Saran PENUTUP A. Kesimpulan

dikemukakan secara bebas tanpa tekanan dari siapa pun. Bertanggung jawab artinya hak tersebut tidak boleh dilaksanakan tanpa batas, adapun pembatasan- pembatasan hak tersebut adalah: menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain, menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum, menaati hukum dan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku, menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum, dan menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa Pasal 6 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum. 2. Pengaturan hak kemerdekaan menyatakan pendapat di muka umum secara bebas dan bertanggung jawab dalam instrumen hukum internasional diatur pada Pasal 29 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948 Universal Declaration Of Human Rights 1948 dan Pasal 19 Konvenan Internasional Hak Sipil Dan Politik 1966 International Convenant On Civil And Political Rights 1966. Dalam hukum nasional hukum domestik hak kemerdekaan menyatakan pendapat di muka umum secara bebas dan bertanggung jawab diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik Indonesia, yaitu pada Pasal 28E Ayat 2, Pasal 28E Ayat 3, dan 28J Undang-Undang Dasar 1945. Hak kemerdekaan menyatakan pendapat di muka umum secara bebas dan bertanggung jawab juga diatur dalam Pasal 25, Pasal 69 dan Pasal 70 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Secara lebih khusus, hak kemerdekaan menyatakan pendapat di muka umum secara bebas dan bertanggung jawab diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum.

B. Saran

Adapun hal-hal penting yang dapat dijadikan saran adalah: 1. Pemerintah harus secara konsisten mensosialisasikan materi atau substansi dari Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum kepada masyarakat, agar masyarakat dalam melaksanakan hak kebebasan menyatakan pendapat di muka umum tidak melakukan perbuatan atau tindakan yang melanggar ketentuan undang-undang. 15 2. Aparat negara dalam hal ini kepolisian harus menindak secara tegas oknum- oknum yang melakukan kegiatan demonstrasi atau unjuk rasa di muka umum yang telah terbukti mengganggu kepentingan umum, merugikan hak asasi orang lain dan melanggar ketentuan undang-undang. Dengan adanya tindakan tegas dari aparat keamanan bukan berarti represif akan menciptakan suasana kondusif bagi keberlangsungan iklim demokrasi dan menjaga eksistensi Indonesia sebagai negara hukum. DAFTAR PUSTAKA A. Buku David Weissbrodt, Hak-Hak Asasi Manusia: Tinjauan Dari Perspektif Kesejarahan, dalam: Peter Davies, 1994, Hak-Hak Asasi Manusia, judul asli: Human Rights, penerjemah: A. Rahman Zainuddin, ed. I, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Hamid Awaludin, 2012, HAM, Politik, Hukum, Kemunafikan Internasional, Buku Kompas, Jakarta. James W. Nickel, 1996, Hak Asasi Manusia, Refleksi Filosofis Atas Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, judul asli: Making Sense Of Human Rights, Philosophical Reflection on the Universal Declaration of Human Rights, penerjemah: Titis Eddy Arini, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Majda El-Muhtaj, 2005, Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia, cet. ke-4, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. Mark W. Janis, 2003, An Introduction to International Law, fourth edition, Aspen Publishers, New York. Mochtar Kusumaatmadja, 1976, Pengantar Hukum Internasional, cet. pertama, Bina Cipta, Bandung. Ray August, 1995, Public International Law, Prentice Hall, New Jersey, United States of America.

B. Perjanjian Internasional Dan Peraturan Perundang-Undangan Nasional