METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian

IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kawasan hutan Potorono-Gunung Sumbing kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Studi akan diadakan di 8 desa site. Desa-desa tersebut merupakan desa-desa yang telah mendapatkan kampanye Pride. Jumlah penduduk di lokasi studi adalah 20.517 orang BPS kabupaten Magelang 2006 dan terbagi di 8 desa. Rata-rata tiap desa memiliki 5 – 11 dusun dan dikepalai seorang kepala desa. Masing-masing dusun dikepalai oleh seorang kepala dusun kadus. Desa yang memiliki jumlah penduduk terbesar adalah desa Sutopati 7.074 orang dan desa Sukomakmur 5.158 orang sedangkan desa yang memiliki jumlah penduduk terkecil adalah desa Mangunrejo 332 orang

4.2 Waktu Penelitian

Implementasi kampanye Pride dan pengukuran teknis parameter dijalankan selama 16 bulan 28 September 2006 – 28 Februari 2008, sedangkan wawancara studi perubahan perilaku di kawasan Potorono-Gunung Sumbing dilakukan pada bulan Juni – Juli 2008.

4.3 Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan dalam pelaksanaan studi adalah; kompas, alat tulis, komputer, alat transportasi, alat perekam, kamera. Bahan yang akan digunakan adalah; Peta, Panduan Wawancara, dan Hasil Survei Pra Kampanye dan Post Kampanye

4.4. Metodologi Penelitian

Penelitian yang akan dijalankan menggunakan 3 metode, yaitu ; 1. Metode survey post kampanye Pengumpulan data perubahan perilaku dari kegiatan dengan parameter persoalan reboisasi, alih fungsi lahan dan penebangan liar dilakukan sama persis dengan saat melakukan survey pra kampanye. Selanjutnya hasil survey post kampanye diperbandingkan dengan hasil survey pra kampanye dan dianalisa 67 secara sederhana. Hasil analisa dipakai sebagai acuan untuk mengukur perubahan perilaku yang terjadi di masyarakat. 2. Metode Wawancara Untuk memahami perubahan perilaku dari aksi konservasi yang dilakukan oleh masyarakat, dijalankan penelitian bersifat kualitatif. Metode penelitian kualitatif dilakukan dengan cara wawancara dengan tokoh masyarakat. Wawancara dilakukan dengan topik yang difokuskan pada persoalan konservasi berhubungan dengan reduksi atau pengurangan terhadap ancaman. Tema- tema yang diwawancarakan: 1. Perubahan yang dapat ditangkap oleh masyarakat parameter penebangan kayu di desa Sukomakmur, parameter alih fungsi lahan di desa Sutopati dan parameter kurangnya penghijauan dan reboisasi di desa Krumpakan 2. Kemanfaatan dari kegiatan kampanye 3. Prosentase masyarakat yang tahu dan menjalankan aksi Hasil wawancara akan disarikan dalam bentuk notulensi dan hasil rekaman digital. Wawancara di lakukan secara accidental observation di 3 desa sampel dengan jumlah responden masing-masing 5 orang berusia antara 17 – 45 tahun dan menggantungkan hidupnya dari hutan yang ada di desanya daftar pertanyaan panduan wawancara terlampir pada Lampiran 12. 3 desa yang dipilih dari 8 desa target kampanye Pride dianggap mampu mewakili masing-masing obyektif persoalan yang dihadapi. 3 desa sampel yang diambil adalah Desa Sukomakmur yang mewakili persoalan penebangan liar, Desa Sutopati yang mewakili persoalan tidak adanya reboisasi, serta Desa Krumpakan yang mewakili persoalan alih pengelolaan lahan hutan. Wawancara di jalankan bulan Juni 2008 untuk memperkuat hasil wawancara sebelumnya yang dilakukan bersamaan dengan observasi lapangan pada bulan Februari 2008. 3. Metode Observasi Lapangan Untuk memahami pengaruh langsung dampak dari kegiatan kampanye Pride, dilakukan penilaian terhadap perubahan di lapangan. Parameter yang diamati meliputi luasan hutan yang berhasil dikonservasi oleh masyarakat serta 68 pengurangan ancaman konservasi. Pengurangan ancaman konservasi diamati dengan parameter-parameter seperti budaya, partisipasi serta kebijakan masyarakat. Untuk mengukur tingkat perubahan perilaku masyarakat dilakukan observasi lapangan dengan tujuan menilai perubahan-perubahan dari parameter- parameter lingkungan yang diamati, yaitu; Luasan lahan yang dihijaukan kembali setelah dijalankan kampanye, jumlah tanaman kayu yang ditanam, jenis-jenisnya serta jumlah orang yang berpartisipasi. Observasi akan dijalankan dengan pelibatan masyarakat setempat pada bulan Februari 2008. Hasil dari observasi di dokumentasikan dan di jadikan bagian hasil studi. V. HASIL

5.1 Hasil Survey Perubahan Perilaku

Analisa tentang perubahan perilaku dilakukan dengan membandingkan hasil survey setelah kegiatan kampanye pride dengan hasil survey sebelum melakukan kampanye. Dengan demikian tingkat perubahan perilaku yang terjadi dapat diukur secara kuantitatif Margoluis dan Salafsky 1998. 5.1.1 Pengetahuan Hasil perhitungan survey yang difokuskan pada pengetahuan masyarakat di Kawasan Potorono-Gunung Sumbing mengenai fungsi hutan menunjukkan peningkatan 12,13 tentang kegunaan hutan sebagai penghasil oksigen. Selain itu hasil survey tidak menunjukkan perubahan yang menyolok tentang pengetahuan masyarakat tentang fungsi hutan berhubungan dengan kehidupan manusia Gambar 41. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya keberadaan hutan di desanya sudah memadai sejak sebelum dijalankan kegiatan kampanye. 22,92 27,95 22,23 20,9 14,08 20,37 14,25 11,99 23,61 11,38 0,94 4,59 1,37 1,68 0,6 1,14 5 10 15 20 25 30 Pra kampanye2006 Post kampanye2008 Pengetahuan F re k ue ns i Wilayah untuk menyimpan air Penghasil Kayu Penghasil pakan ternak Tempat hidup hewan liar Penghasil Oksigen Tempat hidup serangga penyerbukmisal;Kupu-kupu Penghasil tanaman obat- obatan lain-lain Gambar 41 Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai manfaat hutan N=287 Begitu pula halnya dengan tingkat pengetahuan di masyarakat kontrol. Tidak ada perubahan tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat hutan bagi 52 70 kehidupan manusia Gambar 42. Terlihat bahwa rata-rata masyarakat di daerah kontrol juga telah memiliki tingkat pengetahuan tentang manfaat hutan dengan baik. 29,17 27,44 19,27 26,83 18,29 22,92 14,02 12,50 6,71 12,50 1,83 1,56 3,05 1,56 0,61 0,52 1,22 5 10 15 20 25 30 35 Pra kampanye 2006 Post kampanye2008 Pengetahuan F reku en s i Penghasil Kayu Penghasil Oksigen Wilayah untuk menyimpan air Tempat hidup hewan liar Penghasil pakan ternak Penghasil tanaman obat- obatan Mencegah erosi Tempat hidup serangga penyerbukmisal;Kupu-kupu lain-lain Gambar 42 Tingkat pengetahuan masyarakat kontrol tentang manfaat hutan N=60 5.1.2 Sikap Tidak terjadi perubahan yang besar tentang sikap masyarakat di Kawasan Potorono-Gunung Sumbing yang bersikap tidak peduli dengan lingkungan hutannya. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil survey bahwa sebagian besar masyarakat menyatakan bahwa keberadaan hutan penting sampai dengan sangat penting bagi kehidupan manusia. Dengan demikian masyarakat sebenarnya sangat mengetahui pentingnya keberadaan hutan yang ada di daerahnya. Perubahan yang terlihat pada sejumlah kecil masyarakat yang sebelumnya tidak mengetahui pentingnya keberadaan hutan menjadi tahu. Penurunan tersebut 1,17 yang sebelumnya tidak memiliki rasa berkepentingan terhadap hutan, berubah memandang penting keberadaan hutan Gambar 43. 71 0 0 0 46,95 50,53 48,54 48,94 3,71 0,53 0,80 10 20 30 40 50 60 Pra kampanye 2006 Post kampanye 2008 Sikap Fr e k ue ns i Sangat penting Penting Tidak tahu Tidak seberapa penting Tidak penting Sangat tidak penting Gambar 43 Sikap masyarakat target pada hutan pra dan post kampanye N=378 Meskipun kegiatan kampanye Pride tidak bekerja di daerah masyarakat kontrol, namun terjadi peningkatan kesadaran masyarakat yang signifikan mengenai pentingnya keberadaan hutan. Hal tersebut di duga sebagai akibat dari adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat hutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah setempat serta lembaga kehutanan yang lain Gambar 44. 80 20 62,71 35,59 1,69 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Pra kampanye2006 Post kampanye2008 Sikap Fr eku e nsi Penting Sangat penting Tidak seberapa penting Tidak penting Sangat tidak penting Tidak tahu Gambar 44 Sikap masyarakat kontrol pada hutan pra dan post kampanye N=60 Untuk lebih jauh memahami perubahan pandangan masyarakat tentang pentingnya melakukan kegiatan konservasi, maka di analisa mengenai aspek- aspek perubahan sikap konservasi sumberdaya hutan masyarakat yang terjadi. Hasil survey tentang pandangan masyarakat mengenai kondisi hutan di daerahnya yang sehat dan memiliki banyak satwa mengalami perubahan hingga 25,19 Gambar 45. Hal ini menunjukkan keyakinan bahwa masyarakat telah melaksanakan kegiatan konservasi tidak hanya sebatas menanam pohon tetapi 72 juga menjaga hewan-hewan hutan. Dapat disimpulkan bahwa kepedulian masyarakat meningkat untuk menjaga kelangsungan sumberdaya hutan di daerahnya. 3,44 6,08 40,21 69,84 13,76 25,93 1,06 0,79 9,26 29,63 10 20 30 40 50 60 70 80 Pra kampanye2006 Post Kampanye2008 Sikap F reku en si Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Tidak yakin Gambar 45 Pendapat masyarakat target tentang kondisi hutan N=378 Berbeda dengan kejadian di masyarakat kontrol, karena kondisi hutan semakin menurun. Masyarakat berpendapat bahwa kondisi hutannya tidak baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan sikap masyarakat yang menyatakan kenaikan 10 yang menyatakan tidak setuju bahwa kondisi hutannya sehat Gambar 46. 5 5 3,33 56,67 68,33 33,33 23,33 1,67 3,33 10 20 30 40 50 60 70 80 Pra kampanye2006 Post kampanye2007 Sikap F reku en si Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Tidak yakin Gambar 46 Kondisi hutan masyarakat kontrol N=60 Selanjutnya terjadi peningkatan sekitar 20 Gambar 47 masyarakat yang menyatakan sikap bahwa kondisi sumber air telah dijaga dengan baik. Hal ini menjadi menunjukkan bahwa kepedulian masyarakat untuk menjaga sumber- sumber mata air mulai meningkat. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa masyarakat telah melakukan aksi untuk menjaga sumber-sumber mata air dengan berbagai jalan, salah satunya dengan reboisasi dan penghijauan. 73 23,81 15,87 43,39 64,29 7,94 10,32 1,06 0,79 23,81 8,73 10 20 30 40 50 60 70 Pra kampanye2006 Post Kampanye2008 Sikap F reku en si Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Tidak yakin Gambar 47 Penjagaan sumber air masyarakat target N=378 Berbeda kondisi dengan masyarakat kontrol yang ternyata tidak ada perubahan dalam menyikapi keberadaan sumber air Gambar 48. Hal tersebut dimungkinkan karena sumberdaya air di daerah tersebut melimpah sehingga kegiatan penjagaan sumber air bukan keharusan. Namun, terjadi peningkatan sekitar 11 masyarakat yang tidak setuju bahwa sumber mata air sudah dijaga dengan baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat kesadaran aksi untuk melindungi sumber air belum banyak berjalan di masyarakat kontrol. 35 20 5 23,33 48,33 56,67 8,33 3,33 10 20 30 40 50 60 Pra kampanye2006 Post kampanye2007 Sikap Fr ek ue n s i Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Tidak yakin Gambar 48 Penjagaan sumber air masyarakat kontrol N=60 Pandangan masyarakat berubah hingga lebih dari 50 tentang program perbaikan lahan. Sebelum kampanye dilaksanakan, mayoritas masyarakat menyatakan tidak yakin bahwa program perbaikan lahan berhasil dilaksanakan Gambar 49. Perubahan tersebut menunjukkan partisipasi masyarakat untuk andil dalam program perbaikan lahan. 74 1.06 0.53 34,39 16,40 61,11 8,99 15,08 17,20 12,17 33,07 10 20 30 40 50 60 70 Pra kampanye2006 Post Kampanye2008 Sikap Fr e k ue ns i Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Tidak yakin Gambar 49 Keberhasilan program perbaikan lahan N=378 Berbeda dengan pernyataan dari masyarakat kontrol yang sebagian besar tetap menyatakan tidak yakin bahwa program perbaikan lahan telah berhasil dilaksanakan di kawasan Potorono-Gunung Sumbing Gambar 50. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat kontrol tidak mengetahui kegiatan konservasi yang berjalan di Potorono-Gunung Sumbing. 20 1.67 13.33 16.67 5 66.67 76.67 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Pra kampanye2006 Post kampanye2007 Sikap Fr e k ue ns i Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Tidak yakin Gambar 50 Pandangan program perbaikan lahan masyarakat kontrol N=60 Selain perbaikan lahan, ternyata masyarakat di kawasan Potorono-Gunung Sumbing juga menyatakan bahwa pengelolaan hutan sesuai dengan kondisi setempat. Lebih lanjut dinyatakan bahwa peningkatan tersebut mencapai lebih dari 20, masyarakat menyatakan bahwa lahan telah di kelola sesuai dengan kondisi setempat Gambar 51. 75 25.93 13.76 0.79 1.06 29.63 9.26 3.44 6.08 40.21 69.84 10 20 30 40 50 60 70 80 Pra kampanye2006 Post Kampanye2008 Sikap Fre k ue ns i Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Tidak yakin Gambar 51 Pengelolaan hutan menurut masyarakat target N=378 Namun peningkatan tersebut tidak dijumpai di masyarakat kontrol. Sebanyak 80 masyarakat kontrol menyatakan tidak yakin bahwa pengelolaan hutan telah berubah menjadi lebih baik di Kawasan Potorono-Gunung Sumbing Gambar 52. 26.67 6.67 11.67 8.33 66.67 80 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Pra kampanye2006 Post kampanye2007 Sikap Fr e k ue ns i Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Tidak yakin Gambar 52 Keberhasilan pengelolaan lahan menurut masyarakat kontrol N=60 5.1.3 Perilaku Perilaku masyarakat Kawasan Potorono-Gunung Sumbing secara umum tercermin dari cara dan tujuan pengelolaan lahan. Sebelum kampanye dinyatakan bahwa masyarakat cukup memiliki kepedulian untuk pembibitan untuk rebosisasi dan menanam pohon di lahan hutan dan tetap dipertahankan Gambar 53. Begitu pula kebiasaan yang lain seperti membudidayakan pakan ternak juga tidak berbeda secara menyolok pada survey post kampanye. Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat sebenarnya telah siap untuk memulai tahap aksi untuk konservasi daerah-daerah yang kritis atau gundul. 76 22,86 23,77 17,84 23,23 28,07 21,23 13,20 9,80 11,90 9,26 0,37 6,53 2,79 2,54 2,97 3,63 5 10 15 20 25 30 pra kampanye2006 post kampanye 2008 Perilaku F reku e n si Tidak melakukan kegiatan apa-apa Mengembangkan pakan ternak Menanam pohon Pembibitan untuk reboisasi Peraturan desa tentang lingkungan hidup Mengambil kayu Membuka hutan untuk lahan garap lain-lain Gambar 53 Inisiatif menghutankan kembali kawasan hutan yang gundul N=378 Berbeda dengan masyarakat kontrol, ternyata terjadi peningkatan hingga lebih dari 50 masyarakat tidak memiliki inisiatif apapun di kawasan hutannya. Tetapi masyarakat kontrol tetap menginginkan adanya peraturan berhubungan dengan hutan di desanya Gambar 54. 1,64 23,85 22,95 21,54 16,92 1,64 13,85 9,84 13,08 54,10 5,38 8,20 4,62 1,64 0,77 10 20 30 40 50 60 Pra kampanye 2006 Post kampanye 2008 Perilaku F rek ue ns i Menanam pohon Mengembangkan pakan ternak Membuka hutan untuk lahan garap Pembibitan untuk reboisasi Peraturan Desa tentang lingkungan hidup Tidak melakukan kegiatan apa-apa Mengambil kayu untuk dijual Berburu Gambar 54 Inisiatif penghutanan menurut masyarakat kontrol N=60 Masyarakat di Kawasan Potorono-Gunung Sumbing tetap memandang bahwa keberhasilan konservasi di wilayahnya merupakan kombinasi dari kerja bersama antara masyarakat, pemerintah dan organisasi lain, adanya pendidikan lingkungan serta penanaman bibit hasil diskusi bersama. Hal tersebut 77 menunjukkan bahwa masyarakat sangat mengerti bahwa usaha untuk melestarikan sumberdaya hutan tidak dapat dilakukan sendiri namun melibatkan banyak orang dalam aksi yang nyata dengan dukungan kesadaran lingkungan Gambar 55. 29,93 11,01 33,33 22,1821,79 23,82 11,28 11,71 5,90 9,61 3,59 12,51 1,92 1,40 5 10 15 20 25 30 35 Pra kampanye2006 Post Kampanye2008 Fr e k ue ns i Perilaku Kerjasama pemerintah,masyarakat dan organisasi lain Pendidikan lingkungan bagi masyarakat bantuan bibit dari Pemerintah atau organisasi lain Penegakan aturan Membentuk kelompok yang kuat Penanaman bibit pohon hasil diskusi bersama Tidak tahu Gambar 55 Pendukung keberhasilan konservasi menurut masyarakat target N=378 Berbeda dengan masyarakat target, masyarakat kontrol ternyata lebih memilih bantuan bibit merupakan jaminan berjalannya konservasi di daerahnya. Kenaikan mencapai 14 saat dilakukan survey post kampanye Gambar 56. 27.27 14.48 21.21 13.79 2.02 9.66 6.90 7.07 2.07 1.01 33,10 27,27 41,41 10 20 30 40 50 Pra kampanye 2006 Post kampanye 2008 Perilaku Fre k ue ns i Adanya kerjasama pemerintah,masyarakat dan organisasi lain Adanya bantuan bibit dari Pemerintah atau organisasi lain Pendidikan lingkungan bagi masyarakat Penanaman bibit pohon hasil diskusi bersama membentuk kelompok yang kuat Penegakan aturan Tidak tahu Gambar 56 Penentu keberhasilan konservasi masyarakat kontrol N=60 78

5.2 Perubahan perilaku berdasarkan parameter teknis

Wawancara akhir dengan tujuan memahami intensi dari perwakilan masyarakat setelah periode kampanye mengambil responden sebanyak 5 orang setiap desa yang mewakili masing-masing obyektif persoalan. Hasil wawancara yang dijalankan dapat disajikan dalam bentuk analisa sebagai berikut; 1. Perubahan perilaku yang dijalankan di Desa Sukomakmur dalam mengatasi persoalan penebangan liar terjadi sebagai pilihan atas nilai kemanfaatan yang diberikan oleh perubahan yang dilakukan. Penebangan liar yang dilakukan di kawasan hutan lindung desa terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kayu bakar serta dorongan nilai ekonomi kayu untuk dijual. Di sisi lain masyarakat juga memahami ancaman kekurangan air akibat semakin berkurangnya tutupan vegetasi di wilayah hutan. Dengan demikian adanya kegiatan penanaman pohon, penjagaan sumber mata air diharapkan dapat memunculkan serta memelihara mata air yang ada. Kasus perubahan perilaku yang terjadi di Desa Sukomakmur serta gerakan sosial berupa kondisi late majority dan laggart menjadi early adopter dan early majority , yang mulai memahami bahwa terdapat persoalan penting berhubungan dengan sumberdaya hutan untuk segera diatasi. Selain itu, terbentuk juga kelompok masyarakat sebagai innovator yang memulai perubahan pengusahaan lahan dengan teras siring termasuk munculnya ide-ide untuk memulai budidaya yang lebih ramah lingkungan dengan pupuk organik ataupun pengusahaan tanaman keras jangka panjang. Contoh menarik perubahan perilaku seperti ibu-ibu pengambil kayu kelompok kolot laggart akibat tekanan ekonomi, rendahnya pengetahuan serta keterbatasan lahan yang berubah menjadi kelompok pengekor late majority dengan mulai menanam bibit pohon saat mengambil kayu di hutan. Perubahan yang terjadi dalam kelompok ibu-ibu pengambil kayu disebabkan oleh adanya tekanan kebijakan pemerintah desa yang mengharuskan penjagaan di seluruh kawasan hutan desa. Kebijakan pemerintah desa tersebut berangkat dari peningkatan pengetahuan staff desa tentang ancaman lingkungan hidupnya, ditindaklanjuti dengan pembuatan peraturan desa tentang pengelolaan lingkungan desa. Penetapan peraturan desa sendiri dilakukan pada pertengahan tahun 2007 79 dengan sebelumnya melalui proses pembuatan peraturan desa secara partisipatif dengan melibatkan perwakilan masing-masing kelompok masyarakat. Kegiatan tersebut merupakan hasil fasilitasi dari YBL Masta LSM. Perubahan tersebut bahkan mempengaruhi gerakan untuk penghijauan dan reboisasi kawasan hutan dengan dukungan dari pihak-pihak luar seperti Dinas Pertanian serta BAPPEDALDA pemerintah daerah Magelang. 2. Perubahan perilaku yang terjadi di Desa Sutopati sebagai perwakilan persoalan tidak adanya reboisasi merupakan perubahan dari fase penganut lambat late majority menjadi penganut awal early adopter dan perintis innovator. Beberapa indikator yang menyatakan perubahan berupa inisiatif untuk penyelenggaraan reboisasi tidak hanya di kawasan hutan negara, tetapi juga di lakukan penghijauan di hutan rakyat. Penghijauan dilakukan karena sebagian besar wilayah Desa Sutopati merupakan wilayah hutan rakyat sebelumnya. Dari 11 dusun yang ada di wilayah Sutopati, hanya 2 dusun yang berbatasan langsung dengan hutan negara. Kelompok wana tani melakukan inovasi dengan mengembangkan bibit tanaman pakis sebagai tanaman lokal. Selain hal tersebut turut dikembangkan aturan bagi setiap pengunjung untuk daerah wisata untuk menanam tanaman yang telah disediakan oleh desa seperti tanaman Jambu Biji Psidium guajava, Mahoni Swietenia macrophyla, Petai Pangium edule. Lebih lanjut perubahan menjadi innovator juga dicerminkan dengan keberadaan aturan baru di desa yang mewajibkan setiap pasangan baru untuk membeli mahar berupa bibit tanaman yang telah disediakan oleh pemerintah desa untuk ditanam di lahannya. Hal yang menarik untuk dipelajari dalam perubahan perilaku menjadi sebuah gerakan sosial konservasi terutama dalam pengembangan jaringan kerjasama dengan pihak-pihak swasta. Pengembangan jaringan tersebut menjadi indikator perubahan pemahaman bahwa konservasi tidak dapat dijalankan hanya oleh sekelompok orang atau individu tetapi melibatkan pihak lain termasuk dengan perusahaan swasta untuk mendukung kegiatan konservasi. 3. Perubahan perilaku yang diamati hasil wawancara dengan tokoh masyarakat di Desa Krumpakan menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk menjaga hutan dengan aksi langsung merupakan hal yang penting. Salah satu hal 80 yang dijalankan seperti membuat peraturan desa tentang kehutanan yang melarang anggota pengelola lahan hutan menanam tanaman semusim. Selain itu juga ada penetapan daerah khusus untuk kawasan suaka satwa untuk melindungi habitat Elang Jawa dan Lutung. Proses yang terjadi selanjutnya berupa komunikasi interpersonal di dalam masyarakat untuk melakukan perubahan dalam perlakuan terhadap wilayah hutan, termasuk kegiatan membangun legalitas hukum dan dasar kerjasama dengan Perum Perhutani skema PHBMpengelolaan sumberdaya hutan berbasis masyarakat. Hasil wawancara yang menyatakan perubahan perilaku menjadi gerakan sosial dicerminkan pada berkembangnya inovasi sosial dalam mengembangkan hutan rakyat dengan kebun sehat. Hal tersebut juga terungkap dalam rancangan pembangunan jangka menengah desa yang menekankan pengembangan sektor pertanian termasuk hutan rakyat termasuk menjaga kebersihan lingkungan desa dari sampah.

5.3 Pengurangan ancaman dengan ukuran lahan yang dikonservasi

Hasil dari field tripkunjungan ke lahan hutan setelah aktivitas kegiatan kampanye memperlihatkan bahwa terjadi perubahan aksi masyarakat berhubungan dengan kegiatan konservasi. Capaian perubahan tiap desa dapat di jelaskan sebagai berikut; 5.3.1 Perubahan perilaku di Desa Sukomakmur Perubahan perilaku di desa Sukomakmur menyangkut beberapa hal, antara lain: 1. Pemberlakuan larangan perburuan hewan, pengambilan tanaman hutan sejenis Kantung Semar Nepenthes sp serta penebangan kayu hutan yang didukung dengan plang konservasi. 2. Penanaman kembali lahan hutan lindung dengan tanaman lokal seperti Gemblek Juniperus rigida dan Kesemek Diospyros kaki. Lebih dari 1500 bibit telah mulai ditanam dan terus bertambah dengan dukungan dari Dinas Pertanian Kabupaten Magelang 3. Pengembangan tanaman Damar Agathis dammara dan Suren Cedrela febrifuga blume di lahan hutan rakyat. Sekitar 25.000 bibit tanaman suren 81 dan 50.000 batang bibit tanaman Damar dukungan Dinas Pertanian dan BAPPEDALDA. 4. Pengembangan tanaman produktif di hutan rakyat dengan 20.000 batang bibit Kopi Coffea canepora dukungan dari Dinas Peternakan dan Perikanan 5. Penyebaran inovasi teknologi tungku hemat energi 6. Penanaman tanaman kayu sejenis Kesemek Diospyros kaki dan Kaliandra Caliandra sp di sempadan jalan 7. Pengembangan pakan ternak sejenis Rumput Gajah Penisstrium sp, Setaria Setaria shacelata, Kolonjono Brachiaria decumbens dan pembuatan teras siring sebagai bagian dari konservasi tanah didukung dengan pengembangan ternak. 8. Kewajiban bagi setiap orang yang mengambil kayu di hutan untuk menanam bibit pohon. 9. Inovasi budaya dengan adanya Merti Banyu peringatan air yaitu menanam tanaman seperti Beringin Ficus sp dan bambu Bambusa sp di sekitar mata air sepanjang sempadan sungai tiap tahun. Selanjutnya dari hasil field trip tentang luasan lahan yang telah dikonservasi dengan penanaman tanaman di gambar ke dalam peta Gambar 57 berikut; 82 Gambar 57. daerah yang di konservasi di Desa Sukomakmur warna tebal Catatan : Daerah yang diberi penebalan warna merupakan lokasi penanaman 5.3.2 Perubahan perilaku masyarakat di Desa Sutopati, Sukorejo, Sambak dan Banjaragung Perubahan perilaku di desa Sutopati terutama dicirikan dengan pengembangan budaya menanam bagi semua orang. Beberapa capaian perubahan perilaku di desa Sutopati, Sukorejo dan Banjaragung meliputi: 1. Strategi perlindungan kawasan hutan dengan pengembangan ekowisata berbasis interpretasi. Pengembangan wilayah hutan menjadi daerah konservasi dijalankan dengan ekowisata. Kewajiban pengunjung untuk menanam 1 tanaman di kawasan. 2. Pengembangan tanaman kehutanan lokal seperti tanaman pakis Cyathea sp . 3. Penegakan peraturan untuk menjaga hutan dengan plang konservasi 4. Aksi reboisasi dengan melibatkan ibu-ibu dan anak-anak. Kurang lebih 5000 bibit tanaman kayu telah dibagikan dan ditanam oleh masyarakat. 5. Pengembangan tanaman-tanaman lokal untuk tujuan konservasi seperti Jambu Biji Psidium guajava, Benda Artocarpus elasstica, Sukun 83 Artocarpus cummini , Duku Lancium domesticum, Mangga Mangifera indica , Alpukat Persea americana, Kesemek Diospyros kaki, Srikaya Anana squarmosa, Nangka Arthocapus integra, Kayu manis Cinnamomum verum j. presl dan Kakao Theobroma caccao L. 6. Pengembangan tanaman Bambu Bambusa sp dan Beringin Ficus sp untuk konservasi sumberdaya air. 7. Pengelolaan sumberdaya air secara terorganisir diwakili dengan kelembagaan air tingkat desa. Untuk melihat wilayah desa yang telah di konservasi dapat dilihat pada Gambar 57, 58 dan 59 berikut: Gambar 58 Daerah yang di konservasi di Desa Sukorejo warna tebal Catatan : Daerah yang diberi penebalan warna merupakan lokasi penanaman 84 Gambar 59 Daerah yang di konservasi Desa Sutopati dan Banjaragung warna tebal Catatan : Daerah yang diberi penebalan warna merupakan lokasi penanaman Gambar 60 Daerah yang di konservasi di Desa Sambak warna tebal Catatan : Daerah yang diberi warna tebal merupakan lokasi penanaman 85 5.3..3 Perubahan Perilaku masyarakat di Desa Sukomulyo, Krumpakan dan Mangunrejo. Perubahan perilaku di desa Sukomulyo, Krumpakan dan Mangunrejo didasarkan pada perubahan cara masyarakat dalam memanfaatkan lahan hutan menjadi lahan pertanian. Perubahan perilaku yang teramati di tiga desa tersebut terutama perubahan aturan desa untuk mengamankan wilayah hutan dari penggunaan diluar fungsi hutan. Beberapa perubahan yang terjadi di masyarakat antara lain; 1. Pengembangan dan penataan kebun rumah tangga dengan tanaman lain seperti Kelapa Coccos nucifera, Kakao Theobroma cacao L., Mangga Mangifera indica, Rambutan Nephelium lappaceum, Melinjo Gnetum gnomon dan Sengon Albazia falcataria hingga mencapai ribuan batang. 2. Perlindungan lebih dari 25 ha lahan hutan untuk tujuan suaka marga satwa seperti Elang Hitam Ictinaetus malayensis, Elang Jawa Spizaetus bartelsi , Lutung Trachypithecus auratus dan Ayam hutan Gallus varius 3. Pengembangan manajemen hutan rakyat 4. Gerakan peduli bersih sungai dan lingkungan sekitar rumah tangga bersih dusun 5. Pengembangan peternakan sebagai sumber ekonomi didukung dengan penanaman tanaman pakan ternak sebagai penguat teras 6. Pengelolaan kesehatan keluarga dengan kandang terpisah 7. Budaya Ibu menanam 8. Penanaman sepanjang jalan dengan tanaman Asam Tamarindus indica dan Turi Sesbania grandiflora 9. Konservasi sumberdaya air dengan penanaman tanaman seperti Aren Arenga pinnata, Suren Cedrela febrifuga blume, Kakao Theobroma caccao L, Sukun Artocarpus cummini , Durian Durio zibethinus , Beringin Ficus sp, Gayam Inocarpus edulis, Salam Parkia spaciosa, Pule Apsicom fruscescent dan Petai Pangium edule. 86 10. Pelarangan perburuan satwa dan pengambilan tanaman seperti pakis di hutan Selanjutnya, wilayah desa yang di konservasi dengan penanaman dapat dilihat pada Gambar 61, 62 dan 63 berikut; Gambar 61 Daerah yang di konservasi di Desa Krumpakan warna tebal Catatan : Daerah yang diberi penebalan warna merupakan lokasi penanaman Gambar 62 Daerah yang di konservasi di Desa Sukomulyo warna tebal Catatan : Daerah yang diberi penebalan warna merupakan lokasi penanaman 87 Gambar 63 Daerah yang di konservasi di Desa Mangunrejo warna tebal Catatan : Daerah yang diberi penebalan warna merupakan lokasi penanaman

VI. PEMBAHASAN