45
Tabel 11. Matriks Eksternal Factor Evaluation EFE
Faktor Strategis Eksternal Bobot
A Rating
B Bobot x
Peringkat Peluang :
1. Permintaan bibit domba yang tinggi 0,101
4 0,404
2. Persaingan usaha pembibitan masih sedikit 0,101
4 0,404
3. Tingkat kepercayaan pelanggan yang tinggi 0,101
4 0,404
4. Adanya dukungan masyarakat sekitar 0,089
3 0,267
5. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan 0,051
2 0,102
konsumsi daging gizi 6. Instansi pemerintah maupun swasta banyak
0,089 3
0,267 yang mengajak kerjasama
7. Budaya masyarakat mejelang Idul Adha Ancaman :
0,076 3
0,228
1. Penyebaran penyakit dari induk yang dibeli dari Jawa
0,101 4
0,404 2. Kenaikan biaya transportasi
0,089 3
0,267 3. Dukungan pemerintah kabupaten yang
rendah dalam segi modal dan administrasi 4. Perjanjian kerjasama yang tidak kuat dan
terikat dari pemasok indukan dari Jawa Total
0,101 0,101
1 3
3,5 0,303
0,354 3,40
Keterangan : Skor pembobotan total = 1,00-1,99 rendah, 2-2,99 rata-rata, 3-4 tinggi
3. Analisis Matriks SWOT
Rangkuti 1997 mengatakan bahwa analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strengths dan peluang opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
weakness dan ancaman threats. Keunggulan yang dimiliki model ini adalah kemampuannya dalam memformulasikan strategi berdasarkan gabungan faktor
eksternal dan internal tersebut. Empat strategi utamayang dihasilkan yaitu strategi S- O, W-O, S-T, dan W-T dapat dilihat pada gambar 2.
Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT pada gambar 2, maka alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk mengembangkan usaha pembibitan domba di
peternakan Tawakkal adalah sebagai berikut : Strategi S-O merupakan strategi yang
menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang atau strategi yang memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari
peluang eksternal David, 2009. Strategi yang dapat dilakukan adalah mengadakan
46
kerjasama dalam hal penelitian dan pengembangan peternakan. Hal ini dengan memanfaatkan peluang yang ada yaitu adanya instansi pemerintah baik dinas
maupun perguruan tinggi dan swasta yang mengajak kerjasama baik dari segi bertukar ilmu dalam kunjungan praktikum, pengamatan, dan penelitian yang
dilakukan di peternakan. Hal ini didukung dengan adanya pembagian kerja yang jelas, antar pekerja, pekerja yang terampil, ramah dan mau belajar serta fasilitas di
peternakan yang memadai seperti kantor, jaringan listrik dan mess, mushola dan fasilitas lainya sehingga proses penelitian maupun kerjasama ini bisa dilakukan. Hal
ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana edukasi bagi mereka untuk mengadakan penelitian yang hasilnya dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk mengembangkan
usaha peternakan ini khususnya usaha pembibitan. Menteri Pertanian menerbitkan Surat Keputusan No.315KptsKP.1502000
tanggal 28 Juni 2000 tentang Komisi Bibit Ternak Nasional KBTN yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri Pertanian dalam penetepan
kebijakan sistem perbibitan ternak nasional, pengujian, penilaian dan pelepasan strain dan atau breed baru, sertifikasi bibit ternak, dan pengawasan mutu bibit ternak,
melalui Direktur Jenderal Produksi Ternak. Selama ini, dalam menjalankan tugasnya, KBTN melibatkan perguruan tinggi peternakan. Dengan adanya program
ini diharapkan antara perguruan tinggi, pihak peternak, dan komponen pelaku peternakan mempunyai kesempatan dalam membangun dunia peternakan sesuai
dengan kapasitasnya masing-masing. Semua manajer tentunya menginginkan organisasi mereka berada dalam
posisi dimana kekuatan internal dapat digunakan untuk mengambil keuntungan dari berbagai tren dan kejadian eksternal. Secara umum, organisasi akan menjalankan
strategi WO, ST, atau WT untuk mencapai situasi dimana mereka dapat melaksanakan strategi SO. Jika sebuah perusahaan memiliki kelemahan besar, maka
perusahaan akan berjuang untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan. Tatkala sebuah organisasi dihadapkan pada ancaman yang besar, maka perusahaan
akan berusaha untuk menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang David, 2009.
Strategi W-O
adalah strategi yang memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan. Strategi yang dilakukan adalah meningkatkan kapasitas usaha
47
pembibitan dengan melakukan kerja sama dengan pihak swasta dalam segi penanaman modal. Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari
posisi bersaing perusahaan dan daya tarik keseluruhan investor David, 2009. Usaha pembibitan yang dilakukan sejauh ini menggunakan modal pemilik
peternakan sendiri, sehingga untuk mengembangkan skala usaha pembibitan dalam segi jumlah produksi, lahan, kandang masih sangat sulit. Peternakan Tawakkal belum
melakukan kerjasama dengan pihak swasta apalagi dengan pihak bank terkait modal karena pemilik mengatakan bahwa pinjaman dari bank adalah hutang dan beliau
tidak mau melakukan kerjasama dengan bank. Namun, jika beliau mendapatkan dana hibah dari bank dan tidak harus membayar bunga, beliau bersedia. Kerjasama yang
mungkin dilakukan dengan sistem bagi hasil yang sama-sama menguntungkan untuk kedua belah pihak dimana peternakan bisa mendapatkan modal lebih untuk
memperluas usaha pembibitanya baik dari segi jumlah ternak, lahan dan kandang. Kelemahan lain yang dimiliki usaha pembibitan ini adalah tekonlogi
pembibitan yang tidak digunakan. Teknologi tersebut yaitu inseminasi buatan IB. hal ini dikarenakan pemiliki peternakan telah mencoba menggunakan IB untuk
memperbanyak jumlah induk yang bunting namun hal ini gagal dan malah mengalami kerugian sehingga pemilik pembibitan ini tidak lagi menggunakan
teknologi pembibitan dan lebih percaya dan yakin dengan perkawinan secara alami.
Strategi S-T
adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman. Strategi yang digunakan yaitu pengadaaan kandang karantina untuk domba
yang baru datang dari perjalanan jauh. Duldjaman dan Rahayu 1996 menyebutkan ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit antara lain: 1 memelihara kebersihan baik ternak, pakan, tempat minum, dan peralatannya, 2 tidak mencampur domba yang sakit dengan
yang sehat sehingga tidak terjadi penularan, dan 3 melakukan vaksinasi dan pemberian obat pencegahan penyakit secara teratur. Pengadaan kandang karantina
bisa dilakukan dengan menyekat kandang dan mencegah terjadinya kontak langsung antara domba yang baru datang dari perjalanan dengan domba yang telah ada
sebelumnya karena kandang pembibitan yang dimiliki peternakan baru ada satu bangunan kandang.
48
Strategi W-T adalah strategi yang mengurangi kelemahan dan menghindari
ancaman. Strategi yang dapat digunakan yaitu melakukan sistem kontrak yang jelas dengan pihak pemasok induk agar kapasitas kandang yang tersedia cukup sehingga
penanganan domba bisa maksimal, kualitas tetap terjaga, dan harga yang jelas antara pemasok domba dengan pembeli domba dan kontinuitas ternak. Sistem kontrak ini
dapat berupa jumlah domba yang akan dikirim dan waktu pengiriman yang jelas serta sistem pembayaran yang harus disepakati dan saling menguntungkan satu sama
lain. Strategi lain yang dapat dilakukan adalah melakukan kerjasama dengan
masyarakat dalam pengadaan hijauan. Kerjasama penyediaan hijauan sebagai makanan ternak akan mengurangi biaya transportasi yang dikeluarkan untuk mencari
rumput yang dilakukan selama ini dan tugas dari kepala kandang bisa terbantu dengan adanya pekerja yang berada di kandang. Keuntungan yang dapat diterima
masyarakat dari kerjasama ini adalah masyarakat dapat meningkatkan pendapatannya dengan memasok bahan baku usaha ternak sehingga masyarakat juga merasakan
keuntungan dari keberadaaan usaha ternak dan terjalinanya hubungan yang lebih baik dengan masyarakat.
Pengambilan keputusan atau pemilihan strategi dapat dilihat dari skor pembobotan pada strategi. Strategi yang memiliki nilai pembobotan yang paling
tinggi dapat didahulukan dalam menerapkan strategi di usaha pembibitan ini. Strategi yang dapat diterapkan dalam waktu dekat jangka pendek adalah mengadakan
kerjasama dalam hal penelitian dan pengembangan peternakan. Strategi jangka pendek ini dapat segera diterapkan karena melihat besarnya tingkat kepentingan
kombinasi faktor-faktor tersebut dan memiliki prioritas yang tinggi pada usaha pembibitan ini sehingga bisa dapat diterapkan dalam waktu dekat. Sedangkan strategi
jangka panjang yang dapat diterapkan adalah melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam pengadaaan hijauan.
4 9
INTERNAL
EKSTERNAL
Strengths S
1. Bibit yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik 0,332 2. Induk dan pejantan yang digunakan dipilih yang bagus 0,332
3. Lokasi peternakan yang strategis 0,236 4. Jumlah pekerja yang memadai 0,219
5. Pekerja yang digunakan terampil, ramah
dan mau belajar 0,219
6. Adanya mess, mushola, saung dan fasilitas lainya di peternakan 0,219
7. Adanya pembagian kerja yang jelas 0,256 8. Kandang dan lokasi peternakan yang bersih dan tidak bau
0,332 9. Lokasi peternakan yang aman dari pencurian 0,189
Weakneeses W
1. Sistem recording yang tidak teratur 0,332
2. Keterbatasan modal 0,269 3. Teknologi pembibitan tidak digunakan
0,082 4. Jumlah kandang masih terbatas 0,189
5. Lahan yang masih terbatas 0,219
Opportunies O
1. Permintaan bibit domba yang tinggi 0,404 2. Persaingan usaha pembibitan masih sedikit 0,404
3. Tingkat kepercayaan pelanggan yang tinggi 0,404 4. Adanya dukungan masyarakat sekitar 0,267
5. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan konsumsi daging
gizi 0,102 6. Instansi pemerintah maupun swasta banyak yang mengajak
kerjasama 0,267 7. Budaya masyarakat menjelang Idul Adha 0,228
Strategi S-O
1. Mengadakan kerjasama dalam hal penelitian dan pengembangan peternakan
S4, S5, S6,S7 O6 1,18
Strategi W-O
1. Meningkatkan kapasitas usaha pembibitan dengan melakukan kerja
sama dengan pihak swasta dalam segi penanaman modal W2, W4, W5, O6
0,944
Treaths T
1. Penyebaran penyakit dari induk yang dibeli dari Jawa 0,404
2. Kenaikan biaya transportasi 0,267 3. Dukungan pemerintah kabupaten yang rendah dalam segi
modal dan administrasi 0,303 4. Perjanjian kerjasama yang tidak kuat dan terikat dari
pemasok indukan di Jawa 0,354
Strategi S-T
1. Pengadaaan kandang karantina untuk domba yang baru datang dari perjalanan jauh S6, S7, T1
0,879
Strategi W-T
1. Melakukan sistem kontrak yang jelas dengan pihak pemasok induk W2, W4,
W5, T4 1,031
2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam pengadaan hijauan
W5, T2 0,486
Gambar 3. Matriks SWOT Usaha Pembibitan Domba Tawakkal Farm dengan Skor Pembobotannya
50
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan analisis lingkungan internal, kekuatan yang dimiliki usaha pembibitan ini adalah bibit yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik, induk dan
pejantan yang digunakan dipilih yang bagus, lokasi peternakan yang strategis, jumlah pekerja yang memadai, pekerja yang digunakan terampil, ramah dan mau belajar,
Adanya mess, mushola, saung dan fasilitas lainnya di peternakan, adanya pembagian kerja yang jelas, kandang dan lokasi peternakan yang bersih dan tidak bau,
peternakan yang aman dari pencurian. Kelemahan yang dimiliki meliputi sistem recording yang tidak teratur, keterbatasan modal, teknologi pembibitan tidak
digunakan, jumlah kandang masih terbatas dan lahan yang masih terbatas. Faktor-faktor lingkungan eksternal yang merupakan peluang dalam usaha
pembibitan ini adalah permintaan bibit domba yang tinggi, persaingan usaha pembibitan masih sedikit, tingkat kepercayaan pelanggan yang tinggi, adanya
dukungan masyarakat sekitar, meningkatnya kesadaran masyarakat akan konsumsi daging gizi, instansi pemerintah maupun swasta banyak yang mengajak kerjasama,
budaya masyarakat menjelang idul adha. Adapun ancaman yang dimiliki usaha pembibitan ini adalah penyebaran penyakit dari induk yang dibeli dari Jawa,
kenaikan biaya transprotasi, dukungan pemerintah kabupaten yang rendah dalam segi modal dan administrasi serta perjanjian kerjasama yang tidak kuat dan terikat dari
pemasok dari Jawa Strategi yang dapat diterapkan untuk pengembangan usaha pembibitan domba
di Peternakan Domba Tawakkal berdasarkan matriks SWOT adalah mengadakan kerjasama dalam hal penelitian dan pengembangan peternakan, meningkatkan
kapasitas usaha pembibitan dengan melakukan kerja sama dengan pihak swasta dalam segi penanaman modal, pengadaaan kandang karantina untuk domba yang
baru datang dari perjalanan jauh, melakukan sistem kontrak yang jelas dengan pihak pemasok induk, dan melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam
pengadaan hijauan. Strategi awal yang dapat dilakukan adalah mengadakan kerjasama dalam hal penelitian dan pengembangan peternakan.
51
Saran
Usaha pembibitan domba harus berani melakukan terobosan-terobosan yang bersifat agresif dalam rangka melakukan pengembangan baik itu berupa perluasan
pasar, pengembangan produk seperti usaha aqiqah. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dari pihak perusahaan terhadap kondisi internal dan eksternal perusahaan,
sehingga dalam proses implementasi strategi selanjutnya dapat dilaksanakan dengan lebih tepat dan penelitian mengenai studi kelayakan usaha pembibitan domba
sehingga bisa menjadi masukan bagi peternak lain untuk memulai usaha pembibitan. Penelitian pada aspek produksi usaha pembibitan yang lebih lengkap dan
menyeluruh akan sangat berguna untuk mengetahui kondisi usaha pembibitan domba tersebut.
52
UCAPAN TERIMA KASIH
Sebagai salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu:
1. Papa dan Mama tercinta yang senantiasa memberikan doa, perhatian dan kasih sayang yang tak pernah putus serta abang yang selalu memberikan semangat dalam
melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Ir. Dwi Djoko Setyono, MS dan Dr. Ir. Moh. Yamin, M.Agr.Sc sebagai Dosen
Pembimbing dan pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatiannya yang sangat membantu penulis dalam melakukan
penelitian dan penulisan skripsi ini. 3. Ir. Sri Rahayu, M.Si dan Ir. Kukuh Budi Satoto, MS atas kesediannya menjadi
Dosen Penguji dalam ujian sidang yang telah memberikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi ini.
4. Dr. Ir. Sri Darwati, M.Si selaku Dosen Penguji Wakil Departemen dalam ujian sidang atas segala saran yang telah diberikan.
5. Bapak H. Bunyamin, dan para pakerja seperti mang farid, dan masyarakat di sekitar peternakan yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.
6. Kakak-kakak kelas yang telah memberikan masukan dan arahan dalam melakukan penelitian dan menulis skripsi.
7. Keluarga besar IPTP 45 seperti eka, gya, uda, yoga, siti, menix dan semua teman- teman yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian, memberikan
motivasi dukungan, semangat serta doanya. 8. Semua pihak yang telah membantu dan memperlancar penelitian ini.
53
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statitiska. 2012. Statistika Peternakan, Jakarta. Blakely, J D. H Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Edisi Keempat. Terjemahan : B.
Srigandono. UGM Press, Yogyakarta. David, F. 2009. Strategic Management. Edisi ke-12. Salemba Empat, Jakarta.
Dewan Ketahanan
Pangan Jawa
Barat. 2007.
Rencana Strategi.
http:bkpd.jabarprov.go.idindex.php?mod=manageMenuidMenuKiri=522i dMeu=. [ 2 Maret 2012].
Dinas Peternakan. 1997. Brosur Peternakan Kambing. Dinas Peternakan, Jakarta. Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. 2006. http:disnakan.bogorkab.go.id. [2 Maret
2012]. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. 2012. http:dinak.jabarprov.go.id. [18 April
2012]. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2012. Statistika Peternakan Tahun
2010. Departemen Pertanian Republik Indonesia, Jakarta. Duldjaman, M S. Rahayu. 1996. Budidaya Ternak Domba dalam: Prospek
Pengembangan Usaha Ternak Ayam dan Domba Lokal di Pedesaan. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Einstiana, A. 2006. Studi keragaman fenotipik dan pendugaan jarak genetik antar domba lokal di Indonesia. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor. Gatenby, R. M. 1991. The Tropical Agriculturalist, Sheep. Mac Millan Education
Ltd. London. Hadiningrum V. 2006. Strategi pengembangan usaha ternak domba Tawakkal Dusun
Cimande Hilir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Heryadi, D., A. Anang., R. Setiadi., Ismeth., D. C. Budinuryanto., H. Hasan., Elly A. Ibrahim Hadist, D. Pangesti, U. Darusman. 2002. Standarisasi Mutu Bibit
Domba Garut. Fakultas Peternakan. UNPAD, Bandung. Ikhsan, M. 2009. Strategi pengembangan usaha peternakan domba Agrifarm Desa
Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Irawan, B. 2002. Suplementasi Zn dan Cu organik pada ransum berbasis limbah agroindustri untuk memacu pertumbuhan domba. Tesis. Program Pasca
Sarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Jauch, L. R W. F. Glueck. 1995. Manajeme Strategis dan Kebijaksanaan
Perusahaan. Edisi ketiga. Erlangga, Jakarta. Kusumaningrum, R. 2004. Fungsi produksi usaha penggemukan domba lokal sistem
koloni di Desa Pesawahan, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Skripsi.
54
Program Studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan. Departemen Sosial Ekonomi Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mastika, I., K. Suaryana., I. Oka., I. Sutrisna. 1993. Produksi Kambing dan Domba. Sebelas Maret University Press, Surakarta.
Menteri Pertanian. 2000. Surat Keputusan No. 315KptsKP.15062000 tanggal 28 Juni 2000 tentang Komisi Bibit Ternak Nasional, Jakarta.
Mulyono, S. 2005. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Cetakan ke-7. Penebar Swadaya, Jakarta.
National Research Council. 1985. Nutrient Requirment of Shepp. 6
th
Revised Edition.National Academy Pres, Washington.
Pearce, J. A R. B. Robinson. 1997. Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jilid Satu. Binarupa Aksara, Jakarta.
Pulungan, H., J. E. Van Eys, M. Rangkuti. 1985. Penggunaan Ampas Tahu Sebagai Makanan Tambahan pada Domba Lepas Sapih yang Memperoleh
Rumput Lapangan. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Putong, I. 2003. Teknik Pemanfaatan Analisis SWOT Tanpa Skala Industri A-
SWOT-TSI. Jurnal Ekonomi Bisnis No.2, Jilid 8. Universitas Bina Nusantara, Jakarta.
Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit Gramedia, Jakarta.
Sasongko, T. 2006. Analisis strategi pengembangan usaha peternakan kambing dan domba pada MT Farm, Ciampea, Bogor. Skripsi. Program Studi Manajemen
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Standar Nasional Indonesia. 2009. Bibit Domba Garut. SNI 7532:2009, Jakarta
Sudarmono, A. S. Y. B. Sugeng. 2005. Beternak Domba. Cet-17. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sugeng, Y. B. 2007. Beternak Domba. Penebar Swadaya, Jakarta. Suharno, B. Nazaruddin. 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.
Toelihere, R. 1985. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Angkasa, Bandung. Tomaszewska, M. W., A. Djajanegara, S. Gardiner, T.R Wiradarya, I. M.
Mastika.1993. Small Ruminant Production in the Humid Tropics. Sebelas Maret University, Surakarta, Indonesia.
Umar, H. 2003. Strategic Management in Action. Cetakan Ketiga. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wicaksono, D. 2002. Kajian pengembangan usaha ternak domba di Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg. Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi
Peternakan. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Williamson G. W. J. A. Payne., 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Terjemahan oleh: IGN Djiwa Darmadja. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
55
Winarso, A. P. 2000. Analisis pemasaran ternak domba di Kabupaten Bogor. Studi Kasus di Peternakan Desa Sadeng Kecamatan Leuwiliang. Skripsi. Jurusan
Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Yamin, M. 2001. Budidaya penggemukan ternak domba. Makalah pelatihan. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
56
LAMPIRAN
57
Lampiran 1. Data Kuantitatif Beberapa Bibit Anakan dan Indukan di Peternakan Domba Tawakkal
No. Umur Jenis
domba Jenis
kelamin Lingkar
dada cm Panjang
badan cm
Tinggi badan
cm 1.
1 minggu Garut
Betina 37
32 37
2. 1 minggu
Garut Betina
36 30
31 3.
1 minggu Garut
Betina 34
31 35
4. 10 hari
Garut Betina
37 34
40 5.
10 hari Garut
Jantan 37
37 39
6. 2 bulan
Ekor tipis Betina
57 43
49 7.
2 bulan Ekor tipis
Betina 58
44 47
8. 3 bulan
Garut Jantan
72 58
55 9.
3 bulan Garut
Betina 66
59 51
10. 4 bulan Garut
Betina 74
64 62
11. 4 bulan Garut
Jantan 92
61 67
12. 5 bulan Garut
Jantan 90
60 67
13. 7 bulan Garut
Jantan 94
66 72
14. 12 bulan Garut
Betina 59
60 64
15. 12-18 bulan Garut
Betina 61
61 70
16. 12-18 bulan Garut
Betina 65
54 67
17. 18 bulan Garut
Betina 105
73 67
18. 18 bulan Garut
Betina 63
69 66
19. 18 bulan-2 Garut
Jantan 102
83 110
tahun
Keterangan : Data primer
58
Lampiran 2. Matriks Eksternal Factor Evaluation EFE
Faktor Strategis Eksternal Bobot
A Rating
B Bobot x
Peringkat Peluang :
1. Permintaan bibit domba yang tinggi 4
4 16
2. Persaingan usaha pembibitan masih sedikit 4
4 16
3. Tingkat kepercayaan pelanggan yang tinggi 4
4 16
4. Adanya dukungan masyarakat sekitar 3,5
3 10,5
5. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan 2
2 4
konsumsi daging gizi 6. Instansi pemerintah maupun swasta banyak
3,5 3
10,5 yang mengajak kerjasama
7. Budaya masyarakat mejelang Idul Adha 3
3 9
Ancaman : 1. Penyebaran penyakit dari induk yang dibeli
dari Jawa 4
4 16
2. Kenaikan biaya transportasi 3,5
3 10,5
3. Dukungan pemerintah kabupaten yang rendah dalam segi modal dan administrasi
4. Perjanjian kerjasama yang tidak kuat dan terikat dari pemasok indukan dari Jawa
Total 4
4 39,5
3 12
3,5 14
59
Lampiran 3. Matriks Internal Factor Evaluation IFE
Faktor internal Bobot
A Peringkat
B Bobot x
Peringkat Kekuatan :
1. Bibit yang
dihasilkan memiliki
kualitas yang baik 2. Induk dan pejantan yang digunakan
dipilih yang bagus 4
4 16
4 4
16 3. Lokasi peternakan yang strategis
3 3,75
11,25 4. Jumlah pekerja yang memadai
5. Pekerja yang digunakan terampil, ramah, dan mau belajar
6. Adanya mess, mushola, saung dan fasilitas lainya di peternakan
7. Adanya pembagian kerja yang jelas 8. Kandang dan lokasi peternakan yang
bersih dan tidak bau 9. Lokasi peternakan yang aman dari
pencurian
Kelemahan :
3,5 3,5
3 3,5
4 3
3 3
3,75 3,5
4 3
10,5 10,5
11,25 12,25
16 9
1. Sistem recording yang tidak teratur 4
4 16
2. Keterbatasan modal 4
3,25 13
3. Teknologi pembibitan
tidak digunakan
2 2
4 4. Jumlah kandang masih terbatas
5. Lahan yang masih terbatas 3
3 3.5
3 9
10.5 Total
48
60 Lampiran 3. Kata Kunci Pertanyaan Terbuka dalam Indentifikasi Internal di Usaha Pembibitan oleh Kepala Kandang
Faktor- faktor internal Kekuatan
Kelemahan Alasan
1. Karakteristik bibit
2. Lokasi peternakan
3. Fasilitas kandang
4. pembibitan
Jumlah pekerja 5.
Pengalaman pekerja 6.
Pembagian kerja 7.
Teknologi pembibitan 8.
Strategi pemasaran 9.
……………………. 10.
…………………….
Keterangan : Kuisioner merupakan pertanyaan dalam bentuk terbuka dengan kata kunci yang telah disediakan diatas namun disesuaikan dengan kondisi dilapangan
61 Lampiran 4. Kata Kunci Pertanyaan Terbuka dalam Indentifikasi Faktor Eksternal di Usaha Pembibitan oleh Kepala Kandang
Faktor- faktor eksternal Peluang
Ancaman Alasan
1. Permintaan bibit domba 2. Penerimaan masyarakat
terhadap usaha
pembibitan domba 3. Tingkat persaingan antar
peternak 4. Budaya masyarakat
5. Tingkat kepercayaan pelanggan
6. Dukungan pemerintah terhadap pengembangan
usahaternak 7. Kesadaran masyarakat
akan gizi 8. Penyebaran penyakit
9. ………………………
10. ……………………..
Keterangan : Kuisioner merupakan pertanyaan dalam bentuk terbuka dengan kata kunci yang telah disediakan diatas namun disesuaikan dengan kondisi dilapangan
62 Lampiran 5. Rekapan Pembobotan dan Peringkat pada Faktor Internal
Bobot Peringkat
Bobot Bobot
Rata- Peringkat
Peringkat rata-rata
Faktor internal total
rata A
Total B
Kekuatan 1
2 3
4 1
2 3
4 1. Bibit yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik
4 4
4 4
16 4
4 4
4 4
16 4
2. Induk dan pejantan yang digunakan dipilih yang bagus 4
4 4
4 16
4 4
4 4
4 16
4 3. Lokasi peternakan yang strategis
4 3
3 2
12 3
4 4
4 3
15 3,75
4. Jumlah pekerja yang memadai 4
3 4
3 14
3,5 3
3 3
3 12
3 5. Pekerja yang digunakan terampil, ramah dan mau belajar
4 4
3 3
14 3,5
3 3
3 3
12 3
6. 7.
Adanya mess, mushola, saung dan fasilitas lainnya di peternakan
Adanya pembagian kerja yang jelas 3
4 3
3 4
4 2
3 12
14 3
3,5 4
3 4
4 4
4 3
3 15
14 3,75
3,5 8.
9. Kandang dan lokasi peternakan yang bersih dan tidak
bau Lokasi peternakan yang aman dari pencurian
4 4
4 3
4 3
4 2
16 12
4 3
4 3
4 3
4 3
4 3
16 12
4 3
Kelemahan 1. Sistem recording yang tidak teratur
4 4
4 4
16 4
4 4
4 4
16 4
2. Keterbatasan modal 4
4 4
4 16
4 4
3 3
3 13
3,25 3. Teknologi pembibitan tidak digunakan
2 2
2 2
8 2
2 2
2 2
8 2
4. Jumlah kandang yang terbatas 4
3 3
2 12
3 4
3 3
2 12
3 5. Lahan yang masih terbatas
4 4
3 3
14 3,5
4 3
3 2
12 3
Keterangan : 1. Pemilik Peternakan, 2. Kepala Kandang, 3.Pekerja, 4.Masyarakat
63 Lampiran 6. Rekapan Pembobotan dan Peringkat pada Faktor Eksternal
Faktor Eksternal Bobot
Bobot total
Bobot Rata-
rata A
Peringkat Peringkat
Total Peringkat
rata-rata B
Peluang
1 2
3 4
1 2
3 4
1. Permintaan bibit domba yang tinggi 4
4 4
4 16
4 4
4 4
4 16
4 2. Persaingan usaha pembibitan masih sedikit
4 4
4 4
16 4
4 4
4 4
16 4
3. Tingkat kepercayaan pelanggan yang tinggi 4
4 4
4 16
4 4
4 4
4 16
4 4. Adanya dukungan masyarakat sekitar
4 3
4 3
14 3,5
3 3
3 3
12 3
5. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan konsumsi 2
2 2
2 8
2 2
2 2
2 8
2 daging gizi
6. Instansi pemerintah maupun swasta banyak yang 3
4 3
4 14
3,5 4
3 3
2 12
3 mengajak kerjasama
7. Budaya masyarakat mejelang Idul Adha 3
3 3
3 12
3 3
3 3
3 12
3
Ancaman 1. Penyebaran penyakit dari induk yang dibeli dari Jawa
4 4
4 4
16 4
4 4
4 4
16 4
2. Kenaikan biaya transportasi 4
3 4
3 14
3,5 3
3 4
2 12
3 3. Dukungan pemerintah kabupaten yang rendah dalam 4
4 4
4 16
4 3
3 3
3 12
3 segi modal dan administrasi
4. Perjanjian kerjasama yang tidak kuat dan terikat dari 4 4
4 4
16 4
4 4
3 3
14 3,5
pemasok indukan dari Jawa
Keterangan : 1. Pemilik Peternakan, 2. Kepala Kandang, 3.Pekerja, 4.Masyarakat
RINGKASAN Andina Avika Hasdi. D14080083. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Pembibitan
Domba Studi Kasus pada Peternakan Tawakkal, Desa Cimande, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor.
Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing utama : Ir. Dwi Joko Setyono, MS
Pembimbing anggota : Dr. Ir. Moh. Yamin, M.Agr.Sc Salah satu subsektor peternakan yang berpeluang untuk dikembangkan adalah
peternakan domba. Seiring dengan meningkatnya jumlah populasi manusia maka akan meningkatkan kebutuhan daging sebagai sumber pangan. Cara untuk mengatasi hal
tersebut yaitu dengan melakukan pembibitan. Salah satu peternakan yang telah memulai usaha pembibitan adalah peternakan domba Tawakkal. Usaha ini masih
tergolong baru sehingga memerlukan strategi pengembangan usaha pembibitan agar lebih berkembang dan bertahan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha pembibitan domba di Peternakan
Domba Tawakkal dan menyusun strategi yang tepat untuk mengembangan usaha pembibitan domba di Peternakan Domba Tawakkal.
Penelitian dilaksanakan di Peternakan Domba Tawakkal yang terletak di Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor dengan menggunakan metode
studi kasus. Data yang digunakan adalah data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara, dan menggunakan kuisioner serta data sekunder yang diperoleh
dari literatur perpustakaan, buku, jurnal, skripsi maupun data lainnya. Metode pengolahan data yang digunakan adalah dengan menggunakan Analisis Deskriptif,
Matriks IFE dan EFE, dan Matriks SWOT.
Perkawinan dilakukan secara alami tanpa menggunakan inseminasi buatan. Domba yang tidak birahi tidak bisa dipaksakan kawin sehingga lamanya pejantan
dikandang kawin yaitu 2x siklus birahi atau sekitar 35 hari. Pembibitan yang dilakukan adalah sekitar 60 hari sesudah induk beranak, induk tersebut akan
dikawinkan kembali sehingga dalam 2 tahun, domba akan beranak 3 kali. Berdasarkan analisis faktor-faktor internal dan eksternal di usaha pembibitan domba Tawakkal,
Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan terbesar pada usaha pembibitan ini adalah bibit yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik, menggunakan induk dan
pejantan yang bagus, kandang dan lokasi peternakan yang bersih dan tidak bau. Skor pembobotan untuk masing-masing faktor sama yaitu 0,332. Kelemahan terbesar yang
dimiliki usaha pembibitan ini adalah sistem recording yang tidak teratur skor pembobotan 0,332. Faktor eksternal yang menjadi ancaman terbesar pada usaha
pembibitan domba ini adalah penyebaran penyakit dari induk yang dibeli dari Jawa skor pembobotan 0,404. Peluang terbesar yang dimiliki usaha pembibitan ini adalah
permintaan bibit domba yang tinggi, persaingan usaha pembibitan masih sedikit, dan tingkat kepercayaan pelanggan yang tinggi. Skor pembobotan untuk masing-masing
faktor adalah 0,404.
Strategi yang dapat diterapkan untuk pengembangan usaha pembibitan domba Tawakkal adalah 1 mengadakan kerjasama dalam hal penelitian dan pengembangan
peternakan, 2 meningkatkan kapasitas usaha pembibitan dengan melakukan kerja sama dengan pihak swasta dalam segi penanaman modal, 3 pengadaaan kandang
i
ii
karantina untuk domba yang baru datang dari perjalanan jauh, 4 melakukan sistem kontrak yang jelas dengan pihak pemasok induk, dan 5 melakukan kerjasama dengan
masyarakat dalam pengadaan hijauan. Strategi yang dapat diterapkan dalam waktu dekat jangka pendek adalah mengadakan kerjasama dalam hal penelitian dan
pengembangan peternakan. Sehingga usaha pembibitan domba memiliki potensial untuk dikembangkan dengan strategi dan manajement yang benar dan tepat.
Kata-kata kunci : Strategi, pembibitan, SWOT
iii
ABSTRACT Development Strategy of Breeding Sheep Farming Case Study at Tawakkal
Farm, Cimande Village, Caringin Subdistrict, Bogor District
Hasdi, A. A, D. J. Setyono, M. Yamin Sheep breeding becomes a key factor in the development to increase sheep population.
Nowadays, the sheep breeding is still rarely developed because it is considered as a less profitable and more complicated business, therefore, it is very important to make
sheep breeding business development strategy. The research was aimed to identify and analyze internal and external environments factors that influence the development
of breeding sheep in Tawakkal Sheep Farm to formulate appropriate of sheep breeding business. This research was conducted at Tawakkal sheep farm to identify internal and
external factors of the business and by using SWOT analysis. The results showed that sheep mating program was done naturally without the use of artificial insemination.
Breeding program was applied 3 times pregnancy in 2 years, consisting 3 periods of 8 month 5 month of pregnancy, 2 months of lactation and 1 month of mating. Based on
the SWOT analysis, the results showed that there were five steps which can be applied for developing sheep breeding in Tawakkal Farm. Firstly, collaboration for research
and development of farm. Secondly, increase the breeding capacity by developing the private business relation in terms of capital investment. Thirdly, devolepment a
quarantine cage for new arrival sheep. Forthly, clear contract system with the supplier. Lastly, collaboration with public people in supplying animal feed. In conclusion,
sheep breeding business could be potential to develop with the right management system and strategy.
Keywords: strategy, breeding, SWOT
1
PENDAHULUAN Latar Belakang
Peternakan merupakan sektor yang berpeluang untuk dikembangkan sebagai sebuah usaha. Salah satu subsektor peternakan yang berpeluang untuk dikembangkan
adalah peternakan domba. Usaha peternakan domba termasuk salah satu jenis usaha yang harus mendapat perhatian untuk dikembangkan. Populasi domba di Indonesia
tahun 2011 adalah 11.372.000 ekor Direktorat Jenderal Peternakan, 2012. Jumlah populasi manusia Indonesia tahun 2010 adalah 237.641.326 jiwa Badan Pusat
Statistik Republik Indonesia, 2012. Seiring dengan meningkatnya jumlah populasi manusia maka akan meningkatkan kebutuhan daging sebagai sumber pangan yang
salah satunya berasal dari daging domba. Peternakan domba di Indonesia saat ini belum berkembang dengan baik dan masih dikembangkan dengan skala kecil yaitu
peternakan rakyat padahal domba memiliki kelebihan mudah dalam beradaptasi dengan lingkungan dan lebih mudah dalam pemeliharaan.
Populasi domba terbesar berada di wilayah Jawa Barat yang mana pada tahun 2011 berjumlah 6.768.735 ekor yang hampir 50 dari jumlah populasi nasional.
Kabupaten Bogor merupakan wilayah yang memiliki jumlah domba yang cukup banyak. Populasi ternak domba tahun 2010 di kabupaten Bogor adalah 280.798 ekor
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2012. Salah satu peternakan yang telah melakukan usaha ternak domba adalah peternakan Tawakkal yang berada di Desa
Cimande, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Usaha Peternakan yang dilakukan pada awalnya bergerak dibidang penggemukan domba. Usaha penggemukan domba
ini dirintis sejak tahun 1993. Usaha penggemukan pun berkembang dan mengalami peningkatan permintaan domba. Permintaan domba yang semakin bertambah,
mengakibatkan peternakan Tawakkal kesulitan untuk mendapatkan bakalan untuk digemukkan sehingga pemilik peternakan berkeinginan untuk dapat menyediakan
bakalan sendiri yang berkualitas maka peternakan ini memulai untuk melakukan usaha pembibitan domba. Peternakan Domba Tawakkal pun melakukan pembibitan
domba pada tahun 2010. Pembibitan domba adalah salah satu usaha untuk memperbanyak produksi
domba yang bertujuan untuk menghasilkan keturunan sehingga jumlah ternaknya bertambah banyak serta mutunya pun meningkat Sugeng, 2007. Usaha pembibitan
2
domba ini dilakukan untuk dapat terus menyediakan ternak domba yang berkualitas, namun masih sedikit peternak yang mau mencoba dan memulai untuk pembibitan
domba karena dinilai rumit dan sulit untuk dilakukan. Keberhasilan usaha pembibitan ternak domba tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan induk atau
pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik. Pembibitan domba yang dilakukan di peternakan Tawakkal masih tergolong
baru sehingga perlu dilakukan suatu strategi khusus. Salah satu kendala berkembangnya usaha pembibitan ini adalah keterbatasan modal serta jumlah
kandang yang digunakan. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan Rangkuti, 1997, yang merupakan rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang
menghubungkan keunggulan perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui
pelaksanaan yang tepat oleh organisasi Jauch dan Glueck, 1995. Usaha pembibitan domba di peternakan Tawakkal membutuhkan strategi yang tepat untuk
mengembangkan usaha pembibitannya sehingga perlu dilakukan penyusunan strategi pengembangan usaha pembibitan domba di peternakan Tawakkal.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk : 1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan
eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha pembibitan domba di Peternakan Domba Tawakkal.
2. Penyusunan strategi yang tepat untuk mengembangan usaha pembibitan domba di Peternakan Domba Tawakkal.
3
TINJAUAN PUSTAKA Domba
Menurut Tomaszewska et al. 1993 domba berasal dari Asia, yang terdiri atas 40 varietas. Domba-domba tersebut menyebar hampir di setiap negara. Ternak
domba merupakan hasil domestikasi domba Argali Ovis ammon, domba Urial Ovis vignei yang berasal dari Asia Tengah dan domba Moufflon Ovis muimon yang
berasal dari Asia kecil dan Eropa. Semua domba mempunyai karakteristik yang sama sehingga diklasifikasikan sebagai kingdom Animalia, phylum Chordata atau hewan
bertulang belakang, class Mammalia atau hewan menyusui, ordo Artiodactyla atau hewan berkuku genap, family Bovidae atau hewan memamah biak, genus Ovis,
spesies Ovis aries. Jenis domba lokal antara lain domba garut dan domba ekor tipis. Menurut
Merkens dan Soemirat 1926 yang dicatat oleh Heriyadi 2002, bahwa asal usul domba Priangan adalah merupakan perkawinan silang segi tiga, antara domba lokal
dengan domba Merino dan kemudian dengan domba Kaapstad dari Afrika. Menurut Heryadi 2002 domba PrianganGarut memiliki ciri-ciri morfologi yang meliputi:
1. Kepala pendek, lebar dan dalam serta profilnya cembung. 2.Ekornya berbentuk segitiga terbalik dengan timbunan lemak pada pangkal ekor dan mengecil pada
bagian bawah. 3. Telinga rumpung sampai ngadaun hiris 4 – 8 cm 4. Domba
Priangan yang jantan bertanduk besar, kokoh dan melingkar sedangkan domba betina tidak bertanduk, kalaupun bertanduk ukurannya kecil. 5. Domba jantan memiliki
bobot badan rata-rata 57,74 kg dan yang betina adalah 36,89 kg. 6. Warna bulu pada domba Priangan adalah masih berkombinasi ada yang hitam, coklat dan putih.
Domba PrianganGarut mencapai pubertas pada umur 7 – 10 bulan dengan
bobot badan rata-rata untuk jantan 16,8 – 24,0 kg dan betina 14,5 kg. Bobot badan
pada waktu pubertas berkisar antara 38 – 60 dari bobot badan dewasa. Jarak
kelahiran domba PrianganGarut adalah 240 hari 8 bulan atau dalam dua tahun dapat melahirkan tiga kali. Hal ini disebabkan karena pada umumnya kegiatan
reproduksi domba-domba di Indonesia berlangsung sepanjang tahun Toelihere, 1985.
Einstiana 2006 menyatakan bahwa jenis domba ekor tipis memiliki tubuh yang kecil, sehingga disebut domba kacang atau biasa dikenal sebagai domba Jawa.
4
Ekor relatif kecil dan tipis, bulu badan berwarna putih, kadang-kadang berwarna lain, belang-belang hitam di sekitar mata, hidung atau bagian tubuh lain. Domba betina
umumnya tidak memiliki tanduk, sedangkan pada jantan memiliki tanduk kecil dan melingkar. Gatenby 1991 menyatakan bahwa domba ekor tipis jawa memiliki berat
sekitar 20 kg, tatepi terdapat variasi. Domba yang hidup di dataran tinggi memiliki berat badan rata-rata sebesar 27 kg, sedangkan dataran rendah sebesar 16 kg. Domba
ekor tipis Jawa termasuk domba prolifik, dan secara umum mampu menghasilkan dua sampai tiga anak dalam satu kelahiran.
Williamson dan Payne 1993 menyatakan bahwa domba lokal di daerah tropik dapat kawin sepanjang tahun. Namun, hal ini memberikan dampak pada
persentase beranak cenderung rendah. Dewasa kelamin yang dicapai domba di daerah tropik akan lebih lambat dibandingkan domba di daerah dingin. Perkawinan
yang baik biasanya dilakukan setelah 12 – 34 jam mengalami birahi yang merupakan
puncak birahi pada betina. Biasanya tingkat keberhasilannya 90 untuk menghasilkan betina bunting dengan lama bunting 5 bulan. Data teknis reproduksi
ternak domba pada Tabel 1. Tabel 1. Data Teknis Reproduksi Ternak Domba
Parameter Jantan
Betina Masak kelamin
6-8 bulan 6-8 bulan
Kawin pertama 12bulan
12-15 bulan Siklus birahi
- Setiap 17 hari sekali
Lama birahi -
30-40 jam Lama bunting
- 5-6 bulan 144-152 hari
Afkir 6-8 tahun
5 tahun
Sumber : Sudarmono dan Sugeng 2005
Suharno dan Nazarudin 1994 mengatakan bahwa pakan domba dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu hijauan sebagai makanan utama dan
konsentrat sebagai makanan tambahan. Jumlah pemberian konsentrat untuk induk bunting tua adalah 0,5 kgekorhari dimulai pada 1,5 bulan menjelang kelahiran.
Jumlah pemberian konsentrat untuk induk yang sedang menyusui disesuaikan dengan
5
jumlah anak yang disusuinya, induk yang memiliki 1 ekor anak, cukup diberi konsentrat 0,9 kgekorhari, induk yang beranak 2 ekor atau lebih diberi konsentrat
sebanyak 1,4 kgekorhari dan pejantan yang sedang dipergunakan sebagai pemacek perlu diberi konsentrat sebanyak 0,5-1,0 kgekorhari. Hadiningrum 2006 dalam
penelitiannya menyatakan faktor nutrisi menjadi sangat penting artinya dalam usaha menghasilkan daging yang berkualitas baik. Pakan yang bermutu tinggi, murah dan
tersedia sepanjang tahun merupakan criteria yang digunakan dalam pemilihan jenis pakan. Jenis pakan yang digunakan pada usaha domba Tawakkal adalah hijauan
berupa rumput lapang dan ampas tahu. Pengadaan rumput lapang dilakukan setiap hari dengan jumlah konsumsi per ekor per hari sekitar 2,25 kg. Rumput lapang yang
digunakan adalah rumput lapang yang tidak terlalu muda dan terlalu tua.
Usaha Ternak Domba
Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian. Pemeliharaan ternak dianggap sebagai bagian dari pekerjaan bertani. Kondisi ini tercermin dari intregrasi
yang dilakukan oleh petani peternak dengan menggabungkan usaha pertanian dengan pemeliharaan ternak Suharno dan Nazaruddin, 1994. Usaha ternak domba sudah
lama dikembangkan di Indonesia namun pemeliharaannya masih bersifat tradisional artinya usaha tersebit hanya memenuhi kebutuhan sendiri dan bersifat sambilan
Sugeng, 2007. Beternak domba merupakan salah satu yang dapat diandalkan untuk meningkatkan kehidupan peternak karena keunggulannya. Ternak domba di
Indonesia kebanyakan diusahakan oleh petani ternak di daerah pedesaan. Domba yang diusahakan umumnya dalam jumlah kecil, 3-5 ekor per keluarga, dipelihara
secara tradisonal dan merupakan bagian dari usahatani sehingga tingkat pendapatan yang diperolehpun kecil Sugeng dan Sudarmono, 2005. Domba merupakan salah
satu jenis ternak potong kecil yang memberikan beberapa keuntungan, seperti : a mudah beradaptasi dengan lingkungan, b cepat berkembang biak, c memiliki sifat
hidup berkelompok, d modal yang dibutuhkan kecil Sugeng, 2007. Potensi ekonomi lainnya yang dimiliki ternak domba diantaranya modal
usaha cepat berputar karena pemasaran yang mudah, proses perkembangbiakanya dapat diatur, dan ternak domba suka bergerombol sehingga dalam hal tenaga kerja
yang melakukan sistem penggembalaan akan lebih efisien Mulyono, 2005. Pasar ternak domba masih terbuka belum jenuh. Selera konsumen untuk menikmati
6
daging domba dalam bentuk sate atau gulai cukup besar. Dikatakan perkembangan kota-kota besar dan ilmu pengetahuan serta perbaikan pendapatan mendorong
masyarakat untuk memenuhi gizi, khususnya protein hewani termasuk daging domba. Hasil penelitian Winarso 2000, mengenai analisis pemasaran ternak domba
di Kabupaten Bogor mengungkapkan bahwa harga domba yang dipasarkan tidak dipengaruhi oleh kualitas domba karena domba yang dipasarkan pada umumnya
adalah untuk ternak potong kecuali konsumen membeli domba untuk keperluan tertentu, misalnya pembibitan atau acara keluarga. Kusumaningrum 2004 dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa bangsa domba yang dipelihara peternak biasanya adalah domba garut dan domba lokal. Domba tersebut dikelompokkan berdasarkan
tujuan pemeliharaan, yaitu untuk pembibitan, pembesaran dan penggemukkan.
Usaha Pembibitan Domba
Usaha ternak domba sudah lama dikembangkan di Indonesia, salah satu jenis usaha ternak domba adalah usaha pembibitan. Pembibitan merupakan salah satu
usaha untuk menghasilkan bibit. Keberhasilan dalam usaha ternak domba sangat ditentukan oleh bibit domba yang digunakan dalam usahaternak domba. Menurut
Blakely, J dan D. H. Bade 1991 mengemukakan cara seleksi seekor domba bervariasi, tergantung pada tujuan pemanfaatan domba itu. Seleksi dilakukan dengan
menggunakan berbagai teknik yang dapat dibagi menjadi seleksi berdasarkan penilaian judging individual, seleksi berdasarkan silsilah, seleksi berdasarkan
penampilans atau performans, serta seleksi berdasarkan pengujian atau test produksi. Mulyono 2005 menyatakan bahwa syarat calon induk yaitu ukuran badan besar,
tetapi tidak terlalu gemuk, bentuk tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, bulu bersih dan mengkilap. Keempat kakinya lurus
dan terlihat kokoh serta tumit tinggi, tidak ada cacatdi bagian tubuhnya, bentuk dan ukuran alat kelamin normal, umur lebih dari 1 tahun, jumlah gigi dipilih yang
lengkap dan berdasarkan buku catatan, domba yang dipilih yang lahir kembar atau kelahiran tunggal yang berasal dari induk muda dan mempunyai pertumbuhan yang
baik. Syarat calon pejantan yang baik adalah ukuran badan normal, tubuh panjang,
dan besar, bentuk perut normal, dada dalam dan lebar, kakinya kokoh, lurus, kuat dan terlihat tonjolan tulang yang besar pada kaki serta mata tidak rabun atau buta.
7
Pertumbuhanya relative cepat, gerakanya lincah dan terlihat ganas, alat kelaminya normal dan simetris serta sering terlihat ereksi, tidak pernah mengalami penyakit
yang serius, umurnya antara 15 bulan hingga 5 tahun dan calon pejantan berasal dari kelahiran kembar dan berasal dari induk dengan jumlah anak lahir lebih dari dua.
Bila berasal dari kelahiran tunggal, pilih pejantan yang berasal dari induk dengan jumlah anak satu Mulyono, 2005. Pemilihan bibit harus memperhatikan usia ternak
yang masih muda dan tidak pernah terserang penyakit yang membahayakan Duldjaman dan Rahayu, 1996. Menurut Dinas Peternakan 1997, bibit ternak yang
baik juga harus berbulu bersih dan mengkilat serta mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan.
Usaha Penggemukan Domba
Penggemukan domba adalah pemeliharaan domba yang bertujuan untuk menghasilkan jumlah dan kualitas daging yang baik sebagai mana dikehendaki
konsumen Sugeng, 2007. Hasil penelitian Hadiningrum 2006 mengatakan bahwa bakalan yang digemukkan adalah domba ekor tipis dan domba garut. Pertambahan
bobot badan domba Tawakkal selama periode penggemukan dapat mencapai 9-10 kg per ekor atau sekitar 110 gram ekor per hari. Cara penggemukan di usaha ternak
domba Tawakkal menggunakan sistem dry lot fattening. Sugeng 2007 mengatakan bahwa dry lot fattening merupakan salah satu
cara penggemukan dimana domba-dombayang digemukkan tinggal di dalam kandang terus-menerus. Domba-domba tersebut tidak digembalakan karena semua
kebutuhan pakan telah terpenuhi dan disediakan dalam kandang oleh kepala kandang. Keuntungan sistem ini adalah domba cepat menjadi gemuk karena banyak
mendapat unsure protein, karbohidrat, dan lemak. Usaha penggemukan domba ekor tipis akhir-akhir ini cukup diminati oleh masyarakat sebagai usaha ternak komersial
karena usaha ini dinilai lebih ekonomis, relative lebih cepat, rendah modal serta lebih praktis Yamin, 2001.
Strategi Pengembangan Usaha
Strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan perusahaan dengan tantangan lingkungan, dan
dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi Jauch dan Glueck, 1995. Menurut Rangkuti
8
1997, strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Strategi menjelaskan bagaimana perusahaan akan mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan
berdasarkan misi yang telah ditentukan sebelumnya. Ada beberapa strategi pengembangan penting yang perlu mendapat perhatian. Termasuk didalamnya tujuan
yang jelas dari pemeliharaan, pengembangan kesempatan berproduksi yang berkelanjutan, penelitian berkelanjutan dan pengabsahan hasil-hasil penelitian
Mastika et al., 1993. Rangkuti 1997 mengatakan bahwa suatu perusahaan dapat mengembangkan
strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan strategis.
Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat
mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Rangkuti 1997 menyatakan bahwa pada perinsipnya strategi dapat
dikelompokkan bersadarkan tiga tipe strategi yaitu, strategi manajemen, strategi investasi dan strategi bisnis. Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat
dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akuisisi,
strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya. Strategi investasi adalah kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya, apakah
perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu
divisi baru atau strategi divestasi, dan sebagainya. Strategi bisnis ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi
produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.
Analisis Lingkungan Internal
Lingkungan internal merupakan lingkungan organisasi yang berada di dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung dan khusus pada
perusahaan. Pearce dan Robinson 1997 mengungkapkan bahwa lingkungan internal meliputi faktor- faktor internal perusahaan yang teridentifikasi sebagai kekuatan
strengths atau kelemahan weaknesses yang digunakan untuk mengembangkan
9
serangkaian langkah strategik bagi perusahaan. Tujuan analisis lingkungan internal adalah untuk dapat menilai kekuatan dan kelemahan dalam mencapai tujuan
perusahaan. Identifikasi faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan adalah dalam upaya untuk memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. David 2009
membagi bidang fungsional bisnis menjadi beberapa variabel dalam analisis lingkungan internal, yaitu :
1. Manajemen Manajemen merupakan suatu tingkatan sastem pengaturan organisasi yang
mencakup sistem produksi, distribusi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan keuangan. Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas besar yaitu perencanaan
planing, pengorganisasian organizing, pelaksanaan actuating, pengarahan leading, serta pengontrolan controling.
2. Pemasaran Pemasaran dapat diuraikan sebagai proses menetapkan, menciptaka, dan
memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk. Ada tujuh fungsi dasar pemasaran yaitu a. analisis pelanggan, b. menjual produk, c. merencanakan
produk dan jasa, d. menetapkan harga, e. distribusi, f. riset pemasaran, dan g. analisis peluang.
3. Keuangan Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing
perusahaan dan daya tarik bagi investor. Menetapkan kekuatan dan kelemahan keuangan amat penting utnuk merumuskan strategi secara efektif.
4. Produksi dan Operasi Fungsi produksi terdiri dari aktivitas mengubah masukan input menjadi
barang atau jasa output. Manajemen produksi dan operasi menangani masukan, pengubahan, dan keluaran yang bervariasi antar industri dan pasar..
5. Penelitian dan Pengembangan Istilah penelitian dan pengembangan digunakan untuk menggambarkan
beragam kegiatan. Dalam beberapa institusi, para ilmuwan melakukan penelitian dan pengembangan dasar di laboratorium dan berkonsentrasi pada masalah teoritis,
10
sementara di perusahaan para ahli melakukan pengembangan prodik dengan berkonsentrasi pada peningkatan kualitas produk.
6. Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia merupakan aset utama bagi perusahaan. Strategi yang
terbaik sekalipun tidak akan menjadi berarti apabila sumber daya manusianya tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk menjalankan tugas-tugas tersebut.
Kualitas SDM sangat berpengaruh terhadap kinerja, kepuasan karyawan, maupun keberlangsungan hidup perusahaan.
7. Sistem Informasi Manajemen Sistem infomasi manajemen bertujuan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan dengan cara meningkatkan kulitas keputusan manajerial. Sistem informasi manajemen yang efektif berusaha mengumpulkan, memebri kode,
menyimpan, mensintesa emudian baru menyjikan informasi yang bernama database. Dengan adanya database perusahaan dapat melaksanakan kegiatan operasional dan
menyusun strategi secara akurat.
Analisis Lingkungan Eksternal
David 2009 menjelaskan bahwa analisis terhadap lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi suatu
perusahaan sehingga manajemen perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat merumuskan suatu strategi. Analisis lingkungan eksternal menekankan pada evaluasi
terhadap peristiwa di luar kendali sebuah perusahaan. Tujuan dari analisis lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan daftar terbatas peluang yang
dapat dimanfaatkan perusahaan dan ancaman yang dihindari. Lingkungan eksternal perusahaan merupakan lingkungan yang terdiri dari faktor-faktor yang dapat menjadi
peluang opportunities dan ancaman threats yang berada di luar pengawasan dan kontrol pihak manajemen perusahaan Pearce dan Robinson, 1997. Pearce dan
Robinson 1997 membagi lingkungan eksternal menjadi tiga sub kategori faktor yang saling berkaitan yakni faktor-faktor dalam lingkungan jauh remote, faktor-
faktor dalam lingkungan industri, dan faktor-faktor dalam lingkungan operasional. Faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Lingkungan Jauh
11
Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor- faktor yang pada dasarnya di luar dan terlepas dari perusahaan. Menurut Pearce dan Robinson 1997, lingkungan
jauh adalah faktor- faktor yang bersumber dari luar, dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan tertentu. Faktor- faktor tersebut meliputi
faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi PEST. Faktor politik adalah peraturan-peraturan, undang-undang dan kebijaksanaan
pemerintah baik pada tingkat nasional, propinsi maupun daerah yang menentukan beroperasinya suatu perusaha an. Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah
menjadi faktor penting bagi para pengusaha untuk berusaha. Oleh karena itu, faktor- faktor politik, pemerintah, dan hukum dapat mencerminkan peluang atau ancaman
kunci untuk organisasi kecil dan besar David, 2009. Faktor ekonomi berkaitan dengans sifat dan arah sistem ekonomi tempat
suatu perusahaan beroperasi Pearce dan Robinson, 1997. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor ekonomi adalah siklus bisnis,
ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas dan tenaga kerja Umar, 2003.
Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup orang-orang di lingkungan ekstern perusahaan.
Faktor-faktor tersebut biasanya dikembangkan dari kondisi kultural, ekologis, demografis, religius, pendidikan dan etnis.
Faktor teknologi perlu diperhatikan untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi karena dapat mempengaruhi industri. Adaptasi teknologi yang
kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurna produk yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran.
2. Lingkungan Industri Struktur industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan aturan
persaingan dan strategi yang secara potensial tersedia bagi perusahaan. Analisis struktur industri merupakan penunjang fundamental untuk menentukan posisi relatif
perusahaan yang kemudian dapat digunakan untuk merumuskan strategi keunggulan bersaing. Lingkungan industri terdiri dari hambatan masuk, kekuatan pemasok,
kekuatan pembeli, ketersediaan substitusi dan persaingan antar perusahaan.
12
3. Lingkungan Operasional Strategi dan tujuan perusahaan dipengaruhi oleh daya tarik industri dimana
mereka memilih untuk menjalankan bisnis dan posisi daya saingnya dalam industri tersebut. Lingkungan operasional terdiri dari pesaing, pelanggan, kreditor, tenaga
kerja, dan pemasok.
Analisis SWOT
Rangkuti 1997 mengatakan bahwa analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strengths dan peluang opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
weakness dan ancaman threats. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan.
SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis
SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang opportunities dan ancaman threats dengan faktor internal kekuatan strengths dan kelemahan weakness.
Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matrix SWOT. Matrix ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrix ini dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternatif strategis. 1 Strategi S-O, strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang sebesar-besarnya; 2 Strategi W-O, strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan
yang ada; 3 Strategi S-T, strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman; dan 4 Strategi W-T, strategi yang didasarkan
pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Analisis ini dilakukan untuk melihat kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman dalam merencanakan pengembangan usaha pembibitan domba di
Peternakan Tawakkal Farm. Beberapa faktor yang dianalisis adalah internal yang meliputi kekuatan strengths dan kelemahan weakness, serta faktor eksternal yaitu
13
peluang opportunities dan ancaman threats. Dengan analisis SWOT dapat diidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan suatu strategi
pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang tapi secara bersamaan juga bisa meminimalkan kelemahan dan
ancaman. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun matriks SWOT adalah
sebagai berikut : 1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan
2. Menentukan faktor-faktor ancaman eksternal perusahaan 3. Menentukan faktor-faktor kekuatan internal perusahaan
4. Menetukan faktor-faktor kelemahan internal perusahaan 5. Menyesuaikan kekuatan
internal dengan peluang eksternal untuk
mendapatkan strategi S-O 6. Menyesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk
mendapatkan strategi W-O 7. Menyesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk
8. mendapatkan strategi S-T
Menyesuaikan kelemahan internal
dengan ancaman
eksternal untuk
mendapatkan strategi W-T Pada dasarnya analisis SWOT haruslah membandingkan kondisi sama yang
dihadapi oleh pesaingnya berdasarkan kriteria subjektif ataupun objektif skala industri, sebab dengan membandingkan maka perusahaan yang berkepentingan
dapat menentukan rencana strategis untuk menghadapi persaingan tersebut. Akan tetapi bila perusahaan yang dimaksud hingga pada saat dilakukan kajian situasi
ternyata tidak memiliki data tentang pesaing atau pesaingnya belum terpetakan baik dalam skala industri kumpulan perusahaan yang menghasilkan barang sama
maupun gari inteligen perusahaan, sedangkan perusahaan mendesak sekali untuk mempersiapkan rencana usaha strategis terutama dari segi pemasaran dan
manajemen organisasi, maka dengan menggunakan analisis SWOT yang dimodifikasi sedemikian hingga menjadikan ia dapat digunakan oleh perusahaan
tanpa harus mengetahui skala industri atau data inteligen mengenai pesaingnya Putong, 2003.
14
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan di Peternakan Domba Tawakkal yang terletak di Jl. Raya Sukabumi Dusun Cimande Hilir No. 32 Kecamatan Caringin
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Oktober-November 2011.
Materi
Materi yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara, dan menggunakan kuisioner.
Data sekunder adalah data pelengkap dari data primer yang diperoleh dari literatur perpustakaan, buku, jurnal, skripsi maupun data lainnya. Peralatan yang digunakan
adalah pulpen, pita ukur, kertas kuisioner, dan kamera.
Prosedur
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah tahap pertama pengumpulan data. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara menggunakan kuisioner. Responden terdiri dari pemilik usaha peternakan domba
Tawakkal, kepala kandang, pekerja, dan masyarakat yang berada di peternakan Tawakkal Farm yang berjumlah empat orang untuk pengisian bobot dan rating faktor
internal dan eksternal. Faktor-faktor yang diamati pada usaha pembibitan domba terdiri dari faktor internal dan eksternal.
Faktor internal meliputi karakteristik bibit, lokasi peternakan, jumlah pekerja, keterampilan pekerja, dan faktor internal lainnya yang ditemukan saat penelitian.
Faktor eksternal meliputi permintaan bibit domba, penerimaan masyarakat terhadap usaha pembibitan domba, penyebaran penyakit, dukungan pemerintah, tingkat
kepercayaan konsumen, persaingan, dan faktor eksternal lainnya. Data sekunder adalah data pelengkap dari data primer yang diperoleh dari
literatur perpustakaan, buku, jurnal, skripsi maupun data lainnya. Faktor-faktor tersebut selanjutnya disusun dan dibuat kuisioner untuk melihat apakah faktor
tersebut masuk ke dalam kekuatan atau kelemahan untuk faktor internal sedangkan faktor eksternal apakah termasuk ke dalam peluang atau ancaman. Setiap faktor
15
diberi bobot dan rating. Tahap kedua yaitu tahap analisis. Tahap analisis ini menggunakan model matriks SWOT. Tahap ketiga yaitu tahap penyusunan strategi
pengembangan yang dapat diterapkan di Peternakan Domba Tawakkal.
Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode studi kasus. Tujuan studi kasus ini adalah memperoleh gambaran yang luas dan lengkap serta mengetahui keadaaan
atau kondisi di lokasi penelitian yaitu usaha pembibitan domba di Peternakan Domba Tawakkal.
Rancangan dan Analisis Data
Data primer berasal dari kuisioner dan wawancara kepada pemilik peternakan, pekerja dan masyarakat yang berjumlah empat orang untuk
mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal pada usaha pembibitan di Peternakan Domba Tawakkal. Putong 2003 menyatakan bahwa setiap faktor diberi
bobot mulai dari skala 4 sangat penting, 3 penting, 2 kurang penting dan 1 tidak penting. Setiap faktor diberi peringkat atau rating mulai dari skala 4 sangat
tinggi, 3 tinggi, 2 sedang, dan 1 rendah. Fakor-faktor yang telah didapatkan yang diperolah dari hasil kuisioner dan wawancara kepada narasumber kemudian
dikelompokkan menjadi faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Bobot pada tabel IFE
Internal Factor Evaluation dan EFE External Factor Evaluation untuk setiap faktornya merupakan hasil dari bobot tiap faktor dibagi dengan jumlah total bobot
setiap tabel IFE dan EFE sedangkan rating pada tabel IFE dan EFE untuk setiap faktor dengan meratakan-ratakan rating yang diperoleh jumlah rating yang
didapatkan Tabel 2 dan Tabel 3. Skor pembobotan diperoleh dengan cara mengalikan bobot dengan rating sehingga diperoleh hasil kombinasi antara beberapa
situasi pada matriks SWOT yang terdiri atas empat kuadran Rangkuti, 1997, seperti yang ditunjukkan Gambar 1.
16
Tabel 2. Matriks Internal Factor Evaluation IFE
Faktor internal Bobot
A Peringkat
B Bobot x
Peringkat Kekuatan :
Kelemahan :
Total Tabel 3. Matriks Eksternal Factor Evaluation EFE
Faktor Strategis Eksternal Bobot
A Rating
B Bobot x
Peringkat Peluang :
Ancaman :
Total
Analisis Matriks Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threaths SWOT
Matriks SWOT merupakan salah satu tahap dalam teknik perumusan strategi. Hasil yang diperoleh dari matriks SWOT adalah berupa alternatif strategi yang layak
dipakai dalam strategi usaha. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu S-O Strengths-Opportunities, strategi W-O Weaknesses-
Opportunities, strategi W-T Weaknesses-Threaths, dan strategi S-T Strengths- Threaths Rangkuti, 1997.
17
Internal eksternal
Strengths S
kelemahan internal
Weaknesses W
kekuatan internal
Opportunies O
Peluang eksternal
Strategi SO
Ciptakan strategi
uang menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi WO
Ciptakan strategi
yang meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Treaths T
Ancaman eksternal
Strategi ST
Ciptakan strategi
yang menggunakan
kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi WT
Ciptakan strategi
yang meminimalkan kelemahan
dan menghindari ancaman Gambar 1. Matriks Analisis SWOT
Rangkuti, 1997
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi Usaha Kondisi Umum Usaha Pembibitan Domba Tawakkal
Peternakan domba Tawakkal terletak di Jl. Raya Sukabumi Dusun Cimande Hilir No.32 Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Usaha ternak yang berjarak
sekitar 2 m dari pemukiman penduduk menempati lahan 5100 m
2
yangberbatasan langsung dengan Dusun Lemah Duhur di sebelah Barat, Desa Ciderum di sebelah
Timur serta Desa Caringin di sebelah Utara dan Selatan. Di sekitar lokasi peternakan terdapat pepohonan yang rindang dan ditanami dengan tanaman pertanian seperti
singkong, kacang panjang, kol. Keadaaan fisik jalan masih jalan tanah setapak dan harus menempuh jarak 150 m untuk mencapai jalan aspal. Keadaan topografi daerah
cukup datar, dengan ketinggian 400-700 m diatas permukaan laut. Temperatur lingkungan berkisar antara 28°C 17-30°C dengan kelembaban udara 70-80 dan
curah hujan antara 3000-3400 mm per tahun.
Status Usaha Pembibitan Domba
Usaha pembibitan domba Tawakkal didirikan oleh H. Bunyamin pada tahun 2010. Usaha pembibitan domba Tawakkal adalah salah satu bentuk usaha home
industry. Usaha ini merupakan milik pribadi H. Bunyamin yang memiliki 4 orang pekerja yang terdiri dari 1 kepala kandang dan 3 orang pekerja. Peternakan Tawakkal
memiliki 1 kandang pembibitan.
Kandang
Kandang yang digunakan berbentuk panggung. Posisi kandang membentang dari utara ke selatan dan dinding kandang menghadap timur dan barat sehingga sinar
matahari pagi dapat masuk ke kandang. Sinar matahari penting bagi domba serta menjaga agar kandang tidak lembab. Atap kandang terbuat dari asbes, karena
harganya relatif lebih murah serta melindungi domba dari panas dan hujan dan menajaga kehangatan kandang di waktu malam. Dinding kandang setinggi 200 cm
terbuat dari bilah-bilah bambu di bagian atas dan papan kayu setinggi 100 cm pada dinding bagian bawah.
Luas kandang pembibitan adalah 30 m x 7 m. Bangunan kandang mampu menampung ±300 ekor, yang terdiri dari 10 kandang kawin dengan ukuran panjang 3
19
m, lebar 1,5 m, 40 kandang yang meliputi kandang melahirkan, kandang induk, kandang anak lepas sapih yang berukuran panjang 1,2 m dan lebar 1,5 m dan 3
kandang yang berukuran panjang 219 cm, lebar 177 cm yang digunakan untuk kandang lepas sapih dan induk. Luas kandang pejantan yaitu panjang 127 cm, lebar
112 cm, tinggi 115 cm. Tempat pakan pejantan memiliki panjang 93 cm, lebar 52 cm, tinggi 37 cm. Kandang pejantan dibuat individu sedangkan kandang betina
merupakan kandang koloni. Lantai kandang terbuat dari bambu dengan jarak 1,5 cm sehingga kotoran dan air kencing mudah jatuh ke tempat penampungan. Kandang
panggung mempunyai ketinggian antara satu sampai satu setengah meter dari tanah. Kolong kandang tidak disemen dan kotoran yang jatuh ke bawah kandang.
Pakan
Pakan merupakan faktor penting yang mutlak dipenuhi peternak. Pakan yang bermutu tinggi, murah dan tersedia sepanjang tahun merupakan kriteria yang
digunakan usaha ternak dalam pemilihan jenis pakan. Jenis pakan yang diberikan pada ternak terdiri dari rumput lapang, premix, vitamin, mineral, dan ampas tahu.
Tenaga Kerja
Usaha pembibitan domba hanya di pegang oleh 4 orang yaitu 1 kepala kandang dan 3 orang pekerja. Kriteria khusus dalam memilih pekerja pada usaha
pembibitan tidak ada asalkan tekun, bertenaga, dan mau bekerja keras dapat menjadi pekerja. Kepala kandang dipilih berdasarkan keterampilan lebih yang dimilikinya
seperti mampu mencukur bulu, menggunting kuku domba, memandikan dan keterampilan lainnya karena kepala kandang selalu berada di kandang dari pagi
sampai sore sedangkan 3 orang pekerja lainnya mencari rumput dan membantu tugas kepala kandang. Tenaga kerja berasal dari daerah di sekitar peternakan. Umur
pekerja yang digunakan pada usaha pembibitan domba ini berkisar antara 25 tahun –
45 tahun.
Pencegahan dan Perawatan Kesehatan Ternak
Perawatan kesehatan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari usaha. Jenis perawatan yang dilakukan antara lain memandikan, mencukur bulu, dan
memotong kuku. Pencukuran bulu domba dilakukan agar bulu domba tersebut dapat tumbuh yang baru dan bagus. Pencukuran bulu domba ini biasanya dilakukan saat
20
domba datang dari perjalanan jauh. Pencukuran domba bisanya diikuti dengan pemotongan kuku. Domba dimandikan ± 1 minggu sekali.
Jenis obat-obatan yang digunakan pada usaha pembibitan domba ini hampir sama dengan obat yang digunakan pada usaha penggemukan. Obat yang digunakan
seperti obat mencret, obat cacing, obat untuk sakit mata, mata merah, penambah nafsu makan, obat luka atau borok.
Bibit
Bangsa domba yang digunakan dalam usaha pembibitan adalah domba ekor tipis dan domba garut. Jumlah populasi di kandang pembibitan ini adalah 356 ekor
yang terdiri dari 150 induk dan 206 anak sedangkan terdapat 10 pejantan yang digunakan namun ditempatkan di kandang yang berbeda.
Sistem Perkawinan Domba
Domba betina yang akan dikawinkan dipilih yang memiliki postur tubuh yang baik, tinggi, panjang, sehat dan berumur 1 tahun-1,5 tahun. Pejantan yang digunakan
untuk perkawinan dipilih yang sehat, postur tubuh proporsional dan berumur 1,5 tahun. Perkawinan dilakukan secara alami tanpa menggunakan inseminasi buatan.
Pembibitan ini tidak melakukan persilangan antara domba ekor tipis dan garut. Domba betina dimasukkan ke kandang kawin secara bertahap, lima ekor domba
betina dimasukkan dan kemudian ditambah terus dengan melihat kemampuan dari pejantan. Domba mau menerima pejantan atau bisa dikawinkan hanya pada saat-saat
birahi. Domba yang tidak birahi tidak bisa dipaksakan kawin sehingga lamanya pejantan dikandang kawin yaitu 2x siklus birahi atau sekitar 35 hari.
Domba yang sedang birahi biasanya menunjukkan tanda-tanda selalu mengembik-embik, selalu berusaha mendekati atau mencari domba jantan, kalau
dinaiki domba jantan tak akan mengelak, tetapi justru diam saja dan vulva bengkak, merah, hangat, dan kadang-kadang berlendir. Lama birahi ternak domba berlangsung
1-2 hari dan peristiwa ini akan terulang kembali setiap 15-20 hari sekali atau rata-rata 17 hari. Sesudah terjadi kebuntingan, maka siklus birahi yang terjadi setiap kurang
lebih 17 hari sekali itu menjadi terhenti. Domba-domba betina yang mulai bunting akan mengalami perubahan tingkah
laku seperti domba menjadi lebih tenang, tak suka mendekat kepada pejantan lagi apabila dinaiki pejantan atau sesama betina pun mereka tak mau, birahi berikutnya
21
tidak timbul lagi dan nafsu makan meningkat. Betina yang bunting segera dipisahkan. Sesudah sampai waktunya 5 bulan, maka anak yang dikandung akan
lahir. Betina yang akan melahirkan dipindahkan ke kandang beranak. Anak akan disapih setelah berumur 3 bulan. Anak jantan akan dipindahkan ke kandang
penggemukan untuk digemukkan sedangan anak betina akan dipelihara untuk calon induk maupun dijual. Kira-kira 60 hari sesudah induk beranak, peternak
memperhatikan induk tersebut untuk dikawinkan kembali sehingga dalam 2 tahun, domba akan beranak 3 kali. Siklus reproduksi domba dapat dilihat pada Gambar 2.
Cara-cara seleksi yang paling menyakinkan untuk tujuan produksi, bisa diperoleh dengan melakukan pencatatan recording. Sistem recording yang
dilakukan masih belum lengkap baru dalam hal tanggal lahir, jumlah anak dan jenis anak yang dilahirkan. Beberapa pencatatan penting yang dapat dicantumkan pada
recording ternak agar lebih lengkap yaitu tetua induk dan pejantan, kelahiran tanggal, bobot sapih, panjang badan, jumlah anak, perkawinan tanggal kawin dan
pejantan, tanggal beranak kembali, penyakit, temperamen, produksi susu, dan bangsa atau tipe domba.
Produktivitas Bibit
Usaha pembibitan domba tidak terlepas dari produktivitas induk dan pejantan yang digunakan. Produktivitas usaha pembibitan domba Tawakkal dapat dilihat pada
Tabel 4. Tabel 4. Data Koefisien Teknis dan Reproduksi Usaha Pembibitan domba Tawakkal
Uraian Data koefisien teknis
Litter Size ekor 1,5
Mortalitas Domba 1
Lamb Crop 150
Sex Ratio Pejantan : Induk 1:5
Masa Bunting bulan 5
Calving Internal bulan 7
Masa Sapih bulan 3
Sex Ratio Anak Jantan : Betina 50:50
Sumber : Data primer
2 2
kegiatan Bulan ke
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
19 20
21 22
23 24
Domba dikawinkan
Domba bunting
Domba beranak
Laktasi Domba
dikawinkan kembali
penyapihan Domba
bunting Domba
beranak Laktasi
Domba dikawinkan
kembali
Penyapihan Domba
bunting Domba
beranak laktasi
Gambar 2. Siklus Reproduksi Domba dengan Pola 2 Tahun 3 Kali Beranak
23
Analisis Keuntungan
Pengeluaran usaha pembibitan ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran perubahan volume
kegiatan tertentu sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya tetap usaha
pembibitan domba Tawakkal yaitu biaya penyusutan kandang dan peralatan sedangkan biaya variabelnya terdiri dari biaya pakan, obat-obatan, upah pekerja,
transportasi, listrik dan air. Biaya ini dikeluarkan untuk 240 hari 8 bulan masa produksi pembibitan.
Penerimaan usaha pembibitan domba Tawakkal terdiri atas penjualan anak betina, anak jantan dan kotoran ternak domba. Semakin banyak sumber penerimaan
yang diperoleh akan semakin meningkat jumlah penerimaan yang didapatkan. Besarnya keuntungan yang diperoleh, berasal dari penerimaan dikurangi
pengeluaran. Analisis keuntungan usaha pembibitan domba Tawakkal untuk satu kali siklus reproduksi 8 bulan dapat dilihat pada tabel Tabel 5.
Tabel 5. Analisis Keuntungan Usaha Pembibitan Domba Tawakkal Uraian
Harga Rp Pengeluaran
1. Biaya tetap Penyusutan kandang
150.000 Penyusutan peralatan
150.000 2. Biaya variabel
Pakan 160 ekor x 240 hari x Rp 1000 38.400.000
Obat-obatan 500.000
Upah pekerja 4 orang x 8 bulan x Rp 1.000.000 32.000.000
Transportasi 240 hari x Rp 9000 2.160.000
Listrik dan air 8 bulan x Rp 80.000 640.000
Total pengeluaran 74.000.000
Penerimaan 1. Penjualan anak betina 103 ekor x Rp 450.000
46.350.000 2. Penjualan anak jantan 103 ekor x Rp 600.000
61.800.000 3. Penjualan kotoran 0,75 kgekorhari x 160 ekor x 240
14.400.000 hari x Rp 500
Total Penerimaan 122.550.000
Keuntungan penerimaan – pengeluaran
48.550.000
24
Analisis Lingkungan Internal Usaha Pembibitan Domba
Lingkungan internal merupakan lingkungan organisasi yang berada di dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung dan khusus pada
perusahaan. Pearce dan Robinson 1997 mengungkapkan bahwa lingkungan internal meliputi faktor- faktor internal perusahaan yang teridentifikasi sebagai kekuatan
strengths atau kelemahan weaknesses yang digunakan untuk mengembangkan serangkaian langkah strategik bagi perusahaan. Analisis lingkungan internal sangat
perlu dilakukan oleh suatu usaha dalam menilai kondisi lingkungan yang dimilki oleh usaha tersebut. Kondisi lingkungan internal usaha pembibitan domba pada
peternakan Tawakkal dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu manajemen sumberdaya manusia, manajemen pembibitan domba dan pemasaran.
Manajemen Sumberdaya Manusia
Karakteristik sumberdaya manusia di usaha pembibitan domba Tawakkal dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Karakteristik Sumberdaya Manusia di Usaha Pembibitan Tawakkal No. Karakteristik Pekerja
Uraian 1.
Jumlah pekerja 4 orang yang terdiri dari 1 orang kepala kandang
dan 3 orang pekerja 2.
Umur pekerja 25-35 tahun dan 35-45 tahun
3. Jam kerja
06.00-16.00 setiap hari 4.
Tugas kepala kandang Membersihkan kandang, mencukur bulu,
menggunting kuku domba, memandikan dan berada di kandang dari pagi sampai sore untuk
memantau keadaan ternak
5. Tugas pekerja
Mencari rumput dan membantu kepala kandang
Keterangan : Data primer berdasarkan hasil wawancara
Peternakan Domba Tawakkal dimiliki oleh Bapak Bunyamin yang memiliki latar belakang sarjana dan bekerja di dinas kesehatan. Usaha pembibitan domba
hanya di pegang oleh 4 orang yaitu 1 kepala kandang dan 3 orang pekerja. Kriteria khusus dalam memilih pekerja pada usaha pembibitan domba tidak ada asalkan
tekun, bertenaga, dan mau bekerja keras dapat menjadi pekerja. Kepala kandang
25
dipilih berdasarkan keterampilan lebih yang dimilikinya seperti mampu mencukur bulu, menggunting kuku domba, memandikan dan keterampilan lainnya karena
kepala kandang selalu berada di kandang dari pagi sampai sore sedangkan 3 orang pekerja lainnya mencari rumput dan membantu tugas kepala kandang.
Para pekerja bekerja setiap hari pada pukul 06.00-16.00. Pekerja yang mencari rumput harus tiba di kandang pada pukul 14.00. Berdasarkan hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa terdapat pembagian kerja yang jelas antar pekerja sehingga pekerjaan yang dilakukan setiap hari menjadi optimal. Pembagian kerja yang jelas
menjadi salah satu kekuatan dalam mengembangkan usaha. Keterampilan dan pengetahuan peternak dalam bekerja tidak lepas dari campur tangan pemilik ternak
sendiri, pemiliki peternakan selalu mengawasi dan memantau setiap pekerjaan dan sering kali memberikan ilmu, pelatihan, pengarahan dan turun langsung dalam usaha
ini. Pemilik usaha pun melakukan penilaian prestasi kerja baik pengawasan secara langsung yang dilakukan setiap satu minggu sekali dan evaluasi akhir tahun usaha.
Umur pekerja yang ada di peternakan domba Tawakkal 45 tahun. Tenaga kerja berasal dari daerah lingkungan peternakan. Pemilik ternak dan pekerja
memiliki komitmen yang tinggi terhadap usaha pembibitan. Hal ini terlihat dari adanya hubungan yang baik antara pemilik, pekerja dan masyarakat sekitar sehingga
usaha ini masih berjalan dengan baik. Hubungan yang terjalin antara pemilik dan pekerja pun tidak hanya sebatas pekerjaan saja namun hubungan pribadi yang baik
dan hangat yang terlihat dari kedekatan antara keluarga peternak dan pemilik dan tidak adanya jarak atau sungkan terhadap pemilk. Pemilik yang ramah terhadap
pekerja namun tegas dan membuat peternak mersa nyaman dan merasa dihargai sehingga peternak pun tidak merasa canggung dan sungkan kepada pemilik dan
apabila ada kesulitan dan masalah mereka selalu terbuka, tidak menutup-nutupi kesalahan yang ada. Hubungan yang baik ini pun tidak terlepas dari perhatian
pemilik usaha kepada pekerja dalam hal kesejahteraan pekerjanya. Setiap pekerja mendapat upah, bonus dan fasilitas yang disediakan di
peternakan domba. Sistem pembayaran upah pekerja dilakukan setiap minggu. Pemiliki usaha menetapkan upah yang diberikan berdasarkan jenis pekerjaan pekerja.
Pemiliki usaha pembibitan ini tidak pernah lupa memberikan bonus pada saat hari raya maupun bonus akhir tahun. Bonus tahunan yang diberikan pemiliki usaha
26
kepada pekerja dilihat dari prestasi yang diperoleh dari setiap kandang. Prestasi ini dilihat dari keuntungan yang diperoleh setiap kandang dan pemilik akan memberikan
10 keuntungan dari setiap kandang. Keuntungan tersebut akan diberikan kepada kepala kandang karena kepala kandang memiliki tugas yang berat yaitu mengatur
dan bertanggung jawab terhadap kinerja setiap kandang dan seluruh kegiatan produksi. Pemberian bonus ini selalu dijadikan motivasi bagi kepala kandang untuk
bekerja lebih baik. Semakin baik kinerja tenaga kerja maka bonus yang diterima akan semakin tinggi. Fasilitas yang memadai di peternakan pun disediakan bagi pekerja
untuk mempermudah kerja dan meningkatkan kenyamana berada di peternakan yang meliputi mess pekerja berukuraan 3 m x 2,5 m, mushola, kantor, kamar mandi,
saung, instalasi listrik, instalasi air. Pemilik usaha bersifat ramah, tidak sombong, dan sangat baik kepada pekerja
serta masyarakat di sekitar peternakan. Pemilik usaha pembibitan rutin mengeluarkan zakat baik berupa uang, sembako, dan peralatan ibadah untuk membantu masyarakat
sekitar. Pelayanan yang dilakukan pada usaha pembibitan adalah penyambutan dengan tangan terbuka kepada siapa saja yang datang dan berkunjung baik untuk
membeli domba, bertukar ilmu maupun hanya sekedar ingin melihat usaha pembibitan, dan menjaga silahturahmi.
Manajemen Pembibitan Domba
Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 rumput dan sore pada pukul 15.00 rumput, ampas tahu dan mineral. Rumput yang digunakan berasal
dari rumput liar yang diambil setiap hari di sekitar peternakan maupun kawasan lain yang terdapat rumput liar seperti daerah Cihideung. Pemberian pakan sebesar 10
dari bobot badan, tapi pada kenyataanya pakan tidak ditimbang hanya dilakukan berdasarkan perkiraan pekerja yang sudah berpengalaman yaitu kepala kandang.
Setiap karung berisi 14 kg rumput dan jumlah kebutuhan rumput pada usaha pembibitan ini sekitar 50 karung per hari sehingga pemberian rumput lapang antara
2-2,5 kg per ekor. Rumput yang digunakan sebagai pakan adalah rumput lapang yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
Ampas tahu yang digunakan harus masih segar karena memiliki palatabilitas yang tinggi, berwarna putih dan berbau khas ampas tahu. Setiap karung berisi 30 kg
ampas tahu sehingga kebutuhan usaha ternak domba Tawakkal sekitar 80 karung per
27
hari. Ampas tahu untuk 10 ekor domba, membutuhkan 1 karung ampas tahu sehingga pemberian pakan ampas tahu untuk 1 ekor domba sekitar 3 kg. Selain rumput lapang
dan ampas tahu, pemberian mineral dilakukan untuk meningkatkan palatabilitas. Pemebrian mineral ini biasanya dengan menaburkannya pada rumput lapang. Induk
yang bunting akan diberikan pakan lebih banyak dari pemberian pakan biasanya. Setelah induk melahirkan, pemberian pakan ampas tahu pun akan ditambah dari
biasanya untuk meningkatkan produksi susu. Pemberian ampas tahu tersebut sekitar 3,5 kg. Pemberian ampas tahu diletakkan dalam tempat pakan plastik dan terdapat
sekitar 100 tempat pakan plastik untuk ampas tahu. Berdasarkan Tabel 7, maka konsumsi protein kasar untuk setiap domba pada
usaha pembibitan tersebut sekitar 132,3 gram. Pulungan et al 1985 menyatakan bahwa ampas tahu merupakan sumber energi dengan protein kasar melebihi
kebutuhan hidup pokok dan produksi domba. Menurut NRC 1985, domba dengan bobot tubuh 10-20 kg, dengan pertambahan bobot tubuh 200-250 gram per hari
mengonsumsi protein kasar 127-167 gram per hari. Hal ini menandakan bahwa domba di peternakan Tawakkal akan tumbuh dengan baik dan bobot badan domba
tersebut akan bertambah dengan cepat. Tabel 7. Komposisi Ampas tahu berdasarkan Bahan Kering
Nutrisi Bahan Kering
15,00 Abu
4,96 Protein Kasar
29,40 Lemak
10,20 Serat Kasar
22,70 BETN
32,70 TDN
72,00
Sumber : Irawan, 2002
Induk dan pejantan yang digunakan adalah domba ekor tipis dan domba garut. Domba betina yang akan dikawinkan dipilih yang memiliki postur tubuh yang
baik, tinggi, panjang, sehat dan berumur 1 tahun-1,5 tahun. Pejantan yang digunakan
28
untuk perwakinan dipilih yang sehat, postur tubuh proporsional dan berumur 1,5 tahun. Umur kawin ternak domba penting untuk diperhatikan kerena menyangkut
produktifitas ternak selanjutnya. Ternak domba yang dikawinkan terlalu muda biasanya mempunyai bobot hidup relatif masih rendah, akibatnya anak domba yang
dihasilkan mempunyai bobot lahir yang rendah dan pertumbuhan yang lambat. Peternakan domba ini memiliki pejantan unggul sebanyak 10 ekor yang
diletakkan di kandang yang berbeda dengan kandang induk. Jumlah induk yang dimiliki oleh usaha pembibitan domba Tawakkal sebanyak 150 induk dan saat ini
telah menghasilkan 206 anak domba. Hal ini menandakan bahwa persentase produktivitas usaha pembibitan ini cukup baik yaitu 73. Data produktivitas bibit
dapat dilihat pada Tabel 4. Manajemen pembibitan yang dilakukan adalah perkawinan secara alami tanpa menggunakan inseminasi buatan karena sudah pernah
mencobanya namun gagal dan harganya pun sangat mahal. Pembibitan ini tidak melakukan persilangan antara domba ekor tipis dan garut. Rasio yang digunakan
adalah 1:5 pejantan : betina. Betina yang telah diilih dimasukkan kedalam kandang kawin yang terdapat 1 pejantan. Lamanya pejantan dikandang kawin yaitu 2x siklus
birahi atau sekitar 35 hari. Betina yang bunting dan akan melahirkan segera dipindahkan ke kandang beranak. Anak akan disapih setelah berumur 3 bulan.
Setelah 60 hari melahirkan, induk akan dikawinkan kembali. Penyapihan anak dapat dilakukan setelah tiga bulan melahirkan dan dapat dikawinkan saat birahi sebelum
penyapihan. Pengaturan selang kelahiran yang baik akan meningkatkan jumlah kelahiran anak menjadi tiga kali dalam dua tahun Mulyono, 2005.
Anak jantan akan dipindahkan ke kandang penggemukan untuk digemukkan sedangan anak betina akan dipelihara untuk calon induk maupun dijual. Induk dan
pejantan yang digunakan untuk perkawinan tidak ditimbang dan hanya dilihat dari sifat fisik saja begitu juga anak hasil perkawinan pun tidak ditimbang dan hanya
melihat dari sifat fisik domba tersebut, dengan alasan karena akan ditimbang saat penggemukan domba untuk anak jantan.
Domba yang baru datang dari daerah Jawa dimasukkan ke dalam 1 kandang namun masih dalam 1 bangunan kandang karena tidak ada kandang karantina. Hal ini
dapat menyebabkan tertularnya penyakit dari domba yang baru tiba dari perjalanan jauh dengan domba yang sudah ada di kandang, seperti penyakit mata mata merah
29
pada domba dari perjalanan jauh, pekerja memberikan obat tetes mata agar tidak menular ke domba yang sehat. Domba yang baru datang akan diberikan dengan obat
cacing karena pemilik ternak mempunyai anggapan bahwa seluruh domba yang baru datang dari pasar sebagian besar berpenyakit cacingan. Penyakit yang banyak
menyerang ternak domba di peternakan rakyat adalah penyakit yang menyerang pencernaan seperti cacingan Wicaksono, 2002. Domba yang baru datang dari
perjalanan jauh akan dilakukan pencukuran bulu domba agar bulu domba tersebut dapat tumbuh yang baru dan bagus serta pemotongan kuku. Domba dimandikan ± 1
minggu sekali. Pada usaha ternak domba, kandang merupakan salah satu faktor penting
dalam memelihara domba. Kandang digunakan untuk melindungi ternak domba dari angin, hujan, serangan penyakit, parasit dan juga untuk efisiensi produksi. Luas
kandang kawin yang digunakan pada usaha pembibitan ini ukuran panjang 3 m dan lebar 1,5 m telah sangat memadai untuk dijadikan kandang kawin. Rata-rata untuk
ukuran kandang kawin, induk yang hendak dikawinkan dimasukkan ke dalam satu kandang yang cukup luas, dengan kapasitas 1-1,5 meter persegiekor. Dengan
kapasitas ini, setiap satu kandang bisa diisi kurang lebih 10 ekor induk. Lantai kandang terbuat dari bambu dengan jarak 1,5 cm agar kotoran dan urin bisa langsung
jatuh ke kolong kandang dan tidak menumpuk dilantai kandang untuk menjaga kebersihan dari kandang tersebut. Kolong kandang tidak disemen dan kotoran yang
jatuh ke bawah kandang diambil 4 hari sekali. Zona termonetral domba berkisar antara suhu 28°C sampai 30°C sedangkan rata-rata suhu di peternakan Tawakkal
berkisar 28°C dan ditambah lagi keadaaan di sekitar kandang yang teduh karena terdapatnya pohon yang rindang sehingga akan membuat domba tidak kepanasan dan
terhindar dari cekaman panas. Manajemen usaha pembibitan domba di peternakan Tawakkal dapat dilihat pada Tabel 8.
30
Tabel 8. Kegiatan Manajemen Pembibitan Domba di Peternakan Tawakkal No.
Kegiatan Manajemen Uraian
1. Bibit
a. Seleksi pejantan sehat, postur tubuh proporsional, berumur
1,5 tahun, tubuh panjang, alat kelaminya normal dan simetris
b. Seleksi induk sehat, tidak terlalu gemuk, bentuk tubuh kompak, garis punggung dan pinggang lurus,
bulu bersih dan mengkilap, umur 1-1,5 tahun c. Seleksi anak
jantan akan digemukkan dan betina sebagai calon induk atau dijual.
2. Pakan
a. Waktu pemberian pukul 06.00 rumput dan sore pada pukul
15.00 rumput, ampas tahu dan mineral b. Jenis pakan rumput lapang, premix, vitamin, mineral, dan
ampas tahu c. Jumlah pemberian
3 kg ampas tahu dan 2-2,5 kg rumput lapang 3.
Kandang a. Luas kandang kawin
45 m² b. Jumlah kandang 10 kandang kawin, 43 kandang yg meliputi
kandang melahirkan, kandang induk, kandang anak lepas sapih
c. Jenis kandang kandang panggung
4. Reproduksi
a. Perkawinan domba Perkawinan alami tanpa inseminasi buatan
b. Lama penjantan di kandang kawin
c. Pengaturan kelahiran
d. Pengaturan perkawinan
Keterangan : Data primer 2x siklus birahi 35 hari
Domba yang bunting dipindahkan ke kandang melahirkan
Domba dikawinkan lagi, 60 hari setelah beranak
31
Pemasaran
Usaha pembibitan domba ini menghasilkan ternak berupa bakalan domba untuk digemukkan dan induk yang dapat dijual. Bakalan untuk digemukkan yaitu
bibit anak yang jantan, yang digemukkan sendiri oleh pemilik maupun dijual kepada peternak lain. Domba-domba tersebut dijual baik kepada peternak maupun pihak
pemerintah dalam skala kecil maupun besar seperti ke daerah Jawa Barat maupun luar Jawa Barat. Penentuan harga untuk domba yang dijual dalam usaha pembibitan
ini tidak dilihat dari bobot badan tapi ditentukan berdasarkan penampilan fisik dari domba tersebut. Harga yang ditentukan pun berdasarkan kesepakatan diantara kedua
belah pihak dengan melihat kualitas dari ternak itu sendiri. Misal dengan harga Rp 700.000 domba yang dijual harus bibit yang baik karena peternakan ini menganut
sistem kejujuran kepada setiap konsumennya. Harga jual untuk bakalan jantan yaitu Rp 650.000 sedangkan betina Rp 400.000.
Sistem pemasaran yang dilakukan masih sangat sederhana yaitu dengan mulut ke mulut, kerabat maupun dari konsumen yang datang langsung ke peternakan.
Usaha pembibitan ini belum menggunakan media cetak maupun elektronik dan internet untuk memasarkan ternaknya. Pembeli dapat langsung ke peternakan untuk
memilih domba yang akan dibeli maupun memberikan kepercayaan kepada pemilik untuk mengirimkan domba yang akan dipesan.
Usaha pembibitan ini dapat mengarahakan salah satu pekerjanya untuk menjadi penanggung jawab dalam pemasaran maupun mengurus sistem online ini
tanpa harus mengganggu kegiatan dan tugas utama pekerja. Peluang yang cukup tinggi dalam segi permintaan bibit domba, persaingan usaha pembibitan yang masih
sedikit dan kepercayaan pelanggan yang tinggi dapat dijadikan alasan untuk melakukan sistem pemasaran ini. Hasil penelitian Sasongko 2006 mengatakan
bahwa penggunaan jaringan komputer dan internet telah banyak dilakukan oleh para pelaku bisnis dalam melakukan negosiasi, transaksi, dan pemasaran produknya
kepada setiap relasi. Pemanfaatan teknologi internet ini bisa meningkatkan jumlah permintaan domba dan informasi terkait keberadaan usaha pembibitan Tawakkal
sehingga akan menyebar dan diketahui tidak hanya di pulau Jawa saja namun Indonesia bahkan mancanegara sehingga dengan menggunakan strategi ini
diharapakan usaha pembibitan ini dapat dipromosikan lebih luas lagi baik untuk
32
penjualan, informasi dan kegiatan lain yang mendukung berkembangnya usaha pembibitan.
Pelayanan ini akan menciptakan hubungan yang saling menguntungkan bagi usaha pembibitan maupun pelanggan dimana pelanggan tidak merasa dirugikan
sedangkan disisi lain usaha pembibitan akan memperoleh kepercayaan. Hal ini merupakan salah satu cara untuk menjaga kepercayaan, pelayanan dan kepuasaan
pembeli. Usaha penggemukan domba yang telah dikenal masyarakat pun mengakibatkan usaha pembibitan ini dapat dengan cepat diketahui oleh masyarakat
dan pelanggan. Sistem pembayaran dilakukan secara tunai maupun bertahap sampai domba yang dikirim datang ke daerah yang dituju.
Kerjasama yang terjalin antara peternakan Tawakkal dengan peternakan di daerah Jawa dalam segi pengiriman indukan tidak melakukan kontrak kerjasama
yang jelas dan hanya mengandalkan kepercayaan dan kejujuran. Hal ini karena pemilik peternakan Tawakkal sudah mengenal pihak pemasok induk dari Jawa dan
sering berkunjung ke peternakannya. Perjanjian kerjasama yang tidak kuat antara dua belah pihak dapat menimbulkan ancaman untuk peternakan karena tidak adanya
kontrak yang jelas dan secara tiba-tiba dapat memutuskan pengiriman domba karena beberapa faktor yang tidak dapat diduga sebelumnya. Tidak adanya pembukuan yang
jelas mengenai penjualan dan pembelian domba menjadi salah satu kesulitan dalam penelitian ini karena tidak adanya informasi yang jelas terkait dana dan jumlah
domba yang dibeli dan dijual. Berdasarkan analisis lingkungan internal tersebut maka faktor-faktor
lingkungan internal yang meliputi kekuatan dan kelemahan yang terdapat di dalam usaha pembibitan ini yaitu :
1. Bibit yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik 2. Induk dan pejantan yang digunakan dipilih yang bagus
3. Lokasi peternakan yang strategis 4. Jumlah pekerja yang memadai
5. Pekerja yang digunakan terampil, ramah dan mau belajar 6. Adanya mess, mushola, saung dan fasilitas lainya di peternakan
7. Adanya pembagian kerja yang jelas 8. Kandang dan lokasi peternakan yang bersih dan tidak bau
33
9. Lokasi peternakan yang aman dari pencurian Adapun kelemahan yang dimilki usaha pembibitan domba ini adalah
1. Sistem recording yang tidak teratur 2. Keterbatasan modal
3. Teknologi pembibitan tidak digunakan 4. Jumlah kandang masih terbatas
5. Lahan yang masih terbatas
Analisis Lingkungan Eksternal Usaha Pembibitan Domba
David 2009 menjelaskan bahwa analisis terhadap lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi suatu
perusahaan sehingga manajemen perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat merumuskan suatu strategi. Analisis lingkungan eksternal menekankan pada evaluasi
terhadap peristiwa di luar kendali sebuah perusahaan. Tujuan dari analisis lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan daftar terbatas peluang yang
dapat dimanfaatkan perusahaan dan ancaman yang dihindari. Lingkungan eksternal perusahaan merupakan lingkungan yang terdiri dari faktor-faktor yang dapat menjadi
peluang opportunities dan ancaman threats yang berada di luar pengawasan dan kontrol pihak manajemen perusahaan Pearce dan Robinson, 1997. Lingkungan
eksternal pada usaha pembibitan domba di peternakan Tawakkal dapat dilihat dari beberapa aspek berikut :
Potensi Pasar
Populasi domba di Indonesia tahun 2011 adalah 11.372.000 ekor Direktorat Jenderal Peternakan, 2012. Jumlah populasi manusia Indonesia tahun 2010 adalah
237.641.326 jiwa Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2012. Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan Kementan, konsumsi daging nasional pada 2010
sebesar 1,27 kg per kapita per tahun. Seiring dengan meningkatnya jumlah populasi manusia maka akan meningkatkan kebutuhan daging sebagai sumber pangan yang
salah satunya berasal dari daging domba. Pencapaian konsumsi protein hewani masyarakat Kabupaten Bogor belum dapat mencapai target nasonal yang ditetapkan
yaitu konsumsi protein hewani secara normal sebesar 6 gkapitahari Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, 2006.
34
Data dari dinas peternakan Jawa Barat 2007 menyatakan bahwa permintaan domba setiap tahun mengalami kenaikan sebesar 24 dan permintaan tersebut
masih kewalahan untuk dipenuhi oleh peternak yang ada di Jawa Barat dikarenakan kapasitas produksi yang masih rendah. Permintaan ekspor produk-produk peternakan
untuk negara-negara ASEAN dan Timur Tengah yang sejumlah 4000-4500 ton per tahun dan 200.000-250.000 ekor per tahun pada saat ini belum dapat terpenuhi
Sasongko, 2006. Semakin banyaknya usaha penggemukan domba yang memerlukan bakalan domba yang tiap tahunnya kurang lebih sekitar 5,6 juta ekor
untuk kebutuhan ibadah kurban saja, dan belum termasuk kebutuhan pasokan untuk aqiqah, industri restoran sampai dengan warung sate kaki lima yang membutuhkan 2
sampai 3 ekor tiap hari. Permintaan yang meningkat dan kebutuhan yang belum mencukupi merupakan peluang yang besar untuk melakukan usaha pembibitan ini
ditambah lagi pertumbuhan populasi domba dan kambing adalah belum sebanding dengan angka permintaan yang terus meningkat.
Ekonomi
Berdasarkan data BPS, pengeluaran perkapita rata-rata untuk makanan yang dikeluarkan oleh masyarakat Indonesia mencapai 56,89 persen dari total penghasilan.
Sebanyak 10,36 persen digunakan untuk belanja bahan makanan padi-padian, sedangkan hanya 5,04 persen yang digunakan untuk konsumsi susu, daging dan telur.
Dari jumlah tersebut, mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat Indonesia untuk produk-produk peternakan masih cukup rendah. Namun beberapa tahun ini
masyarakat telah sadar akan pentingnya sumber makanan fungsional yang tidak hanya mengenyangkan namun juga memiliki manfaat jika mengonsumsinya dan
mempunyai nilai gizi yang baik seperti daging. Pertumbuhan ekonomi yang mengalami peningkatkan menyebabkan tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat
akan meningkat. Hal ini pada akhirnya akan berdampak pada peningkatkan konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan hewani. Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa
Barat 2007 mengatakan bahwa jumlah produksi daging belum mencukupi kebutuhan konsumsi daging penduduk Jawa Barat. Jumlah produksi sebesar 420.264
ton dan jumlah kebutuhan 440.319 ton. Kenaikan biaya transportasi merupakan salah satu ancaman bagi usaha
pembibitan ini. kenaikan biaya transportasi tidak terlepas dari kenaikan Bahan Bakar
35
Minyak BBM. Hal ini akan meningkatkan biaya produksi usaha pembibitan di peternakan Tawakkal karena pengadaaan rumput, induk dan pemasaran bibit
dilakukan menggunakan transportasi yang hampir dilakukan setiap hari.
Persaingan Usaha
Usaha pembibitan pada peternakan domba Tawakkal adalah usaha yang baru dijalankan hampir 2 tahun dan usaha pembibitan domba ini sangat jarang dilakukan
dan pelaku usaha cenderung melakukan usaha penggemukan domba, hal ini karena pelaku usaha menganggap usaha pembibitan rumit dilakukan dan perputaran modal
yang lama. Hal ini merupakan salah satu peluang usaha yang menjanjikan karena sedikitnya pelaku usaha yang melakukan pembibitan domba khususnya di Kabupaten
Bogor. Data usaha peternakan domba di Kabupaten Bogor disajikan pada Tabel 9. Salah satu keuntungan usaha pembibitan ini adalah usaha peternakan domba
Tawakkal telah berpengalaman dan mendapatkan posisi yang baik dimata pelanggan dan konsumen pada usaha penggemukannya, sehingga dampak dari kepercayaan ini
pun mengakibatkan usaha pembibitan ini dapat diterima oleh konsumen dan pelanggan yang lain.
Tabel 9. Usaha Peternakan Domba di Wilayah Bogor No
Jenis Peternakan Lokasi
Populasi Ternak ekor
1. Peternakan Tawakkal
Cimande 1200
2. Peternakan MT Farm
Ciampea 750
3. Pembibitan Domba Garut
Cisalopa, Cinagara 600
4. Pembibitan Domba Garut
Pegelaran 300
5. Penggemukan Domba
Leuwiliang 200
6. Pembibitan Domba
Lokal Desa Benteng, Gunung
Leutik 150
7. Penggemukan Domba
Cimanggu 150
Sumber : Dinas Peternakan Kab. Bogor 2006
36
Sosial Budaya
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk adalah beragama Islam, produk- produk yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan bagi umat muslim sangat
berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu produk khususnya peternakan yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan adalah ternak kambing dan domba. Ternak
ini banyak digunakan umat muslim yang memiliki kemampuan dari segi materi untuk menjalankan ibadah kurban pada Hari Raya Idul Adha serta pelaksanaan
aqiqah anak-anak mereka. Budaya masyarakat Indonesia yang bersifat keagamaan seperti penyembelihan domba untuk kurban dan aqiqah menjadi peluang pasar yang
menjanjikan untuk usaha pembibitan ini dimana dapat menjual dan mendistribusikan bakalan untuk usaha penggemukan yang dilakukan peternakan Tawakkal maupun ke
usaha penggemukan yang lain sehingga tidak perlu khawatir karena bisa memproduksi bakalan sendiri. Data dari dinas peternakan Jawa Barat 2007
menyatakan bahwa permintaan domba setiap tahun mengalami kenaikan sebesar 24 dan permintaan tersebut masih kewalahan untuk dipenuhi oleh peternak yang ada
di Jawa Barat dikarenakan kapasitas produksi yang masih rendah. Usahaternak domba yang berada di dekat lingkungan pemukiman penduduk
dituntut untuk selalu melakukan interaksi sosial dengan baik kepada masyarakat sekitarnya. Pihak usaha peternakan domba Tawakkal menyadari dan menjaga
hubungan tersebut dengan beberapa pendekatan seperti pemberian zakat atau sedekah kepada warga sekitar baik berupa uang tunai, bahan makanan pokok
maupun peralatan ibadah yang rutin dilakukan setiap tahun. Peternakan Tawakkal pun melakukan kerjasama dengan BAZNAS Badan Amil Zakat Nasional dalam
usaha pembibitan domba. Hasil kerjasama usaha pembibitan ini sepenuhnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah peternakan
domba seperti uang untuk biaya pendidikan, kesehatan, kaum duafa, zakat dan rumah sehat agar masyarakat bisa berobat gratis. Dengan adanya hubungan dan penerimaan
yang baik dari masyarakat sekitar, diharapkan akan memperlancar kegiatan usaha karena jika hubungan ini tidak berjalan baik maka akan menjadi ancaman bagi
keberadaan usaha ternak di masa yang akan datang. Hasil penelitian Ikhsan 2009, strategi yang diterapkan untuk meningkatkan
hubungan sosial kepada masyarakat yang dilakukan oleh peternakan Agri farm yaitu
37
melibatkan anak-anak yang ada untuk diberdayakan membantu mencari rumput dengan sekali-kali diberi upah. Selain itu masyarakat sekitar yang memiliki kandang
juga ikut dilibatkan dengan cara menjalin kerjasama dengan sistem maparoh. Sistem maparoh yaitu pihak Agrifarm menitipkan empat ekor domba bakalan kepada petani
selama enam bulan setelah itu domba yang diambil tiga ekor sedangkan satu ekor bagian untuk petani. Strategi ini menjadikan petani memiliki rasa keterlibatan dan
juga tanggung jawab dalam menjalankan usahaternak domba Agrifarm.
Kebijakan Pemerintah Daerah
Salah satu faktor pendukung kelancaran usahaternak domba adalah dukungan dari pemerintah. Kebijakan maupun peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah
khususnya pemerintah daerah sangat berpengaruh terhadap kinerja dan langkah yang akan diambil peternak. Sejak digulirkannya program revitalisasi pertanian dan
pembangunan perdesaan sejak tahun 2009 yang strateginya di bidang peternakan dan perikanan melalui pengembangan zona pertanian dan pengembangan komoditas
unggulan, salah satu bidang usaha yang mendapatkan perhatian yaitu pengembangan usaha ternak kecil termasuk ternak domba Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Bogor, 2010. Hasil Penelitian Ikhsan 2009 mengatakan bahwa adanya permintaan dari gubernur Jawa Barat kepada Dinas Peternakan Jawa Barat agar
meningkatkan populasi bibit domba sebanyak 1000 persen pada tahun 2010 guna mewujudkan Jawa Barat sebagai pusat pengembangan ternak ruminansia dan mampu
memenuhi berapapun permintaan daging domba. Program yang direncanakan oleh pemerintah Jawa Barat ini merupakan
peluang yang sangat potensial bagi usahaternak domba Agrifarm mengingat target pertumbuhan populasi yang diharapkan sangat tinggi. Dampak positif yang akan
dirasakan oleh para peternak di Jawa Barat yaitu akan adanya bantuan ataupun kemudahan dari pemerintah propinsi baik berupa bantuan modal, bantuan bibit,
maupun bantuan penjelasan tekhnis dalam pemeliharaan domba. Fakta dilapangan mengatakan bahwa sampai saat ini, usaha peternakan domba Tawakkal belum
mendapatkan izin usaha dari dinas peternakan Kabupaten Bogor meskipun sudah mengajukan beberapa kali namun ditolak dan birokrasi yang rumit dan berbelit.
Berdasarkan wawancara kepada pemilik usaha pun mengatakan bahwa belum adanya bantuan dari pemerintah terkait pengembangan usaha peternakan dan jarang dari
38
pihak dinas memantau usaha peternakan ini walapun demikian setiap tahun, dinas peternakan Kabupaten Bogor melakukan suntik antrax untuk ternak pada saat akan
Idul Adha.
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok dan Pelanggan
Kekuatan tawar menawar pemasok input seperti domba betina besar, kecil, jantan besar dan kecil yang berasal Magelang, Wonosobo, Banjarnegara dan
Temanggung kurang kuat karena tidak adanya kontrak yang jelas antara pihak peternakan Tawakkal dan peternak di daerah tersebut. Pemiliki hanya mengandalkan
kepercayaan dan perjanjian tidak tertulis kepada peternak tersebut dengan mengirimkan pesanan domba yang diminta. Pemiliki pembibitan Tawakkal
mengatakan bahwa kedua belah pihak memegang kejujuran jika terdaapt ternak yang tidak sesuai dengan yang diinginkan makan akan dikembalikan. Harga yang telah
ditetapkan oleh kedua belah pihak adalah bakalan pejantan besar dari daerah Banjarnegara dengan harga Rp 1.200.000, bakaln pejantan kecil dari daerah
Tumanggung Rp 700.000, betina kecil dari daerah Magelang Rp 450.000-500.000 dan betina besar dari daerah Wonosobo Rp 750.000-800.000. sistem yang dilakukan
peternakan Tawakkal untuk membeli domba tersebut dengan sistem gantin, namun belum begitu jelas kapan dan jumlahnya setiap pengiriman.
Kekuatan tawar menawar pemasok input produksi pada usaha ternak domba Tawakkal tidak besar karena jumlah pemasok untuk usaha ternak ini cukup banyak.
Pemilihan terhadap pemasok berdasarkan atas harga, kualitas barang, pelayanan yang memuaskan, kontinyuitas pasokan dimana harga ditentukan berdasarkan harga pasar
dan kesepakatan antara kedua belah pihak. Biaya angkut bahan baku sampai ke lokasi peternakan ditanggung oleh pihak usaha ternak.
Posisi tawar konsumen dikatakan kuat apabila konsumen atau pembeli terkonsentrasi atau membeli dalam jumlah banyak sehingga sangat menentukan
volume penjualan. Selain itu produk yang dibeli merupakan produk yang tidak terlalu penting bagi konsumen sehingga konsumen tidak terlalu bergantung terhadap
produk serta produk yang dibeli merupakan komponen biaya yang cukup besar. Konsumen atau pelanggan utama dari usaha pembibitan ini adalah peternak yang
mencari bakalan dalam jumlah yang besar maupun kecil dan juga tenggulak. Pembeli
39
bibit domba ini pun tidak hanya berasal dari wilayah Jawa Barat namun sampai ke daerah Aceh dan luar pulau Jawa.
Salah satu bentuk antisipasi pihak usaha ternak untuk menghindari keadaaan yang tidak menguntungkan adalah dengan memanfaatkan pengalaman selama hampir
19 tahun dalam usaha penggemukan domba yang mana telah menciptakan wilayah pemasaran dan relasi yang luas sehingga usaha pembibitan ini pun telah diketahui.
Pemilik ternak yang selalu menjaga hubungan yang baik, menjaga kepercayaan kepada pelanggan, memberikan pelayanan yang memuaskan, loyalitas yang tinggi
dan ikut aktif dalam kegiatan HPDKI. Berdasarkan analisis lingkungan eksternal tersebut maka faktor-faktor
lingkungan eksternal yang meliputi peluang dan ancaman yang terdapat di dalam usaha pembibitan ini adalah:
1. Permintaan bibit domba yang tinggi 2. Persaingan usaha pembibitan masih sedikit
3. Tingkat kepercayaan pelanggan yang tinggi 4. Adanya dukungan masyarakat sekitar
5. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan konsumsi daging gizi 6. Instansi pemerintah maupun swasta banyak yang mengajak kerjasama
7. Budaya masyarakat menjelang Idul Adha Adapun ancaman yang dimilki usaha pembibitan ini adalah
1. Penyebaran penyakit dari induk yang dibeli dari Jawa 2. Kenaikan biaya transprotasi
3. Dukungan pemerintah kabupaten yang rendah dalam segi modal dan
4. administrasi
Perjanjian kerjasama yang tidak kuat dan terikat dari pemasok dari Jawa
Penyusunan Strategi Pengembangan Usaha Pembibitan Domba di Peternakan Tawakkal
Strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan perusahaan dengan tantangan lingkungan, dan
dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi Jauch dan Glueck, 1995. Penyusun strategi
membantu organisasi mengumpulkan, menganalisis serta mengorganisasi informasi
40
David, 2009. Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal yang telah dilakukaan pada usaha pembibitan domba maka akan didapatkan faktor-faktor
yang dapat menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada usaha pembibitan domba di Peternakan Tawakkal. Faktor-faktor tersebut selanjutnya
dianalisis menggunakan matriks IFE dan EFE.
1. Matriks Internal Factor Evaluation IFE