48
5.1.5.1. Aktivitas Pe mbelian Bahan Baku
Sebagai suatu perusahaan yang mengolah bahan baku jambu biji menjadi jus jambu, KWT Turi membutuhkan pasokan bahan baku dalam jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan secara kontinyu sepanjang tahun. Ketersediaan bahan baku jambu biji sangat penting untuk menjaga kelancaran dan kontinuitas
perusahaan dalam produksi. Untuk memperoleh jambu biji tidak terlalu sulit karena daerah Sukaresmi merupakan sentra produksi jambu biji sehingga
keberadaan bahan baku melimpah dan hampir selalu ada. Jambu biji dibeli langsung dari kelompok tani yang membudidayakan jambu biji di daerah
Sukaresmi. Harga jambu biji dari petani yang dijual kepada KWT Turi adalah Rp 5.000,00 per kg. Sumber bahan baku lainnya, seperti gula dan bahan tambahan
lain Kalium Sorbat, Natrium Benzoat, CMC dan Asam Sitrat dibeli langsung oleh bagian produksi dari toko dan pasar tradisional di Pasar Bogor.
5.1.5.2. Aktivitas Produksi
Proses produksi merupakan suatu cara atau metode dan teknik dalam menciptakan suatu produk melalui pemanfaatan sumberdaya yang tersedia bahan
baku, mesin dan sumberdaya manusia menjadi produk jadi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diidentifikasi tahapan-tahapan dan aktivitas
yang dilakukan KWT Turi dalam memproduksi jus jambu. Proses produksi dimulai dari pencucian bahan baku yaitu jambu biji. Dalam satu kali produks i
biasanya membutuhkan 15 kg jambu biji. Jambu biji yang telah dicuci selanjutnya dikupas dan dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam blender untuk dihaluskan
selama 10 detik dengan suhu sebesar 80
o
C dan kemudian airnya dibuang sehingga menjadi bubur halus, atau yang disebut puree. Selanjutnya dilakukan proses
pencampuran dengan menambahkan air dan air gula sehingga semua bahan-bahan tercampur secara merata. Proses ini berlangsung selama kurang lebih 10 menit.
Jambu biji yang sudah selesai dicampurkan dalam blender selanjutnya disaring untuk memisahkan biji yang masih tersisa dan kemudian setelah itu dilakukan
pengemasan. Sebelumnya botol dan cup plastik dimasukkan ke dalam air yang dimasak dengan suhu 80 derajat celcius untuk membersihkan dan mengantisipasi
adanya kuman atau bakteri yang terdapat pada botol atau cup. Jus kemudian dikemas ke dalam botol atau cup plastik dan dilakukan proses pasteurisasi, yaitu
49 jus jambu yang sudah dikemas dimasukkan ke dalam air panas dengan suhu 80
o
C. Pasteurisasi dilakukan untuk menghilangkan kuman atau bakteri yang masih
menempel. Selanjutnya jus jambu diberikan label labelling dan disegel lalu siap dimasukkan ke dalam alat pendingin show case. Kapasitas satu alat pendingin
adalah 250 untuk kemasan botol dan 250 untuk kemasan cup. KWT Turi memiliki empat unit alat pendingin, akan tetapi hanya dua unit saja yang
digunakan untuk melakukan penyimpanan JJM. Adapun alur proses produksi JJM dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11.
Alur Proses Produksi Jus ”JJM”
Sumber : KWT Turi 2010
5.1.5.3. Aktivitas Penjualan Produk akhir yang dihasilkan oleh KWT Turi berupa Jus Jambu Merah
JJM. Saat ini produk yang dihasilkan oleh KWT Turi terbagi ke dalam dua ukuran yaitu, ukuran 300 mililiter yang dikemas dalam kemasan botol plastik dan
ukuran 200 mililiter yang dikemas dalam cup plastik. Setelah JJM di produksi dan dikemas, JJM dikirim kepada pelanggan yang
telah memesan. Pelanggan JJM terdiri dari Pemerintah Kota Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Bogor dan karyawan Astra AHASS di Kota Bogor yang masih
melakukan pemesanan terhadap JJM. Sistem pembayaran yang diterapkan oleh KWT Turi adalah sistem pembayaran secara tunai untuk konsumen yang datang
langsung ke lokasi produksi KWT Turi. Sedangkan sistem pembayaran kosinyasi diterapkan oleh KWT Turi untuk pengecer. Sistem pembayaran secara kosinyasi
dapat menjadi kendala KWT Turi karena tidak adanya perputaran keuangan yang cepat sehingga dapat menghambat proses produksi.
Pencucian Pemotongan
Penghalusan Pengupasan
Penyaringan Pencampuran
Pasteurisasi Pengemasan
Pelabelan
50 Kegiatan promosi penjualan yang dilakukan KWT Turi terhadap JJM
tergolong rendah atau kurang. Kegiatan promosi yang dilakukan hanya sebatas mengikuti bazar dan pameran-pameran dagang yang diadakan dan diikuti oleh
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. Akan tetapi, kegiatan promosi tersebut tidak dirasakan efektif oleh pihak KWT Turi karena kecilnya pengaruh
atau dampak dari kegiatan tersebut terhadap tingkat permintaan JJM, namun mengingat biaya produksi kemasan botol sangat tinggi pada produksi JJM
kemasan botol seharusnya KWT Turi melakukan peningkatan penjualan. Perusahaan juga belum melakukan promosi melalui media cetak seperti
koran dan majalah. Selebihnya masyarakat mengetahui keberadaan perusahaan KWT Turi dari mulut ke mulut konsumen yang telah membeli dari perusahaan ini.
Hal ini menyebabkan terjadinya kendala didalam mendapatkan produk KWT Turi, karena produk jus jambu merah tersebut hanya akan diproduksi apabila terdapat
pesanan saja. Tingginya biaya promosi ataupun pemasangan iklan terutama media elektronik menyebabkan KWT Turi belum melakukan promosi melalui media
elektronik. Secara umum kegiatan promosi penjualan KWT Turi lebih menekankan
pada usaha meningkatkan kualitas produk untuk memuaskan pelanggan serta meningkatkan pembelian berikutnya terhadap produk JJM dibandingkan dalam
bentuk pengiklanan dengan kata lain menjalankan promosi tetapi dengan alat promosi yang terbatas jangkauannya karena belum menggunakan alat media baik
media massa maupun media elektronik karena adanya keterbatasan dana. KWT Turi berusaha menekankan promosi dengan mengandalkan citra produk yang
sehat dan bergizi..
5.2. Gambaran Umum Karakteristik Responden Jus Jambu Merah 5.2.1. Usia
Pada umumnya responden yang mengkonsumsi Jus Jambu Merah terbagi menjadi beberapa kelompok usia, yaitu kelompok usia 20 tahun, 21
– 30 tahun, 31
– 40 tahun, 41 – 50 tahun dan berusia 50 tahun ke atas. Sebaran usia responden aktual di dominasi oleh dua kelompok usia antara 31
– 40 tahun dan 41
– 20 tahun sebanyak enam responden 30 persen. Hal ini menunjukkan bahwa