Proses bimbingan Islam pada penderita skizofrenia di panti rehabilitasi cacat mental Yayasan Galuh Bekasi

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Reninta Latifa

Nim: 105052001764

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

U I N SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H. / 2010 M.


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya pergunakan telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya

asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 18 Maret 2010


(3)

Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia Di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi .

Bimbingan Islam adalah segala usaha untuk merealisasikan ajaran agama Islam dalam kenyataan hidup sehari-hari tidak hanya diprioritaskan kepada satu sisi kehidupan saja, tetapi ditujukan keseluruhan, agar tercapai kebahagiaan dunia maupun akhirat kelak.

Dalam masyarakat modern yang serba kompleks, sebagai produk dari kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi, begitu banyak munculnya masalah sosial. Kesulitan mengadakan adaptasi dan adjustment menyebabkan kebingungan, kecemasan dan konflik-konflik baik yang terbuka maupun yang sifatnya eksternal, maupun yang tersembunyi dan internal dalam batin sendiri. Sehingga begitu banyak manusia itu sendiri mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari norma-norma umum. Atau berbuat semaunya sendiri, mengganggu atau dapat merugikan manusia yang lainnya.

Konflik-konflik yang sifatnya eksternal maupun internal. Menyebabakan faktor-faktor sosial bisa dikatakan “penyakit masyarakat atau sosial” itu adalah segenap tingkah laku manusia yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma dan adat istiadat, atau tidak terintegrasi dengan tingkah laku umum. Termasuk didalamnya itu Skizofrenia.

Skizofrenia adalah salah satu contoh manusia yang melakukan tindakan negative yang sangat merugikan diri sendiri dan skitarnya yang sering terjadi di masyarakat. Maka itulah penderita skizofrenia manusia yang tersesat dan patut untuk dibina, dibimbing dalam menumbuhkan kembangnya mental, mengembalikan harga diri, dan menghargai manusia serta memulihkan kesadaran bahwa skizofrenia mampu ditangani secara benar di tempat rehabilitasi cacat mental. Sebab pada dasarnya mereka adalah manusia-manusia yang juga menginginkan pola kehidupan yang wajar saling berdampingan.

Pada penelitian ini mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan pembimbing dan proses apa saja yang digunakan dalam bimbingan islam pada penderita skizofrenia yang dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan pencatatan data dari hasil observasi dan wawancara. Dengan ini dapat diketahui bahwa upaya yang dilakukan pembimbing dan memberikan empati yang tinggi bersamanya rasa kasih sayang secara utuh untuk proses bimbingan itu sendiri. Dari semua upaya bimbingan ini tak jauh dari tujuan dan fungsi bimbingan pada penderita skizofrenia.


(4)

iii

Sehingga membawa seorang Muslim untuk selalu mendekatkan diri

kepada Allah dan menghindari larangannya……….

Orang-orang Sukses mempunyai kesadaran, tentang arah dan tujuan,

mereka tahu kemana mereka menuju. Mereka menetapkan Sejumlah

tujuan. Bekerja untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, Kemudian

menetapkan tujuan-tujuan baru. Mereka menerima dan menikmati

tantangan………….


(5)

melimpahkan nikmat dan rahmatNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa mengalami hambatan yang berarti. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW. Yang telah membimbing umatNya menuju jalan yang penuh dengan ridhoNya.

Skripsi yang berjudul ” Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi” terselesaikan berkat bantuan semua pihak. Untuk itu, penulis pada kesempatan ini menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA, Rektor Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta Pembantu Dekan I, II, dan III yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam mengikuti perkuliahan di Fakultas ini.

3. Bapak Drs. M. Lutfi, MA selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah memberikan motivasi kepada penulis demi pelaksanaan skripsi ini. 4. Ibu Nasichah, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam

yang menbantu proses pelaksanaan skripsi ini.


(6)

6. Bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah begitu banyak mencurahkan ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga memperluas wawasan keilmuan sebagai kewajiban ummat Islam, semoga ilmu dalam perkuliahan dapat bermanfaat.

7. Bapak Suhartono selaku dewan pembinaan di Panti Rehabilitasi Yayasan Galuh Bekasi yang telah memberikan izin dan kesempatan penulis melakukan penelitian. Serta para pembimbing lainnya di yayasan yang bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai dalam mempercepat proses penyelesaian skripsi ini.

8. Teruntuk Ayah penulis Drs. H. Marzal, MM. Kita semua bersama pap, cepat sembuh ya pap, kami di sini menanti kesembuhan pap. Untuk Ibunda, Mandar Aini, S.Pd: Mam hebat, yang telah mencurahkan kasih sayangnya, serta kesabaran dan keikhlasan dalam doa yang tak pernah henti di setiap malam demi kelancaran penulis menempuh study terutama dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga mereka senantiasa dalam lindungan Allah SWT.

9. Kakak-kakak penulis yang bernama Rena Latifa dan Reza Muhammad, yang selalu mendoakan dan mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini.

10.Adik penulis yang bernama Refika Latifa yang centil dan cerewet yang selalu mengganggu penulis di dalam penyusunan skripsi.


(7)

14.Teman-teman penulis di BPI’ angkatan 2005.

15.Dan semua pihak yang telah ikut membantu hingga tersusunnya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Pada akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Semoga Allah SWT memberikan taufiq dan hidayahNya kepada kita semua. Amin!

Jakarta, 18 Maret 2010

Penulis


(8)

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9

D. Metodologi penelitian ... 10

E. Sistematika Penelitian……… 13

BAB II TINJAUAN TEORI... 15

A. Bimbingan Islam ... 15

1. Pengertian Bimbingan Islam ... 15

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam ... 17

B. Skizofrenia... 19

1. Pengertian Skizofrenia ... 19

2. Gejala-gejala Klinis Skizofrenia ... 21

3. Penyebab Munculnya Penyakit Skizofrenia ... 22

4. Tipe-Tipe Skizofrenia ... 25 vi


(9)

YAYASAN GALUH BEKASI

A. Sejarah Berdirinya... 29

B. Bentuk dan Jenis Pelayanan………... 31

C. Visi, Misi, Motto dan Tujuan ... 32

D. Struktur Organisasi... 33

E. Sarana dan Prasarana ... 36

F. Kedudukan Lembaga Dengan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lain……….. 38

G.Program Kegiatan dan Pembinaan ... 38

H. Kondisi Penderita Skizofrenia... 40

BAB IV PROSES BIMBINGAN ISLAM A. Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia... 43

B. Faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam Proses Bimbingan Islam ... 48


(10)

viii DAFTAR PUSTAKA………... 52


(11)

A. Latar Belakang Masalah

Sudah menjadi sunnatullah, bahwa manusia memerlukan orang lain dalam hidupnya, sebab ia tidak mampu memenuhi semua keperluanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Bahkan untuk tertawa saja perlu ada orang lain di sampingnya. Begitu penting hubungan antara satu sama lain. Yang memungkinkan terjadinya tolong menolong, yang berarti manusia memerlukan teman. Dianjurkannya pula untuk bertakwa kepada Allah supaya hubungan kasih sayang dapat dihayati, dengan berpegang teguh kepada agama Allah. Manusia diciptakan Allah memiliki sifat-sifat yang baik dan buruk.

Untuk dapat membedakan mana sifat yang baik dan buruk. Allah memberikan manusia akal dan menunjukkan mana yang baik dan buruknya. Semua itu berkenaan dengan perbuatan, maupun dengan sifat tertentu yang terdapat didalam Agama Islam, maka setiap manusia mengakui bahwa manusia itu beragama, dan harus mempelajari agama yang dianutnya agar manusia itu mampu melakukan pemilihan antara yang baik untuk diikutinya dan mana yang tidak baik agar ditinggalkannya.

Proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat dikatakan sebagai “bimbingan” dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad Saw. Menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan ajaran Agama Islam yang


(12)

diketahuinya, walaupun hanya satu ayat saja. Dengan demikian jelaslah sudah bahwasannya nasihat Agama itu ibarat bimbingan.

Allah telah memberikan petunjuk kepada manusia agar mereka beriman dan mampu mengetahui mana yang baik, kemudian melaksanakannya sehingga mereka dapat bertahan dalam keadaan yang baik dan tidak dilemparkan ketempat yang paling rendah (buruk). Dapat pula dikatakan bahwa Allah menurunkan bimbingan dan petunjuknya bagi manusia.

Petunjuk dan bimbingan agama, merupakan bimbingan yang datang dari Allah melalui Rasul atau pun NabiNya, cukup lengkap dan memadai untuk mengantar manusia kepada kehidupan bahagia didunia dan diakhirat. Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad dapat membimbing manusia dalam semua segi kehidupan: Jasmani, rohani, sosial, ekonomi dan politik. Dan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan manusia pada zamannya masing-masing.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi cepat sekali, hal ini dimungkinkan karena Allah memberi manusia akal, dan seluruh perangkat kejiwaan dalam berbagai dimensinya.

Pada abad ke duapuluh, ilmu pengetahuan menemukan bahwa yang terpenting dan yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia adalah jiwanya. Jiwa itulah yang menggerakan manusia untuk bekerja, belajar dan berjuang. Dan jiwa pula yang mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Jika pada zaman Yunani kuno dulu dapat dikatakan bahwa mental sehat


(13)

terdapat didalam tubuh yang sehat (mens sana in corpore sano). Terbukti belakangan ini banyak penyakit yang terjadi akibat jiwa tidak sehat. Dan penyakit tersebut sulit untuk disembuhkan, untuk itu jiwa perlu disembuhkan lebih dulu. Penyakit tersebut terkenal dengan kata “psiko-so-matik” (penyakit badan yang disebabkan oleh keadaan jiwa). Orang yang sehat jiwanya, insya-Allah badannya pun akan sehat pula.

Perkembangan ilmu pengetahuan terus berjalan, berbagai ilmu pengetahuan baru muncul sampai kepada menjadikan manusia sebagai obyek penelitian, maka berkembanglah ilmu psikologi yang mengkaji berbagai daya, unsur-unsur kejiwaan yang sangat mempengaruhi cara berpikir, bertindak, berprilaku, berbicara, dan sebagainya, yang dapat membantu manusia mencapai kebahagiaan dalam hidupnya.

Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi), diketahui bahwa manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapainya dan muncullah layanan berbagai kejiwaan, dari yang paling ringan (bimbingan), yang sedang (konseling), dan yang paling berat (terapi). Dan berkembanglah psikologi sehingga mempunyai cabang-cabang terapan, diantaranya bimbingan, konseling dan terapi.

Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling, dan terapi dimana filosofinya didasarkan atas ayat-ayat Alquran dan Sunnah Rasul.


(14)

Maka terjadilah Proses Bimbingan Islam hendaknya membawa kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan hidup yang telah di ridhoi Allah.1

Dalam aliran psikologi positif setiap harapan adalah hal yang bagus sekali bagi kemaslahatan hidup manusia. Harapan (Hope) ini akan menjadi sumber kekuatan kejiwaan manusia untuk menjadi lebih sempurna.2

Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-Isra: 82

Artinya: “Dan kami turunkan dari Al-Quran suatu yang jadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzolim selain kerugian.” (QS. Al-Israa: 82)

Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosa yang dapat dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Sebelum Kraepelin (1856-1926) tidak ada kesatuan pendapat mengenai berbagai gangguan jiwa yang sekarang dinamakan skizofrenia. Skizofrenia juga merupakan sejenis gangguan terhadap fungsi otak, dimana penyebab skizofrenia disebabkan oleh faktor perubahan kimiawi otak, perubahan dalam struktur otak dan faktor-faktor genetis. Banyak penyakit yang merupakan interkoreksi di antara penyakit fisik dan psikis.

1

Zakiah Daradjat, Psikoterapi Islami, (Jakarta : PT. Bulan Bintang, 2002), Cet. Ke- 1, h. 3.

2


(15)

Kraepelin adalah seorang ahli kedokteran jiwa di kota Munich dan ia mengumpulkan gejala-gejala dan sindroma itu dan menggolongkannya ke dalam satu kesatuan yang dinamakannya: dementia praekox. Dilukiskannya secara tepat sekali gejala-gejala gangguan ini dan dibuatnya suatu klasifikasi yang sampai sekarang masih dipakai.

Menurutnya penyakit ini terjadi kemunduran intelegensi sebelum waktunya, sebab itu dinamakannya demensia (kemunduran intelegensi) prekox (muda sebelum waktunya). Bahwa dementia praecox melibatkan hilangnya kesatuan di dalam diri antara pemikiran, perasaan dan tindakan. Sindrom ini dimulai dari awal masa kehidupan, dan proses detoriorasi yang terjadi sering sekali menghasilkan “disintegrasi dari kepribadian” yang menyeluruh.3

Hingga sekarang kita belum mengetahui dasar sebab skizofren. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang mempercepat, yang menjadikan faktor pencetusnya, seperti penyakit badaniah atau stress psikologik, biasanya tidak menyebabkan skizofrenia, walaupun pengaruhnya terhadap suatu penyakit skizofren yang sudah ada tidak dapat disangkal.4

Skizofrenia bukan merupakan kesatuan penyakit tunggal tetapi malah merupakan suatu kelompok gangguan dari berbagai etiologi dengan

3

Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, Beverly Greene, Psikologi Abnormal, ( Jakarta : PT. Erlangga, 2003), Cet. Ke-5, jilid 2, h. 105.

4

Wf Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, (Surabaya : Air Langga University Press, 1980), Cet. Ke-1, h. 217.


(16)

ciri-ciri umum berikut: adanya cirri-ciri psikotik tertentu selama fase akut penyakit.5

Dalam sejarah perkembangan skizofrenia, penderitanya digambarkan mengalami deteriorasi jangka panjang dan disertai gejala klinis umum yang berupa halusinasi dan waham. Istilah skizofrenia sendiri diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan munculnya perpecahan antara fikiran, emosi, dan perilaku pada pasien yang mengalami gangguan ini. Bleuler mengidentifikasikan simtom dasar (atau primer) dari skizofrenia. Bleuler juga mengemukakan simtom penunjang (sekunder) adalah indikasi utama dementia precox berupa halusinasi dan waham.6

Ada beragam treatment atau penanganan yang dapat diberikan pada penderita skizofrenia yakni: terapi biologis berupa pemberian obat-obat anti-psikosis dalam rangka menghilangkan halusinasi dan gangguan syarafnya, adapula terapi intervensi psikososial seperti terapi kelompok dan terapi keluarga. Dalam penelitian ini, penulis merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana proses yang digunakan di Yayasan Galuh terhadap penderita skizofrenia. Dimana proses yang digunakan adalah dalam bentuk metode kelompok bernuansa bimbingan Islam. Tujuan proses ini yakni membantu pasien mempelajari strategi untuk meningkatkan relasi dengan orang lain.

5

Steven Richeimer, dan Daniel J. Siegel, Buku Saku Psikiatri, (Jakarta : Buku Kedokteran EGC, 1997), h. 114.

6

Yeni Febrianti Kumala Dewi, Schizofrenia And The Other Psychotic, ( Jakarta : 2005) h. 1.


(17)

Penderita skizofrenia di Yayasan Galuh merupakan binaan yang memiliki latar belakang pendidikan agama yang kurang memadai, baik berupa pendidikan formal maupun pendidikan non formal yang ditanamkan di lingkungan keluarga. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab bagi mereka yang menjadi penghuni Panti Rehabilitasi Yayasan Cacat Mental Galuh. Maka bimbingan Islam adalah salah satu hal yang menjadi kebutuhan bagi mereka untuk dapat memperbaiki diri.

Proses bimbingan Islam tidak hanya diprioritaskan kepada satu sisi kehidupan saja, tetapi lebih jauh dari itu kegiatan bimbingan Islam ditujukan untuk seluruh kehidupan agar tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Proses bimbingan Islam adalah salah satu usaha untuk merealisasikan ajaran agama Islam di dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik bagi kehidupan untuk memperoleh keridhoan Allah SWT.

Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Thaaha : 46.

Artinya: “Allah berfirman, Jangan kamu berdua khawatir, sesungguhnya aku beserta kamu berdua. Aku mendengar dan melihat”. ( QS.Thaaha: 46)

Setiap orang mukmin hendaknya berdoa kepada Allah agar Dia melapangkan hatinya, memudahkan segala kesulitannya, memberinya solusi atas berbagai permasalahan serta menghilangkan duka laranya.

Maka itulah diperlukan adanya kegiatan bimbingan Islam yang akan membantu penderita skizofren untuk menghadapi dan menaggulangi individu secara pribadi di lingkungan panti rehabilitasi. Rehabilitasi adalah


(18)

suatu sarana dimana diberikan jaminan keamanan kepada masyarakat untuk tidak mendapatkan gangguan abnormal dari si penderita. Dalam kehidupan panti rehabilitasi memiliki suatu aturan beserta kebudayaannya sendiri. Sebagian diantara penderita telah terbiasa dengan kejiwaannya yang telah terganggu. Fakta di lapangan telah membuktikan para skizofren terasing dan terkucil di masyarakat. Selain itu peran keluarga tidaklah mendukung. Pihak keluarga sangat tidak peduli, pada penderita skizofrenia. Keluarga memberikan secara utuh si penderita pada Yayasan dan mereka menjalani rehabilitasi di Yayasan.

Dari uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang hal ini dan disajikan dalam skripsi dengan judul “Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Adapun batasan dalam penelitian ini hanya difokuskan untuk melihat proses bimbingan Islam pada penderita Skizofrenia di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi.

2. PerumusanMasalah

Adapun perumusan masalah dalam peneliti Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung dalam Proses Bimbingan


(19)

Islam pada Penderita skizofrenia di Panti Rehabilitasi Yayasan Galuh Bekasi.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui Proses Bimbingan Islam Pada penderita

skizofrenia.

b. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam Proses Bimbingan Islam Pada Penderita skizofrenia di Panti Rehabilitasi Yayasan Galuh Bekasi.

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi : a. Teoritis:

Sebagai wadah untuk memperluas wawasan pengetahuan dan pengalaman sehingga dapat meningkatkan kemampuan serta sebagai bahan informasi akademik bagi kemungkinan pelaksanaan penelitian berikutnya yang lebih meluas dan lebih mendalam. b. Praktis:

Sebagai bahan masukan yang dapat digunakan dalam pengembangan dan peningkatan program kegiatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan oleh pemerintah sebagai tambahan keterangan tentang masalah proses bimbingan Islam


(20)

pada penderita Skizofren di panti rehabilitasi, sehingga bermanfaat untuk menambah sumbangan pemikiran dalam membuat kebijakan dan selanjutnya dapat lebih meningkatkan pelayanan pembangunan kepada masyarakat.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) dimana penelitian secara langsung dilakukan di lapangan (objek) penelitian untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu. Dalam hal ini mengenai Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia Di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi.

Pendekatan yang dilakukan adalah penelitian dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dengan informasi dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Ini adalah suatu tema dimana suatu komunitas sosial yang mengharuskan data diperoleh secara langsung di lapangan.7

7

Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Pt. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. Ke-21, h.4.


(21)

2. Instrumen Penelitian

Karena metode yang digunakan adalah observasi atau suatu pengamatan secara langsung di lapangan, maka instrumen penelitiannya adalah penelitian secara sendiri yang menjadi keseluruhan proses penelitian tersebut. 8

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunikasi langsung dan tak langsung, dengan menggunakan instrumen pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi

Dalam hal ini penulis mengamati secara langsung proses bimbingan, kemudian mencatat fenomena dan fakta yang terlihat ketika proses itu dilaksanakan. Observasi dilakukan seperti saat pembimbing berkomunikasi dengan penderita atau saat penderita sedang sendiri tanpa arahan pembimbing.

b. Wawancara

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara langsung kepada pembimbing, petugas penanggung jawab bimbingan rohani di lapangan.

8


(22)

c. Dokumentasi

Dalam hal ini penulis mencari keterangan dan bacaan yang dibutuhkan mengenai masalah yang terkait, melalui sumber-sumber yang ada di lapangan secara langsung.

4. Teknik Analisis Data

Yang dimaksud dengan teknik analisis data adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar kemudian dianalisis agar mendapati hasil berdasarkan data yang telah ada. Hal ini disesuaikan dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif.9

Setelah penulis menghimpun data yang sesuai dengan permasalahan penelitian ini, maka selanjutnya penulis mengelola dan menganalisis data-data tersebut:

a. Data dan informasi yang diperoleh melalui observasi yang dapat mengamati objek penelitian secara langsung menggunakan seluruh alat indera kemudian penulis mengumpulkan data secara akurat, dengan mencatat fenomena (kejadian) dan perilaku yang terlibat dengan objek.

b. Data dan informasi yang diperoleh melalui wawancara yakni peneliti menyalin hasil wawancara ke dalam catatan lapangan kemudian memberikan tanggapan pada bagian penting.

9

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rieneka Cipta, 2003), Cet. Ke-12, h. 194


(23)

c. Data dan dokumentasi digunakan sebagai bahan dan kerangka analisis dalam menimbang dan menguraikan hasil penelitian ini ke dalam skripsi ini.

5. Subjek dan Obyek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah orang atau sekelompok orang yang mampu memberikan informasi. Terdiri dari petugas yayasan, orang-orang yang memberikan binaan (pembimbing) skizofrenia di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi.

6. Waktu dan Tempat Penelitian

Penulis melakukan penelitian sejak 25 Juni 2009 sampai dengan selesai 14 Agustus 2009. Adapun tempat penelitian ini di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi, yang beralamat di Jl. Bambu Kuning IX Kp. Sepatan Rt 02/003, Kelurahan Sepanjang Jaya, Kecamatan Rawa Lumbu Kota Bekasi, Kode Pos 17114.

7. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan penelitian ini, penulis menggunakan pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh UIN Jakarta tahun 2007.

E. Sistematika Penelitian

Adapun sistematika dalam penulisan ini dituangkan dalam beberapa bab dan pada masing-masing bab dijabarkan kedalam sub-sub bab. Dan selanjutnya disusun sebagai berikut:


(24)

BAB I. PENDAHULUAN. Terdiri dari empat sub diantaranya: Latar Belakang Masalah. Pembatasan dan Perumusan Masalah. Tujuan dan Manfaat Penelitian. Metodelogi Penelitian. Sistematika Penelitian. BAB II. TINJAUAN TEORI. Mengenai Tinjauan dalam Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia. Pengertian Bimbingan Islam, Tujuan dan Fungsi. Pengertian Skizofrenia. Gejala-gejala Klinis Skizofrenia. Penyebab Munculnya Penyakit Skizofrenia. Tipe-tipe Skizofrenia. Tindak Lanjut Penganan Skizofrenia.

BAB III. GAMBARAN UMUM YAYASAN REHABILITASI CACAT MENTAL GALUH BEKASI. Dalam bab ini dijelaskan Sejarah Berdirinya Yayasan. Bentuk dan Jenis Pelayanan. Visi Misi Motto dan Tujuan. Struktur Organisasi. Sarana dan Prasarana. Program Kegiatan Pembinaan. Kondisi Penderita Skizofrenia di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi.

BAB IV. PROSES BIMBINGAN. Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofernia di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Proses Bimbingan Islam.

BAB V. PENUTUP. Merupakan bagian Penutup yang meliputi uraian Kesimpulan dan Saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.


(25)

A.

Bimbingan Islam

1. Pengertian Bimbingan Islam

Bimbingan menurut bahasa (etimologi) ialah kata terjemahan “guidance” yang berasal dari bahasa Inggris. Bimbingan memiliki arti sebagai bantuan atau tuntunan. Mengartikan “guidance” atau bimbingan dengan kata menunjukan “menuntun” atau membimbing ke jalan yang benar.1

Secara terminologi, bimbingan itu adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan agar individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan, sekolah, keluarga, masyarakat serta kehidupan pada umumnya dengan sumbangan yang berarti pada kehidupan masyarakat. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.2

1 H M. Arifin, Pedoman pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan agama. ( Jakarta : Golden Trayon Press, Cet ke-1, h. 1.

2 Rahman Natawidjaya, Peranan Guru Dalam Bimbingan di Sekolah. (Bandung : CV Abardin, 1998), Cet ke-1. h, 7.


(26)

Dewa Ketut Sukardi menjelaskan, “Bimbingan adalah suatu proses yang diberikan kepada seseorang agar membanggakan potensinya yang dimiliki, mengenal diri sendiri, mengatasi persoalan sehingga ia dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa tergantung pada orang lain”.3

Bimo Walgito menyebutkan bahwa bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya. Agar individu atau sekumpulan individu-individu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.4

Sedangkan menurut Thohari Musnamar “bimbingan” adalah “proses memberikan bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”.5

Pengertian Islam menurut Nasarudin Razaq, memberikan pengertian bahwa kata Islam secara kebahasaan berasal dari bahasa arab yaitu ”salima yang berarti selamat, sentosa dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat”.6

3 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), h. 66.

4 Bimo Walgito, Bimbingan Penyuluhan di Sekolah. (Yogyakarta : Andi Offset, 1993) Cet, ke-2, h. 4.

5 Thohari Musnamar. Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam. (Yogyakarta : UII Press, 1992), h. 76.

6 Nasarudin Razaq. Peninjauan Kembali Islam Sebagai Suatau Dogma. (Bandung : Al- Ma’rif, 1977), Cet Ke- 2, h. 9.


(27)

Pengertian secara kebahasaan, menurut Maulaan Muhammad Ali, kata Islam mempunyai pengertian perdamaian. Damai dengan Allah dengan berserah diri sepenuhnya kepada kehendaknya.7

Hal ini dipertegas oleh Ahmad Abdul Raheem Al-Sayih bahwa Bimbingan Islam adalah salah satu titik tolak ajaran Islam, yang menjadi salah satu prinsip interaksi sosial disemua bentuk kemasyarakatan.8

Dari uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa bimbingan Islam adalah upaya memberikan bantuan dan motivasi kepada individu dalam ajaran agama untuk mencapai tujuan kebaikan dunia dan akhirat.

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam

Dalam melaksanakan bimbingan Islam terhadap individu atau kelompok agar mendapat hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan serta mengarahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi, maka perlu diperhatikan terlebih dahulu tujuan dari kata bimbingan, menurut Prayitno ada dua tujuan, yaitu:

a) Tujuan Umum adalah untuk membantu individu dalam

mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predeposisi, dan berbagai latar belakang yang ada dan sesuai dengan tuntunan positif lingkungannya.

7 Maulana Muhammad Ali, Islamologi atau Dinul Islam, (Jakarta : Darul Kutubi Islamiyyah, 1996) Cet Ke- 5, h. 4.

8 Ahmad Abdul Raheem Al- Sayih, Keutamaan Islam, terjemahan Muhammad Muhcson Ansy, (Jakarta : Pustaka Azzam, 2001) h. 163.


(28)

b) Tujuan Khusus merupakan dari penjabaran tujuan yang dikaitkan langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu sesuai dengan kompleksitas diri dari permasalahannya.9

Dalam keadaan individu yang membutuhkan bantuan maka fungsi bimbingan Islam dengan individu dapat dibagi menjadi empat tingkatan yaitu:

a) Fungsi Pencegahan (Preventif), yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi klien.

b) Fungsi Kuratif (Korektif), yaitu memberikan bantuan kepada klien dalam memecahkan suatu masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.

c) Fungsi Pemeliharaan (Preservatif), konselor membantu klien yang sudah sembuh agar tetap sehat, tidak mengalami problem yang dihadapi.

d) Fungsi pengembangan (Developmental), yakni membantu seseorang memelihara dan dapat mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik, atau menjadi lebih baik.

Uraian di atas menunjukan bahwa bimbingan memiliki fungsi yang komprehensif (menyeluruh), bagi pembinaan individu pada arah

9 Prayitno, dan Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Rineka Cipta, 1999), Cet. Ke-1, h. 144.


(29)

tujuan yang diinginkan yakni terbentuknya individu yang sesuai dengan ketentuan agama.10

B. SKIZOFRENIA

1. Pengertian Skizofrenia

Di dalam buku Hygiene Mental dan kesehatan mental Islam dijelaskan skizofrenia adalah nama untuk kelompok reaksi-reaksi psikotis yang dicirikan dengan adanya penarikan diri, gangguan (kekacauan) pada kehidupan emosional dan afektif disertai halusinasi dan delusi-delusi perilaku negatifistik dan kerusakan/kemunduran jiwanya yang progresif.11

Skizofren berasal dari bahasa Yunani, “schizein” yang artinya “terpisah” atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa’. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan prilaku.

Skizofrenia merupakan “sejenis gangguan terhadap fungsi otak. Dimana penyebab skizofrenia disebabkan oleh faktor diantaranya perubahan kimiawi otak, perubahan dalam struktur otak dan faktor-faktor genetis”.12

10 Aunnur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2001), h. 37.

11 Kartini kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Islam (Bandung : Mandar maju, 1989), h. 131.

12 Jimmi Firdaus, Skizofrenia Sebuah Panduan Bagi Keluarga Penderita Skizofrenia, (Yogyakarta : cv Qalam 2005), h. 1


(30)

Blueler, seperti dikutip Yeni Febriyanti, mengidentifikasikan simtom dasar (primer) dari skizofrenia yang dikenal dengan asosiasi, afek, autisme, dan ambivalensi. Ia juga mengemukakan simtom penunjang (sekunder) yang menurut Kraepelin adalah indikasi utama dementia praecox yang berupa halusinasi dan waham.13

Kartini Kartono dalam bukunya Patologi Sosial 3 Gangguan Kejiwaan, menjelaskan skizofrenia adalah bentuk kegilaan dengan disintegrasi pribadi, tingkah laku emosional dan intelektual yang ambigous (majemuk) dan terganggu secara serius mengalami regresi atau dementia total. Pasien banyak melarikan diri dari kenyataan hidup dan berdiam di dalam dunia fantasi.14

Zakiah Daradjat berpendapat bahwa skizofrenia adalah penyakit jiwa yang dapat menyebabkan kemunduran kepribadian yang mulai tampak pada masa puber dan paling banyak menderita ialah orang yang umurnya berkisar 15-30 tahun.15

Dadang Hawari menyebutkan bahwa Skizofrenia berasal dari dua kata “skhizo” yang berarti retak atau pecah dan “frenia” yang berarti jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita gangguan

13 Ibid, h. 1.

14 Kartini, Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 357.

15 Zakiah Daradjat. Kesehatan Mental. (Jakarta : PT. Toko Gunung Agung, 2001, h. 49.


(31)

jiwa skizofernia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (splitting of personality).16

2. Gejala-gejala Klinis Skizofrenia

Adapun gejala-gejala klinisnya yakni sebagai berikut: 1. Gejala primer:

a) Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, dan isi pikiran). Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Pikiran melayang sering tidak ada hubungan antara emosi dan pikiran, biasanya pikaran tidak dapat diikuti sama sekali timbulnya lebih cepat.

b) Gangguan afek dan emosi. Adanya kedangkalan afek dan emosi. Pasien lebih menjadi acuh tak acuh terhadap hal-hal yang penting bagi dirinya sendiri. Adanya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik. Karena terpecahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan terdapat bersama-sama, umpanya mencintai dan membenci pada satu orang yang sama.

c) Gangguan kemauan. Skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan, yang tidak dapat mengambil keputusan dan tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan. Mereka selalu memberikan alasan walaupun alasan tersebut tidak jelas atau tidak tepat.

16 Dr. Dadang Hawari. Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa,2004). h. 561.


(32)

d) Gejala psikomotor. Berupa gangguan perbuatan. Gejala ini dapat pula dikelompokan pada gejala sekunder.

2. Gejala sekunder:

a) Delusi. Pada skizofrenia waham (isi pikir) sering tidak logis sama sekali. Bagi pasien wahamnya merupakan fakta yang tidak dapat diubah oleh siapapun.

b) Halusinasi. Yang timbul tanpa penurunan kesadaran dan ini merupakan suatu gejala. Paling sering pada skizofrenia halusinasi pendengaran dalam bentuk suara-suara.17 Yang terdengar suara yang jelas yang tampaknya timbul diluar diri sendiri, suara ini harus terdiri lebih dari bisikan, gerutu yang tak dapat dipahami, atau kata tunggal. Seringkali, suara-suara ini mengomentari atau mengarahkan tindakan pasien.18

3. Penyebab Munculnya Penyakit Skizofrenia Sebab-sebab terjadinya skizofrenia

a) Faktor biologis

Berdasarkan teori yang mengintegrasikan faktor biologis seseorang mungkin memiliki kerentanan spesifik (diatesis) yang apabila diaktifkan oleh pengaruh stress dapat memungkinkan berkembangnya skizofrenia.

17 Wf. Maramis Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, ( Surabaya : Air Langga University Press, 1980) Cet ke-1, h. 215.


(33)

Semakin besar kerentanan seseorang semakin kecil pula menyebabkannya menjadi skizofren, semakin kecil kerentanan maka butuh stressor yang besar untuk menjadi penderita skizofrenia.

b) Faktor psikososial

Pengalaman yang penuh stress dapat memberikan kontribusi terhadap perkembanagan skizofrenia pada individu yang memiliki kerentanan secara genetis. 19

c) Faktor kesalahan belajar

Seseorang menjadi skizofrenia karena pada masa kanak-kanak ia belajar pada model yang buruk. Karena ia mempelajari reaksi dan cara pikir yang tidak rasional dengan meniru dari orang tuanya, yang sebenarnya juga memiliki masalah emosional.

Orang tua atau pengasuh mungkin memperlihatkan sikap kritis, dan sangat ingin ikut campur dalam urusan anak. Banyak penelitian menunjukan keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi (dalam hal apa yang dikatakan maupun maksud perkataan).

Bandura menyetujui keyakinan dasar behaviorisme yang mempercayai bahwa kepribadian dibentuk melalui belajar. Namun ia berpendapat bahwa bukan proses yang mekanis, manusia menjadi partisipan yang pasif. Sebaliknya manusia itu aktif

19 Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, Beverly Greene, Psikologi Abnormal, ( Jakarta : PT. Erlangga, 2003), Cet. Ke-5, Jilid 2, h. 136.


(34)

mencari dan memproses informasi tentang lingkungannya, agar dapat memaksimalkan hasil yang menyenangkan.20

d) Faktor-faktor sosial

Beberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan urbanisasi banyak berpengaruh dalam menyebabkan skizofrenia. Meskipun ada data pendukung, namun penekanan saat ini adalah dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu timbulnya onset dan keparahan penyakit.21

e) Faktor religius

Dalam kenyataan sehari-hari banyak orang yang tidak berhasil dalam mencapai kebahagiaan di dunia lebih-lebih kebahagiaan di akhirat kelak. Akibatnya kegagalan dan ketidakmampuan manusia mencapai yang diinginkannya, maka ia akan dihinggapi oleh rasa kecewa, khawatir, dan rasa takut tidak akan berhasil dalam usaha apapun akibatnya ada di antara mereka yng berkeluh kesah, bimbang dan rasa cemas yang mendalam.

Keadaan seperti itu banyak terjadi yang tidak hanya pada orang-orang tertentu saja tetapi dapat terjadi pada siapapun. Allah menyatakan bahwa sifat manusia sering gelisah dan berkeluh kesah.22

20 Syamsu Yusuf Ln, A. Juntika Nuhrisan. Teori Kepribadian (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007) Cet ke-1, h. 133.

21 Yeni Febriyanti Kumala Dewi, Skizofrenia Dan Gangguan Psikotik lainnya, h. 11.


(35)

Sebagaimana Synderman menyatakan bahwa terapi medik tanpa agama (doa dan dzikir) tidaklah lengkap, sementara agama (doa dan dzikir) tanpa terapik medik tidaklah efektif.23

4. Tipe-tipe Skizofrenia

a) Skizofrenia yang Hebefrenik (kanak-kanak).

Permulaannya secara perlahan-lahan sering timbul pada masa remaja dan dewasa awal antara 15-25 tahun. Ada reaksi sikap dan tingkah laku yang kegila-gilaan, suka tertawa-tawa untuk kemudian menangis tersedu-sedu. Sangat irritable atau mudah tersinggung. Sering dihinggapi sarkasme (sindiran tajam) dan menjadi meledak-ledak penuh kemarahan atau menjadi explosif sekali tanpa sebab. Fikirannya selalu melantur.

Banyak tersenyum-senyum. Mukanya selalu berekspresi aneh tanpa ada satu stimulus pun. Halusinasinya dan delusinya biasanya bersifat aneh-aneh, pendek-pendek dan cepat berganti-ganti.

b) Skizofrenia yang Katatonic (otot yang kaku).

Timbulnya pertama kali berkisar 15-30 tahun. Biasanya sering didahului oleh stress emosional. Urat-uratnya jadi kaku. Mengalami chorea-flexybility (wax-flexibility), yaitu badan jadi beku-beku seperti malam. Sering menderita catalepsy, yaitu dalam keadaan tidak sadar seperti kondisi trance. Seluruh badannya

23 Dadang Hawari, Pendekatan Holistic Pada Gangguan Jiwa Skhizofrenia. (Jakarta : FKUI, 2007) h. 528.


(36)

menjadi kaku dan tidak bisa dibengkokkan. Jika dia mengambil posisi tertentu, misalnya berdiri miring, berlutut, jongkok, kepala di bawah dan lain-lain, maka dia bertingkah sedemikian untuk berjam-jam atau berhari-hari lamanya. Sering juga pasien dalam keadaan tidur yang hypnotic, seperti kena sihir. 24

c) Skizofrenia yang Paranoid.

Dimulai sejak umur sesudah usia 30 tahun. Si penderita diliputi oleh macam-macam delusi dan halusinasi yang terus menerus berganti coraknya dan tidak teratur sifatnya (misalnya delusion of grandeur dan delusion of persecution). Sering merasa iri hati, dendam, cemburu, dan curiga. Emosinya pada umumnya beku dan apatis. Pasien tampak lebih waras dan tidak seganjil aneh, jika dibandingkan dengan penderita skizofrenia jenis lainnya. Akan tetapi, biasanya bersikap bermusuhan terhadap siapapun juga.25 d) Skizofrenia simplex.

Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala awal pada jenis ini adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi biasanya jarang sekali terdapat, karena pada jenis ini timbulnya secara perlahan-lahan sekali. Pada awal permulaan mungkin si pasien mulai kurang memperhatikan

24 Wf. Maramis Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, (Surabaya : Airlangga University Press, 1980), Cet ke-1, h. 223.


(37)

keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Semakin lama ia semakin mundur dalam pekerjaan dan pada akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya mungkin ia menjadi pengemis, pelacur, bahkan penjahat sekalipun. e) Episoda skizofrenia akut.

Pada gejala ini timbul mendadak sekali dan pasien seperti pada keadaan mimpi. Kesadaran mungkin berkabut. Pada keadaan ini timbul keadaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, seolah memiliki satu arti yang khusus baginya. Prognosanya baik, dalam waktu beberapa minggu atau biasanya kurang dari 6 bulan pasien sudah membaik.

f) Skizofrenia residual.

Ialah keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala primernya Bleuer, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali terserang skizofrenia.

g) Jenis skizo-afektif.

Disamping gejala-gajala skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaan juga gejala-gejala depresi. Yang lebih cenderung untuk menjadi sembuh tanpa efek, tetapi dapat timbul tanpa serangan.26

26 WF Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, ( Surabaya : Airlangga University Press, 1980), Cet. Ke-1, h. 228.


(38)

5. Tindak Lanjut Penanganan Skizofrenia,

Diperkirakan tidak lebih dari 10% pasien skizofrenia yang dapat berfungsi secara baik dengan pendekatan yang hanya menekankan pada obat antipsikotik dan perawatan rumah sakit singkat. Sedangkan 90% sisanya membutuhkan berbagai pendekatan dinamis termasuk farmokoterapi, terapi individu, terapi kelompok, keluarga, dan perawatan rumah sakit didalam perawatan skizofrenia. Oleh karenanya tidak ada pendekatan tertentu yang dapat disebut sebagai pengobatan untuk skizofrenia. Karena setiap intervensi yang dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan untuk setiap pasien. Pengobatan ataupun tindak lanjut dalam penanganan pasien skizofrenia harus mempertimbangkan beberapa hal :

a) Penderita skizofrenia memiliki sifat individual, latar belakang keluarga dan kondisi psikologis yang unik, oleh sebab itu, penanganan mungkin berbeda antara pasien yang satu dengan yang lainnya.

b) Perlu diperkirakan strategi penanganan yang sifatnya nonkimiawi (tidak hanya melibatkan obat).

c) Skizofrenia merupakan gangguan yang kompleks, pendekatan terapi tunggal kurang mencukupi.27


(39)

MENTAL YAYASAN GALUH BEKASI.

A. Sejarah Berdirinya

Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi adalah salah satu tempat rehabilitasi yang menggunakan sistem pengobatan tradisional secara herbal, yang terdiri dari: doa, pitua, ramuan, urut, dan pijat. Dengan proses inilah asal mula cara pengobatannya. Kata “GALUH” yang berarti bentuk dari “Gagasan Leluhur”. Dimana suatu bentuk Gagasan dari salah satu orang tua (Leluhur) dari yayasan tersebut, maka terbentuklah nama “GALUH”. Pendiri Yayasan ini bernama Bapak Gendu Mulatip, yang lahir pada tahun 1916. Sebagai manusia biasa yang sangat sederhana. Bapak Gendu memiliki rasa sosial yang sangat tinggi, ia begitu memperdulikan sesama, atas dasar kemanusiaan. Terutama pada sekalangan orang yang memiliki gangguan jiwa (sakit jiwa).

Pada awalnya Bapak Gendu Mulatip melihat orang sakit jiwa (gangguan jiwa) melintas dijalan yang sedang diganggu oleh anak-anak, lalu anak-anak tersebut dilempar batu oleh orang sakit jiwa sehingga orang tua dari anak tersebut marah kepadaorang sakit jiwa itu, atas kejadian tersebut Bapak Gendu Mulatip membawa orang sakit jiwa kerumh pribadinya untuk dirawat, dan diobati secara tradisional hal ini terjadi pada tahun 1982, kemudian Bapak gendu Mulatip dan keluarga mendirikan


(40)

“GALUH” sebagai tempat penampungan, pengobatan, dan pembinaan penyandang cacat mental (sakit jiwa) untuk membantu pemerintah dalam usaha menanggulangi orang terlantar dan cacat mental (sakit jiwa).

Adapun pengobatan yang dilakukan dengan menggunakan cara tradisional didapatkan dari warisan leluhur serta pengalaman, khususnya dengan ramuan tradisional yang diracik sendiri bahannya didapatkan dari tanaman-tanaman obat yang berada disekitar bekasi, hal ini merupakan pengobatan alternatif.

Dari usaha tersebut terwujudlah kepercayaan dari masyarakat atau keluarga pasien yang menitipkan keluarganya yang menderita sakit jiwa dan terlantar, dari hasil operasi K3 (Kebersihan, Ketertiban, dan Keindahan) dan siskamling (sistem keamanan lingkungan) diwilayah kelurahan Margahayu, sehingga tertampung pasien sakit jiwa sebanyak 20 orang. Dengan cara pengobatan tradisional yang dilakukan. Banyak p[asien yang sembuh normal dan keberfungsian sosialnya kembali di masyarakat seperti dapat bekerja dan berkumpul dengan keluarganya. Dari peristiwa tersebut tersebarlah informasi dari mulut kemulut sehingga bertambahlah jumlah pasien sakit jiwa bahkan ada yang dari luar daerah Bekasi.

Setelah adanya pembinaan dan kerjasama dengan Dinas Sosial DT. II Bekasi dan bergabungnya kawan-kawan yang mempunyai tekad serta tujuan yang sama untuk memajukan Yayasan Galuh juga berdasarkan pada pengalaman selama 12 tahun dari tahun 1982-1994 dalam bidang


(41)

pengobatan dan rehabilitasi sakit jiwa secara tradisional dan didorong oleh rasa tanggung jawab untuk lebih maju, maka yayasan mendaftarkan ke notaris Laksmi Moerti Adhianto, SH dengan Akte No. 264 dan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. No 062/342/PRKS/2003 serta kedinas-dinas terkait.

Setelah mempunyai lahan seluas 1.700 m di Kp. Poncol Rt. 01 Rw. 24 Kelurahan Margahayu Kec. Bekasi Timur Kotamadya Bekasi< maka dibangunlah sebuah panti dengan kondisi sangat sederhana sebagai tempat istirahat pasien yang ditampung, dirawat, diobati, serta direhabilitasi. Pasien yang dirawat diYayasan Galuh berjumlah 243 orang dan 50persen diantaranya tidak memiliki keluarga.

Pada tanggal 5 Juli 2007 Yayasan Galuh berpindah tempat di Jl. Bambu Kuning IX Kp. Sepatan Rt. 02/003, Kelurahan Sepanjang Jaya, Kecamatan Rawa Lumbu Kota Bekasi. Kode Pos 17114. 1

B. Bentuk dan Jenis Pelayanan

Yayasan Galuh memberikan pelayanan kepada pasien dalam bentuk pengobatan secara tradisional yang diberikan dengan beberapa metode seperti; Do’a, pitua, dan rasa kasih sayang.

Dan jenis pelayanannya berupa penyembuhan, pembinaan, dan terapi mental agar dapat mengetahui emosi dari pasien, seperti pasien

1


(42)

diberikan pertanyaan mengenai identitas dirinya, diberikan beberapa tugas agar pasien dapat belajar dan bertanggung jawab.2

C. Visi, Misi, Motto, dan Tujuan 1. Visi

Membantu mengurangi garis kemiskinan kehidupan di kalangan Masyarakat sekitar maupun luar.

2. Misi

Meningkatkan harkat dan martabat manusia. 3. Motto

Hati yang bergembira adalah obat. Suatu kata dan perbuatan patah tumbuh hilang berganti.

4. Tujuan

Mengembalikan harga diri, rasa percaya diri, dan keberfungsian sosial.3

D. Struktur Organisasi

Struktur organisasi di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi. Menggambarkan tentang mekanisme pola hubungan yang menunjukan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi.

2

Dadang, Wak. Kepala Umum Yayasan Galuh. Wawancara Pribadi, Bekasi : 25 Juni 2009.

3


(43)

STRUKTUR ORGANISASI SOSIAL YAYASAN GALUH BEKASI Pendiri/Ketua:

Gendu Mulatip Sekretaris:

Amir ES. BSc

Pengobatan: Gendu Mulati Bendahara: Theresia p Kepala Panti: Sugandi Kepala Umum: Suhanda Kepala Perawat: Suhartono Kepala Humas: AA. Sugito Bagian Perawata

Uraian tugas personil lembaga sebagai berikut: 1. Ketua

a. Mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keputusan yang dibuat.

Bagian Umum 1. Jaeni

2. Acim 3. O. Suyardi 4. Nawi 5. Ujang 6. Saiful 7. Suganda 8 Abdul Rahman

1. Mustopa 11. Maryani 2. Nana. S 12. Eni 3. Puput. D 13. Heri 4. Neng Wisnu 14. Herwan 5. C. Suwarsih 15. Tin-Tin 6. Neti. H 16. Nyai 7. Iis. S 17. Lina

Bagian Konsumsi

8. Bambang 18. Een

1. Yumenah 2. Nina 3. Casitam 4. Eti 5. Adji 6. Maimuna


(44)

b. Mempunyai tugas untuk mengatur bawahannya. 2. Pengobatan

a. Memberikan pengobatan secara menyeluruh kepada seluruh pasien. b. Menentukan penyembuhan pasien.

c. Menerima laporan dari kepala panti dan kepala perawat tentang keperawatan pasien.

3. Sekretaris

a. Membuat program-program seperti laporan pengurus. b. Bertugas mengatur surat menyurat.

4. Bendahara

a. Mencatat setiap pemasukan yang diberikan keluarga pasien, donatur, serta mencatat hasil pengeluaran panti.

b. Membuat laporan kas bulanan.

c. Memberikan gaji penguryus yang telah ditetntukan ketua. 5. Pembukuan

a. Mencatat setiap data mengenai pasien dan menyimpan data. b. Bertanggung jawab dengan dokumentasi dan penyimpanannya. 6. Keuangan

a. Mengatur gaji pengurus.

b. Menerima sumbangan dari pasien maupun donatur 7. Ka. Panti

a. Mempunyai tugas untuk bertanggung jawab mengenai pekerjaan pengurus yang ada dilapangan.


(45)

b. Bertanggung jawab terhadap seluruh pasien.

c. Bertanggung jawab seluruh aset panti, seperti kendaraan panti. 8. Ka. Perawat

a. Mempunyai tugas untuk menangani pasien, berupa identifikasi permasalahan pasien, dan memberikan bimbingan nmental dan fisik pasien.

b. Bertanggung jawab terhadap seluruh kondisi pasien.

c. Bertanggung jawab untuk menyediakan bahan-bahan pengobatan. d. Mempunyai tanggung jawab langsung terhadap ketua.

9. Wak. Perawat

a. Mempunyai tugas untuk membantu setiap pekerjaan yang dilakukan oleh Ka. Perawat.

b. Dapat mewakili Ka. Perawat bila tidak dapat hadir dalam suatu kegiatan.

10.Ka. Humas

a. Mempunyai tugas untuk memberikan informasi kepada keluarga pasien mengenai panti.

b. Mempunyai tugas untuk dapat bekerjasama dengan masyarakat. 11.Wak. Humas

a. Dapat bekerjasama dengan Ka. Humas dalam setiap pekerjaan. b. Dapat mewakili atau menggantikan Ka. Humas bila tidak dapat


(46)

12.Bag. Umum

a. Mempunyai tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dapur. 13.Bag. Perawat

a. Bertugas untuk melakukan perawatan terhadap pasien, seperti memandikan pasien.

14.Bag. Konsumsi

a. Bertugas untuk memasak, belanja kebutuhan panti, dan memelihara peralatan dapur.4

E. Sarana dan Prasarana

Di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi memiliki sarana dan prasarana berupa:

1. Bentuk bangunan dengan luas tanah berkisar 3200 M persegi yang terdiri dari :

a. Bangunan untuk kegiatan Yayasan.

b. Rumah Dinas bagi pembimbing sebanyak 15 unit bangunan. c. Lahan untuk sarana berolah raga maupun upacara bendera. 2. Bangunan-bangunan yang terdiri dari :

a. Bangunan perkantoran sebanyak 1 ruangan. b. 3 Barak diperuntukkan

1) Barak 1 : untuk pasien Wanita 2) Barak II dan III : untuk pasien Pria

4


(47)

c. 8 MCK berupa

1) 4 MCK : untuk pembimbing. 2) 4 MCK : untuk pasien

3. Bangunan-bangunan lainnya seperti, dapur, musholla, gudang yang meliputi :

a. Penerangan : Listrik dari PLN b. Air : Air PAM dan Pompa Listrik.

c. Peralatan lainnya : Administrasi Kantor, peralatan pada perawatan, dan kebersihan lingkungan, jalan yang sudah diaspal, beserta keamanan lainnya.

4. Beberapa Kendaraaan a. 4 unit mobil berupa:

1) 1 unit mobil ambulans : untuk pasien yang meninggal atau kebutuhan warga sekitar.

2) 1 unit mobil untuk Tim Buser (Buru Sergap) sebagai mobil jemputan bagi pasien.

3) 1 unit mobil dinas untuk pengurus.

4) 1 unit mobil bak untuk sarana pembelanjaan.

b. Kendaraan bermotor bagi tiap pembimbing panti diperuntukan untuk mengejar pasien yang berada di jalanan dan mencari pasien yang hilang.


(48)

F. Kedudukan Lembaga dengan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lain.

Dalam melaksanakan semua kegiatan Yayasan Galuh saat ini belum bekerjasama dengan lembaga pelayanan kesejahteraan sosial lain, hal ini disebabkan tidak adanya aksi timbal balik antara kedua belah pihak, dan sedikitnya lembaga sosial yang bergerak dibidang cacat mental. Namun Yayasan Galuh tidak lepas dari kerjasama instansi-instansi berbagai bidang, antara lain:

1. Dinas Sosial Provinsi. 2. Dinas Kesehatan. 3. Polisi Pamong Peraja. 4. Kepolisian.

G. Program Kegiatan dan Pembinaan

Adapun kegiatan harian yang dilaksanakan di Yayasan Galuh ialah: 1. Bangun Pagi

2. Upacara bendera

3. Mandi Cuci Kakus (MCK) 4. Makan pagi

5. Kerja Bakti 6. Nonton Tv 7. Makan siang


(49)

9. Mandi sore

10.Mengembala ternak 11.Makan sore

12.Istirahat total.

Kegiatan dan pembinaan di Yayasan Galuh Bekasi ialah:

1. Pembinaan yang melalui faktor pendekatan adanya sosialisasi berupa karakteristik yang akan ditonjolkan oleh pasien untuk kepada pembimbing. Agar pembimbing mampu merawat pasien dengan layanan intensif yang bersifat mampu memberikan pengertian-pengertian yang tinggi dengan cara melawan arus (mengikuti maunya pasien) dan dapat menegaskan hal positifnya kepada pasien itu sendiri. 2. Pembinaan kesadaran beragama bagi pasien dengan cara:

a) Belajar membaca Al-Quran.

b) Membentuk manusia yang utuh dalam melaksanakan, mengamalkan dan mampu mempelajari perintah agama Islam.

c) Mempelajari tata cara sopan santun saling menghormati dan saling menghargai antar pasien yang lain.

d) Membina kesadaran agar mampu menciptakan rasa aman dan saling melindungi bagi pasien dan untuk pasien yang lainnya.5

5 Ibid,.


(50)

G. Kondisi Penderita Skizofrenia

Proses awal masuknya pasien di pantai Rehabilitasi Cacat Mental pada Yayasan Galuh Bekasi dilakukan melalui tahapan identifikasi tingkah laku, sikap dan sifat, karakteristik (pasif, aktif, hiperaktif dan non hiperaktif). Proses terbentuknya gangguan jiwa pada setiap penderita dapat dibedakan menjadi lima, yakni: 1) faktor kebiasaan, 2) faktor emosional, 3) halusinasi waham, 4) imajinasi, 5) keputusasaan (jiwa akut sulit disembuhkan).

Penderita gangguan jiwa di panti rehabilitasi Yayasan Galuh Bekasi rata-rata merupakan penderita skizofrenia, yakni hampir setengah dari pasien mengalami gangguan skizofrenia. Faktor utama dari pasien penderita skizofrenia ialah penderita narkotika (narcotics) yakni zat-zat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan pusat syaraf. Istilah narkotika biasanya digunakan untuk obat adiktif yang memiliki kemampuan melepaskan rasa sakit dan menyebabkan tidur, hal ini yang membuat setiap orang yang menggunakan akan mengalami kecanduan. Dimana telah diketahui bahwasanya narkotika sangat berbahaya untuk dikonsumsi bagi tubuh. Karena banyak penderita skizofrenia yang rata-rata mengkonsumsi narkotika dan akhirnya mengalami gangguan mental dan perilaku, sebagai akibat dari kerusakan sistem syaraf yang tidak seimbang pada sel-sel syaraf pusat di otak.


(51)

Ada pula penyimpulan bahwa penderita skizofren terjadi karena adanya pandangan dari penyesuaian diri, yaitu karena ketidakmampuan dalam menghadapi kesukaran hidup, tidak mampu dalam menyesuaikan diri sedemikian rupa, sehingga penderita sering sekali menemui suatu kegagalan di dalam kehidupannya. Kebanyakan penderita skizofrenia terjadi setelah menghadapi suatu peristiwa yang menekan, dan berakibat muncullah penyakit yang sudah terdapat secara sembunyi di dalam diri penderita tersebut.

Dalam perkembangan penyakit skizofrenia sangatlah lamban, mungkin dalam beberapa bulan atau beberapa tahun barulah menunjukan adanya suatu gejala-gejala yang cukup ringan, dan bertitik pada suatu gejala yang sangat hebat.

Pada pendekatan biologis perkembangan tidak berlangsung spontan, melainkan harus dimengerti sebagai pemekaran yang ditentukan secara biologis yang tidak dapat berubah lagi. Pendekatan kerohanian menjelaskan pada sisi psikis manusia yang sebenarnya sulit untuk dipahami karena menggunakan penekanan pada rasa. Dan setiap tingkah laku adalah hasil pertemuan antara faktor pribadi dan lingkungan. 6

6


(52)

Jumlah Penderita Gangguan Jiwa Secara Umum hingga tahun 2009 di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh bekasi.7

No Jenis Jumlah

1. 2.

Pria Wanita

185 Orang 95 Orang

Total 280 Orang

7


(53)

BAB IV

PROSES BIMBINGAN ISLAM

A. Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia

Proses Bimbingan Islam pada penderita Skizofrenia di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi, yaitu memperkenalkan dari awal mengenai pembelajaran ajaran-ajaran Islami. Hal tersebut diharapkan dapat diaplikasikan pada proses bimbingan Islam. Dimana pasien mengalami gangguan jiwa (sifatnya umum), Skizofrenia (sifatnya khusus).

Pada pengembangan kepribadian Islam hati menjadi sorotan utama. Hati diartikan sebagai muara segala kebaikan Ilahiyah. Karena hati adalah cerminan baik buruk seseorang.

Di dalam proses bimbingan Islam, pasien diarahkan secara individual oleh seorang pembimbing, karena pasien umumnya membutuhkan figur yang baik untuk membantunya dalam mencapai kesembuhannya. Dengan mudah pembimbing akan memunculkan pasien di dalam merespon permasalahan yang lebih sehat di dalam kehidupannya.1

Setelah penulis melakukan pengamatan dan wawancara, maka penulis dapat menggambarkan proses apa saja yang telah dilakukan oleh

1


(54)

Yayasan atau pembimbing di Yayasan Galuh Proses Bimbingan Islam Mencangkup :

1. Metode Bimbingan, yang dilakukan oleh pasien skizofrenia secara berkelompok.

2. Materi yang digunakan:

a. Pada proses awal tahapan permulaan, mencangkup Fiqih ibadah. Dimana pasien mengenali materi:

a) Sholat sebagaimana telah diketahui bahwa sholat dapat menimbulkan kesadaran penuh tentang identitas diri yang berperan sebagai sikap mental yang sehat. Yang terdapat dalam surat Al-Baqarah (2):43

Artinya: “Dirikanlah Sholat, tunaikanlah Zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (QS. Al-Baqarah:43)

b) Membimbing bacaan Dzikir, selesai kegiatan Shalat. Beberapa manfaat dzikir bagi kesehatan jiwa adalah:

1) Menjaga alam kejiwaan dari hal-hal negatif.

2) Perjanjian kepada Allah untuk menjaga dan mengakui keberadaannya di dalam hati hamba-hambaNya.

3) Menjadikan hati senantiasa taat padaNya.

4) Sugesti diri agar menjadi lebih mempercayai diri sendiri. 5) Menanamkan rasa rendah hati.


(55)

c) Muhasabah ialah waktu dimana pasien harus mempunyai kesempatan untuk merenungkan dirinya.

d) Tafakkur, memikirkan segalanya tentang kebesaran Allah. Sangatlah efektif di dalam mengatasi gangguan psikologis.

e) Tadabur Quran pemahaman makna ayat-ayat Al-Quran. Sebagai contoh: membacakan tiga ayat dengan pemahaman artinya.

b. Proses Menengah: Tahapan kesungguhan. Materi yang digunakan: Mengenal hukum-hukum Islam secara dasar, proses dari tahap bersih dari sifat-sifat tercela dan maksiat. Pasien dengan kesungguhannya dapat mengisi diri dengan perilaku mulia yang dimunculkan dari proses pada tahap awal.2

Tahapan ini dilakukan pada saat menjelang proses bimbingan berakhir. Di sini pemrosesannya mengkaji bersama dengan pasien tentang apa saja yang telah dipelajari selama bimbingan Islam berlangsung. Dan apa saja yang telah pasien ketahui yang akan diterapkan di dalam kehidupannya nanti. Apakah semua yang telah dipelajari ini akan diterapkan ke dalam perilakunya sehari-hari dan hal ini perlu adanya diskusi dengan pasien lebih lanjut. Hal ini penting dilakukan karena proses dalam bimbingan Islam yang telah disetujui bersama pasien dengan jelas telah terpenuhi dan tercapai.

c. Proses akhir ini materi yang digunakan ialah Pelaksanaan kegiatan rohani dimana pada proses akhir tahap ini pasien merasakan


(56)

kesembuhannya. Karena pada tahapan ini pasien bukan hanya menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya saja, akan tetapi mampu merasakan kenikmatan, kedekatan, kerinduan bahkan kebersamaan dengan Allah SWT. Dan dari sinilah Allah menunjukan penawar bagi hambaNya yang terus meminta dan berusaha keras padaNya. Surat An-Naml: 62

Artinya: “Atau siapakah yang memperkenalkan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepadaNya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah ibumi? Apakah disamping Allah ada illah (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).” (QS. An- Naml: 62)

Proses dapat berakhir jika tujuannya telah tercapai, akan tetapi dapat pula berakhir jika pasien tidak dapat melanjutkan proses tersebut. Demikian pula seorang pembimbing dapat mengakhiri proses bimbingannya. Dengan mengakhiri Proses Bimbingan Islam bahwa pasien harus diberitahukan terlebih dahulu. Hal ini penting karena pasien setelah ini akan menghadapi lingkungannya yang baru secara sendiri tanpa ada seorang pembimbing pun. Dan ketergantungannya pada pembimbing saat ini harus segara dihilangkan dengan cara menumbuhkan kemandirian pasien. Untuk itu semuanya perlu


(57)

dipersiapkan secara baik, dan teliti jauh sebelumnya.3 Seperti yang tercamtum didalam Al-Quran pada Surat Thahaa: 25-28. dan Surat An-Naml: 62.

Artinya: “Berkata Musa, ‘Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.”

(Thahaa: 25-28)

Artunya: “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang sedang kesulitan apabila ia berdoa kepadanya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai kholifah di bumi? Apakah di samping Allah ada Illah (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingatinya.” (QS. An-Naml: 62)

Untuk mengakhiri Proses Bimbingan Islam pada pasien, pembimbing menekankan kepada pasien bahwa pasien harus mempertahankan proses kehidupan yang Islami secara sehat. Dengan pembentukan yang Islami inilah secara berulang-ulang sehingga perilakunya akan jauh lebih baik atau sehat (Akhlakul Karimah yang akan terbentuk) bila dibandingkan pada dirinya di waktu yang lalu.


(58)

3. Waktu Pelaksanaan Bimbingan Islam

Waktu yang dilaksanakan dalam kegiatan bimbingan Islam selama penulis melakukan penelitian adalah dua kali dalam seminggu dari jadwal yang sudah ditentukan.

Selain itu Yayasan juga selalu melaksanakan kegiatan tahunan yaitu memperingati hari-hari Besar Islam seperti Maulid Nabi Muhammad SAW Isra Mi’raj, I Muharam dan Bulan Ramadhan.,

B. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Proses Bimbingan Islam.

1. Faktor Penghambat dalam proses Bimbingan Islam secara umum yaitu; a) Minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Yayasan untuk

proses bimbingan Islam.

b) Kurangnya perhatian warga sekitar pada pasien-pasien skizofrenia (sakit jiwa).

c) Warga (masyarakat) sekitar masih berpandangan rendah terhadap pasien sakit jiwa lainnya, dan pengurus panti.

d) Sering terjadinya deskriminasi antar warga dengan pihak Yayasan. e) Adanya sarana dan prasarana yang sering rusak dan hilang.

f) Kurangnya tenaga pekerja yang handal dan professional didalam proses bimbingan Islam.

g) Adanya peran pemerintah pada bidang kesehatan yang kurang birokrasi.


(59)

2. Faktor Pendukung dalam proses Bimbingan Islam.

a) Adanya kemauan pada pasien didalam proses bimbingan Islam itu sendiri.

b) Mampu untuk menunjukkan pada masyarakat banyak bahwa mantan pasien sakit jiwa bisa untuk sembuh, mampu untuk beradaptasi kembali pada lingkungannya, dan mampu untuk berkarya, berhak untuk mendapatkan kehidupan yang layak seperti semula.4

4


(60)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di dalam Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia Di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi, telah dapat disimpulkan bahwa:

a. Upaya yang dilakukan pembimbing dalam Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia di Yayasan Galuh, bermanfaat dalam pemberian bantuan, membimbing, dan mengobati agar dapat mengembalikannya menjadi warga masyarakat yang berguna dan dapat hidup berdampingan secara wajar sebagai makhluk sosial lainya.

b. Indikasinya dapat terlihat dari cara perubahan hidup yang dialami oleh pasien selama berada di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi. Pasien belajar hidup tertib dan teratur: makan, mandi, beribadah sesuai jadwal yang diberlakukan di yayasan. Metode yang digunakan adalah metode direktif (yang bersifat mengarahkan pada pasien) dalam pembelajarannya tersebut, ke dalam pola hidup pasien dan sesuai dengan pola hidup dalam Islam.

c. Selain itu, metode yang digunakan pembimbing dalam Proses Bimbingan Islam di panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh ialah membimbing pasien dengan bimbingan berkelompok (group guidance) dalam kesehariannya. Dimana hal ini dapat membantu pasien skizofrenia


(61)

51

mempelajari strategi untuk meningkatkan relasi dengan orang lain. Melalui pendekatan ini pasien juga dibantu untuk menghadapi konflik-konflik dalam dirinya dan masalah-masalah lain yang menghambat perkembangannya. Berikut Materi-materi yang digunakan:

a) Pada Proses awal b) Proses Menengah dan c) Proses Akhir

B. Saran

Proses Bimbingan Islam Pada Penderita Skizofrenia Di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi, yang telah berjalan selama ini ada baiknya jika dilengkapi dengan berupa saran berikut ini:

1. Bagi Yayasan, khususnya di dalam proses bimbingan agama (yang beragama Islam) perlu diperhatikan kembali dengan dilengkapinya sarana dan prasarana bagi fasilitas pembimbing di dalam proses bimbingan Islam guna menumbuhkan dan membangun kembali mental Islami pada pasien. 2. Dengan bertambahnya pasien masuk ke Panti Rehabilitasi Cacat Mental

Yayasan Galuh Bekasi, maka perlu ditambahkannya tenaga-tenaga pembimbing yang terlatih dan professional di dalam bidangnya seperti psikolog. Agar dalam proses bimbingan Islam dapat lebih mengkondisikan dan menyesuaikan sesuai dengan kapasitas jumlah pasien dan pembimbingnya.


(62)

Golden Trayon Press, 1994.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta, 1996.

______________. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2003, Cet Ke- 2.

Daradjat, Zakiah. Psikoterapi Islami Jakarta : Bulan Bintang, 2002.

______________, Kesehatan Mental. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung, 2001.

_______________, Psikoterapi Islam. Jakarta : PT. Bulan Bintang, 2002.

Dewi, Yeni Febrianti Kumala. Schizofrenia and The Other Psychotic, Jakarta : 2007.

Faqih. Aunnur Rahim. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Yogyakarta : UII Press, 2001.

Firdaus. Skhizofrenia Sebuah Panduan Bagi Keluarga Penderita Skhizofrenia.

Yogyakarta : Qalam, 2005.

Hawari, Dadang. Pendekatan Holistic Pada Gangguan Jiwa Skhizofrenia. Jakarta : FKUI. 2007.

____________. Al-Quran Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa. 2004.

Hidayat, Bahril. Aku Tahu Aku Gila. Jakarta : Studia Press, 2007.

Kartono, Kartini. Patologi Sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005. ____________, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Islam. Bandung : Mandar

Maju, 1989.

Maramis, WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press, 1980.


(63)

Maulana, Muhammad Ali. Islamologi atau Dinul Islam, Jakarta : Darul Kutubi Islamiyyah, 1996, Cet Ke- 5,

Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005.

Musnamar, Thohari. Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta : UII Press, 1992.

Nasarudin, Razaq, Peninjauan Kembali Islam Sebagai Suatu Dogma. Bandung : Al-Mari’f, 1997, Cet Ke- 2.

Natawidjaya, Rahman. Peranan Guru Dalam Bimbingan di Sekolah. Bandung : CV Abardi, 1998.

Nevid S, Jeffrey Dkk. Psikologi Abnormal. Jakarta : PT. Erlangga. 2003.

Prayitno, Amti, dan Erman. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Rineka Cipta, 1999.

Richeimer, Steven, J. Siegel, Daniel. Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC, 1997. Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi. Jakarta : Bulan Bintang,

2003.

Sayih - al, Ahmad Abdul Raheem. Keutamaan Islam. Terjemahan Muhammad Muhcson Ansy. Jakarta : Pustaka Azzam, 2001.

Sukardi, Dewa Ketut. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya : Usaha Nasional, 1982.

Walgito, Bimo. Bimbingan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta : Andi Offset. 1993.


(64)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Suhartono

Jabatan : Ka. Pelayanan Rehabilitasi Yayasan Galuh Bekasi

Alamat kantor : Jl. Bambu Kuning IX Rt. 03/02 Kel. Sepanjang Jaya Kec.

Rawa Lumbu. Bekasi

Dengan ini memberikan keterangan bahwa :

Nama : Reninta Latifa

No. Mahasiswa : 105052001764

Program Studi : Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Fakultas : Dakwah Dan Komunikasi

Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Alamat : Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat, Tangerang

Pada tanggal 24 Maret 2009, telah mengadakan penelitian di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi. Dalam rangka menyelesaikan Skripsi, dengan judul Penelitian :

“PROSES BIMBINGAN ISLAM PADA PENDERITA SKHIZOFRENIA DI PANTI REHABILITASI CACAT MENTAL YAYASAN GALUH BEKASI”

Demikian surat keterangan ini untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui Bekasi, 12 Agustus 2009

Pendiri/Ketua Yayasan Galuh


(65)

NAMA : Bp. Suhartono

JABATAN : Dewan Pembina Yayasan Galuh

TEMPAT : Ruang Kantor Yayasan

WAKTU WAWANCARA : 12 Agustus 2009. Pukul 16.00

1. Seperti apa pelaksanaan kegiatan bimbingan pada penderita skhizofrenia di Yayasan Galuh ?

Jawaban : Pelaksanaan kegiatan bimbingan di Yayasan Galuh ini dilakukan secara umum tidak khusus pada penderita skhizofrenia saja melainkan pada penderita gangguan jiwa lainnya, yang meliputi; pembinaan secara inteks (terapi bicara) dengan cara pelaksanaan mentalitas dengan merehab seluruh mental pasien itu sendiri. Caranya menimalisir hasil dari hail positif dan hasil negatife dari hasil pembinaan yang sudah dilakukan. Pelaksanaan hasil kegiatan individu dan umum dari hasil kegiatan sehari-hari yang telah dilakukan oleh pasien. Kegiatan di bidang agama islam yang berkala dengan melihat kondisi mental pasien. Dapat memberikan semangat dan mencoba membantu dengan menghilangkan dunia halusinasi (khayalan) dengan yang nyata (sebenarnya). Memberikan pelayanan secara moral, beretika, santun dan terhormat.

2. Metode apa saja yang digunakan didalam Proses Bimbingan Islam di Yayasan Galuh, dan seperti apa penerapanya?

Jawaban : Program Bimbingan Islam dimana pasien tidak bisa dipercaya keimanannya buruk, adanya pemasukan keagamaan pada hokum ajaran agama islam dan pada pengalaman terdahulu hanya berupa memorinya saja (sejarahnya pasien itu). Pengenaan secara simulasi (pengajaran) dapat mengajarkan. Pelaksanaan objektifitas yang baik 70%. Hasil dari penilaian (terminasi) pada pasien.


(66)

4. Apa saja program utamanya di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh? Jawaban : Ada tiga tahap didalam program utamanya. Untuk jangka pendek, dapat membangun panti dan dapat merehab mentalitas pasien secara kondusif. Jangka menengah, agar dapat mengangkat nama panti serta memberikan kenyataan hidup pada masyarakat untuk tidak mendiskriminasikan Panti Rehabilitasi Yayasan Galuh ini. Dan jangka panjangnya ialah, dapat mengangkat harkat dan derajat manusia serta membantu peran pemerintah didalam mengentaskan kemiskinan.

5. Sudah berapa lama Anda menjabat sebagai dewan Pembina di Yayasan Galuh? Jawaban : Kurang lebih 10 tahun.

6. Adakah kesulitan-kesulitan (hambatan) pada proses pembinaan bagi pasien Skhizofrenia?

Jawaban : Ada. Kesulitan itu terjadi pada tingkat halusinasi ( Khayalan) yang masih membekas di diri pasien. Sehingga makin pasien merasakan tingkat khayalnya semakin sulit untuk di bina.

7. Apakah keluarga mendapatkan bimbingan islam agar dapat merawat pasien jika pasien kelak kembali kerumah?

Jawaban : Ya. Tentu akan diberikan bimbingan untuk keluarga. Karena disini keluarga sangatlah berperan aktif baik lingkungan masyarakat sekitar maupun

individual, bagi pasien itu sendiri dan bentuk dari keluarga adalah suatu gambaran yang terkait pada diri seorang anak (si pasien itu).

8. Berapa lama waktu yang digunakan dalam sekali pertemuan untuk membina pasien? Jawaban : 30 menit untuk setiap harinya.


(67)

10. Apakah ada pembinaan keterampilan bagi pasien yang telah kembali di tengah masyarakat dan bagaimana cara pelaksanaanya?

Jawaban : Ya, ada pembinaan keterampilannya. Cara pelaksanaanya dengan adanya BLK ( Balai Latihan Kerja) yang dilakukan untuk pasien yang telah kembali ditengah-tengah masyarakat. BLK mampu memberikan bentuk rasa kepercayaan diri bagi pasien di lingkungannya.

Bekasi, 12 Agustus 2009

Interviuwer Interviuwe


(68)

NAMA

:

Bp. Suharyono

JABATAN

:

Ka. Perawat Di Yayasan Galuh

TEMPAT

:

Ruang Kantor Yayasan

WAKTU WAWANCARA

:

12 agustus 2009. pukul 14.35.

1. Berapa lama waktu perawatan yang digunakan dalam pemantauan bagi tiap pasien per harinya?

Jawaban : 30 menit per hari.

2. Selama ini sudah berapa daftar pasien yang datang ke Yayasan Galuh?

Jawaban : Sudah mencapai kurang lebihnya hampir 10.000 orang untuk 1.5 tahun ini total pasien sekitar 287 orang.

3. Sudah berapa daftar pasien yang pulang kerumah? Jawaban : 600 orang.

4. Berapa total pasien yang telah sembuh?

Jawaban : Kurang lebih mencapai 500-800 orang.

5. Berapa pula pasien yang sudah kembali lagi ke Yayasan Galuh?

Jawaban : Kurang lebihnya hampir mencapai 300 0rang.

6. Sudah berapa lama anda menjabat sebagai wakil K.A. perawat di Yayasan Galuh? Jawaban : Sekitar 12 tahun.


(69)

didalam melaksanakan pola kehidupan yang nyata ( berpikir hal positif didalam kehidupannya), memiliki kesempurnaan hidup yang sebenarnya yang akan dilakukan sesudah si pasien sembuh.

9. Kendala apa yang begitu sulit bapak temui selama bertugas di Yayasan Galuh? Dan bagaimana cara untuk mengatasi kendala tersebut?

Jawaban : Kendala yang sering dialami adalah, adanya sakit fisik (dimana untuk pasien Yayasan Galuh prasarana sangatlah minim sekali karena memakai dana secara sendiri, tanpa adanya campur tangan pemerintah). Warga sekitar yang berada di lingkungan Yayasan masih mendiskriminasikan pihak yayasan Galuh (kurangnya memperhatikan kami dilingkungannya) dan pola pandang masyarakat yang masih rendah terhadap Yayasan. Tenaga yang berpendidikan sangatlah kurang. Peran pemerintah pada bidang kesehatan kurang birokrasi. Cara mengatasinya kami disini dengan memberikan penyuluhan-penyyuluhan pada masyarakat khususnya masyarkat awam dan mampu memberikan pengertian pada seluruh keluarga dan anak-anak pelajar disekitar. Adanya penguasaan pengalaman yang dapat mendidik. Meminta bantuan untuk merehab Yayasan ini kepada pemerintah. Menunjukan pada khalayak banyak, bilamana jika pasien sembuh bisa menjadi pengurus dan dapat hidup ditengah masyarakat kembali.

Bekasi, 12 Agustus 2009

Interviuwer Interviuwe


(1)

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Suhartono

Jabatan : Ka. Pelayanan Rehabilitasi Yayasan Galuh Bekasi

Alamat kantor : Jl. Bambu Kuning IX Rt. 03/02 Kel. Sepanjang Jaya Kec. Rawa Lumbu. Bekasi

Dengan ini memberikan keterangan bahwa :

Nama : Reninta Latifa No. Mahasiswa : 105052001764

Program Studi : Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas : Dakwah Dan Komunikasi

Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Alamat : Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat, Tangerang

Pada tanggal 24 Maret 2009, telah mengadakan penelitian di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh Bekasi. Dalam rangka menyelesaikan Skripsi, dengan judul Penelitian :

“PROSES BIMBINGAN ISLAM PADA PENDERITA SKHIZOFRENIA DI PANTI REHABILITASI CACAT MENTAL YAYASAN GALUH BEKASI”

Demikian surat keterangan ini untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui Bekasi, 12 Agustus 2009 Pendiri/Ketua Yayasan Galuh


(2)

HASIL

WAWANCARA I

NAMA : Bp. Suhartono

JABATAN : Dewan Pembina Yayasan Galuh

TEMPAT : Ruang Kantor Yayasan

WAKTU WAWANCARA : 12 Agustus 2009. Pukul 16.00

1. Seperti apa pelaksanaan kegiatan bimbingan pada penderita skhizofrenia di Yayasan

Galuh ?

Jawaban : Pelaksanaan kegiatan bimbingan di Yayasan Galuh ini dilakukan secara umum tidak khusus pada penderita skhizofrenia saja melainkan pada penderita gangguan jiwa lainnya, yang meliputi; pembinaan secara inteks (terapi bicara) dengan cara pelaksanaan mentalitas dengan merehab seluruh mental pasien itu sendiri. Caranya menimalisir hasil dari hail positif dan hasil negatife dari hasil pembinaan yang sudah dilakukan. Pelaksanaan hasil kegiatan individu dan umum dari hasil kegiatan sehari-hari yang telah dilakukan oleh pasien. Kegiatan di bidang agama islam yang berkala dengan melihat kondisi mental pasien. Dapat memberikan semangat dan mencoba membantu dengan menghilangkan dunia halusinasi (khayalan) dengan yang nyata (sebenarnya). Memberikan pelayanan secara moral, beretika, santun dan terhormat.

2. Metode apa saja yang digunakan didalam Proses Bimbingan Islam di Yayasan Galuh,

dan seperti apa penerapanya?

Jawaban : Program Bimbingan Islam dimana pasien tidak bisa dipercaya keimanannya buruk, adanya pemasukan keagamaan pada hokum ajaran agama islam dan pada pengalaman terdahulu hanya berupa memorinya saja (sejarahnya pasien itu). Pengenaan secara simulasi (pengajaran) dapat mengajarkan. Pelaksanaan objektifitas yang baik 70%. Hasil dari penilaian (terminasi) pada pasien.


(3)

3. Bagaimana dengan pelaksanaan dari proses bimbingan islam itu sendiri?

Jawaban : Adanya pelaksanaan kegiatan untuk pasien yang akurat terfokus pada hal positif.

4. Apa saja program utamanya di Panti Rehabilitasi Cacat Mental Yayasan Galuh?

Jawaban : Ada tiga tahap didalam program utamanya. Untuk jangka pendek, dapat membangun panti dan dapat merehab mentalitas pasien secara kondusif. Jangka menengah, agar dapat mengangkat nama panti serta memberikan kenyataan hidup pada masyarakat untuk tidak mendiskriminasikan Panti Rehabilitasi Yayasan Galuh ini. Dan jangka panjangnya ialah, dapat mengangkat harkat dan derajat manusia serta membantu peran pemerintah didalam mengentaskan kemiskinan.

5. Sudah berapa lama Anda menjabat sebagai dewan Pembina di Yayasan Galuh?

Jawaban : Kurang lebih 10 tahun.

6. Adakah kesulitan-kesulitan (hambatan) pada proses pembinaan bagi pasien

Skhizofrenia?

Jawaban : Ada. Kesulitan itu terjadi pada tingkat halusinasi ( Khayalan) yang

masih membekas di diri pasien. Sehingga makin pasien merasakan tingkat khayalnya

semakin sulit untuk di bina.

7. Apakah keluarga mendapatkan bimbingan islam agar dapat merawat pasien jika

pasien kelak kembali kerumah?

Jawaban : Ya. Tentu akan diberikan bimbingan untuk keluarga. Karena disini

keluarga sangatlah berperan aktif baik lingkungan masyarakat sekitar maupun

individual, bagi pasien itu sendiri dan bentuk dari keluarga adalah suatu gambaran

yang terkait pada diri seorang anak (si pasien itu).

8. Berapa lama waktu yang digunakan dalam sekali pertemuan untuk membina pasien? Jawaban : 30 menit untuk setiap harinya.


(4)

9. Apa tujuan tujuan yang dilakukan didalam pembinaan?

Jawaban : Hanya ingin mengarahkan kepada pasien dan mengikut sertakan kembali ditengah-tengah masyarakat, seperti sediakala sebelum pasien mengalami gangguan jiwa.

10. Apakah ada pembinaan keterampilan bagi pasien yang telah kembali di tengah

masyarakat dan bagaimana cara pelaksanaanya?

Jawaban : Ya, ada pembinaan keterampilannya. Cara pelaksanaanya dengan adanya BLK ( Balai Latihan Kerja) yang dilakukan untuk pasien yang telah kembali ditengah-tengah masyarakat. BLK mampu memberikan bentuk rasa kepercayaan diri bagi pasien di lingkungannya.

Bekasi, 12 Agustus 2009

Interviuwer Interviuwe


(5)

HASIL

WAWANCARA II

NAMA

:

Bp. Suharyono

JABATAN

:

Ka. Perawat Di Yayasan Galuh

TEMPAT

:

Ruang Kantor Yayasan

WAKTU WAWANCARA

:

12 agustus 2009. pukul 14.35.

1. Berapa lama waktu perawatan yang digunakan dalam pemantauan bagi tiap pasien per

harinya?

Jawaban : 30 menit per hari.

2. Selama ini sudah berapa daftar pasien yang datang ke Yayasan Galuh?

Jawaban : Sudah mencapai kurang lebihnya hampir 10.000 orang untuk 1.5 tahun ini total pasien sekitar 287 orang.

3. Sudah berapa daftar pasien yang pulang kerumah?

Jawaban : 600 orang.

4. Berapa total pasien yang telah sembuh?

Jawaban : Kurang lebih mencapai 500-800 orang.

5. Berapa pula pasien yang sudah kembali lagi ke Yayasan Galuh?

Jawaban : Kurang lebihnya hampir mencapai 300 0rang.

6. Sudah berapa lama anda menjabat sebagai wakil K.A. perawat di Yayasan Galuh?

Jawaban : Sekitar 12 tahun.


(6)

bapak. Apa si “keriteria sembuh” ?

Jawaban : Menurut kami di Yayasan ini “ Keriteria sembuh mencangkup beberapa unsur yaitu; unsur wujud dari manusia yang utuh, adanya satu kemampuan didalam melaksanakan pola kehidupan yang nyata ( berpikir hal positif didalam kehidupannya), memiliki kesempurnaan hidup yang sebenarnya yang akan dilakukan sesudah si pasien sembuh.

9. Kendala apa yang begitu sulit bapak temui selama bertugas di Yayasan Galuh? Dan

bagaimana cara untuk mengatasi kendala tersebut?

Jawaban : Kendala yang sering dialami adalah, adanya sakit fisik (dimana untuk pasien Yayasan Galuh prasarana sangatlah minim sekali karena memakai dana secara sendiri, tanpa adanya campur tangan pemerintah). Warga sekitar yang berada di lingkungan Yayasan masih mendiskriminasikan pihak yayasan Galuh (kurangnya memperhatikan kami dilingkungannya) dan pola pandang masyarakat yang masih rendah terhadap Yayasan. Tenaga yang berpendidikan sangatlah kurang. Peran pemerintah pada bidang kesehatan kurang birokrasi. Cara mengatasinya kami disini dengan memberikan penyuluhan-penyyuluhan pada masyarakat khususnya masyarkat awam dan mampu memberikan pengertian pada seluruh keluarga dan anak-anak pelajar disekitar. Adanya penguasaan pengalaman yang dapat mendidik. Meminta bantuan untuk merehab Yayasan ini kepada pemerintah. Menunjukan pada khalayak banyak, bilamana jika pasien sembuh bisa menjadi pengurus dan dapat hidup ditengah masyarakat kembali.

Bekasi, 12 Agustus 2009

Interviuwer Interviuwe