Dose Response A. intrusa Terhadap Parakuat, Glifosat, dan Campuran Glifosat + 2,4 - D

Jumlah Cabang Jumlah cabang setiap tanaman dihitung mulai 2 MST dengan interval pengukuran dua minggu sekali. Pengukuran dilakukan dengan menjumlahkan semua cabang tiap tanaman dalam satu polibeg kemudian dirata-ratakan. Jarak Penyebaran Biji Diukur jarak biji pecah dari titik tengah polibeg induk dengan menggunakan meteran. Pengamatan dilakukan setiap hari setelah terbentuk buah, data pengamatan diperoleh dengan mengukur jarak biji dari induk dan dikelompokkan berapa banyak biji pecah tersebar pada plastik putih dengan jarak 0 - 20 cm, 21 – 40 cm, 41 – 60 cm, 61 - 80 cm, 81 – 100 cm, 101 -120 cm, 121 – 140 cm, 141 – 160 cm, 161 – 180 cm, 181 – 200 cm, 201 – 220 cm. Biji yang telah diamati dikumpul pada setiap pengamatan. II. Dose Response A. intrusa Terhadap Parakuat, Glifosat, dan Campuran Glifosat + 2,4 - D Persiapan Bahan Tanaman Biji A. intrusa diambil dari lokasi perkebunan Adolina PTPN IV, dipanen yang sudah matang fisiologis dimana buahnya berwarna coklat dan telah diseleksi biji-biji yang fertile yakni yang berwarna coklat kehitam-hitaman. Persiapan Lahan Lahan penelitian seluas 9,5 m x 4 m terlebih dahulu dibersihkan dari vegetasi tumbuhan dan sampah-sampah. Kemudian diratakan, tidak perlu diolah, karena A. intrusa ditanam di polibeg, dibuat parit keliling 50 cm supaya tidak tergenang air. Universitas Sumatera Utara Persiapan Media Tanam Polibeg ukuran diameter 35 cm dan tinggi 40 cm diisi dengan media tanam top soil yang sudah dicampur secara merata dan dibersihkan dari akar-akar tumbuhan. Kemudian polibeg diletakkan dengan jarak antar ulangan 1 m dan jarak barisan dalam ulangan 0,5 m. Penanaman A. intrusa yang telah disimpan satu minggu setelah panen kemudian ditanam sebanyak limabelas biji per polibeg yaitu dengan cara membenamkan ke dalam tanah sedalam satu cm. Penjarangan Penjarangan dilakukan satu minggu setelah tanam, dimana A. intrusa ditinggalkan sepuluh per polibeg. Gulma yang dibuang adalah tanaman yang pertumbuhannya kurang baik. Penyiraman Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari dengan menggunakan gembor dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Penyiraman di polibeg dilakukan hingga tanah jenuh air dan air tidak boleh tergenang di polibeg. Penyiangan Gulma selain A. intrusa yang tumbuh di dalam polibeg disiangi secara manual dengan mencabut menggunakan tangan. Universitas Sumatera Utara Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian serangan hama serangga pada A. intrusa disemprot dengan insektisida profenofos Curacron 25 EC dengan konsentrasi 2 . Pengendalian dilakukan pada saat tanaman berumur dua minggu setelah tanam MST. Pengaplikasian Herbisida Sebelum aplikasi herbisida dilakukan terlebih dahulu kalibrasi alat semprot untuk menentukan volume semprot. Dari kalibrasi yang dilakukan diperoleh volume semprot 566 Lha. A. intrusa diaplikasi pada stadia pertumbuhan awal generatif 8 MST yaitu sudah ada diantaranya yang sudah membentuk bunga serta buah muda sudah terbentuk. Pengaplikasian herbisida disesuaikan dengan perlakuan. Pada saat aplikasi herbisida di polibeg, dibuat pembatasnya dengan polibeg lain agar herbisida yang diaplikasikan tidak terkena tanaman pada polibeg lainnya akibat terkena angin. Pengamatan Parameter Mortalitas A. intrusa dikatakan mati apabila sudah tidak ada lagi bagian yang hidup, yang masih dapat melakukan aktivitas metabolisme, artinya keseluruhan jaringan mati. Pengamatan dilakukan setiap minggu setelah aplikasi herbisida sampai empat kali empat minggu setelah aplikasi MSA. Persen mortalitas = jumlah gulma yang mati x 100 jumlah gulma yang disemprot Universitas Sumatera Utara Tinggi Gulma Tinggi A. intrusa diukur mulai dari permukaan tanah sampai titik tumbuhnya. Sebelum aplikasi herbisida dilakukan pengukuran tinggi gulma awal kemudian pengukuran tinggi dilakukan mulai 1 minggu setelah aplikasi MSA hingga 4 MSA dengan interval pengukuran satu minggu sekali. Pengukuran dilakukan dengan menjumlahkan semua tinggi gulma yang masih hidup dalam satu polibeg kemudian dirata-ratakan. Jumlah Cabang Sebelum aplikasi herbisida dilakukan pengukuran jumlah cabang tanaman tiap polibeg. Jumlah cabang dihitung mulai 1 MSA hingga 4 MSA dengan interval pengukuran satu minggu sekali. Pengukuran dilakukan dengan menjumlahkan semua cabang tanaman yang masih hidup dalam satu polibeg kemudian dirata- ratakan. Jumlah Buah Jumlah buah dihitung secara total dari populasi A. intrusa yang masih hidup pada setiap perlakuan. Buah A. intrusa yang di panen adalah yang sudah matang fisiologis yakni berwarna coklat. Pengambilan buah dilakukan setiap hari dan diakumulasikan setiap minggunya, sehingga didapat data setiap minggu setelah aplikasi herbisida. Bobot Kering Bobot kering A. intrusa yang diukur adalah yang masih bertahan hidup setelah aplikasi. Cara pengambilannya adalah dengan memotong pada bagian pangkal batang, kemudian dimasukkan ke dalam amplop dan dikeringkan ke Universitas Sumatera Utara dalam oven dengan suhu 70 C sampai beratnya konstan lalu ditimbang. Bobot kering diukur pada 4 MSA. Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil I. Jarak Pergerakan Biji A. intrusa dari Induk Tinggi Gulma Banyak jumlah tanaman A. intrusa dalam polibeg pada percobaan ini berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi gulma 2 – 12 MST. Rataan tinggi gulma dari 2 MST hingga 12 MST dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan tinggi gulma dari 2 MST hingga 12 MST Jumlah tanaman per polibeg Tinggi Gulma 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST Satu 1.03 3.68 9.23 14.00 17.10 18.93 Sepuluh 0.88 3.43 7.32 10.80 13.21 14.82 Dua puluh 1.01 2.93 6.45 9.52 13.31 15.08 Tabel 1 menunjukkan bahwa tinggi gulma dari 2 MST hingga 12 MST menunjukkan peningkatan yang tidak sesuai dengan perlakuan jumlah biji. Tinggi tanaman yang tertinggi pada polibeg dengan jumlah tanaman satu yaitu 18,93 cm dan terendah pada polibeg dengan jumlah tanaman sepuluh yaitu 14,82. Universitas Sumatera Utara 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 Um ur M ST Ti ng gi G ul m a c m Gambar 1. Histogram hubungan rataan tinggi gulma dengan Minggu Setelah Tanam pada perlakuan satu biji A. intrusa per polibeg. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 Um ur MST T in g g i G u lm a c m Gambar 2. Histogram hubungan rataan tinggi gulma dengan Minggu Setelah Tanam pada perlakuan sepuluh biji A. intrusa per polibeg. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 Um ur MST T in g g i G u lm a c m Gambar 3. Histogram hubungan rataan tinggi gulma dengan Minggu Setelah Tanam pada perlakuan dua puluh biji A. intrusa per polibeg. Universitas Sumatera Utara Jumlah Cabang Banyak jumlah tanaman A. intrusa dalam polibeg pada percobaan ini menunjukkan bahwa perlakuan jumlah biji A. intrusa berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang 2 – 6 MST, tetapi berpengaruh nyata pada jumlah cabang 8 – 12 MST. Rataan jumlah cabang dari 2 MST hingga 12 MST dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan jumlah gulma dari 2 MST hingga 12 MST Jumlah tanaman per polibeg Jumlah cabang 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST Satu 0.99 4.66 10.66 17.66 19.00 Sepuluh 0.99 2.36 2.76 3.06 3.50 Dua puluh 1.28 2.66 2.93 3.03 3.16 Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah cabang dari 2 MST hingga 6 MST menunjukkan peningkatan yang tidak sesuai dengan perlakuan jumlah biji. Tetapi pada 8 – 12 MST menunjukan peningkatan yang teratur yang sesuai dengan perlakuan biji. Dalam media tumbuh yang sama populasi gulma mempengaruhi pertumbuhannya. Universitas Sumatera Utara 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 Um ur MST J u m la h C a b a n g Gambar 4. Histogram hubungan rataan jumlah cabang dengan Minggu Setelah Tanam pada perlakuan satu biji A. intrusa per polibeg. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 Um ur MST J u m la h C a b a n g Gambar 5. Histogram hubungan rataan jumlah cabang dengan Minggu Setelah Tanam pada perlakuan sepuluh biji A. intrusa per polibeg. 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2 4 6 8 10 12 Um ur MST J u m la h C a b a n g Gambar 6. Histogram hubungan rataan jumlah cabang dengan Minggu Setelah Tanam pada perlakuan dua puluh biji A. intrusa per polibeg. Universitas Sumatera Utara Jarak Penyebaran Biji Penelitian jarak penyebaran biji A. intrusa pada plastik transparan dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Gambar biji pecah pada plastik transparan di lihat dari atas. Jarak pergerakan biji yang diukur Polibeg tempat Asystasia ditanam biji Universitas Sumatera Utara Hasil pengamatan biji A. intrusa pecah pada plastik putih dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jarak penyebaran biji A. intrusa dari induk pecah. Jarak Biji Pecah cm Jumlah Tanaman Polybag Satu Sepuluh Dua puluh ---------- --------- 0-20 16.7 19.6 16.5 21-40 11.9 15.3 14.0 41-60 8.7 16.4 11.7 61-80 22.5 21.2 19.8 81-100 14.3 11.2 17.1 101-120 9.5 4.7 6.6 121-140 5.5 2.9 3.5 141-160 3.7 2.9 5.3 161-180 5.0 3.8 3.8 181-200 1.3 1.3 0.7 201-220 0.5 0.2 0.5 Total 100 100 100 Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa biji pecah paling banyak pada jarak 61 cm – 80 cm. Dari Tabel juga dapat dilihat bahwa biji A. intrusa pecah dapat mencapai jarak 2 m lebih. 5 10 15 20 25 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100 101- 120 121- 140 141- 160 161- 180 181- 200 201- 220 Jarak biji dari induk cm b ij i p e c a h Gambar 8. Histogram persentase biji pecah 1 A. intrusa polibeg. Universitas Sumatera Utara 5 10 15 20 25 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100 101- 120 121- 140 141- 160 161- 180 181- 200 201- 220 Jarak biji dari induk cm b ij i p e c a h Gambar 9. Histogram persentase biji pecah 10 A. intrusa polibeg. 5 10 15 20 25 0-20 21-40 41-60 61-80 81-100 101- 120 121- 140 141- 160 161- 180 181- 200 201- 220 Jarak biji dari induk cm b ij i p e c a h Gambar 10. Histogram persentase biji pecah 20 A. intrusa polibeg. Lama penyinaran matahari dan temperatur mempengaruhi dalam pematangan buah dan pecahnya buah. Semakin tinggi temperatur maka biji yang pecah dari buah jaraknya semakin jauh, dan apabila saat biji pecah angin adakencang maka dapat mempengaruhi jarak dari pecahnya biji dari pohon induk. Hubungan penyebaran biji A. intrusa dengan kecepatan angin selama bulan Juli 2009 ditampilkan pada Tabel 4. Universitas Sumatera Utara Tabel 4. Hubungan Penyebaran Biji A. intrusa dengan Kecepatan Angin pada bulan juli 2009 Kecepatan Angin knot Jumlah Biji Berdasarkan Jarak Penyebaran Dari Induk 0-20 cm 21-40 cm 41-60 cm 61-80 cm 81-100 cm 101-120 cm 121-140 cm 141-160 cm 161-180 cm 181-200 cm 201-220 cm ----- ----- 3 74.2 25.8 4 47.1 43.1 9.8 5 19.5 14.9 14.9 22.9 14.1 5.73 3.05 0.76 3.05 1.15 6 19 9.09 12.2 17.1 14.3 10.9 5.19 5.97 5.19 1.04 7 9.52 14.9 4.17 21.4 8.33 10.1 8.33 9.52 6.55 4.17 2.98 Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa persentase jarak penyebaran biji pada kecepatan angin 3,4 dan 6 knot terbesar pada interval jarak 0 – 20 cm dari induk, sedangkan pada kecepatan angin 5 dan 7 knot persentase jarak penyebaran biji terbesar pada interval jarak 61 – 80 cm dari induk. Universitas Sumatera Utara II. Dose Response A. intrusa Terhadap Parakuat, Glifosat, dan Campuran Glifosat + 2,4 - D