Analisis Kognisi Depresi Aaron Beck Cuplikan halaman 199 :

melahirkan seorang putri dan bukan putra. Berdasarkan teori kognisi depresi Aaron Beck, dapat ditelaah bahwa Masako kehilangan perspektif dalam hidupnya, yaitu menganggap bahwa dirinya bercacat, tidak diingini dan tidak berguna. Karena harapan besar orang banyak terhadap dirinya tidak dapat juga Masako penuhi. Hal ini juga salah satu faktor yang menyebabkan Masako mengalami depresi dalam penyesuainnya di istana timur.

3.2.3. Analisis Kognisi Depresi Aaron Beck Cuplikan halaman 199 :

Seharusnya Masako mengetahui apa yang terjadi, namun ia tetap merasa cemas memikirkan cara menolak secara halus karena mengatakan “tidak” untuk seorang putra mahkota akan menjadi kesalahan serius. Menurut teman-teman yang dapat dipercaya, Masako menjawab, “mungkin tidak sekarang aku menjawab pertanyaan itu, namun bolehkan jika aku menjawab ‘tidak’?”dan setelah menghabiskan waktu beberapa hari dalam keadaan tidak tidur karena bermalam-malam membicarakan hal itu bersama keluarga dan teman-temannya, ayahnya menelepon perantara dan mengatakan Masako “tidak sanggup memutuskan”- pernyataan sopan untuk ‘tidak’. Sekali lagi Naruhito bertanya apakah Masako bersedia menikah dengannya, dan sekali lagi, Masako meminta waktu untuk memikirkannya. Nantinya Masako mengatakan ia “sangat menderita” apakah menerima pinangan dan meninggalkan karier yang diperjuangkannya. Dan karena ketegangan- ketegangan itu ia jatuh sakit sehingga harus beristirahat selama dua minggu. Universitas Sumatera Utara Analisis : Saat pertama kali sang putra mahkota meminang Masako, ada kecemasan dalam dirinya. Yang menjadi masalah awal adalah Masako tidak tertarik dengan Naruhito. Tetapi dia cemas bagaimana harus menolaknya, karena Naruhito adalah seorang putra mahkota kaisar yang sangat dihormati. Dengan bahasa halus dia berkata “mungkin tidak sekarang ia harus menjawab pinangan sang pangeran”, tapi dia kembali berkata “ namun bolehkah aku menjawab tidak?”. Dari pernyataan di atas dapat digambarkan bahwa dari hati yang paling dalam ia tidak ingin menikah dengan Naruhito. Jika berpikir sesuai dengan pemikiran orang awam, dipersunting oleh seorang pangeran merupakan mimpi yang menjadi kenyataan. Ditambah lagi menjadi seorang bangsawan yang juga merupakan anggota keluarga kekaisaran. Namun tidak demikian dengan Masako. Pada kasus ini digambarkan bahwa Masako berharap bisa menolak Naruhito, terbukti dari perkataannya “namun bolehkah aku menjawab tidak?”. Terlihat bahwa Masako tidak sedikit pun ingin memberi kesempatan kepada Naruhito. Berdasarkan teori kognisi depresif, dapat dianalisa ada suatu pemikiran negatif dalam diri Masako yang membuatnya tidak ingin menikah dengan putra mahkota. Pemikiran negatif itu terlihat pada cuplikan “Nantinya Masako mengatakan ia “sangat menderita” apakah menerima pinangan dan meninggalkan karier yang diperjuangkannya”. Pemikiran ini tergolong pada “distorsi”, yaitu menarik kesimpulan tanpa ada bukti. Dalam benak Masako akan ada sesuatu yang sukar dalam hidupnya jika menikah dengan Naruhito, seperti ia harus meninggalkan kariernya yang susah payah ia raih dan hal itu akan membuat Universitas Sumatera Utara dirinya sangat menderita. Oleh karena itu ia tidak ingin memberi kesempatan kepada Naruhito untuk mendekatinya. Cuplikan halaman 8: Ayah dan ibu tersayang, Aku mohon maaf karena tahun ini telah membuat ayah dan ibu begitu khawatir. Namun dengan dukungan ayah dan ibu, aku dapat melewatinya dan mengambil langkah tepat kearah hidup yang baru. Hari natal dan tahun baru ini mungkin menjadi suasana terakhir yang dapat kita lalui bersama. Aku sangat menghargai betapa ayah dan ibu telah membesarkan kami dalam sebuah keluarga yang hangat dan bahagia. Saat-saat sulit sedang menanti, namun aku berharap kita dapat melaluinya. Analisis: Setelah melewati proses yang lama dan Naruhito pun tetap berusaha mendapatkan hati Masako, akhirnya Masako menyerah dan memutuskan setuju menikah dengan sang pangeran. Cuplikan di atas merupakan surat yang ditulis oleh Masako untuk orang tuanya di awal pernikahannya. Namun tidak ada pemikiran yang berubah, meskipun sudah menginjakkan kaki di istana, Masako tetap saja menganggap tidak ada hal yang bahagia yang akan ia dapatkan dari pernikahannya. Terbukti dari cuplikan “saat-saat sulit sedang menanti, namun aku berharap kita dapat melaluinya”. Dalam kasus ini juga pemikiran Masako masih pada “distorsi”, tetap menganggap pernikahannya tidak akan bahagia dan sedang menanti saat-saat sulit yang ia pikirkan akan datang dalam hidupnya. Universitas Sumatera Utara Cuplikan halaman 236: Menurut orang dalam istana yang cukup berpengaruh, setiap bulan sejak perkawinannya putri telah dipanggil menghadap tahta. Menggunakan bahasa paling formal dan paling sopan, Kaisar menanyakan apakah ia masih mengalami menstruasi setiap bulan. Setiap kali ia harus membungkuk menahan rasa malu dan mengaku bahwa, sayang sekali, ia telah gagal mengandung seorang anak. Mereka juga mengatakan ia harus tetap berada di rumah sampai berhasil menunaikan tugasnya melahirkan ahli waris. Analisis : Kehadiran seorang putra dari pernikahan Masako dan Naruhito sangat diharapkan oleh keluarga besar kekaisaran. Hal ini dikarenakan pengeran Akishino yang lebih dahulu menikah belum juga memiliki seorang putra yang bakal menjadi pewaris tahta. Oleh karena itu untuk memperoleh seorang pewaris tahta dibebankan kepada Masako yang baru saja menikah dengan Naruhito. Akan tetapi Masako belum juga mengandung. Kaisar pun setiap bulannya memanggil Masako menghadap dan menanyakan apakah Masako masih mengalami menstruasi, dan setiap kali itu juga Masako meminta maaf karena ia sudah gagal mengandung seorang anak. Hingga akhirnya ia hamil, namun anak ia kandung juga gugur sebelum waktunya dilahirkan. Menurut penulis hal ini membuat Masako memiliki harapan besar yang harus diwujudkannya yaitu memperoleh seorang putra, dengan demikian Masako berharap keberadaannya bisa dihargai dan dianggap oleh pihak istana. Universitas Sumatera Utara Cuplikan halaman 237: Pada januari 2000, Masako, dalam beberapa minggu kehamilannya, meminta rumah sakit “melakukan operasi untuk mengeluarkan janin yang mati dari anak yang belum dilahirkannya”, kata Dr Takashi Okai, ahli ilmu kebidanan dan ginaekologi di Rumah Sakit Aiiku, Tokyo. Analisis : Setelah meninggalkan semua karier yang telah ia dapatkan dan mengabdi menjadi seorang istri yang patuh kepada suami dan semua aturan istana, kini ia mengemban tugas baru yaitu melahirkan seorang putra yang akan menjadi pewaris tahta. Akan tetapi setelah lama menanti Masako malah keguguran. Tentu ada kekecewaan yang mendalam saat Masako kehilangan bayinya. Oleh karena itu ia terus berusaha untuk mendapatkan seorang anak. Dan jalan “bayi tabung” pun ia tempuh meski mendapat gunjingan dari para kunaicho. Dengan sangat rahasia proses ini pun dilakukan. Cuplikan halaman 251: Maret 2001, ketika Masako mulai melakukan siklus perawatan kesuburan, janji bertemu dengan Tsutsumi secara resmi diumumkan. Kunaicho memandang miring “perawatan hormon” itu karena mempertimbangkan bahwa persiapan itu dibuat untuk kelahiran seorang anak yang nantinya akan menjadi kaisar bayi tabung pertama. Karena tak seorang pun bisa mempublikasikannya, paling tidak bukan di Jepang, dan juga tidak nantinya. Bahkan sampai saat ini muncul reaksi- reaksi dari suara tertawaan tertahan sampai pengingkaran, ketika disebut-sebut Universitas Sumatera Utara Masako mungkin anggota kerajaan pertama di Jepang –atau bahkan di dunia— yang menerima perawatan IVF. Analisis: Pada kasus ini terlihat Masako berusaha keras memenuhi harapan keluarga besar istana dan rakyat Jepang untuk memperoleh seorang putra. Dengan teori kognisi dapat dianalisa bahwa ada suatu harapan besar yang mengikat diri Masako, yaitu “Keberadaannya tidak akan pernah dianggap atau dihargai oleh semua orang jika ia belum berhasil memperoleh seorang putra”. Tidak dapat dipungkiri hal ini juga sesuai dengan kenyataan yang diterima Masako dari pihak istana. Terlihat pada usahanya setelah mengalami keguguran ia pun mau menempuh jalan bayi tabung. Jalan ini ia tempuh karena pada saat itu usianya bukan usia produktif lagi dan akan beresiko jika menunggu kehamilannya secara normal. Jika harapan besar yang ada pada Masako tidak dapat ia wujudkan, akan berdampak besar pada dirinya. Masako akan merasa dirinya gagal dan menganggap dirinya tidak berguna. Dan pemikiran saat-saat sulit dalam perkawinannya akan terus ada yang membuatnya tetap tidak bisa menikmati peran barunya di Istana Timur. Cuplikan halaman 258-259: Ketika Masako dan Naruhito sungguh-sungguh menikmati perannya sebagai orangtua yang mereka tunggu begitu lama---Pangeran mengejutkan generasi tua dengan berjalan sambil memamerkan anak itu ke public, bahkan membiarkan Aiko menarik-narik rambut bangsawannya-----namun tetap saja tidak ada ahli waris. Dan lebih penting lagi, di musim dingin berikutnya, timbul konfirmasi Universitas Sumatera Utara bahwa satu-satunya kaisar di dunia sedang menderita karena kanker prostat dan harus mengalami perawatan. Para pengamat istana mengetahui keadaan Akihito yang sangat sekarat tanpa mengetahui apakah garis keturunan kerajaan akan terus berlanjut, atau berakhir dengan salah satu putranya menjadi Kaisar Jepang terakhir. Oleh sebab itu harus ada anak laki-laki. Analisis : Berhasil memperoleh seorang anak dari proses bayi tabung yang dijalaninya, Masako terlihat lebih senang dan seakan terbebas dari suatu tugas yang berat. Masako dan Naruhito sangat menikmati peran mereka sebagai orangtua. Masako menyusui dan merawat bayinya sendiri tanpa dibantu oleh para dayang-dayang. Anak itu diberi nama “Aiko”. Seorang putri yang telah lama dinanti. Akan tetapi perasaan ini tidak berlangsung lama. Karena dengan kelahiran Aiko, tetap saja tidak ada ahli waris yang diharapkan. Hal ini menandakan Masako belum terbebas dari tugasnya yaitu melahirka seorang putra yang akan menjadi pewaris tahta Kekaisaran Jepang. Cuplikan halaman 260: Tekanan terus diterima Masako agar ia menjalani perawatan IVF baru dan hubungannya dengan Kunaicho tidak pernah meningkat. Surat kabar mulai membuat artikel yang mengatakan staf semakin sering mengeluhkan Masako- ia membuat mereka tetap bangun di malam hari untuk menyetrika pakaiannya, ia minta dimasakkan mi ramen atau buah apel kupas di suatu pagi, ia menaikkan suaranya dan memarahi para staf. Lebih parah lagi, ada penurunan hubungan Universitas Sumatera Utara antara Masako dan mertuanya. Michiko disebut-sebut mengomelinya agar ia mendapatkan seorang anak laki-laki. Analisis: Karena Masako belum juga mampu memberi seorang pewaris tahta karena anak yang ia lahirkan adalah seorang putri, maka pihak istana menyarankan Masako untuk kembali menjalani proses bayi tabung. Pada proses bayi tabung pertama, Masako mau menjalaninya demi mendapatkan seorang anak. Akan tetapi tidak untuk proses bayi tabung ke-dua yang disarankan pihak istana. Dari cuplikan digambarkan bahwa Masako mulai memberontak dan tidak tunduk lagi terhadap semua aturan yang ada. Terlihat dari keluhan para staf tentang tingkah laku Masako. Salah satu gejala depresi yang sudah dibahas sebelumnya pada bab II adalah perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan. Berbagai perasaan seperti putus asa, kehilangan harapan, sedih, cemas, rasa bersalah, apatis dan marah; sering muncul tak menentu dan menciptakan suasana hampa dan mati. Pada kasus ini gejala depresi mulai tampak pada diri Masako. Ia menjadi apatis dan mulai marah tak menentu kepada para staf. Sifat apatis terlihat saat ia menyuruh stafnya menyetrika pakaiannya di malam hari dan tidak membiarkan mereka tidur. Padahal ini adalah tugas yang tidak harus dikerjakan di malam hari. Masako juga menaikkan nada suaranya dan memarahi para staf. Pada kasus ini terjadi pemberontakan dalam diri Masako terhadap pihak istana. Universitas Sumatera Utara Cuplikan halaman 265: Dalam kasus Masako, tampaknya hampir bisa dipastikan bahwa tekanan hidup di istana itulah yang menyebabkan kesehatannya menurun drastis. Ada bintik-bintik merah di belakang kepala dan di bawah dagunya yang belum berhasil diobati. Biasanya penyakit ruam saraf akan berhenti begitu saja dalam satu minggu atau lebih, namun dalam kasus Masako, kondisi menjadi sangat kronis sehingga ia harus dikirim ke rumah sakit dan menjalani opname selama satu bulan dengan menerima obat yang dimasukkan ke dalam pembuluh darahnya tiga kali sehari. Analisis: Pada cuplikan di atas terlihat bahwa kondisi kesehatannya memburuk hingga menderita penyakit ruam saraf dan mengharuskannya diopname selama sebulan di rumah sakit. Kondisi ini terjadi pada Masako saat tuntutan-tuntutan yang tak henti ditujukan kepadanya. Cuplikan halaman 284: Sulit untuk menyembunyikan fakta bahwa perilakunya menjadi tidak terduga, membuatnya membatalkan tugas dan perjalanan-perjalanan resmi. Memenjarakan “anjing hitam”nya, ia menghabiskan hari-harinya untuk berdiam diri di rumah, membaca dua atau tiga buku ekonomi di pagi hari, dan bermain music sendiri. Ia tidak pernah berbicara kepada stafnya. Jika ia berkomunikasi, ia melakukannya dengan menggunakan catatan yang diselipkan melalui celah pintu. Hubungan dengan kunaicho memburuk. Universitas Sumatera Utara Analisis : Dari cuplikan di atas dapat dilihat gejala depresi yang tampak pada diri Masako, yaitu perilaku Masako jadi tidak menentu, ia tampak menyendiri dan tidak ingin berkomunikasi dengan orang-orang di lingkungannya. Dari gejala ini dapat dilihat perilaku yang tampak pada diri Masako sesuai dengan gejala depresi pada bab II yaitu: seperti kehilangan harga diri, menjauhkan diri dari masalah atau hidupnya sendiri bahkan menjadi peka secara berlebihan sering dialami oleh mereka yang mengalami depresi. Cuplikan halaman 285: Masako juga sering tidak mampu berhubungan dengan dayang-dayangnya, orang-orang yang mengontrol atau mencoba mengontrol kehidupannya sehari- hari. Dari membangunkan tidurnya di pagi hari, memilihkan bajunya, sampai memintanya mandi di petang hari. Analisis : Pada cuplikan di atas keadaan Masako sangat menurun. Masako tidak mampu berkomunikasi dengan dayang-dayangnya. Dan ia membutuhkan bantuan dayang-dayang untuk hal-hal yang kecil seperti membangunkannya dari tidur, memilih baju, sampai mandi di petang hari. Dari gejala ini dapat dilihat kembali gejala depresi pada bab II yaitu: secara fisik mereka memiliki beberapa gangguan seperti: gerakan jadi lamban, tidur tidak nyenyak, nafsu makan jadi menurun atau bahkan meningkat, gairah seksual menurun bahkan bias hilang sama sekali, dll. Pusing, mulut kering, jantung berdebar cepat biasanya biasanya menyertai penderita ini. Gerakan Masako menjadi lamban dilihat ketika ia tidak mampu lagi Universitas Sumatera Utara mengerjakan sendiri hal-hal kecil seperti mandi, memilih baju dan bagun dari tidur. Cuplikan halaman 286: Ia menolak pergi dalam acara jalan-jalan tahunan, yang terkenal dengan korps diplomatik Tokyo, ke kolam bebek tempat Naruhito meminangnya beberapa tahun lalu. Ia menolak kesempatan untuk pergi ke luar negri, membatalkan rencana kunjungan ke meksiko di musim semi tahun 2006 untuk menghadiri konferensi konservasi air internasional sehingga Naruhito harus pergi sendirian. Dalam beberapa kesempatan ia bahkan mencerca Kaisar dan Ratu, juga melaporkan majalah-majalah itu. Sekali waktu, ia membatalkan undangan untuk mertuanya agar tidak menghadiri pesta ulang tahunnya yang berjalan dengan singkat. Lalu, pada perayaan ulang tahun Akihito yang ke tujuh puluh dua, malam sebelum natal, Masako dan Naruhito telah pergi ke istana kerajaan untuk makan malam. Ketika tiba saatnya bagi Aiko untuk dipulangkan ke rumah bersama pengasuhnya, anak perempuan itu merajuk dan Masako terpaksa menggendongnya dan kembali ke istana timur sendirian. Ia tidak kembali ke pesta makan malam sampai hamper tiga jam kemudian. Dan ketika muncul kembali ia merusak suasana pesta, mengeluhkan juru masak dan seluruh malam itu tidak lepas dari kritikannya. Analisis: Pada cuplikan di atas terlihat kelakuan Masako yang memberontak terhadap pihak istana bahkan sampai berani mencerca sang ratu. Selain itu Masako juga membatalkan kunjungan-kunjungan resminya sehingga Naruhito Universitas Sumatera Utara harus pergi seorang diri. Dan perilaku aneh lainnya seperti membuat rusak suasana pesta ulang tahun kaisar karena mengeluh dengan masakan yang ada dan mengkritik semua juru masak yang bekerja pada pesta itu. Perilaku-perilaku aneh masako ini sesuai dengan gejala depresi pada bab II yaitu: Perasaan yang berubah- ubah dan sulit dikendalikan. Berbagai perasaan seperti putus asa, kehilangan harapan, sedih, cemas, rasa bersalah, apatis dan marah; sering muncul tak menentu dan menciptakan suasana hampa dan mati. Cuplikan halaman 273: Masako telah menerima terapi obat dan penyuluhan. Ia menderita dari apa yang disebut dengan tekiou shogai atau “gangguan penyesuaian”. Pejabat-pejabat agen mencoba menghapus kisah tersebut dengan mengatakan putri baik-baik saja, seperti beberapa tahun yang lalu ketika mereka mengumumkan kepada public mengenai kanker “pancreas” Hirohito. Laporan tersebut “secara fakta tidak benar” dan “kasar”, mereka mengatakan hal tersebut adalah penggunaan kata sifat yang biasa dipakai orang Jepang untuk penyakit mental. Analisis : Dari cuplikan di atas dinyatakan setelah diperiksa oleh berbagai ahli, ternyata Putri Masako didiagnosa menderita “tekiou shogai” atau gangguan penyesuaian. Hal ini jugalah yang diberitakan ke publik oleh pihak istana. Akan tetapi menurut para ahli psikologi, apa yang diderita Masako bukan gangguan penyesuaian melainkan hanya depresi. Terbukti juga dari analisis dari novel Princess Masako ini. Universitas Sumatera Utara Cuplikan halaman 274: ”Mereka sering sekali memotretnya, dan dandanan yang ia kenakan tidak cukup menutupi seluruh noda di wajahnya. Dan anda lihat, berat badannya turun banyak. Ia benar-benar kelihatan tidak sehat”. Diagnosis tekiou shogai telah mengalihkan pernyataan yang tidak jujur, minimal sebagian, untuk melindungi keluarga kerajaan dari segala jenis “kontaminasi” penyakit mental. Analisis: Pernyataan yang dilontarkan pihak istana tampaknya berbeda dari kenyataan sesungguhnya. Dari cuplikan halaman 274 terlihat bahwa kenyataan bahwa Masako sebenarnya menderita depresi disembunyikan dari publik. Hal ini dilakukan sebagai pernyataan halus untuk melindungi keluarga kerajaan dari segala jenis “kontaminasi” penyakit mental. Universitas Sumatera Utara BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan