahaan besar asal Jepang, Toshiba Corporation, terbukti telah membohongi publik dan investor dengan cara menggelembungkan keuntungan pada laporan keuangan sejak tahun 2008 (Alpeyev & Amano, 2015). Kasus yang hampir serupa sebelumnya juga pernah terjadi pada PT. Kimia Farma yang juga menyajikan laba bersih lebih tinggi dari seharusnya. Ada pula kasus pelanggaran Enron yang bekerja sama dengan KAP Arthur Andersen untuk memanipulasi laporan keuangan. Kasus-kasus seperti di atas dapat terjadi karena kelalaian auditor eksternal dalam melakukan proses audit, baik karena kurangnya kompetensi auditor ataupun karena tingkat independensi yang rendah. Seorang auditor yang dengan sengaja tidak melaksanakan prosedur audit sesuai dengan standar mencerminkan perilaku disfungsional audit.

Perilaku disfungsional audit merupakan perilaku yang menyimpang dari prinsip profesi auditor (Srimindarti & Widati 2015). Perilaku


(24)

disfungsional audit diartikan oleh Setyaningrum & Murtini (2014) sebagai perilaku menyimpang yang dilakukan auditor terkait dengan kecurangan dan manipulasi terhadap standar audit. Ketika auditor tidak mengikuti standar audit yang diberlakukan, maka kualitas pekerjaan akan menjadi korban meskipun tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap kinerja pekerjaan (Lestari, 2010). Perilaku disfungsional tersebut secara lebih lanjut dapat memicu perilaku yang tidak etis yang dapat menyebabkan kerugian bagi kepentingan orang banyak (Utami, 2015).

Terdapat banyak faktor yang dapat mendorong seorang auditor untuk berperilaku disfungsional. Faktor-faktor tersebut terangkum dalam faktor internal yang merefleksikan karakteristik personal auditor dan faktor eksternal yang berasal dari situasional saat melakukan audit (Utami, 2015). Perilaku individu merupakan cerminan dari sisi personalita, sementara faktor situasionalnya terjadi ketika akan mendorong seseorang dalam pengambilan keputusan.

Auditor eksternal sebagai akuntan publik independen mempunyai peran yang penting dalam pemeriksan laporan keuangan yang selanjutnya akan digunakan untuk pengambilan keputusan. Karena akuntan publik memiliki tanggung jawab dan peran yang besar dalam penentuan kewajaran laporan keuangan suatu entitas, maka akuntan publik semakin dituntut untuk meningkatkan kualitas audit dengan berperilaku profesional serta memerhatikan kode etik sebagai pedoman dalam melaksanakan tugasnya (Rustiarini, 2014). Namun demikian, tuntutan kualitas audit yang tinggi dapat


(25)

menimbulkan tekanan yang menyebabkan stres kerja bagi auditor. Stres kerja yang terjadi pada auditor dapat memberikan dampak positif ataupun negatif. Stres kerja dengan dampak positif dapat memberikan motivasi bagi auditor untuk meningkatkan kualitas audit (Rustiarini, 2014). Akan tetapi, stres kerja yang berdampak negatif justru akan memicu perilaku disfungsional pada auditor yang dapat menyebabkan kualitas audit menjadi berkurang (Fevre dkk., 2003).

Penelitian sebelumnya tentang stres kerja sering kali dihubungkan dengan profesi auditor. Chen dkk. (2006) menemukan bahwa stres kerja berpengaruh pada kinerja dan kepuasan kerja. Stres kerja juga diketahui dapat berpengaruh pada job burnout (Fernet dkk., 2010; Hsieh & Wang, 2012). Penelitian stres kerja pada perilaku auditor juga dilakukan oleh Golparvar dkk. (2012). Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa stres kerja dengan skor rendah dapat mereduksi perilaku disfungsional audit, sedangkan stres kerja dengan skor tinggi dapat berdampak pada peningkatan perilaku disfungsional audit. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Rustiarini (2014) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat stres auditor, maka auditor akan cenderung melakukan perilaku disfungsional. Di sisi lain, penelitian Rahmi (2015) tidak menemukan adanya pengaruh stres kerja terhadap perilaku disfungsional audit.

Dengan hasil penelitian yang masih belum konsisten, peneliti termotivasi untuk menguji kembali hubungan stres kerja dengan dysfunctional audit behavior. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena mencoba


(26)

memberikan pandangan baru pada hubungan kedua variabel tersebut dengan menambahkan pengujian variabel sifat kepribadian (trait personality) dan komitmen organisasional (organizational commitment) sebagai pemoderasi.

Sifat kepribadian (trait personality) diukur menggunakan instrumen yang diambil dari penelitian McCrae and Costa (1987), yaitu The Big Five Personality. Kepribadian tersebut terbagi menjadi lima dimensi, yaitu: (1)

openness to experience, (2) conscientiousness, (3) extraversion, (4)

agreeableness dan (5) neuroticism. Pada dasarnya, setiap individu memiliki sifat kepribadian yang berbeda satu sama lain. Adanya perbedaan tersebut dapat menyebabkan timbulnya persepsi stres kerja yang berbeda bagi auditor (Rustiarini, 2014). Oleh sebab itu, variabel sifat kepribadian dianggap memiliki kemampuan untuk memoderasi hubungan stres kerja dengan

dysfunctional audit behavior.

Penelitian sebelumnya megenai sifat kepribadian telah dilakukan oleh Farhadi dkk. (2012) yang menjadikan pegawai sipil di organisasi publik Malaysia sebagai sampel penelitian. Farhadi menemukan bahwa sifat kepribadian agreeableness dan conscientiousness mempunyai hubungan negatif terhadap perilaku menyimpang di tempat kerja. Suatu penelitian lain juga menunjukkan bahwa conscientiousness, agreeableness dan negative

affectivity dapat memoderasi pengaruh stres kerja pada perilaku

kontraproduktif (Bowling & Eschleman, 2010). Namun demikian, penelitian Jaffar, dkk. (2011) yang menguji pengaruh kelima sifat kepribadian pada


(27)

kemampuan auditor untuk mendeteksi kecurangan, menunjukkan hasil yang tidak signifikan.

Selain sifat kepribadian, komitmen organisasional juga berpotensi untuk memengaruhi hubungan stres kerja dengan dysfunctional audit behaviour. Komitmen organisasional diartikan oleh Basudewa & Merkusiwati (2015) sebagai sikap yang merefleksi loyalitas karyawan terhadap organisasional tempat orang itu bekerja atau mengabdi. Basudewa & Merkusiwati (2015) menjelaskan bahwa komitmen organisasional dapat menunjukkan kekuatan relatif untuk berpihak dan berusaha sekuat tenaga untuk kemajuan organisasi, serta mendorong individu untuk selalu ingin bertahan dalam organisasi dengan berorientasi pada loyalitas dan partisipasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Aisyah dkk. (2014); Basudewa & Merkusiwati (2015); Nelaz (2014); Paino dkk. (2011); Srimindarti & Widati (2015) menemukan bahwa variabel komitmen organisasional mempunyai hubungan negatif dengan dysfunctional audit behavior. Adanya pengaruh negatif komitmen organisasional pada disfungsional audit berdampak pada kekuatan komitmen organisasional untuk mereduksi hubungan positif antara

turnover intentions dengan dysfunctional audit behavior, dan memperkuat hubungan negatif kinerja auditor dengan dysfunctional audit behavior. Di sisi lain, penelitian Febrina (2012) dan Setyaningrum (2014) tidak menunjukkan adanya pengaruh dari komitmen organisasional terhadap dysfunctional audit behavior.


(28)

Penelitian tentang sifat kepribadian dan komitmen organisasional sebagai pemoderasi hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional pada akuntan publik di Indonesia masih sedikit yang melakukan. Adapun penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan stres kerja dan perilaku disfungsional juga masih terdapat kontroversi atau ketidakkonsistenan pada hasil-hasil penelitian. Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk menguji kembali dan mengembangkan penelitian mengenai pengaruh variabel sifat kepribadian dan komitmen organisasional sebagai moderator hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Efektivitas Pemoderasian Sifat Kebribadian dan Komitmen Organisasional pada Hubungan Stres Kerja dengan Perilaku Disfungsional Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY – Jawa Tengah)”. Secara garis besar, penelitian ini merujuk pada penelitian Farhadi dkk. (2012) yang dilakukan di Malaysia berjudul Agreeableness and Conscientiousness as Antecedents of Deviant Behavior in Workplace, dengan mengembangkan model penelitian yang menguji pengaruh stres kerja pada perilaku disfungsional audit dengan kelima sifat kepribadian dari the Big Five Personality sebagai pemoderasi yang diambil dari penelitian Rustiarini (2014), serta menambahkan variabel moderasi lain, yaitu komitmen organisasional yang diadopsi dari penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Mindarti & Puspitasari (2014).


(29)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dibedakan berdasarkan empirical gap, di mana penelitian terdahulu yang meneliti pengaruh sifat kepribadian sebagai pemoderasi stres kerja pada perilaku disfungsional audit hanya dilakukan pada organisasi publik di Malaysia oleh Farhadi dkk. (2012), sedangkan penelitian di Indonesia hanya dilakukan pada KAP di Bali oleh Rustiarini (2014). Emprical gap menyatakan adanya perbedaan empirik, di mana pengetahuan yang diperoleh seseorang dari suatu pengalaman di tempat satu belum tentu sama di tempat yang lain. Oleh karena itu, peneliti mencoba menguji kembali pengaruh variabel tersebut di tempat yang berbeda, yaitu menggunakan sampel auditor eksternal yang terdapat di DIY dan Jawa Tengah.

Penelitian ini juga berbeda karena penelitian sebelumnya yang mencoba menguji pengaruh variabel komitmen organisasional sebagai moderator hanya terbatas pada hubungan turnover intentions dan kinerja auditor dengan perilaku disfungsional audit (Mindarti & Puspitasari, 2014). Sementara itu, penelitian ini mencoba menguji pengaruh variabel moderator komitmen organisasional pada hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah stres kerja berpengaruh positif terhadap perilaku disfungsional audit?


(30)

2. Apakah sifat kepribadian openness to experience memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit?

3. Apakah sifat kepribadian conscientiousness memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit?

4. Apakah sifat kepribadian extraversion memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit?

5. Apakah sifat kepribadian agreeableness memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit?

6. Apakah sifat kepribadian neuroticism memperkuat hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit?

7. Apakah komitmen organisasional memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa stres kerja berpengaruh positif terhadap perilaku disfungsional audit.

2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat kepribadian

openness to experience dapat memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat kepribadian

conscientiousness dapat memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.


(31)

4. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat kepribadian

extraversion dapat memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

5. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat kepribadian

agreeableness dapat memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

6. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa sifat kepribadian

neuroticism dapat memperkuat hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

7. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris bahwa komitmen organisasional dapat memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi pengembangan ilmu akuntansi keperilakuan sebagai sumber bacaan atau referensi yang dapat memberikan informasi teoritis dan bukti empiris mengenai pengaruh moderasi sifat kepribadian dan komitmen organisasional pada hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.


(32)

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi partner Kantor Akuntan Publik untuk mengevaluasi kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perilaku disfungsional audit.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh auditor untuk mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan perilaku disfungsional audit yang berkaitan dengan stres kerja, sifat kepribadian dan komitmen organisasional sebagai karakteristik personal auditor, sehingga auditor dapat mengendalikan stres pada dirinya untuk dapat meningkatkan kinerja dalam menghasilkan laporan audit yang lebih berkualitas.


(33)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Atribusi (Attribution Theory)

Teori atribusi digunakan untuk menjelaskan berbagai penyebab atau motif mengapa seseorang melakukan suatu tindakan tertentu (Robbins & Judge, 2008). Teori ini memberikan pemahaman bahwa pencapaian kinerja seseorang di masa datang disebabkan oleh kegagalan atau kesuksesan atas tugas yang dilakukan sebelumnya (Rustiarini, 2014). Teori atribusi menurut Ivancevich dkk. (2007) merupakan teori yang menjelaskan bagaimana cara menilai perilaku seseorang yang ditentukan apakah berasal dari dalam dirinya (internal) atau lingkungan (eksternal).

Penyebab perilaku seseorang dalam persepsi sosial menurut Wade & Travis (2008) lebih dikenal dengan istilah dispositional attributions

(penyebab internal) dan situtional attributions (penyebab eksternal).

Dispositional attributions cenderung mengarah pada aspek perilaku individual berupa sesuatu yang pada dasarnya sudah ada dalam diri setiap orang, seperti sifat pribadi dan persepsi diri. Sementara itu, situtional attributions lebih mengacu pada perilaku individu yang dipengaruhi oleh lingkungan, seperti kondisi sosial, nilai sosial dan pandangan masyarakat.

Soekarso & Putong (2015) menjelaskan bahwa penyebab atribusi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu consensus, distinctiveness dan


(34)

ditunjukkan ketika semua orang yang menghadapi situasi serupa merespon situasi tersebut dengan cara yang sama. Perilaku distinctiveness

(kekhususan) menunjukkan bahwa individu dalam situasi yang berlainan maka akan menghasilkan perilaku yang berlainan. Sementara itu,

consistency (konsistensi) menunjukkan adanya perilaku yang sama oleh seseorang meskipun terdapat perubahan waktu.

Teori atribusi menjelaskan lebih dalam tentang cara-cara kita menilai suatu hal secara berlainan, tergantung bagaimana kita menghubungkan suatu makna ke dalam perilaku tertentu (Wade & Travis, 2008). Oleh sebab itu, teori ini dapat digunakan untuk menilai atribusi perilaku individu yang berkaitan dengan stres kerja, sifat kepribadian dan komitmen organisasional seorang auditor.

2. Perilaku Disfungsional Audit (Dysfunctional Audit Behaviour)

Dysfunctional audit behavior (DAB) merupakan suatu bentuk reaksi terhadap lingkungan yang berkaitan dengan sistem pengendalian (Donnelly dkk., 2003). Sistem pengendalian yang berlebih dalam suatu organisasi dapat mengakibatkan timbulnya konflik yang mengarah pada perilaku disfungsional. Donnelly dkk. (2003) menjelaskan apabila auditor bersikap menerima perilaku disfungsional, hal tersebut mengindikasikan bahwa auditor tersebut telah melakukan disfungsional aktual.

Perilaku disfungsional audit dapat memberikan pengaruh pada kualitas audit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku yang mempunyai pengaruh langsung di antaranya adalah premature sign off dan


(35)

altering atau replacing audit procedures (Donnelly dkk., 2003; Maryanti, 2005). Premature sign off atau penghentian prematur atas prosedur audit berkaitan dengan penghentian prosedur audit secara dini yang dilakukan oleh seorang auditor dalam melakukan penugasan. Sementara itu, altering

atau replacing audit procedures berkaitan dengan penggantian prosedur audit yang telah ditetapkan untuk melakukan audit di lapangan.

Perilaku yang dapat memengaruhi kualitas audit secara tidak langsung adalah underreporting of time (Donnelly dkk., 2003; Maryanti, 2005). Perilaku under reporting of time terjadi ketika auditor menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya tetapi ia tidak melaporkan waktu yang sebenarnya untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Perilaku underreporting of time oleh auditor bisa terjadi karena auditor memiliki kecenderungan untuk menyelesaikan tugas audit sesuai dengan batas waktu yang dianggarkan, dengan tujuan untuk memeroleh evaluasi kinerja personal yang lebih baik (Otley & Pierce, 1995).

3. Teori Stres Kerja (Job Stress Theory)

Stres kerja (job stress) adalah suatu perasaan tertekan yang dialami atau dirasakan oleh individu ketika sedang menghadapi suatu pekerjaan (Biron dkk., 2014). Spielberger & Sarason (2014) menyebutkan bahwa stres kerja merupakan tuntutan-tuntutan eksternal seseorang, seperti obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang berbahaya secara obyektif. Stres juga bisa diartikan sebagai suatu tekanan serta ketegangan atau gangguan tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang.


(36)

Stres tidak selamanya bersifat negatif, stres juga bisa bersifat positif apabila terdapat peluang yang menawarkan perolehan potensial. Hodgkinson & Ford (2010) mengategorikan stres menjadi dua jenis, yaitu

eustress dan distress. Eustress adalah hasil dari respon terhadap stres yang bersifat positif, sehat dan bersifat membangun (konstruktif). Sementara itu,

distress merupakan hasil dari respon terhadap stres yang bersifat negatif, tidak sehat dan bersifat merusak (destruktif).

1. Teori Kepribadian (Personality Theory)

Teori personality merupakan bagian ilmu psikologi yang membahas korelasi antara karakteristik, proses perkembangan psikologis, perbedaan individu, serta penjabaran sifat manusia yang diketahui melalui tindakan apa yang akan diambil dalam situasi tertentu (Boeree dkk., 2006).

Personality theory dapat digunakan untuk melandasi pengaruh sifat kepribadian pada hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

Konsep sifat kepribadian dalam penelitian ini menggunakan The Big Five Personality atau The Big Five Inventory yang dikembangkan oleh McCrae & Costa (1987). Konsep ini membagi sifat kepribadian menjadi lima dimensi, yaitu:

a. Opennes to Experience (O)

Sifat openness to experience atau yang biasa disimbolkan dengan kepribadian “O” merupakan faktor yang paling sulit untuk dideskripsikan. Hal tersebut dikarenakan faktor ini tidak memiliki arti


(37)

yang sejalan dengan bahasa yang digunakan. Openness mengarah pada bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu idea atau situasi yang baru.

Seseorang dengan sifat openness mempunyai ciri-ciri mudah bertoleransi, mempunyai kapasitas besar untuk menyerap informasi, sangat fokus, serta waspada pada berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Seseorang dengan tingkat openness yang tinggi dideskripsikan sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi,

broadmindedness, dan a world of beauty. Sementara itu, seseorang yang memiliki tingkat openness yang rendah memiliki nilai kebersihan, kepatuhan dan keamanan bersama. Tingkat openness yang rendah juga menggambarkan pribadi yang berpikiran sempit, konservatif dan tidak menghendaki adanya perubahan.

b. Conscientiousness (C)

Conscientiousness atau disimbolkan dengan kepribadian “C”

dapat disebut sebagai dependability, impulse control dan will to achieve. Sifat kepribadian ini menggambarkan perbedaan keteraturan dan self discipline seseorang. Seseorang dengan conscientiousness

digambarkan dengan seseorang yang mempunyai kontrol terhadap lingkungan sosial, mampu berpikir sebelum bertindak, dapat menunda kepuasan, mampu mengikuti peraturan dan norma, memiliki rencana yang terorganisir dan memprioritaskan tugas. Di sisi lain, seseorang dengan sifat kepribadian ini juga dapat menjadi sangat perfeksionis,


(38)

kompulsif, workaholic dan membosankan. Individu dengan tingkat

conscientiousness yang rendah menunjukkan sikap ceroboh, tidak terarah serta mudah teralih perhatiannya.

c. Extraversion (E)

Extraversion atau kepribadian “E” bisa juga disebut sebagai

dominance-submissiveness. Sifat extraversion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal, ambisius, workaholic dan ramah terhadap orang lain.Individu dengan sifat extraversion juga memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan biasanya menjadi dominan dalam lingkungannya. Seseorang yang memiliki faktor

extraversion tinggi mempunyai kemampuan untuk mengingat semua interaksi sosial dan berinteraksi dengan lebih banyak orang dibandingkan dengan seseorang yang memiliki extraversion rendah. Dalam berinteraksi, individu dengan extraversion juga dianggap sebagai orang-orang yang ramah, fun-loving, affectionate dan

talkaktive.

d. Agreeableness

Agreeableness atau biasa disimbolkan dengan kepribadian “A” merupakan sifat kepribadian yang mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah, lebih suka


(39)

menghindari konflik dan memilki kecenderungan untuk mengikuti orang lain. Seseorang dengan skor agreeableness tinggi digambarkan sebagai seseorang yang suka membantu, pemaaf dan penyayang. Namun demikian, ditemukan beberapa konflik pada hubungan interpersonal orang yang memiliki tingkat agreeableness yang tinggi, di mana self esteem mereka akan cenderung menurun ketika berhadapan dengan konflik.

e. Neuroticism (N)

Neuroticism atau biasa disimbolkan dengan kepribadian “N”

dideskripsikan dengan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang bersifat negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional, mereka dianggap labil dan suka mengubah perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Seseorang dengan tingkat

neuroticism rendah cenderung merasa lebih bahagia dan puas terhadap hidupnya dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat

neuroticism yang tinggi. Sementara itu, seseorang dengan tingkat

neuroticism yang tinggi adalah pribadi yang mudah mengalami kecemasan, marah, depresi dan memiliki kecenderungan emotionally reactive.Tingkat neurotism tinggi juga dapat membuat individu kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, serta memiliki tingkat self esteem yang rendah.


(40)

2. Komitmen Organisasional (Organizational Commitment)

Komitmen organisasionl merupakan sikap yang mencerminkan loyalitas seseorang pada organisasi tempat ia bekerja, sehingga individu sebagai anggota organisasi tersebut dapat mengekspresikan perhatiannya untuk meraih keberhasilan dan kemajuan yang berkelanjutan pada organisasinya (Basudewa & Merkusiwati, 2015). Komitmen organisasional menggambarkan bahwa kekuatan relatif yang ada pada diri seseorang untuk selalu berpihak dan terlibat dalam organisasi, keinginan untuk melakukan yang terbaik, dan keinginan untuk bertahan dalam organisasi merupakan orientasi individu terhadap organisasi dalam hal loyalitas, identifikasi dan keterlibatan.

Komitmen organisasional dinilai sebagai derajat sejauh mana keterlibatan seorang dalam organisasinya dan menggambarkan kekuatan identifikasinya terhadap suatu organisasi tertentu (Nelaz, 2014). Komitmen organisasional ditandai dengan tiga hal yaitu:

a. adanya kepercayaan yang kuat terhadap organisasi dan dapat menerima tujuan-tujuan serta norma-norma organisasi;

b. memiliki keinginan yang kuat untuk memelihara dan mempertahankan hubungan yang baik dan kuat dengan organisasi; serta

c. memiliki kesiapan dan kesediaan untuk mengerahkan usaha keras demi kepentingan dan keberhasilan organisasi.


(41)

B. Penurunan Hipotesa

1. Pengaruh Stres Kerja pada Perilaku Disfungsional Audit

Stres dapat muncul ketika seseorang mendapat tekanan yang menyebabkan ia tidak mampu untuk mengikuti standar-standar yang ditetapkan selama proses pekerjaan. Stres kerja dapat diartikan sebagai kesadaran atas perasaan tak terkendali yang dimiliki seseorang akibat timbulnya suatu tekanan yang membuat tidak nyaman atau dinilai sebagai ancaman di tempat kerja (Montgomery dkk., 1996). Rustiarini (2014) menjelaskan bahwa stres kerja pada level tinggi dapat menyebabkan gangguan stabilitas emosional yang berpengaruh terhadap perilaku kerja yang menyimpang. Kondisi tersebut dapat dialami oleh auditor karena sering berhadapan dengan banyak pekerjaan dan dituntut untuk menyelesaikannya dengan waktu yang terbatas.

Beberapa penelitian terdahulu telah meneliti hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Chen dkk. (2006) menemukan bahwa beberapa auditor pada tingkat tertentu tidak menganggap stres kerja sebagai beban, melainkan sebagai motivasi bekerja. Namun demikian, hasil penelitian Hsieh & Wang (2012) menunjukkan bahwa stres kerja yang tinggi dapat meningkatkan job burnout. Hasil penelitian tersebut didukung oleh Rustiarini (2014), Utami (2015) dan Golparvar dkk. (2012) yang menunjukkan adanya hubungan positif antara stres kerja pada level tinggi dengan perilaku disfungsional audit. Sementara itu, Rahmi (2015)


(42)

tidak menemukan hubungan antara stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

Menurut peneliti, tekanan dan tuntutan kerja yang tinggi secara otomatis akan memaksa auditor untuk bekerja lebih keras. Ketika seseorang merasa tidak mampu mengatasi tekanan tersebut maka auditor akan mengalami stres kerja. Apabila auditor tidak memiliki kemampuan dan kekuatan yang cukup untuk mengontrol stres kerja yang dialami atas tuntutan pekerjaannya, maka auditor akan terpicu untuk melakukan perilaku disfungsional. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H1: Stres kerja berpengaruh positif pada perilaku disfungsional audit.

2. Pengaruh Sifat Kepribadian pada Hubungan Stres Kerja dengan Perilaku Disfungsional Audit

Sifat kepribadian merupakan pondasi yang menjadi dasar untuk mendeskripsikan pemikiran, perasaan, dan perilaku yang menyusun suatu kepribadian setiap individu (Barrick & Mount, 2005). Konsep sifat kepribadian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep The Big Five Personality yang dipopulerkan oleh McCrae & Costa (1987). Konsep kepribadian tersebut dibagi menjadi lima dimensi, yaitu: (1) openness to experience, (2) conscientiousness, (3) extraversion,(4) agreeableness, dan (5) neuroticism.


(43)

Auditor dengan kepribadian openness to experience atau kepribadian “O” mempunyai ciri mudah bertoleransi, kreatif, memiliki sifat ingin tahu yang tinggi, berwawasan luas, imajinatif, dan memiliki keterbukaan terhadap hal-hal yang baru (Goldberg dkk., 1990). Denissen & Penke (2008) menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki sifat kepribadian ini mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah meskipun dengan informasi terbatas dan waktu yang singkat.

Rustiarini (2014) menemukan bahwa auditor yang memiliki sifat kepribadian ini tidak memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku disfungsional meskipun ia sedang mengalami stres kerja. Namun demikian, Kraus dalam Rustiarini (2014) menemukan bahwa seseorang dengan sifat openness to experience tinggi cenderung memiliki kinerja yang rendah. Sementara itu, Jaffar, dkk. (2011) tidak menemukan hubungan antara sifat kepribadian “O” dengan kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.

Menurut peneliti, auditor dengan kepribadian “O” yang tinggi tidak memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku disfungsional ketika mengalami stres kerja. Hal tersebut dapat terjadi karena meskipun auditor memeroleh tekanan pekerjaan, auditor memiliki kemampuan untuk berfikir secara cerdas dan inovatif dalam menggunakan teknik atau strategi baru untuk menyelesaikan masalah yang ada pada pekerjaannya. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(44)

H2a: Openness to experience memperlemah hubungan positif stres kerja

dengan perilaku disfungsional audit.

Sifat kepribadian conscientiousness atau yang disimbolkan dengan kepribadian “C” digambarkan oleh McCrae & Costa (1987) dengan sifat yang ambisius, dapat dipercaya, memiliki kompeten, tidak mudah menyerah, memiliki sikap tanggung jawab tinggi, menjunjung tinggi kedisiplinan, dan mampu bertindak secara efisien. Individu dengan kepribadian “C” yang tinggi berpotensi mampu membuat suatu perencanaan yang baik dan benar, memiliki orientasi yang serius terhadap prestasi (Jaffar dkk., 2011) serta karir di masa depan (Nettle, 2006).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Farhadi dkk. (2012) dan Bowling, (2010) menunjukkan bahwa individu yang memiliki kepribadian conscientiousness tinggi cenderung akan menghindari perilaku disfungsional. Di sisi lain, Rustiarini (2014) menemukan bahwa kepribadian “C” tidak berpengaruh terhadap hubungan tekanan kerja dengan perilaku menyimpang.

Menurut peneliti, seseorang yang memiliki sifat kepribadian

conscientiousness tidak memiliki kemungkinan yang tinggi untuk berperilaku menyimpang meskipun dalam keadaan stres atas tekanan kerja. Meskipun seorang auditor mengalami stres kerja, apabila auditor tersebut memiliki tanggung jawab, kedisiplinan serta berkemampuan untuk mengelola pekerjaan secara efektif dan efisien, maka auditor tersebut


(45)

mampu untuk menghindari perilaku disfungsional audit. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diturunkan adalah sebagai berikut: H2b: Conscientiousness memperlemah hubungan positif stres kerja dengan

perilaku disfungsional audit.

Individu dengan sifat kepribadian extraversion atau disimbolkan dengan kepribadian “E” dideskripsikan dengan seseorang yang memiliki semangat tinggi, aktif, pandai berbicara, suka dengan tantangan, serta memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan secara baik (Judge dkk., 2002). Sebagai seseorang yang berprofesi sebagai auditor, mereka sangat diuntungkan apabila memiliki kepribadian “E” karena auditor saat ini dituntut untuk fasih dalam melakukan komunikasi dan interaksi dengan rekan kerja maupun klien pada saat pelaksanaan tugas (Brigg dkk., 2007). Oleh karena itu, kepribadian “E” seharusnya dapat mendukung kinerja akuntan publik menjadi lebih baik.

Akan tetapi, pernyataan di atas tidak didukung oleh penelitian Kraus dalam Rustiarini (2014) yang menunjukkan bahwa extraversion

tidak mempunyai pengaruh terhadap prestasi kerja auditor. Hasil penelitian lain juga menemukan bahwa extraversion tidak memiliki pengaruh pada hubungan persepsi CEO atas kompensasi terhadap pergantian (Lindrianasari dkk., 2012), hubungan stres dengan perilaku menyimpang (Rustiarini, 2014), serta kemampuan untuk mendeteksi kecurangan (Jaffar dkk., 2011).


(46)

Menurut peneliti, sifat kepribadian extraversion mempunyai probabilitas untuk mengurangi pengaruh positif stres kerja pada perilaku auditor yang disfungsional. Auditor dengan kepribadian “E” akan lebih cenderung menganggap tekanan kerja sebagai suatu tantangan untuk mengeksplorasi dan meningkatkan kualitas diri daripada menilainya sebagai suatu beban. Dengan demikian, kepribadian “E” akan mengurangi kemungkinan terjadinya dysfunctional behaviour dalam setiap penugasan audit. Dari uraian di atas, maka hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

H2c: Extraversion memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

Seseorang yang memiliki sifat kepribadian agreeableness atau kepribadian “A” mempunyai ciri suka membantu, menyenangkan, mudah memaafkan, kooperatif dan perhatian (Bowling & Eschleman, 2010). Auditor yang memiliki tingkat agreeableness tinggi memiliki kecenderungan untuk menghindar dari berbagai konflik yang dapat mengganggu kinerjanya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menciptakan hubungan baik dengan rekan kerja melalui bentuk kerja sama dan melakukan negosiasi untuk menyelesaikan permasalahan (Graziano & Tobin, 2002). Beberapa peneliti sebelumnya menemukan adanya hubungan negatif antara kepribadian “A” dengan keputusan pergantian


(47)

CEO secara sukarela (Lindrianasari dkk., 2012) dan perilaku kontraproduktif dalam organisasi (Berry dkk., 2007; Farhadi dkk., 2012).

Menurut peneliti, ketika seseorang berkepribadian “A” sedang mengalami stres kerja, ia akan berusaha memerangi tekanan tersebut dengan membangun team work dan interaksi yang baik sehingga mampu menghindari perilaku disfungsional. Dengan demikian, hipotesis yang dirumuskan ialah sebagai berikut:

H2d: Agreeableness memperlemah hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

Individu yang memiliki sifat neuroticism personality atau disimbolkan dengan kepribadian “N” biasanya identik dengan individu yang mudah mengalami kecemasan, kekhawatiran, mudah merasa tertekan, sering gelisah dan memiliki emotional reactive sehingga kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya rendah (Judge dkk., 2002). Sifat kepribadian neuroticism berpotensi merangsang individu untuk melakukan tindakan yang menyebabkan konflik terhadap lingkungan sehingga disebut sebagai kepribadian yang tidak diinginkan oleh setiap individu.

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kepribadian “N” memiliki hubungan negatif dengan kepuasan kerja (Judge dkk., 2002), tetapi memiliki hubungan positif dengan prestasi kerja (Skyrme dkk., 2005). Sementara itu, suatu penelitian lain menunjukkan tidak adanya


(48)

hubungan antara kepribadian “N” dengan kemampuan mendeteksi kecurangan (Jaffar dkk., 2011) serta perilaku menyimpang (Rustiarini, 2014).

Peneliti menduga bahwa auditor dengan kepribadian neuroticism

tingkat tinggi memiliki kecenderungan untuk mudah merasa tegang, cemas, dan depresi ketika sedang mengalami tekanan kerja yang tinggi. Hal tersebut dapat berdampak pada timbulnya pemikiran-pemikiran negatif dan mengarah pada dysfunctional behaviour. Oleh karena itu, peumusan hipotesis dari uraian di atas ialah sebagai berikut:

H2e: Neuroticism memperkuat hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

3. Pengaruh Komitmen Organisasional pada Hubungan Stres Kerja dan Perilaku Disfungsional Audit

Komitmen organisasional adalah keadaan psikologis individu yang berhubungan dengan keyakinan, kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi, kemauan yang kuat untuk bekerja demi organisasi, serta keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi (Akhsan & Utaminingsih, 2014). Pada umumnya, orang yang memiliki rasa komitmen tinggi terhadap organisasi akan melakukan yang terbaik untuk kemajuan organisasinya melalui kinerjanya yang lebih baik daripada orang lain, sehingga seseorang yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi akan memiliki kinerja yang


(49)

tinggi (Febrina, 2012) tanpa melakukan tindakan yang menyimpang (Setyaningrum & Murtini, 2014).

Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa komitmen organisasional memberikan pengaruh negatif terhadap perilaku disfungsional audit (Aisyah dkk., 2014; Basudewa & Merkusiwati, 2015; Nelaz, 2014; Paino dkk., 2011; Srimindarti & Widati, 2015). Sementara itu, Mindarti & Puspitasari (2014) menemukan bahwa komitmen organisasional dapat memoderasi hubungan antara turnover intentions dan kinerja auditor terhadap perilaku disfungsional.

Seorang auditor menunjukkan komitmen yang dimilikinya dengan kerja yang gigih walaupun di bawah tekanan sekalipun (Aisyah dkk., 2014). Meskipun auditor mengalami stres kerja, dengan komitmen organisasional yang tinggi, hal tersebut akan mendorong auditor tersebut untuk menghindari perilaku disfungsional audit. Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Komitmen organisasional memperlemah hubungan positif stres kerja

dengan perilaku disfungsional audit.

C. Model Penelitian

Berikut ini merupakan kerangka penelitian yang menggambarkan hubungan antara variabel stres kerja pada perilaku disfungsional audit dengan sifat kepribadian (openness to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neuroticism) serta komitmen organisasional sebagai variabel pemoderasi.


(50)

GAMBAR 3. 1. Model Penelitian


(51)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek/ Subyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah. Sementara itu, subyek pada penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah yang terdaftar dalam Direktori KAP yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), baik auditor pada level junior, senior, manajer, dan atau partner. Berdasarkan sumber data yang diperoleh, diketahui jumlah KAP di wilayah DIY dan Jawa Tengah (Surakarta dan Semarang) yang terdaftar di Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia tahun 2015 yaitu berjumlah 32 KAP. Adapun data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut.

TABEL 3. 1.

Daftar Nama Kantor Akuntan Publik

No. Nama KAP Alamat

1 KAP Drs. Bismar, Muntalib &

Yunus (Cabang) Jl. Soka No.24 Baciro Yogyakarta 2

KAP Doli, Bambang, Sulistiyanto, Dadang & Ali (Cabang)

Jl. Kusumanegara Muja Muju

Pojok Pertigaan Balai Kota – Umbulharjo Yogyakarta

3 KAP Drs. Hadiono Jl. Kusbini No.27 Yogyakarta 4 KAP Hadori Sugiarto Adi &

Rekan (Cabang) Jl. Prof. Dr. Sarjito No.9 Yogyakarta 5 KAP Drs. Henry & Sugeng Jl. Gajah Mada No.22 Yogyakart 6 KAP Drs. Inaresjz Kemalawarta Jl. Ringin Putih No.7 Prenggan, Kota

Gede Yogyakarta

7 KAP Indarto Waluyo Jl. Ring Road Timur No.33 Wonocatur, Bantul Yogyakarta 8 KAP Kumalahadi, Kuncara,

Sugeng Pamudji Dan Rekan

Jl. Kranji No.90 Serang Baru, Mudal Sariharjo, Ngaglik Sleman Yogyakarta


(52)

No. Nama KAP Alamat (Pusat)

9 KAP Moh. Mahsun, Ak., M.Si., CPA

Jl. Prof. Dr. Soepomo Gg. Lucida No.02 Janturan, Umbulharjo Yogyakarta 10 KAP Drs. Soeroso

Donosapoetro, Mm

Jl. Beo No.49 Demangan Baru Yogyakarta

11 KAP Dra. Suhartati & Rekan (Cabang)

Perumahan Nogotirto I No.11 Nogotirto Gamping, Sleman Yogyakarta

12 KAP Drs. Hanung Triatmoko, Ak

Jl. Ki Mangunsarkoro No.55 Surakarta

13 KAP Dr. Payamta, CPA Jl. Ir. Sutami No.25 Surakarta 14 KAP Rachmad Wahyudi Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo No.3 A

Surakarta

15 KAP Wartono Dan Rekan Jl. Ahmad Yani No.335 Manahan Solo 16 KAP Achmad, Rasyid,

Hisbullah & Jerry (Cabang) Jl. Muara Mas Timur No.242 Semarang 17 KAP Bayudi, Yohana, Suzy,

Arie (Cabang)

Jl. Mangga V No.6, Lamper Kidul Semarang

18 KAP Benny, Tony, Frans & Daniel (Cabang)

Jl. Puri Anjasmoro Blok EE.1/6 Semarang

19 KAP Darsono & Budi Cahyo

Santoso Jl. Mugas Dalam No.65 Semarang 20 KAP Hadori Sugiarto Adi &

Rekan (Cabang Jl. Tegalsari Raya No.53 Semarang 21 KAP Drs. Hananta Budianto &

Rekan (Cabang)

Jl. Sisingamangaraja No.20 – 22 Semarang

22 KAP Heliantono & Rekan

(Cabang) Jl. Tegalsari Barat V No.24 Semarang 23 KAP I. Soetikno Jl. Durian Raya No.20 Kav.3

Banyumanik Semarang 24

KAP Kumalahadi, Kuncara, Sugeng Pamudji dan Rekan (Cabang)

Jl. Bukit Agung Blok AA No.1 Perumahan Pondok Bukit Agung Semarang

25 KAP Leonard, Mulia & Richard (Cabang)

Jl. Marina No.8, Komp. PRPP Semarang

26 KAP Dr. Rahardja, M.Si., CPA Jl. Rawasari No.2, Srondol Semarang 27 KAP Riza, Adi, Syahril &

Rekan (Cabang)

Jl. Taman Durian No.2

Kel. Srondol Wetan, Kec. Banyumanik Semarang

28 KAP Ruchendi, Mardjito &

Rushadi Jl. Beruang Raya No.48 Semarang 29 KAP Sodikin & Harijanto Jl. Pamularsih Raya No.16 Semarang 30 KAP Sukardi Hasan & Rekan

(Cabang)

Jl. Citarum Tengah No.22 Bugangan Semarang

31 KAP Tarmizi Achmad Jl. Dewi Sartika Raya No.7 Perumahan UNDIP Sukorejo Semarang

32 KAP Tri Bowo Yulianti

(Cabang) Jl. MT. Haryono No.548 Semarang Sumber: Direktori IAPI, 2015


(53)

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh dengan pemberian kuesioner kepada auditor yang bekerja di KAP DIY dan Jawa Tengah. Kuesioner yang telah dikembalikan oleh responden kemudian akan diseleksi terlebih dahulu untuk melihat kelengkapan jawaban kuesioner sesuai yang dikehendaki peneliti untuk kepentingan analisis.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yang menentukan sampel dari populasi yang ada dengan menggunakan kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Auditor bekerja pada level junior, senior, manajer atau partner. b. Auditor telah bekerja di KAP minimal satu tahun.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei. Metode survei digunakan untuk memeroleh data dari tempat tertentu yang bukan merupakan buatan (bersifat alamiah), dan dilakukan suatu perlakuan tertentu dalam pengumpulan data (Sugiyono, 2010). Metode survei dalam penelitian ini dilakukan dengan mengirimkan kuesioner kepada auditor yang bekerja di KAP sebagai responden. Setiap


(54)

KAP dikirimkan 15 kuesioner atau sesuai dengan jumlah yang diminta oleh pihak KAP sendiri.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel lain (Sugiyono, 2010). Sekaran & Bougie (2010) berpendapat bahwa variabel dependen merupakan variabel yang menjadi perhatian utama penelitian, di mana pemahaman, penggambaran, serta penjelasan variabilitas atas variabel ini merupakan tujuan utama dari peneliti.

Dalam penelitian ini variabel dependen yang diuji adalah

dysfunctional audit behavior (perilaku disfungsional audit). Perilaku disfungsional audit diartikan sebagai reaksi menyimpang auditor terhadap lingkungan (Rustiarini, 2014). Beberapa perilaku disfungsional audit dapat dikelompokkan menjadi: premature sign-off (penghentian premature atas prosedur audit), under reporting time (pekerjaan dilaporkan tidak sesuai waktu sesungguhnya), dan altering or replacement of audit procedure

(prosedur audit yang dilakukan tidak sesuai dengan apa yang ditetapkan). Variabel perilaku disfungsional audit diukur menggunakan 12 item pernyataan yang diadopsi dari penelitian Donnelly dkk. (2003). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan basis 5 poin skala Likert dengan alternatif jawaban, yaitu: (1) = STS/ Sangat Tidak Setuju, (2) = TS/ Tidak Setuju, (3) = N/ Netral, (4) = S/ Setuju, dan (5) SS/ Sangat


(55)

Setuju. Semua bentuk pernyataan pada variabel ini merupakan pernyataan positif.

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel bebas yang dapat memengaruhi variabel lain (Sugiyono, 2010). Sekaran & Bougie (2010) berpendapat bahwa variabel independen merupakan variabel yang membantu menjelaskan varians dalam variabel terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah stres kerja. Stres kerja (job stress)

diartikan sebagai tekanan yang dirasakan oleh individu sebagai akibat

stressor yang diperoleh dari lingkungan kerja yang selanjutnya dapat memengaruhi sikap, intensi dan perilaku individual (Rahmi, 2015).

Variabel independen stres kerja diukur melalui 4 item pernyataan yang diadopsi dari penelitian Beehr dkk. (1976). Pengukuran pada setiap item menggunakan 5 poin skala Likert dengan alternatif jawaban, yaitu: (1) = STS/ Sangat Tidak Setuju, (2) = TS/ Tidak Setuju, (3) = N/ Netral, (4) = S/ Setuju, dan (5) SS/ Sangat Setuju. Semua bentuk pernyataan pada variabel ini merupakan pernyataan positif.

3. Variabel Moderasi

Variabel pemoderasi adalah variabel yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Sekaran & Bougie (2010). Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah sifat kepribadian dan komitmen organisasional.


(1)

melakukan perilaku disfungsional audit. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Rustiarini (2014) yang menemukan bahwa openness to experience dapat mereduksi hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

Hasil Pengujian Hipotesis 3

TABEL 8 Uji Hipotesis 3

Variabel B t Sig.

Hipo-tesis

Prediksi Arah

Kesimpula n

Constant -36,930 -2,656 0,009

JS 4,751 3,826 0,000

A 2,122 3,038 0,003

JS*A -0,182 -2,858 0,005 H2d Negatif Diterima

R 0,648

R Square 0,420

Adjusted R2 0,400

Hasil pengujian interaksi variabel stres kerja dengan sifat agreeableness pada tabel 8 menunjukkan bahwa kepribadian tersebut terbukti mampu mereduksi hubungan positif variabel stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Hasil tersebut berhasil mendukung hipotesis 3 yang menyatakan bahwa agreeableness dapat memperlemah hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.

Auditor dengan sifat kepribadian agreeableness atau kepribadian “A” cenderung kooperatif dan mau bekerja sama dengan orang lain (Bowling & Eschleman, 2010). Ketika

auditor berkepribadian “A” sedang mengalami stres kerja, ia akan berusaha memerangi tekanan

tersebut dengan membangun team work dan interaksi yang baik untuk sama-sama menyelesaikan pekerjaannya tanpa melakukan perilaku disfungsional.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Farhadi dkk. (2012) yang menyatakan bahwa kepribadian agreeableness dapat meminimalisir perilaku menyimpang di tempat kerja. Namun demikian, penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Rustiarini (2014) yang menyatakan tidak adanya pengaruh agreeableness pada hubungan stres kerja dengan perilaku disfungsional audit.


(2)

Hasil Pengujian Hipotesis 4

TABEL 9 Uji Hipotesis 4

Variabel B t Sig.

Hipo-tesis

Prediksi Arah

Kesimpula n

Constant -5,394 -0,847 0,400

JS 2,204 3,776 0,000

N 0,881 1,709 0,091

JS*N -0,084 -1,828 0,071 H2e Positif Ditolak

R 0,617

R Square 0,381

Adjusted R2 0,360

Berdasarkan hasil pengujian interaksi antara variabel stres kerja dengan perilaku disfungsional audit yang dapat dilihat pada tabel 9, diketahui bahwa komitmen organisasional mampu memberikan pengaruh negatif pada hubungan positif stres kerja dengan perilaku disfungsional audit. Hasil tersebut berhasil mendukung hipotesis 4 yang menyatakan bahwa komitmen organisasional dapat memperlemah hubungan stres kerja dengan DAB.

Auditor yang memiliki rasa komitmen tinggi terhadap organisasi akan berusaha melakukan yang terbaik untuk kemajuan organisasinya. Hal tersebut ia tunjukkan melalui bentuk kinerjanya yang lebih baik daripada orang lain. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi akan memiliki kinerja yang tinggi (Febrina, 2012) tanpa melakukan tindakan yang menyimpang (Setyaningrum & Murtini, 2014) meskipun dalam keadaan tertekan sekalipun.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Aisyah dkk. (2014), Basudewa & Merkusiwati (2015), Nelaz (2014), Paino dkk. (2011), Srimindarti & Widati (2015) dan Mindarti & Puspitasari (2014) yang menemukan bahwa komitmen organisasional dapat mengurangi tindakan menyimpang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa meskipun auditor mengalami stres kerja, dengan komitmen organisasional yang tinggi, hal tersebut akan mendorong auditor untuk menghindari perilaku disfungsional audit.


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa stres kerja memiliki pengaruh positif terhadap dysfunctional audit behavior. Sifat kepribadian auditor yang terbukti dapat mereduksi dysfunctional audit behavior adalah openness to experience dan agreeableness. Variabel moderasi komitmen organisasional juga dapat memperlemah hubungan stres kerja dengan dysfunctional audit behavior. Hasil penelitian ini mengimplikasikan bahwa pemahaman mengenai tipe-tipe kepribadian dan komitmen organisasional yang dimiliki oleh auditor sangat diperlukan oleh pimpinan Kantor Akuntan Publik sehingga dapat mempermudahkannya dalam memberikan penugasan dan perlakuan sesuai dengan kepribadian yang dimiliki auditor. Dengan kesesuaian tipe kepribadian dan penugasan yang diberikan diharapkan dapat meminimalisasi kemungkinan terjadi dysfunctional audit behavior.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, penelitian ini terbatas pada pengukuran sifat kepribadian auditor yang menggunakan teori The Big Five Personality. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menguji sifat kepribadian menggunakan tipe kepribadian lain seperti Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) sehingga hasil penelitian mengenai sifat kepribadian auditor dapat lebih diperkaya. Kedua, terdapat kemungkinan bias pada data penelitian karena penelitian ini menggunakan metode survei kuesioner, di mana data dikumpulkan melalui pimpinan KAP atau kontak person, sehingga peneliti tidak dapat mengontrol pengerjaan kuesioner secara langsung. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk mengombinasikan penelitian primer dengan metode kuesioner dan wawancara sehingga persepsi responden dapat diketahui secara lebih mendalam dan data yang diperoleh dapat lebih representatif.

Ketiga, penelitian ini hanya menggunakan sampel auditor yang bekerja di KAP wilayah DIY dan Jawa Tengah sehingga hasil dan kesimpulan penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk seluruh jenis auditor yang ada di Indonesia. Penelitian selanjutnya diharapkan memperluas subyek penelitian atau cakupan sampel sehingga penelitian dapat memberikan hasil dengan tingkat generalisasi yang lebih tinggi. Perluasan cakupan sampel dapat berupa cakupan wilayah auditor yang lebih luas maupun cakupan jenis auditor, seperti auditor di kantor pemerintah (BPK dan BPKP), auditor pajak dan atau auditor internal perusahaan.


(4)

REFERENSI

Aisyah, R. N., Sukirman, & Suryandari, D. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Disfungsional Audit: Penerimaan Auditor BPK RI Jateng. Accounting Analysis Journal, 3(1), 126–134.

Akhsan, M. F., & Utaminingsih, N. S. (2014). Pengaruh Mediasi Komitmen Organisasi dan turnover Intentions terhadap Determinan Perilaku Premature Sign Off. Accounting Analysis Journal, 3(2), 156–167.

Alpeyev, P., & Amano, T. (2015). Toshiba Executives Resign Over $1.2 Billion Accounting Scandal. Retrieved from http://www.bloomberg.com/news/articles/2015-07-21/toshiba-executives-resign-over-1-2-billion-accounting-scandal

Barrick, M. R., & Mount, M. K. (2005). Yes, Personality Matters: Moving on to More Important Matters. Human Performance, 18(4), 359–372.

Basudewa, D., & Merkusiwati, N. (2015). Pengaruh Locus of Control, Komitmen Organisasi, kinerja Auditor, dan Turnover Intention pada Perilaku Menyimpang dalam Audit. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 13(3), 944–972.

Beehr, T. A., Walsh, J. T., & Taber, T. D. (1976). Relationship of Stress to Individually and Organizationally Valued States: Higher Order Needs as a Moderator. The Journal of Applied Psychology, 61(7), 41–47.

Berry, C. M., Ones, D. S., & Sackett, P. R. (2007). Interpersonal Deviance, Organizational Deviance, and Their Common Correlates: A Review and Meta-Analysis. Journal of Applied Psychology, 92(2), 410–424.

Bowling, N. A., & Eschleman, K. J. (2010). Employee Personality as a Moderator of the Relationships Between Work Stressors and Counterproductive Work Behaviour. Journal of Occupational Health Psychology, 15(1), 91–103.

Chen, J.-C., Silverthorne, C., & Hung, J.-Y. (2006). Organization Communication, Job Stress, Organizational Commitment, and Job Performance of Accounting Professionals in Taiwan and America. Leadership & Organization Development Journal, 27(4), 242–249.

Denissen, J. J. A., & Penke, L. (2008). Motivational Individual Reaction Norms Underlying the Five-Factor Model of Personality: First Steps Towards a Theory-Based Conceptual Framework. Journal of Research in Personality, 42(5), 1285–1302.

Donnelly, D. P., Quirin, J. J., & O’Bryan, D. (2003). Auditor Acceptance of Dysfunctional Audit

Behavior: An Explanatory Model Using Auditors’ Personal Characteristics. Behavioral

Research in Accounting, 15(1), 87–110.


(5)

Conscientiousness as Antecedents of Deviant Behavior in Workplace. Asian Social Science, 8(9), 2–7.

Febrina, H. L. (2012). Analisis Pengaruh Karakteristik Personal Auditor terhadap Penerimaan Auditor atas Dysfunctional Audit Behaviour (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa tengah dan DI Yogyakarta). Universitas Diponegoro.

Fernet, C., Gagne, M., & Austin, S. (2010). When Does Quality of Relationships with Coworkers Predict Burnout Over Time? The Moderating Role of Work Motivation. Journal of Internet Banking and Commerce, 31(1), 1163–1180.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23 (VIII). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Goldberg, L. R., John, O. P., Kaiser, H., Lanning, K., & Peabody, D. (1990). An Alternative Description of Personality: The Big-Five Factor Structure. Journal of Personality and Social Psychologs, 59(6), 1216–1229.

Golparvar, M., Kamkar, M., & Javadian, Z. (2012). Moderating Effects of Job Stress in Emotional Exhaustion and Feeling of Energy Relationships with Positive and Negative Behaviors: Job Stress Multiple Functions Approach. International Journal of Psychological Studies, 4(4), 99–112.

Graziano, W. G., & Tobin, R. M. (2002). Agreeableness: Dimension of Personality or Social Desirability Artifact? Journal of Personality, 70, 696–727.

Hsieh, Y., & Wang, M. (2012). The Moderating Role of Personality in HRM - from the Influence of Job Stress on Job Burnout Perspective. International Management Review, 8(2), 5–19. Ivancevich, J. M., Konopaske, R., & Matteon, M. T. (2007). Perilaku dan Manajemen

Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Jaffar, N., Haron, H., Mohd Iskandar, T., & Salleh, A. (2011). Fraud Risk Assessment and Detection of Fraud: The Moderating Effect of Personality. International Journal of Business and Management, 6(7), 40–51.

Lestari, A. P. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Auditor dalam Penghentian Prematur Prosedur Audit. Universitas Diponegoro.

Lindrianasari, Jogiyanto, Supriyadi, & Miharjo, S. (2012). Kepribadian sebagai Pemoderasi Hubungan antara Persepsi CEO atas Kompensasi yang Diterima pada Keinginan CEO untuk Keluar Perusahaan secara Sukarela. Simposium Nasional Akuntansi XV, 1–30.

McCrae, R. R., & Costa, P. T. (1987). Validation of The Five-Factor Model of Personality Across Instruments and Observers. Journal of Personality and Social Psychology, 52(1), 81–90.


(6)

Mindarti, C. S., & Puspitasari, E. (2014). The Role of Organizational Commitment on Individual Characteristics. International Journal of Business, Economics and Law, 5(1), 132–138. Montgomery, D. C., Blodgett, J. G., & Barnes, J. H. (1996). A Model of Financial Securities

Salespersons’ Job Stress. The Journal of Services Markerting, 10(3), 21–38.

Nelaz, Y. S. (2014). Pengaruh Locus of Control, Keahlian Auditor, Komitmen Organisasi terhadap perilaku Underreporting of Audit Time (Studi Empiris pada KAP Pekanbaru dan Padang). JOM FEKON, 1(2), 1–5.

Paino, H., Thani, A., & Idris, S. I. Z. S. (2012). Organizational and Professional Commitment on Dysfunctional Audit Behaviour. African Journal of Business Management, 6(4), 1434– 1440.

Rahmi, M. (2015). Pengaruh Stres Kerja dan Kinerja Auditor terhadap Perilaku Disfungsional Audit (Locus of Control sebagai Pemoderasi). Skripsi: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2008). Perilaku Organisasi: Organizational Behaviour. Jakarta: Salemba Empat.

Rustiarini, N. W. (2014). Sifat Kepribadian dan Locus of Control Sebagai Pemoderasi Hubungan Stres Kerja dan Prilaku Disfungsional Audit. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 11(1), 1–19.

Setyaningrum, F., & Murtini, H. (2014). Determinan Perilaku Disfungsional Audit (Pada Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta). Accounting Analysis Journal, 3(3), 361–369.

Srimindarti, C., & Widati, L. W. (2015). The Effects of Locus of Control and Organizational Commitment to Acceptance of Dysfunctional Audit Behavior Based on the Theory of Planned Behavior. International Journal of Business, Economics and Law, 7(1), 27–35. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Utami, A. A. (2015). Sifat Kepribadian dan Time Pressure sebagai Pemoderasi Hubungan Stres Kerja dan Perilaku Disfungsional Audit. Universitas Islam Bandung.


Dokumen yang terkait

Analisis kinerja auditor dari perspektif gender pada kantor akuntan publik di Jakarta (studi empiris pada kantor akuntan publik di Jakarta)

3 32 147

Pengaruh profesionalisme akuntan publik dan perilaku disfungsional akuntan publik terhada kualitas audit: (studi kasus pada Kantor Akuntans Publik di Bandung)

0 3 1

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERSONAL AUDITOR TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Semarang)

1 21 188

KEPUASAN KERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DILIHAT DARI KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN KOMITMEN PROFESIONAL DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BANDUNG).

0 3 12

EFEKTIVITAS PEMODERASIAN SIFAT KEPRIBADIAN DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik DIY - Jawa Tengah)

9 49 241

PENGARUH KOMITMEN, MENTORING, DAN KONFLIK ORGANISASIONAL-PROFESIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA AUDITOR (Studi empiris pada Kantor Akuntan Publik di DIY dan Semarang)

0 3 76

INDEPENDENSI, KOMPETENSI, PENGALAMAN KERJA, DAN DUE PROFESSIONAL CARE: PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AUDIT YANG DIMODERASI DENGAN ETIKA PROFESI (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik se-Jawa Tengah dan DIY)

0 0 14

PENGARUH KOMITMEN PROFESIONAL TERHADAP PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT DENGAN VARIABEL INTERVENING KOMITMEN ORGANISASI (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Surakarta dan Yogyakarta)

0 1 103

SIFAT KEPRIBADIAN SEBAGAI PEMODERASI HUBUNGAN STRES KERJA DAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT

0 3 19

SKRIPSI Pengaruh Komitmen Organisasional, Komitmen Profesional, Stres Kerja, Motivasi Kerja, Efektivitas Kinerja, dan Budaya Organisasional Terhadap Kepuasan Kerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Semarang)

0 0 13