RELEVANSI-NILAI KREDIT INFORMASI LABA DAN PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN (Studi pada Tahapan Adopsi IFRS di Indonesia)

(1)

DAN PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN (Studi pada Tahapan Adopsi IFRS di Indonesia)

CREDIT VALUE-RELEVANCE OF EARNINGS INFORMATION AND OTHER COMPREHENSIVE INCOME

(Study on the Stage of IFRS Adoption in Indonesia)

Oleh

ELSI SAFIRA 20130420413

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

RELEVANSI-NILAI KREDIT INFORMASI LABA DAN PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN (Studi pada Tahapan Adopsi IFRS di Indonesia)

CREDIT VALUE-RELEVANCE OF EARNINGS INFORMATION AND OTHER COMPREHENSIVE INCOME

(Study on the Stage of IFRS Adoption in Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

ELSI SAFIRA 20130420413

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

v

MOTTO

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya

kamu berharap.” (QS. Al-Insyirah:7-8).

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS.Al-Insyirah:5-6)

“Jikalau mereka sungguh sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan rasulNya kepada mereka dan berkata : “Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan

memberiikan sebagian dari karuniaNya dan demikian pula RasulNya. Sesungguhnya kami adalah orang orang yang berharap kepada Allah,”( tentulah

yang demikian itu lebih baik baik bagi mereka).” (QS. At-Taubah : 59). “Katakanlah:”Hai hamba hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka

sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang.” (QS.Az Zumar:53)

“Sesungguhnya orang orang yang mengatakan:”Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah. Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka

dan mereka tiada pula berduka cita.” (QS.Al Ahqaaf:13)

“Tiap tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar benarnya). Dan hanya

kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS.Al-Anbiyaa’:35)

“Sesungguhnya orang –orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudia mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan

Allah kepadamu.” (QS. Fushshilat:30)

Ketika telah selesai menetapkan target hidup, maka bangkitlah, kerjakanlah, dan segera penuhilah semua yang tertulis dalam target hidup itu. Jangan menunda,

karena menunda adalah awal dari kegagalan.” (Elsi Safira)

Ingatlah, di setiap langkahku ada doa dari Bapak, Ibu, dan Mbak Cin yang selalu tercurahkan untuk kesuksesanku, maka buatlah mereka bangga dan bahagia atas


(5)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

 Alhamdulillaahirabbil’alaamiin... Syukur ku panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan di setiap langkah hidupku, urusanku, rezekiku. Allah SWT Yang Maha Pemurah dan Maha Pemberi Rizki, terimakasih Yaa Allah atas segala nikmat yang Kau berikan untukku dan keluargaku. Shalawat dan Salam untukmu wahai Rasulullah SAW, beserta keluarga dan sahabat. Berkat rasa cinta Rasulullah SAW kepada ummatnya, kita semua dapat merasakan nikmatnya zaman islam yang terang benderang ini.

 Terimakasih untuk Bapak Ibuku tersayang.... Atas doa Bapak dan Ibu yang tak henti – hentinya dipanjatkan, Elsi selalu sehat, bahagia, bisa lancar kuliahnya. Semoga Allah selalu menjaga, memberikan kebahagiaan, menyayangi, memberikan kesehatan, dan membalas semua pengorbanan Bapak Ibu untuk Elsi, aamiin... pokoknya sayaaaang banget sama Bapak Ibuk deh yaaa :* :*

 Mbak Cicinku sayangs... alhamdulillaah terimakasih yaa mbak Cin selalu bisa sabar membimbingku, menerima segala kekuranganku, menguatkan hati saat aku merasakan kesulitan, selalu mendengarkan cerita – ceritaku, mendampingi dan sangat memotivasi saat aku mengerjakan skripsi, dan terutama sabaaaaar banget dan berusaha menanggapi saat diajak ngobrol tentang korea (yang tadinya gak paham korea2an, sekarang jadi dikit2 tau kaaan, walaupun masih pilih2 sih tertariknya :p) wkwk. Semoga Allah SWT selalu menjagamu, memberikan kesehatan, kebahagiaan, memudahkan urusan kuliah, dan melancarkan rezeki untukmu Mbak Cin, aamiin.. love youuuuu 

 Untuk semua keluargakuuu, keluarga dari Ibuk sama Bapak. Eyang, Pakde Bude, Om Bulek, Mas Mbak, dan Adek – Adekkuuuu (terutama dek Rara dan dek Adit ) yang turut mendoakan di setiap usahaku selama ini. Semoga Allah mengumpulkan kita bersama - sama di Surga kelak, aamiin.


(6)

vii

 Teruntuk om Jen, pakde Mulad, mbah Sam’ani, mbah Fatonah, Eyang Kakung, dan mas Sumono yang sudah istirahat tenang di tempat yang sudah disediakan Allah.. Yaa Allah jagalah mereka di sana, ampunilah dosanya, terangilah tempatnya, kumpulkanlah kami semua sekelurga kelak di surgaMu, aamiin..

 Bu Harjanti, terimakasiiiih sudah menerima lamaranku untuk jadi anak bimbingannya Bu Harjanti dan selalu sabar membimbing. Semoga Allah membalas kebaikan Bu Harjanti ya, aamiin. Dan juga Bu Harjanti sebagai Dosen Penguji Skripsiku, bersama Bu Era dan Pak Andan... Terimakasih sudah melancarkan dan memberikan nilai yang sangat baik saat ujian pendadaran kemarin. Semoga Allah juga melancarkan urusan Bapak Ibu sekalian, aamiin.

 Si krucils, upin ipin versi wirodono, hehe mas Fawaz dan dek Uzanku yang bisa memberikan suntikan semangat karena kekonyolan dan kelucuanmu, kangeeen.... mas Rafi sama dek Luqman jugaa. Sehat – sehat terus yaa dek, tambah pinter, aamiin.

 Juga buat dek Opank... Semoga suatu saat Allah memberikan kita kesempatan untuk bisa ketemu lagi ya dek.. Yaa Allah jagalah dek Opank, berikan kesehatan dan lancarkanlah sekolahnya, aamiin

 Hihi untuk oppa koreakuuu... Lee Jong Hyun oppa, naega saranghaneun oppa, Oppaa, teruslah berkarya bareng CNBLUE yaa, semoga suatu saat aku bisa main ke FNC atau nonton konsernya, aamiin.. Saranghaeyooouu oppaaa 

 Temen – temen team KKN 38 !! Hidupku semakin asdfghjk semenjak kenal kalian, wkwk sukses yaaak buat kalian juga, aamiin {}

 Daaan.... buat Ela, temanku yang paling dekaaaattt, terimakasih yaa udah selalu sabar membantuku dan sering kurepotin, hehe. Semoga kita sukses bersama yaa Lak, semoga Allah selalu menjagamu dan membersamaimu di setiap langkah yang kamu ambil, aamiin


(7)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat yang tidak terhingga, serta kemudahan dan kelancaran kepada penulis untuk

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Relevansi-Nilai Kredit Informasi Laba dan Pendapatan Komprehensif Lain (Studi pada Tahapan Adopsi IFRS di

Indonesia”. Shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang telah

membawa ummatnya dari zaman kegelapan menuju ke zaman yang terang benderang.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat dijadikan bekal di masa mendatang ketika terjun ke dalam dunia kerja.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis melantunkan doa supaya Allah SWT membalas kebaikan semua pihak dan mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orangtua dan Kakak tersayang, Bapak Lukito, Ibu Sri Sukarelawati, dan Kakak Fella Cindara yang selalu menemani setiap langkah penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi, memberikan semangat, dan mengiringi perjuangan penulis dengan doa yang senantiasa dipanjatkan.


(8)

xi

2. Bapak Dr. Nano Prawoto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kemudahan kepada penulis selama menempuh studi.

3. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, M.Si., Akt., selaku Ketua Program Studi Akuntansi yang telah memberikan kelancaran kepada penulis untuk menuntut ilmu Akuntansi dan menyelesaikan persyaratan penulisan skripsi.

4. Ibu Dr. Harjanti Widiastuti, M.Si., Ak., CA. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan, motivasi, kemudahan, dan kelancaran dengan penuh kesabaran kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi dengan tepat waktu.

5. Semua pihak yang telah membantu kelancaran, memberikan kemudahan, moivasi, dan semangat, serta melantunkan doa untuk penulis supaya dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memerlukan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan topik ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pembaca.

Aamiin yaa Rabbal ‘Alaamiin.

Yogyakarta, 16 Desember 2016


(9)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERNYATAAN ...iv

MOTTO ...v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...vi

INTISARI ...vii

ABSTRACT ...ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...7

A. Landasan Teori ...7

1. Relevansi-Nilai Kredit...7

2. Teori Pensinyalan (Signalling Theory) ...8

3. Informasi Laba Bersih, OCI, dan Laba Komprehensif ...9

4. Obligasi dan Peringkat Obligasi ...10

5. IFRS ...13

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis ...14

C. Model Penelitian ...23

BAB III METODA PENELITIAN ...24

A. Obyek Penelitian ...24

B. Teknik Pengambilan Sampel ...24

C. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ...25

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...25

E. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...30

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ...30

B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...31

C. Pembahasan ...43

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN ...49

A. Simpulan ...49

B. Keterbatasan Penelitian ...50

C. Saran...51 DAFTAR PUSTAKA


(10)

xiii

DAFTAR TABEL

4.1. Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian ...30

4.2. Statistik Deskriptif Variabel Independen...31

4.3 Hasil Uji Case Processing Summary ...32

4.4 Perbandingan Nilai -2LL Intercept Only dengan -2LL Final (Model Variabel Laba Bersih) ...33

4.5 Perbandingan Nilai -2LL Intercept Only dengan -2LL Final (Model Variabel OCI) ...34

4.6 Perbandingan Nilai -2LL Intercept Only dengan -2LL Final (Model Variabel Laba Komprehensif) ...34

4.7 Uji Parallel Lines Variabel Laba Bersih ...35

4.8 Uji Parallel Lines Variabel OCI ...35

4.9 Uji Parallel Lines Variabel Laba Komprehensif ...36

4.10 Uji Hipotesis Relevansi-Nilai Kredit Laba Bersih ...36

4.11 Koefisien Determinasi Variabel Laba Bersih ...37

4.12 Uji Hipotesis Relevansi-Nilai Kredit Laba Komprehensif ...38

4.13 Koefisien Determinasi Variabel Laba Komprehensif...39

4.14 Uji Hipotesis Relevansi-Nilai Kredit OCI ...39

4.15 Koefisien Determinasi Variabel OCI...40

4.16 Uji Hipotesis Peningkatan Relevansi-Nilai Kredit Laba Bersih...41

4.17 Uji Hipotesis Peningkatan Relevansi-Nilai Kredit Laba Komprehensif ...42


(11)

xiv

DAFTAR GAMBAR

2.1. Model Penelitian Hipotesis 1a, 1b, dan 2 ...23 2.2. Model Penelitian Hipotesis 3a, 3b, dan 3c ...23


(12)

(13)

(14)

viii

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji relevansi-nilai kredit informasi laba dan pendapatan komprehensif lain, serta adanya peningkatan relevansi-nilai kredit informasi laba dan pendapatan komprehensif lain (other comprehensive income,

atau dengan singkatan OCI) pada tahapan adopsi IFRS di Indonesia. Tahapan adopsi IFRS di Indonesia terdiri dari tahap awal (periode 2008 - 2011), implementasi tahap pertama (periode 2012 – 2014), dan implementasi tahap kedua (periode 2015). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian antara lain laba bersih, OCI, dan laba komprehensif, sedangkan variabel dependen penelitian adalah peringkat obligasi. Dengan metode purposive sampling, diperoleh sampel penelitian sebanyak 439 perusahaan penerbit obligasi berdenominasi rupiah dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 – 2015.

Penelitian ini membuktikan bahwa laba bersih dan laba komprehensif memiliki relevansi-nilai kredit, artinya laba bersih dan laba komprehensif berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi. OCI dalam penelitian ini ditemukan tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi yang mungkin disebabkan karena nilai OCI relatif kecil dibandingkan dengan total laba perusahaan. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat peningkatan relevansi-nilai kredit laba bersih, laba komprehensif, dan OCI pada tahapan adopsi IFRS di Indonesia.

Kata kunci : Laba Bersih, Laba Komprehensif, OCI, Peringkat Obligasi, Adopsi IFRS.


(15)

ix

earnings information and other comprehensive income, and (2) the increasing on credit value-relevance of earnings information and other comprehensive income on the stage of IFRS adoption in Indonesia. The stage of IFRS adoption in Indonesia consist of the beginning adoption (from 2008 to 2011), the first implementation (from 2012 to 2014), and the second implementation (in 2015). Independent variable of this research consist of net income, comprehensive income, and other comprehensive income. Bond rating is used in this reasearch as a dependent variable. Sample was determined by the purposive sampling method, which obtained 439 samples of listed company in Indonesia stock exchange from 2011 to 2015 which has outstanding rupiah-denominated bonds.

This research shows that net income and comprehensive income have a credit value-relevance, which means that net income and comprehensive income have a significant positive effect on bond rating. OCI in this research have no effect on bond rating. It might be due to the value of OCI is relatively small compared with the earning total of the company. The other result of the test shows that there is no increasing on credit value-relevance of net income, comprehensive income, and other comprehensive income on the stage of IFRS adoption in Indonesia.

Keywords : Net Income, Comprehensive Income, Other Comprehensive Income, Bond Rating, IFRS Adoption.


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) termasuk salah satu anggota dalam

International Federation of Accountants (IFAC). Sebagai komitmen keanggotaanya, IAI turut serta mengadopsi IFRS sebagai standar akuntansi yang diterapkan di Indonesia. Secara bertahap sejak tahun 2008 Indonesia mulai melakukan adopsi International Financial Reporting Standars (IFRS). Tahapan adopsi IFRS di Indonesia terdiri dari tahap awal (2008-2011), tahap implementasi pertama (2012-2014), dan tahap implementasi kedua (2015). Menurut Martani (2013), ciri utama dari IFRS antara lain principled-based, banyaknya penggunaan pendekatan fair value sebagai dasar penilaian, dan pengungkapan dalam laporan keuangan yang lebih banyak. Standar akuntansi yang berkaitan dengan pengungkapan salah satunya yaitu PSAK 1. Sejak terbitnya PSAK 1 (revisi 2009) yang mulai berlaku efektif tahun 2011, perusahaan diwajibkan untuk menyajikan laporan laba rugi komprehensif. Laba (rugi) komprehensif terdiri dari laba (rugi) bersih ditambah pendapatan komprehensif lain (Other Comprehensive Income). Laba (rugi) bersih hanya mengakui pendapatan yang terealisasi selama periode dan beban yang dikaitkan dengan pendapatan yang terealisasi tersebut, sedangkan

Other Comprehensive Income (OCI) mencakup keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi (unrealized gains and losses).


(17)

Hartono (2015) menyatakan bahwa obligasi adalah utang jangka panjang yang akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Investor yang konservatif cenderung lebih berminat untuk berinvestasi pada obligasi karena memiliki beberapa kelebihan yang terkait dengan keamanan, yaitu: (1) daya tarik saham berkurang karena volatilitas saham lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi, dan (2) obligasi menawarkan tingkat return yang positif dan memberikan income yang tetap (Faeber, 2001 dalam Purwaningsih 2008). Walaupun obligasi memiliki kelebihan dibandingkan dengan saham, obligasi juga mengandung risiko. Menurut Hartono (2015), risiko dari obligasi adalah kemungkinan obligasi tidak terbayar (default risk). Oleh karena itu, pemegang obligasi membutuhkan informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai probabilitas perusahaan dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo untuk membayar kembali obligasi beserta bunga jika ada. Peringkat obligasi merupakan salah satu sarana yang dapat memberikan gambaran mengenai risiko tingkat keamanan obligasi. Hartono (2015) menyebutkan bahwa peringkat obligasi (bond rating) adalah simbol – simbol karakter yang diberikan oleh agen peringkat untuk menunjukkan risiko dari obligasi.

Penelitian yang dilakukan untuk menguji kebermanfaatan informasi akuntansi sering disebut sebagai studi relevansi-nilai. Studi relevansi-nilai laba untuk tujuan pengambilan keputusan investasi saham sudah banyak dilakukan dalam penelitian terdahulu, sedangkan studi relevansi-nilai yang berkaitan dengan keputusan kredit (relevansi-nilai kredit) masih terbatas. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji relevansi-nilai kredit yang diproksikan dengan peringkat


(18)

3

obligasi (Kosi et al., 2010; Yuliana dkk., 2011; Estiyanti dan Yasa, 2012; Lestari dan Yasa, 2014) dan yield obligasi (Sari dan Zuhrotun, 2006; Widiastuti, 2015). Kosi et al. (2010) menguji dampak adopsi IFRS terhadap relevansi-nilai kredit. Hasilnya menunjukkan bahwa relevansi-nilai kredit setelah adopsi IFRS lebih tinggi daripada relevansi-nilai kredit sebelum adopsi IFRS. Selain itu, penelitian di Indonesia yang menguji relevansi-nilai kredit informasi laba pernah dilakukan oleh Yuliana dkk., (2011); Sari dan Zuhrotun (2006); Widiastuti (2015) yang menunjukkan hasil bahwa laba memiliki relevansi-nilai kredit. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Estiyanti dan Yasa (2012); Lestari dan Yasa (2014) yang memberikan hasil bahwa laba tidak berpengaruh terhadap relevansi-nilai kredit.

Adopsi IFRS di Indonesia memberikan dampak terhadap kualitas laporan keuangan karena IFRS memiliki karakteristik tertentu, diantaranya adalah lebih banyak menggunakan fair value dalam penilaian, menerapkan principal based

yang menuntut adanya professional judgement, dan mengharuskan adanya pengungkapan yang lebih banyak. Penelitian yang dilakukan oleh Gonedes (1980) dalam Nuryatno, dkk. (2007) membuktikan bahwa asimetri informasi dapat berkurang dengan adanya peraturan mengenai pengungkapan informasi akuntansi. Adopsi IFRS yang mensyaratkan pengungkapan dalam laporan keuangan yang lebih banyak akan mengurangi asimetri informasi yang berpengaruh pada semakin rendahnya risiko yang akan dihadapi perusahaan sehingga semakin baik peringkat obligasi yang akan diberikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa IFRS dapat memberikan dampak terhadap peningkatan relevansi-nilai kredit.


(19)

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Widiastuti (2015) yang menguji relevansi-nilai kredit informasi laba bersih, laba komprehensif, dan OCI, serta relevansi-nilai kredit penyajian OCI sebelum dan setelah adopsi PSAK 1 (revisi 2009). Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa baik laba bersih maupun laba komprehensif memiliki relevansi-nilai kredit, sedangkan OCI memiliki relevansi-nilai kredit inkremental atas laba bersih secara marginal. Selain itu penelitian tersebut juga memberikan hasil bahwa OCI memiliki relevansi-nilai kredit pada perioda setelah adopsi PSAK 1 (revisi 2009) dan tidak memiliki relevansi-nilai kredit pada perioda sebelum adopsi PSAK 1 (revisi 2009). Berdasarkan latar belakang tersebut serta hasil dari penelitian terdahulu, maka penelitian ini bertujuan menguji relevansi-nilai kredit informasi laba dan pendapatan komprehensif lain, serta adanya peningkatan relevansi-nilai kredit informasi laba dan pendapatan komprehensif lain pada tahapan adopsi IFRS di Indonesia. Penelitian ini perlu dilakukan karena studi relevansi-nilai kredit masih terbatas dan masih adanya ketidakkonsistenan hasil dari penelitian terdahulu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Widiastuti (2015) adalah pengukuran dari variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan peringkat obligasi. Selain itu, perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti (2015) adalah fenomena yang digunakan untuk menguji perbedaan relevansi-nilai kredit adalah tahapan adopsi IFRS, tidak spesifik pada PSAK 1 (revisi 2009) yang berlaku efektif tahun 2011.


(20)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat disusun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah laba bersih memiliki relevansi-nilai kredit?

2. Apakah laba komprehensif memiliki relevansi-nilai kredit? 3. Apakah OCI memiliki relevansi-nilai kredit?

4. Apakah terdapat peningkatan relevansi-nilai kredit laba bersih pada setiap tahapan adopsi IFRS?

5. Apakah terdapat peningkatan relevansi-nilai kredit laba komprehensif pada setiap tahapan adopsi IFRS?

6. Apakah terdapat peningkatan relevansi-nilai kredit OCI pada setiap tahapan adopsi IFRS?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Memperoleh bukti empiris tentang relevansi-nilai kredit laba bersih. 2. Memperoleh bukti empiris tentang relevansi-nilai kredit laba

komprehensif.

3. Memperoleh bukti empiris tentang relevansi-nilai kredit OCI.

4. Memperoleh bukti empiris tentang adanya peningkatan relevansi-nilai kredit laba bersih pada setiap tahapan adopsi IFRS.

5. Memperoleh bukti empiris tentang adanya peningkatan relevansi-nilai kredit laba komprehensif pada setiap tahapan adopsi IFRS.


(21)

6. Memperoleh bukti empiris tentang adanya peningkatan relevansi-nilai kredit OCI pada setiap tahapan adopsi IFRS.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil studi empiris, maka penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini memberikan informasi untuk dijadikan sebagai bahan rujukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan studi relevansi-nilai kredit.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perusahaan Penerbit Obligasi

Hasil penelitian memberikan informasi bagi pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan perusahaan mengenai informasi akuntansi yang mempengaruhi peringkat obligasi yang diterbitkan sebagai dasar penentuan kebijakan akuntansi.

b. Bagi Pemegang Obligasi

Hasil penelitian memberikan informasi bagi pemegang obligasi dan pihak eksternal lain supaya dapat lebih memahami informasi laba dan pendapatan komprehensif lain yang disajikan oleh perusahaan penerbit obligasi sehingga membantu dalam pengambilan keputusan investasi obligasi.


(22)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Relevansi-Nilai Kredit

Menurut pandangan Francis dan Schipper (1999) yang dipaparkan dalam penelitian Cahyonowati dan Ratmono (2012), relevansi-nilai merupakan kemampuan laporan keuangan dalam mewakili informasi yang berkaitan dengan harga saham. Istilah relevansi-nilai yang sudah sering dipakai dalam teori dan penelitian di bidang akuntansi mempunyai makna yang lebih spesifik pada pengujian kebermanfaatan informasi akuntansi untuk tujuan pengambilan keputusan investasi saham. Studi relevansi-nilai juga dapat digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan kredit yang disebut relevansi-nilai kredit. Penggunaan istilah berbeda untuk studi relevansi-nilai kredit diperlukan untuk membedakan studi relevansi-nilai untuk tujuan keputusan investasi.

Pengertian relevansi-nilai kredit seperti yang disebutkan oleh Hann et al.

(2007) adalah tingkat kemampuan laporan keuangan dalam merepresentasikan probabilitas gagal bayar. Obligasi merupakan salah satu sekuritas yang mengandung risiko. Menurut Hartono (2015), risiko dari obligasi adalah kemungkinan obligasi tidak terbayar (default risk). Oleh karena itu, pemegang obligasi membutuhkan informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai probabilitas perusahaan dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo untuk membayar kembali obligasi beserta bunga jika ada. Hartono (2015) dalam


(23)

bukunya menyebutkan bahwa peringkat obligasi (bond rating) adalah simbol – simbol karakter yang diberikan oleh agen peringkat untuk menunjukkan risiko dari obligasi. Dalam penelitian Widiastuti (2015) disebutkan bahwa semakin tinggi risiko gagal bayar maka menyebabkan peringkat obligasi yang diberikan semakin rendah. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji relevansi-nilai kredit yang diproksikan dengan peringkat obligasi (Hann et al., 2007; Jorion

et al., 2009; Kosi et al., 2010; Yuliana dkk., 2011; Estiyanti dan Yasa, 2012; Lestari dan Yasa, 2014) dan yield obligasi (Sari dan Zuhrotun, 2006; Widiastuti, 2015).

2. Teori Pensinyalan (Signalling Theory)

Menurut Conelly et al. (2011), teori pensinyalan menggambarkan perilaku dua pihak (misalnya manajemen perusahaan dengan pengguna informasi perusahaan) ketika memiliki kepentingan yang berbeda atas informasi tertentu. Di satu sisi, manajemen perusahaan sebagai penyedia informasi perusahaan berusaha memilih bagaimana cara mengkomunikasikan informasi tersebut (memberikan sinyal) berupa laporan keuangan, informasi kebijakan perusahaan, dan informasi lainnya yang dibutuhkan oleh pengguna informasi perusahaan. Sedangkan pengguna informasi perusahaan berusaha memilih bagaiamana cara menginterpretasikan informasi tersebut.

Dalam penelitian ini teori pensinyalan menggambarkan pemberian sinyal yang dilakukan oleh manajemen perusahaan melalui laporan keuangan kepada lembaga pemeringkat obligasi untuk digunakan sebagai dasar dalam proses


(24)

9

pemeringkatan obligasi perusahaan tersebut. Estiyanti dan Yasa (2012) menyebutkan bahwa informasi mengenai kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar kembali utang obligasi pada saat jatuh tempo beserta bunga jika ada dapat dijelaskan melalui sinyal dalam bentuk peringkat obligasi yang diberikan perusahaan kepada pemegang obligasi.

3. Informasi Laba Bersih, OCI, dan Laba Komprehensif

Sejak terbitnya PSAK 1 (revisi 2009) yang mulai berlaku efektif tahun 2011, perusahaan diwajibkan untuk menyajikan laporan laba rugi komprehensif. Pengertian laba komprehensif menurut SFAC no. 6 (Elements of Financial Statements: A Replacement of FASB Concepts Statement No. 3) adalah semua perubahan ekuitas perusahaan selama satu periode yang dihasilkan dari transaksi atau peristiwa lainnya, kecuali yang dihasilkan dari investasi oleh pemilik dan distribusi ekuitas kepada pemilik.

Laba (rugi) komprehensif terdiri dari laba (rugi) bersih ditambah pendapatan komprehensif lain (Other Comprehensive Income). Laba (rugi) bersih hanya mengakui pendapatan yang terealisasi selama periode dan beban yang dikaitkan dengan pendapatan yang terealisasi tersebut, sedangkan Other Comprehensive Income (OCI) mencakup keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi (unrealized gains and losses). Komponen OCI menurut PSAK 1 (revisi 2009) yang dituliskan dalam penelitian Wahyu dan Praptoyo (2014) meliputi:

a. Perubahan dalam surplus revaluasi aset tetap dan aset tidak berwujud b. Pengukuran kembali atas program manfaat pasti


(25)

c. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari kegiatan usaha luar negeri (selisih kurs valuta asing)

d. Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan sebagai

“tersediauntuk dijual”

e. Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai dalam rangka lindung nilai arus kas

Wild dan Subramanyam (2010) menyatakan bahwa laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas merupakan ukuran kinerja perusahaan, sehingga laba bersih lebih banyak merepresentasikan perubahan kinerja operasi perusahaan. Laba bersih tidak terlalu mencerminkan perubahan nilai pasar dan kondisi perekonomian. Perubahan nilai pasar tercermin dalam laba komprehensif yang terdiri dari laba bersih dan pendapatan komprehensif lain (OCI). Dalam penelitian Widiastuti (2015) dijelaskan bahwa OCI mencakup perubahan pos aset dan liabilitas yang belum terealisasi sehingga sangat bergantung pada perubahan nilai pasar.

4. Obligasi dan Peringkat Obligasi

Menurut Hartono (2015), obligasi adalah utang jangka panjang yang akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada. Peringkat obligasi merupakan salah satu sarana yang dapat memberikan gambaran mengenai risiko tingkat keamanan obligasi.


(26)

11

Beberapa lembaga pemeringkat obligasi yang diakui oleh Bank Indonesia antara lain Fitch Ratings, Moody’s Investor Service, Standard and Poor’s, PT. Fitch Ratings Indonesia, PT ICRA Indonesia, dan PT. Pemeringkat Efek Indonesia.Brigham (2010) memaparkan dalam bukunya, bahwa kriteria peringkat obligasi didasarkan pada faktor kualitatif dan kuantitatif, beberapa diantaranya yaitu rasio keuangan, jatuh tempo obligasi, stabilitas kinerja perusahaan, dan kebijakan akuntansi.

Foster (1986) berpendapat yang disebutkan dalam penelitian Raharja dan Sari (2008), kemungkinan perusahaan penerbit obligasi mengalami kondisi ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban keuangannya dalam rangka membayar kembali utang obligasi dapat digambarkan dalam peringkat obligasi. Salah satu lembaga pemeringkat obligasi yaitu PT. Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) mendefinisikan tingkatan peringkat obligasi sebagai berikut:

AAA : Efek utang dengan peringkat tertinggi, mempunyai risiko terendah, dan perusahaan penerbit obligasi mempunyai kemampuan sangat kuat dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya saat jatuh tempo AA : Efek utang dengan peringkat kredit di bawah peringkat tertinggi,

perusahaan penerbit obligasi mempunyai kemampuan kuat dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya saat jatuh tempo, dan tidak mudah terpengaruh oleh perubahan kondisi ekonomi dan bisnis yang terjadi

A : Efek utang dengan risiko rendah, perusahaan penerbit obligasi mempunyai kemampuan kuat dalam memenuhi kewajiban jangka


(27)

panjangnya saat jatuh tempo, tetapi rentan terpengaruh oleh perubahan kondisi ekonomi dan bisnis yang terjadi

BBB : Efek utang dengan risiko cukup rendah, perusahaan penerbit obligasi mempunyai kemampuan yang memadai dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya saat jatuh tempo, tetapi lebih rentan terpengaruh oleh perubahan kondisi ekonomi dan bisnis yang terjadi

BB : Efek utang yang menggambarkan kemampuan perusahaan penerbit obligasi yang agak lemah dalam memenuhi kewajiban jangka

panjangnya saat jatuh tempo, serta peka terhadap pengaruh perubahan kondisi ekonomi dan bisnis yang terjadi

B : Efek utang dengan risiko sangat rendah, perusahaan penerbit obligasi masih mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya saat jatuh tempo, tetapi kemampuan tersebut dapat berkurang akibat terpengaruh oleh perubahan kondisi ekonomi dan bisnis yang terjadi

CCC : Efek utang yang menggambarkan ketidakmampuan perusahaan penerbit obligasi dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya saat jatuh tempo

D : Efek utang yang mengalami kegagalan bayar karena perusahaan penerbit obligasi berhenti dalam menjalankan aktivitas bisnisnya


(28)

13

5. IFRS

International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan standar yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan agar dapat diterima secara umum. Secara bertahap sejak tahun 2008 Indonesia mulai melakukan adopsi

International Financial Reporting Standars (IFRS). Tahapan adopsi IFRS di Indonesia terdiri dari:

a. Tahap awal (2008-2011), mencakup pengadopsian seluruh IFRS ke PSAK, persiapan infrastruktur, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku

b. Tahap implementasi pertama (2012-2014), mencakup penerapan dan evaluasi dampak penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap

c. Tahap implementasi kedua (2015), mencakup penerapan PSAK baru maupun PSAK revisi dan evaluasi dampak perubahan standar

Adopsi IFRS di Indonesia memberikan dampak terhadap kualitas laporan keuangan karena IFRS memiliki karakteristik tertentu, diantaranya yaitu:

a. Lebih banyak menggunakan sistem fair value yang mewajibkan penilaian transaksi atau peristiwa akuntansi berdasarkan nilai sekarang atas aset, liabilitas, dan ekuitas

b. Menerapkan principal based yang menuntut adanya professional judgement


(29)

Adopsi IFRS di Indonesia memberikan dampak terhadap kualitas laporan keuangan karena IFRS memiliki karakteristik tertentu, diantaranya adalah lebih banyak menggunakan fair value dalam penilaian, menerapkan principal based

yang menuntut adanya professional judgement, dan mengharuskan adanya pengungkapan yang lebih banyak. Penelitian yang dilakukan oleh Gonedes (1980) dalam Nuryatno, dkk. (2007) membuktikan bahwa asimetri informasi dapat berkurang dengan adanya peraturan mengenai pengungkapan informasi akuntansi. Adopsi IFRS yang mensyaratkan pengungkapan dalam laporan keuangan yang lebih banyak akan mengurangi asimetri informasi yang berpengaruh pada semakin rendahnya risiko yang akan dihadapi perusahaan sehingga semakin baik peringkat obligasi yang akan diberikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa IFRS dapat memberikan dampak terhadap peningkatan relevansi-nilai kredit.

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Relevansi-Nilai Kredit Laba Bersih dan Laba Komprehensif

Dalam penjelasan pada bagian latar belakang telah disebutkan bahwa relevansi-nilai kredit merupakan studi yang berkaitan dengan kebermanfaatan informasi akuntansi yang berkaitan dengan keputusan kredit. Pemegang obligasi sebagai pengguna laporan keuangan berkepentingan dengan informasi laporan keuangan untuk memperoleh gambaran mengenai probabilitas perusahaan dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo untuk membayar kembali obligasi beserta bunga jika ada.


(30)

15

Laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan (Wild dan Subramanyam, 2010). Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat. Seperti yang disebutkan oleh Horrigan (1966) dan Burton

et al. (1998) dalam Estiyanti dan Yasa (2012) bahwa peringkat obligasi dapat meningkat berdasarkan tingginya tingkat profitabilitas perusahaan. Profitabilitas perusahaan yang semakin tinggi akan berdampak pada risiko gagal bayar yang semakin rendah sehingga dapat mempengaruhi pemberian peringkat obligasi yang semakin baik.

Berbagai kelebihan yang dimiliki oleh laba komprehensif mengindikasikan bahwa laba komprehensif yang semakin meningkat akan menunjukkan peningkatan dalam hal laba ditahan dan dividen yang dibagikan (Hudayati, 1999 dalam Rejeki dan Warastuti, 2012). Menurut Riyanto (2011) dalam Estiyanti dan Yasa (2012), laba ditahan dipandang sebagai sumber penting dalam pembiayaan atas pertumbuhan perusahaan. Semakin kuat pertumbuhan suatu perusahaan mengindikasikan kinerja perusahaan yang semakin baik sehingga mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam rangka membayar pokok pinjaman maupun bunga dengan tepat waktu yang nantinya akan berpengaruh pada peringkat obligasi yang semakin baik.

Menurut penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa laba bersih dan laba komprehensif sama – sama mempunyai relevansi-nilai kredit, tetapi bagi kreditor tingkat kebermanfaatan informasi laba bersih dapat berbeda dengan laba komprehensif. Argumen yang dipaparkan dalam penelitian Widiastuti (2015),


(31)

menunjukkan bahwa relevansi-nilai kredit laba bersih lebih tinggi daripada laba komprehensif. Laba komprehensif mengandung untung yang belum terealisasi, sedangkan kreditor sebagai pemegang obligasi cenderung bersifat konservatif yang hanya fokus pada komponen rugi yang belum terealisasi daripada komponen untung yang belum terealisasi. Dalam memperkirakan kemungkinan gagal bayar, pemegang obligasi memperhatikan informasi laba komprehensif secara terbatas dan lebih banyak menggunakan informasi yang tersaji dalam laba bersih.

Penelitian Kosi et al. (2010) serta Yuliana dkk. (2011) menguji pengaruh informasi laba bersih terhadap peringkat obligasi. Kosi et al. (2010) menggunakan sampel perusahaan yang mempunyai peringkat obligasi yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat S&P dan Worldscope periode 1999 – 2009. Hasil penelitian Kosi et al. (2010)menunjukkan bahwa laba bersih memiliki relevansi-nilai kredit. Penelitian Yuliana dkk. (2011) memilih sampel perusahaan keuangan yang mempunyai peringkat obligasi yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat PT. PEFINDO periode 2009 – 2010. Hasil penelitian Yuliana dkk. (2011) menunjukkan bahwa laba bersih memiliki relevansi-nilai kredit. Hasil serupa juga ditunjukkan dalam penelitian Widiastuti (2015) yang menggunakan yield obligasi sebagai proksi keputusan kredit dengan sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menerbitkan obligasi pada tahun 2009 – 2013. Hasil penelitian Widiastuti (2015) menunjukkan bahwa laba bersih memiliki relevansi-nilai kredit.

Penelitian yang dilakukan Widiastuti (2015) menunjukkan bahwa laba komprehensif memiliki relevansi-nilai kredit yang dibuktikan secara empiris


(32)

17

dengan adanya hubungan yang positif signifikan antara laba komprehensif dengan

yield obligasi. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1a: Laba bersih memiliki relevansi-nilai kredit

H1b: Laba komprehensif memiliki relevansi-nilai kredit

2. Relevansi-Nilai Kredit OCI

OCI merupakan perubahan nilai wajar beberapa pos aset dan liabilitas, yaitu perubahan dalam surplus revaluasi, untung rugi aktuarial atas program manfaat pasti dalam imbalan kerja, untung rugi dari penjabaran laporan keuangan dari entitas asing, untung rugi pengukuran kembali aset keuangan yang

dikategorikan sebagai “tersedia untuk dijual”, dan bagian efektif dari untung rugi instrumen lindung nilai dalam rangka “lindung nilai arus kas” (Widiastuti, 2015).

Komponen – komponen OCI tersebut mengandung informasi yang bermanfaat bagi pemegang obligasi untuk menilai kinerja perusahaan di masa mendatang karena OCI juga mencakup pengungkapan keuntungan dan kerugian yang belum terealisasi (unrealized gains and losses).

OCI memiliki relevansi-nilai kredit inkremental atas laba bersih secara marginal, yaitu memberikan informasi tambahan mengenai perubahan nilai wajar beberapa pos aset dan liabilitas. Nilai OCI yang positif menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai cadangan untung yang belum terealisasi sehingga memberikan informasi mengenai kemungkinan perusahaan mampu membayar pokok pinjaman maupun bunga dengan tepat waktu. Jika nilai OCI negatif,


(33)

perusahaan cenderung mempunyai rugi yang belum terealisasi sehingga ada kemungkinan di masa yang akan datang bahwa rugi akan terealisasi.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat argumen bahwa relevansi-nilai kredit laba bersih lebih tinggi daripada laba komprehensif. Laba komprehensif mengandung untung yang belum terealisasi, sedangkan kreditor sebagai pemegang obligasi cenderung bersifat konservatif yang hanya fokus pada komponen rugi yang belum terealisasi daripada komponen untung yang belum terealisasi. Dalam memperkirakan kemungkinan gagal bayar, pemegang obligasi memperhatikan informasi laba komprehensif secara terbatas dan lebih banyak menggunakan informasi yang tersaji dalam laba bersih (Widiastuti, 2015). Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa ada kemungkinan kreditor memperhatikan infomasi yang disajikan dalam OCI walaupun terbatas sehingga informasi tersebut dapat dipakai untuk menilai peringkat obligasi suatu perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Widiastuti (2015) menguji apakah OCI memiliki relevansi-nilai. Hasil tersebut membuktikan bahwa nilai R square pada model inkremental OCI atas laba bersih lebih tinggi dibandingkan R square

model laba bersih. Hal ini mengindikasikan bahwa OCI memiliki relevansi-nilai kredit inkremental atas laba bersih secara marginal, walaupun OCI secara independen berhubungan negatif signifikan dengan yield obligasi. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:


(34)

19

3. Relevansi-Nilai Kredit Laba Bersih, Laba Komprehensif, dan OCI pada Tahapan Adopsi IFRS

Menurut Wild dan Subramanyam (2010), Informasi laba bersih (net income) yang disajikan dalam laporan keuangan mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Seperti yang disebutkan oleh Horrigan (1966) dan Burton et al.

(1998) dalam Estiyanti dan Yasa (2012) bahwa peringkat obligasi dapat meningkat berdasarkan tingginya tingkat profitabilitas perusahaan. Profitabilitas perusahaan yang semakin tinggi akan berdampak pada risiko gagal bayar yang semakin rendah sehingga dapat mempengaruhi pemberian peringkat obligasi yang semakin baik.

Penelitian Hudayati (1999) yang dipaparkan dalam Rejeki dan Warastuti (2012), menjelaskan bahwa laba komprehensif yang semakin meningkat akan menunjukkan peningkatan dalam hal laba ditahan dan dividen yang dibagikan. Menurut Riyanto (2011) dalam Estiyanti dan Yasa (2012), laba ditahan dipandang sebagai sumber penting dalam pembiayaan atas pertumbuhan perusahaan. Semakin kuat pertumbuhan suatu perusahaan mengindikasikan kinerja perusahaan yang semakin baik sehingga mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam rangka membayar pokok pinjaman maupun bunga dengan tepat waktu yang nantinya akan berpengaruh pada peringkat obligasi yang semakin baik.

OCI mencakup pengungkapan keuntungan dan kerugian yang belum terealisasi (unrealized gains and losses). Nilai OCI yang positif menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai cadangan untung yang belum terealisasi sehingga memberikan informasi mengenai kemungkinan perusahaan mampu membayar


(35)

pokok pinjaman maupun bunga dengan tepat waktu. Jika nilai OCI negatif, perusahaan cenderung mempunyai rugi yang belum terealisasi sehingga ada kemungkinan di masa yang akan datang bahwa rugi akan terealisasi. Kreditor sebagai pemegang obligasi cenderung bersifat konservatif yang hanya fokus pada komponen rugi yang belum terealisasi daripada komponen untung yang belum terealisasi. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa ada kemungkinan kreditor memperhatikan infomasi yang disajikan dalam OCI walaupun terbatas sehingga informasi tersebut dapat dipakai untuk menilai peringkat obligasi suatu perusahaan.

Adopsi IFRS di Indonesia memberikan dampak terhadap kualitas laporan keuangan. Setelah dilakukannya adopsi IFRS secara bertahap, terdapat perubahan tertentu pada karakteristik laporan keuangan, yaitu (1) penyajian laporan keuangan lebih banyak menggunakan sistem fair value yang mewajibkan penilaian transaksi atau peristiwa akuntansi berdasarkan nilai sekarang atas aset, liabilitas, dan ekuitas; (2) menerapkan principal based yang menuntut adanya

professional judgement, dan (3) mengharuskan adanya pengungkapan yang lebih banyak.

Adopsi IFRS di Indonesia terdiri dari tiga tahapan yaitu adopsi tahap awal (2011), impelementasi tahap pertama (2012-2014), dan implementasi tahap kedua (2015). Adopsi tahap awal mencakup pengadopsian seluruh IFRS ke PSAK, persiapan infrastruktur, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku. Pada tahap awal, kecakapan sumber daya penyusun laporan keuangan, auditor, dan kemampuan pemahaman tentang perubahan standar yang berlaku belum cukup


(36)

21

memadai karena masih dalam proses penyesuaian adopsi. Tahap implementasi pertama pada tahun 2012 – 2014 mencakup penerapan dan evaluasi dampak penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap. Kecakapan sumber daya penyusun laporan keuangan, auditor, dan kemampuan pemahaman tentang perubahan standar yang berlaku sudah lebih baik daripada saat adopsi tahap awal karena sudah dilakukannya evaluasi dampak penerapan PSAK berbasis IFRS. Tahap adopsi terakhir yaitu tahap implementasi kedua (2015), mencakup penerapan PSAK baru maupun PSAK revisi dan evaluasi dampak perubahan standar. Pada tahap implementasi kedua, kecakapan sumber daya penyusun laporan keuangan, auditor, dan kemampuan pemahaman tentang perubahan standar yang berlaku sudah dapat dikatakan sangat memadai karena adanya penyusunan PSAK revisi yang merupakan tindak lanjut dari hasil evaluasi penerapan PSAK berbasis IFRS.

Adanya peningkatan dalam hal kecakapan sumber daya penyusun laporan keuangan, auditor, dan kemampuan pemahaman tentang perubahan standar yang berlaku, dan sebagainya dari setiap tahapan adopsi IFRS menyebabkan laporan keuangan yang dihasilkan menjadi semakin baik dan kredibel. Penyajian laporan keuangan yang semakin baik berpengaruh terhadap peningkatan keandalan informasi akuntansi yang akan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan sehingga menyebabkan pembuatan keputusan peringkat obligasi yang semakin baik.

Penelitian yang dilakukan Kosi et al. (2010) menguji relevansi-nilai kredit informasi laba bersih sebelum dan setelah adopsi IFRS dengan menggunakan


(37)

variabel dependen peringkat obligasi. Penelitian Kosi et al. (2010) memberikan hasil bahwa relevansi-nilai kredit setelah adopsi IFRS lebih tinggi daripada nilai kredit sebelum adopsi IFRS. Widiastuti (2015) menguji relevansi-nilai kredit OCI periode sebelum dan setelah adopsi PSAK 1 (revisi 2009). Hasil penelitian Widiastuti (2015) menunjukkan bahwa OCI memiliki relevansi-nilai kredit pada periode setelah adopsi PSAK 1 (revisi 2009) dan tidak memiliki relevansi-nilai kredit pada periode sebelum adopsi PSAK 1 (revisi 2009). Hal itu dibuktikan dengan tidak adanya pengaruh OCI terhadap yield obligasi pada periode sebelum adopsi PSAK 1 (revisi 2009) sedangkan pada periode setelah adopsi PSAK 1 (revisi 2009) OCI secara statistis berpengaruh signifikan terhadap

yield obligasi.

Hann et al. (2007) membandingkan relevansi-nilai kredit laporan keuangan berdasarkan model nilai wajar dan model smoothing akuntansi pensiun (SFAS 87). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa relevansi-nilai kredit informasi laba pada model nilai wajar menurun. Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3a: Terdapat peningkatan relevansi-nilai kredit laba bersih dari tahap ke tahap

H3b: Terdapat peningkatan relevansi-nilai kredit laba komprehensif dari tahap ke tahap


(38)

23

C. Model Penelitian

Gambar 2.1. kerangka pemikiran hipotesis 1a, 1b, dan 2

Gambar 2.2 kerangka pemikiran hipotesis 3a, 3b, dan 3c Pendapatan Komprehensif Lain

Laba Komprehensif Laba Bersih

Peringkat Obligasi

Relevansi-Nilai Kredit

Tahun

2011

<

Tahun 2012 - 2014

Tahun 2015


(39)

24

A. Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang menerbitkan obligasi berdenominasi rupiah dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode penelitian yaitu data tahun 2011 – 2015. Periode tersebut merupakan periode tahapan pelaksanaan adopsi IFRS di Indonesia. Untuk penelitian yang berkaitan dengan tahapan adopsi IFRS, periode penelitian lebih spesifik terbagi pada setiap tahapan adopsi IFRS di Indonesia yaitu tahap awal (periode 2011), implementasi tahap pertama (periode 2012 – 2014), dan implementasi tahap kedua (periode 2015).

B. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Adapun kriteria yang dipilih adalah sebagai berikut: (1) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menerbitkan obligasi korporasi berdenominasi Rupiah yang masih diperdagangkan pada perioda 2012-2016, (2) obligasi yang diterbitkan bukan merupakan obligasi syariah, (3) obligasi yang diterbitkan memiliki peringkat, (4) menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2011 – 2015, (5) laporan keuangan yang diterbitkan dinyatakan dalam Rupiah, dan (6) memiliki pos pendapatan komprehensif lain dalam laporan keuangan yang diterbitkan.


(40)

25

C. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data yang digunakan antara lain (1) laporan keuangan auditan perusahaan sampel tahun 2011 – 2015 yang diakses dari website BEI, dan (2) data peringkat obligasi dalam

idx factbook tahun 2012 – 2016 dalam website BEI.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peringkat obligasi. Dalam penelitian ini, peringkat obligasi diukur dengan menggunakan variabel dummy. Mengacu pada Kerwer (1999) dalam Restuti (2007), peringkat obligasi ini dibagi dalam tiga kategori yaitu investement grade (AAA, AA, A), speculative grade

(BBB, BB, B), dan default grade (CCC, CC, C, D). Pengukuran dilakukan dengan memberikan nilai 0 untuk default grade, nilai 1 untuk speculative grade, dan nilai 2 untuk investment grade.

2. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah laba bersih, laba komprehensif, dan pendapatan komprehensif lain (OCI) tahun 2011 – 2015. Pengukuran variabel independen penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a) Laba Bersih

Laba bersih yang digunakan yaitu laba bersih tahun berjalan setelah pajak. Data laba bersih tahun 2011 – 2015 dapat diperoleh dari laporan laba rugi


(41)

komprehensif. Variabel independen laba bersih dalam penelitian ini dideflasi dengan total aset.

b) Laba Komprehensif

Laba komprehensif terdiri dari laba bersih ditambah pendapatan komprehensif lain (OCI). Data laba komprehensif tahun 2011-2015 dapat diperoleh dari laporan laba rugi komprehensif. Penelitian ini mendeflasi laba komprehensif dengan total aset.

c) Pendapatan Komprehensif Lain (OCI)

Dalam penelitian Widiastuti (2015) disebutkan bahwa OCI merupakan perubahan nilai wajar beberapa pos aset dan liabilitas, yaitu perubahan dalam surplus revaluasi, untung rugi aktuarial atas program manfaat pasti dalam imbalan kerja, untung rugi dari penjabaran laporan keuangan dari entitas asing, untung

rugi pengukuran kembali aset keuangan yang dikategorikan sebagai “tersedia untuk dijual”, dan bagian efektif dari untung rugi instrumen lindung nilai dalam rangka “lindung nilai arus kas”. Data pendapatan komprehensif lain (OCI) tahun 2011-2015 dapat diperoleh dari laporan laba rugi komprehensif. Variabel pendapatan komprehensif lain (OCI) juga dideflasi dengan total aset.

E. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Analisis Statistik Deskriptif

Ghozali (2012) menjelaskan bahwa statistik deskriptif mendeskripsikan variabel penelitian. Analisis yang digunakan diantaranya meliputi rata – rata


(42)

27

2. Uji Kualitas Data

a. Menilai Overall Fit Model

Penilaian model fit dilakukan untuk membuktikan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi

Likelihood. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input.

Sesuai dengan pendapat Ghozali (2005), jika terdapat penurunan nilai -2 Log Likehood (-2LL) pada model dengan intercept saja dengan nilai -2 Log Likehood (-2LL) akhir, maka dapat diartikan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data.

b. Uji Parallel Lines

Menurut Ghozali (2012), untuk menilai apakah setiap kategori mempunyai parameter yang sama maka dilakukan uji Parallel Lines. Jika nilai signifikan lebih besar dari alpha (0,05) artinya model regresi memiliki parameter yang sama sehingga pemilihan model link function logit adalah sesuai.

3. Pengujian Hipotesis a. Uji Hipotesis

Penelitian ini menggunakan metode analisis data ordinal logistic regression (PLUM) dengan pengolahan data melalui software SPSS (Statistical Package for Social Science). Model regresi logistik ordinal digunakan karena variabel dependen dalam penelitian ini berbentuk kategorial.


(43)

Persamaan regresi ordinal logistik adalah sebagai berikut: (1)

(2)

(3)

Keterangan:

P0 : Probabilitas default grade P1 : Probabilitas speculative grade

α : Konstanta

β : Koefisien variabel

NIAT : Net Income After Tax, laba bersih setelah pajak dideflasi dengan total aset

COMP : Comprehensive Income obligasi, laba komprehensif dideflasi dengan total aset

OCI : Other Comprehensive Income, pendapatan komprehensif lain dideflasi dengan total aset

: residual

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan melihat koefisien estimasian variabel dan nilai signifikansi pada hasil uji Wald. Model (1) di atas akan digunakan untuk menguji hipotesis 1a yaitu laba bersih memiliki relevansi-nilai kredit. Hipotesis 1a terdukung secara empiris jika koefisien estimasian laba bersih bernilai positif dan secara statistis signifikan (nilai sig. < alpha 0,05).

Model (2) akan digunakan untuk menguji hipotesis 1b yaitu laba komprehensif memiliki relevansi-nilai kredit. Hipotesis 1b terdukung secara empiris jika koefisien estimasian laba komprehensif bernilai positif dan secara statistis signifikan (nilai sig. < alpha 0,05).


(44)

29

Model (3) akan digunakan untuk menguji hipotesis 2 yaitu OCI memiliki relevansi-nilai kredit. Hipotesis 2 terdukung secara empiris jika koefisien estimasian OCI bernilai positif dan secara statistis signifikan (nilai sig. < alpha

0,05).

Hipotesis 3a, 3b, dan 3c diuji menggunakan model yang sama dengan model di atas, tetapi masing – masing model dilakukan pengujian sebanyak tiga kali dengan memecah periode penelitian berdasarkan tahapan adopsi IFRS, yaitu tahap awal (periode 2011), implementasi tahap pertama (periode 2012 – 2014), dan implementasi tahap kedua (periode 2015). Hipotesis 3a, 3b, dan 3c terdukung secara empiris jika (1) koefisien estimasian variabel pada setiap tahapan bernilai positif dan secara statistis signifikan (nilai sig. < alpha 0,05)., dan (2) koefisien Nagelkerke’s R Square variabel pada setiap tahapan memiliki tren yang semakin meningkat dari tahap ke tahap.

b. Menilai Koefisien Determinasi

Seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen dapat dilihat dari nilai koefisien Nagelkerke’s R Square. Nagelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox & Snell untuk memastikan variasi nilai ada pada rentang 0 sampai dengan 1 supaya mudah dilakukan interpretasi. Menurut Ghozali (2012), interpretasi koefisien Nagelkerke’s R Square dapat dilakukan seperti R square pada multiple regression.


(45)

30

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang menerbitkan obligasi korporasi berdenominasi rupiah dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sesuai dengan pemilihan sampel yang dilakukan dengan metode purposive sampling, diperoleh sampel penelitian yang disajikan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1

Prosedur Pemilihan Sampel Penelitian

No Kriteria 2011 2012 2013 2014 2015 Total

1

Perusahaan yang menerbitkan obligasi korporasi

berdenominasi Rupiah, masih diperdagangkan pada tahun 2012-2016, dan terdaftar di BEI

90 93 107 105 104 499

2 Obligasi yang diterbitkan

merupakan obligasi syariah (2) (2) (1) (2) (3) (10)

3 Obligasi yang diterbitkan tidak

memiliki peringkat (1) (1) (1) (1) (1) (5)

4

Perusahaan tidak menerbitkan laporan keuangan periode 2011-2015

(9) (4) (3) (4) (2) (22)

5

Laporan keuangan yang diterbitkan tidak dinyatakan dalam Rupiah

(5) (4) (5) (3) (3) (20)

6

Tidak memiliki pos pendapatan komprehensif lain dalam laporan keuangan yang diterbitkan

(2) (1) 0 0 0 (3)

Total Data 71 81 97 95 95 439

Menurut pemaparan dalam tabel 4.1 total perusahaan yang menerbitkan obligasi korporasi berdenominasi Rupiah, masih diperdagangkan pada tahun


(46)

31

2012-2016, dan terdaftar di BEI sebanyak 499 perusahaan, tetapi berdasarkan hasil pemilihan sampel terdapat 439 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian.

B. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 1. Statistik Deskriptif

Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa variabel laba bersih memiliki mean

sebesar 0,124918 dengan nilai maksimum 37,1224 dan minimum -0,4843. Sementara variabel OCI menunjukkan mean sebesar 0,004693 dengan nilai maksimum 0,5757 dan minimum -0,1069. Mean yang dimiliki oleh variabel laba komprehensif sebesar 0,129417 dengan nilai maksimum ditunjukkan sebesar 37,1224 dan minimum -0,4919. Untuk variabel laba bersih dan laba komprehensif nilai maksimum dimiliki oleh Panorama Sentrawisata Tbk pada tahun 2013 dan nilai minimum dimiliki oleh Arpeni Pratama Ocean Line Tbk pada tahun 2011. Sedangkan nilai maksimum variabel OCI dimiliki oleh Perkebunan Nusantara X (Persero) pada tahun 2015 dan nilai minimum dimiliki oleh Arpeni Pratama Ocean Line Tbk pada tahun 2013.

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel Independen Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Laba Bersih 439 -0,4843 37,1224 0,124918 1,7723624

OCI 439 -0,1069 0,5757 0,004693 0,0394183

Laba Komprehensif 439 -0,4919 37,1224 0,129417 1,7725935

Valid N (listwise) 439


(47)

2. Uji Kualitas Data

a. Case Processing Summary

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 439 perusahaan. Variabel dependen peringkat obligasi dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu

Investment Grade, Speculative Grade, dan Default Grade.Tabel 4.3 menunjukkan jumlah perusahaan yang mempunyai peringkat obligasi dengan kategori

Investment Grade pada tahun 2011 – 2015 sebanyak 394 perusahaan atau sebesar 89,7% dari total sampel. Kemudian sebanyak 37 perusahaan atau 8,4% dari total sampel yang mempunyai peringkat obligasi dengan kategori Speculative Grade

pada tahun 2011 – 2015. Sedangkan perusahaan yang mempunyai peringkat obligasi dengan kategori Default Grade pada tahun 2011 – 2015 sebanyak 8 perusahaan atau sebesar 1,8% dari total sampel. Selama periode 2011 – 2015 Indonesia Eximbank dan Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk memperoleh peringkat obligasi kategori Investment Grade dengan peringkat AAA. Peringkat obligasi kategori Speculative Grade dengan peringkat CC dan D pada periode 2011 – 2015 didapatkan oleh Smartfren Telecom Tbk.

Tabel 4.3

Case Processing Summary

N

Marginal Percentage

Peringkat Obligasi Default Grade 8 1.8%

Speculative Grade 37 8.4%

Investment Grade 394 89.7%

Valid 439 100.0%

Missing 0

Total 439


(48)

33

b. Menilai Overall Fit Model

Penilaian overall model fit dilakukan dengan membandingkan nilai -2 Log Likehood (-2LL) pada model intercept saja dengan nilai -2 Log Likehood (-2LL) akhir. Jika nilai -2LL model dengan intercept saja lebih besar daripada nilai -2LL akhir, maka model dikatakan fit dengan data empiris.

Hasil uji model fit untuk model regresi variabel laba bersih yang disajikan pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai -2LL model dengan intercept saja sebesar 332,347 dan nilai 2LL akhir sebesar 272,768. Adanya penurunan nilai -2LL sebesar 59,579 dan signifikan pada 0,000 ini berarti model dengan memasukkan variabel laba bersih lebih baik daripada model hanya dengan

intercept saja, sehingga dapat dikatakan fit dengan data.

Tabel 4.4

Perbandingan Nilai -2LL Intercept Only dengan -2LL Final (Model Variabel Laba Bersih)

Model Fitting Information

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.

Intercept Only 332.347

Final 272.768 59.579 1 .000

Link function: Logit.

Sumber : Data diolah dengan SPSS, 2016

Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa hasil pengujian overall fit model

untuk model regresi variabel OCI menunjukkan bahwa nilai -2LL model dengan

intercept saja sebesar 224,065 dan nilai -2LL akhir sebesar 222,435. Adanya penurunan nilai -2LL sebesar 1,630 dan signifikan pada 0,202 ini berarti dengan memasukkan variabel OCI lebih baik daripada model hanya dengan intercept saja, sehingga dapat model dikatakan fit dengan data.


(49)

Tabel 4.5

Perbandingan Nilai -2LL Intercept Only dengan -2LL Final (Model Variabel OCI)

Model Fitting Information

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.

Intercept Only 224.065

Final 222.435 1.630 1 .202

Link function: Logit.

Sumber : Data diolah dengan SPSS, 2016

Pengujian untuk model regresi variabel laba komprehensif didapatkan hasil nilai -2LL model dengan intercept saja yang dilihat dari tabel 4.6 yaitu sebesar 332,347 dan nilai -2LL akhir sebesar 275,916. Penurunan nilai -2LL sebesar 56,431 dan signifikan pada 0,000 ini menunjukkan bahwa model dengan memasukkan variabel laba komprehensif lebih baik daripada model hanya dengan

intercept saja, sehingga dapat dikatakan model fit dengan data.

Tabel 4.6

Perbandingan Nilai -2LL Intercept Only dengan -2LL Final (Model Variabel Laba Komprehensif)

Model Fitting Information

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.

Intercept Only 332.347

Final 275.916 56.431 1 .000

Link function: Logit.


(50)

35

c. Uji Parallel Lines

Berdasarkan hasil uji Parallel Lines dalam tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi model regresi variabel laba bersih sebesar 0,754 lebih besar dari

alpha 0,05 yang artinya model sudah sesuai.

Tabel 4.7

Uji Parallel Lines Variabel Laba Bersih Test of Parallel Linesc

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.

Null Hypothesis 272.768

General 268.705a 4.063b 1 .754

The null hypothesis states that the location parameters (slope coefficients) are the same across response categories.

a. The log-likelihood value cannot be further increased after maximum number of step-halving.

b. The Chi-Square statistic is computed based on the log-likelihood value of the last iteration of the general model. Validity of the test is uncertain. c. Link function: Logit.

Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016

Tabel 4.8 menunjukkan hasil uji Parallel Lines variabel OCI. Nilai signifikansi lebih besar dari alpha 0,05 yaitu sebesar 0,261 sehingga dapat dikatakan model cocok.

Tabel 4.8

Uji Parallel Lines Variabel OCI Test of Parallel Linesc

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.

Null Hypothesis 222.435

General 201.401a 21.034b 1 .261

The null hypothesis states that the location parameters (slope coefficients) are the same across response categories.

a. The log-likelihood value cannot be further increased after maximum number of step-halving.

b. The Chi-Square statistic is computed based on the log-likelihood value of the last iteration of the general model. Validity of the test is uncertain. c. Link function: Logit.


(51)

Berdasarkan hasil uji Parallel Lines dalam tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi model regresi variabel laba komprehensif sebesar 0,651 lebih besar dari alpha 0,05 yang artinya model sudah sesuai.

Tabel 4.9

Uji Parallel Lines Variabel Laba Komprehensif Test of Parallel Linesc

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.

Null Hypothesis 275.916

General 264.091a 11.825b 1 .651

The null hypothesis states that the location parameters (slope coefficients) are the same across response categories.

a. The log-likelihood value cannot be further increased after maximum number of step-halving.

b. The Chi-Square statistic is computed based on the log-likelihood value of the last iteration of the general model. Validity of the test is uncertain. c. Link function: Logit.

Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016

3. Hasil Pengujian Hipotesis

Uji Wald dalam regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian dipaparkan sebagai berikut :

a. Pengujian Hipotesis 1a

Tabel 4.10

Uji Hipotesis Relevansi-Nilai Kredit Laba Bersih Parameter Estimates

Estimate Std.

Error Wald df Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Threshold [Rating = 0] -4.194 .493 72.451 1 .000 -5.159 -3.228

[Rating = 1] -1.536 .180 72.563 1 .000 -1.889 -1.182

Location LabaBersih 28.450 4.539 39.278 1 .000 19.553 37.347

Link function: Logit.


(52)

37

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dirumuskan persamaan regresi ordinal logistik sebagai berikut :

Hipotesis 1a menyatakan bahwa laba bersih memiliki relevansi-nilai kredit. Hasil pengujian hipotesis yang disajikan dalam tabel 4.10 menunjukkan bahwa variabel laba bersih memiliki koefisien positif sebesar 28,450 dan nilai Sig. 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H1a diterima yang artinya laba bersih berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi. Hal ini menunjukkan bahwa laba bersih memiliki relevansi-nilai kredit.

Tabel 4.11

Koefisien Determinasi Variabel Laba Bersih Pseudo R-Square

Cox and Snell .127

Nagelkerke .239

McFadden .179

Link function: Logit.

Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016

Pada tabel 4.11 dapat diketahui nilai Nagelkerke R Square variabel laba bersih sebesar 0,239. Nilai tersebut mengandung arti bahwa variabel laba bersih mampu menjelaskan variabilitas variabel peringkat obligasi sebesar 23,9%, sedangkan sisanya sebesar 76,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.


(53)

b. Pengujian Hipotesis 1b

Tabel 4.12

Uji Hipotesis Relevansi-Nilai Kredit Laba Komprehensif Parameter Estimates

Estimate Std. Error Wald df Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound

Upper Bound

Threshold [Rating = 0] -4.132 .486 72.358 1 .000 -5.083 -3.180

[Rating = 1] -1.509 .181 69.158 1 .000 -1.865 -1.153

Location LabaKomprehensif 26.723 4.379 37.244 1 .000 18.141 35.306

Link function: Logit.

Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dirumuskan persamaan regresi ordinal logistik sebagai berikut :

Hipotesis 1b dalam penelitian ini adalah laba komprehensif memiliki relevansi-nilai kredit. Tabel 4.12 menunjukkan variabel laba komprehensif memiliki koefisien positif sebesar 26,723 dan nilai Sig. 0,000 lebih kecil dari

alpha 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H1b diterima yang artinya laba komprehensif berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi. Hal ini menunjukkan bahwa laba komprehensif memiliki relevansi-nilai kredit.


(54)

39

Tabel 4.15

Koefisien Determinasi Variabel Laba Komprehensif Pseudo R-Square

Cox and Snell .121

Nagelkerke .227

McFadden .170

Link function: Logit.

Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa variabel laba komprehensif mempunyai nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,227. Nilai tersebut mengandung arti bahwa variabel laba komprehensif mampu menjelaskan variabilitas variabel peringkat obligasi sebesar 22,7%, sedangkan sisanya sebesar 77,3% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.

c. Pengujian Hipotesis 2

Tabel 4.14

Uji Hipotesis Relevansi-Nilai Kredit OCI Parameter Estimates

Estimate Std.

Error Wald df Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Threshold [Rating = 0] -3.964 .356 123.649 1 .000 -4.663 -3.265

[Rating = 1] -2.137 .157 184.606 1 .000 -2.446 -1.829

Location OCI 17.200 13.730 1.569 1 .210 -9.710 44.110

Link function: Logit.

Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016

Hipotesis 2 dalam penelitian ini menyatakan bahwa OCI memiliki relevansi-nilai kredit. Hasil pengujian hipotesis yang disajikan dalam tabel 4.14 menunjukkan bahwa variabel OCI memiliki koefisien positif sebesar 17,200 dan nilai Sig. 0,210 lebih besar dari alpha 0,05. OCI tidak berpengaruh terhadap


(55)

peringkat obligasi sehingga dapat disimpulkan bahwa H2 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa OCI tidak memiliki relevansi-nilai kredit.

Tabel 4.13

Koefisien Determinasi Variabel OCI Pseudo R-Square

Cox and Snell .006

Nagelkerke .011

McFadden .008

Link function: Logit.

Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016

Nilai Nagelkerke R Square variabel OCI sebesar 0,011 yang disajikan dalam tabel 4.13 mengandung arti bahwa variabel OCI mampu menjelaskan variabilitas variabel peringkat obligasi sebesar 1,1%, sedangkan sisanya sebesar 98,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.

d. Pengujian Hipotesis 3a

Hipotesis 3a dalam penelitian ini adalah terdapat peningkatan relevansi-nilai kredit laba bersih dari tahap ke tahap adopsi IFRS di Indonesia. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dalam tabel 4.16 dapat diketahui bahwa pada sampel periode 2011 menunjukkan laba bersih berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Pada sampel periode 2012 – 2014 variabel laba bersih juga berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi, sedangkan pada sampel periode 2015 menunjukkan laba bersih tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Nilai Nagelkerke R Square laba bersihperiode 2012 – 2014 sebesar 0,368 lebih tinggi daripada periode 2011 yang sebesar 0,333, tetapi periode 2015 hanya sebesar 0,004 lebih rendah daripada periode 2012 – 2014. Hasil penelitian


(56)

41

menunjukkan adanya salah satu model yang tidak signifikan dan belum adanya konsistensi peningkatan nilai Nagelkerke R Square laba bersihdari tahap ke tahap adopsi IFRS di Indonesia. Pengujian ini dapat disimpulkan bahwa H3a ditolak

yang artinya tidak terdapat peningkatan relevansi-nilai kredit laba bersih dari tahap ke tahap adopsi IFRS di Indonesia.

Tabel 4.16

Uji Hipotesis Peningkatan Relevansi-Nilai Kredit Laba Bersih

Sampel Variabel Estimate Sig. Nagelkerke

2011 Threshold

[Rating = 0] -4.217 .000

.333 [Rating = 1] -1.450 .000

Location Laba Bersih 20.902 .006

2012-2014 Threshold

[Rating = 0] -4.457 .000

.368 [Rating = 1] -1.288 .000

Location Laba Bersih 44.440 .000

2015 Threshold

[Rating = 0] -4.425 .000

.004 [Rating = 1] -2.135 .000

Location Laba Bersih 4.087 .664

Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016

e. Pengujian Hipotesis 3b

Hipotesis 3b dalam penelitian ini adalah terdapat peningkatan relevansi-nilai kredit laba komprehensif dari tahap ke tahap adopsi IFRS di Indonesia. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dalam tabel 4.17 dapat diketahui bahwa pada sampel periode 2011 menunjukkan laba komprehensif berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Pada sampel periode 2012 – 2014 variabel laba komprehensif juga berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi, sedangkan pada sampel periode 2015 menunjukkan laba komprehensif tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.


(57)

Nilai Nagelkerke R Square laba komprehensif periode 2012 – 2014 sebesar 0,361 lebih tinggi daripada periode 2011 yang sebesar 0,334, tetapi periode 2015 sebesar 0,006 lebih rendah daripada periode 2012 – 2014. Hasil penelitian menunjukkan adanya salah satu model yang tidak signifikan dan belum adanya konsistensi peningkatan nilai Nagelkerke R Square laba komprehensif dari tahap ke tahap adopsi IFRS di Indonesia. Hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa H3b ditolak yang artinya tidak terdapat peningkatan relevansi-nilai kredit laba komprehensif dari tahap ke tahap adopsi IFRS di Indonesia.

Tabel 4.17

Uji Hipotesis Peningkatan Relevansi-Nilai Kredit Laba Komprehensif

Sampel Variabel Estimate Sig. Nagelkerke

2011

Threshold

[Rating = 0] -4.227 .000

.334 [Rating = 1] -1.444 .000

Location Laba

Komprehensif 21.120 .006

2012-2014

Threshold

[Rating = 0] -4.421 .000

.361 [Rating = 1] -1.307 .000

Location Laba

Komprehensif 42.787 .000

2015

Threshold

[Rating = 0] -4.417 .000

.006 [Rating = 1] -2.128 .000

Location Laba

Komprehensif 2.857 .664

Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016

f. Pengujian Hipotesis 3c

Hipotesis 3c dalam penelitian ini adalah terdapat peningkatan relevansi-nilai kredit OCI dari tahap ke tahap adopsi IFRS di Indonesia. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dalam tabel 4.18 dapat diketahui bahwa pada sampel periode 2011 menunjukkan OCI berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi. Pada


(58)

43

sampel periode 2012 – 2014 variabel OCI juga berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi, sedangkan pada sampel periode 2015 menunjukkan OCI tidak berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

Nilai Nagelkerke R Square OCIperiode 2011 lebih tinggi daripada periode 2012 – 2014, sedangkan periode 2012 – 2014 juga lebih tinggi daripada periode 2015. Hal ini mengindikasikan bahwa tahapan adopsi IFRS di Indonesia tidak meningkatkan relevansi-nilai kredit OCI karena adanya penurunan nilai

Nagelkerke R Square OCI dari tahap ke tahap. Kesimpulan pengujian ini yaitu

H3c ditolak yang artinya tidak terdapat peningkatan relevansi-nilai kredit OCI dari tahap ke tahap adopsi IFRS di Indonesia.

Tabel 4.18

Uji Hipotesis Peningkatan Relevansi-Nilai Kredit OCI

Sampel Variabel Estimate Sig. Nagelkerke

2011 Threshold

[Rating = 0] -3.878 .000

.091 [Rating = 1] -2.053 .000

Location OCI 478.958 .027

2012-2014 Threshold

[Rating = 0] -4.187 .000

.062 [Rating = 1] -2.235 .000

Location OCI 64.992 .044

2015 Threshold

[Rating = 0] -2.299 .000

.001 [Rating = 1] -1.303 .000

Location OCI .469 .850

Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016

C. Pembahasan

1. Relevansi-Nilai Kredit Laba Bersih

Hasil pengujian hipotesis 1a menyimpulkan bahwa laba bersih memiliki relevansi-nilai kredit. Hasil tersebut menunjukkan bahwa laba bersih mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi yang diberikan oleh


(1)

Lampiran 7

Perbandingan Nilai -2LL Intercept Only dengan -2LL Final

(Model Variabel OCI)

Model Fitting Information

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.

Intercept Only 224.065

Final 222.435 1.630 1 .202

Link function: Logit.

Sumber : Data diolah dengan SPSS, 2016

Lampiran 8

Perbandingan Nilai -2LL Intercept Only dengan -2LL Final

(Model Variabel Laba Komprehensif)

Model Fitting Information

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.

Intercept Only 332.347

Final 275.916 56.431 1 .000

Link function: Logit.

Sumber : Data diolah dengan SPSS, 2016

Lampiran 9

Uji Parallel Lines Variabel Laba Bersih

Test of Parallel Linesc

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig. Null Hypothesis 272.768

General 268.705a 4.063b 1 .754

The null hypothesis states that the location parameters (slope coefficients) are the same across response categories.

a. The log-likelihood value cannot be further increased after maximum number of step-halving.

b. The Chi-Square statistic is computed based on the log-likelihood value of the last iteration of the general model. Validity of the test is uncertain. c. Link function: Logit.


(2)

Lampiran 10

Uji Parallel Lines Variabel OCI

Test of Parallel Linesc

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig.

Null Hypothesis 222.435

General 201.401a 21.034b 1 .261

The null hypothesis states that the location parameters (slope coefficients) are the same across response categories.

a. The log-likelihood value cannot be further increased after maximum number of step-halving.

b. The Chi-Square statistic is computed based on the log-likelihood value of the last iteration of the general model. Validity of the test is uncertain.

c. Link function: Logit.

Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016

Lampiran 11

Uji Parallel Lines Variabel Laba Komprehensif

Test of Parallel Linesc

Model -2 Log Likelihood Chi-Square df Sig. Null Hypothesis 275.916

General 264.091a 11.825b 1 .651

The null hypothesis states that the location parameters (slope coefficients) are the same across response categories.

a. The log-likelihood value cannot be further increased after maximum number of step-halving.

b. The Chi-Square statistic is computed based on the log-likelihood value of the last iteration of the general model. Validity of the test is uncertain. c. Link function: Logit.


(3)

Lampiran 12

Uji Hipotesis Relevansi-Nilai Kredit Laba Bersih

Parameter Estimates

Estimate Std.

Error Wald df Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Threshold [Rating = 0] -4.194 .493 72.451 1 .000 -5.159 -3.228

[Rating = 1] -1.536 .180 72.563 1 .000 -1.889 -1.182

Location LabaBersih 28.450 4.539 39.278 1 .000 19.553 37.347

Link function: Logit.

Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016

Lampiran 13

Koefisien Determinasi Variabel Laba Bersih

Pseudo R-Square

Cox and Snell .127

Nagelkerke .239

McFadden .179

Link function: Logit.

Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016

Lampiran 14

Uji Hipotesis Relevansi-Nilai Kredit Laba Komprehensif

Parameter Estimates

Estimate Std. Error Wald df Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Threshold [Rating = 0] -4.132 .486 72.358 1 .000 -5.083 -3.180

[Rating = 1] -1.509 .181 69.158 1 .000 -1.865 -1.153

Location LabaKomprehensif 26.723 4.379 37.244 1 .000 18.141 35.306

Link function: Logit.


(4)

Lampiran 15

Koefisien Determinasi Variabel Laba Komprehensif

Pseudo R-Square

Cox and Snell .121

Nagelkerke .227

McFadden .170

Link function: Logit.

Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016

Lampiran 16

Uji Hipotesis Relevansi-Nilai Kredit OCI

Parameter Estimates

Estimate Std.

Error Wald df Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound Threshold [Rating = 0] -3.964 .356 123.649 1 .000 -4.663 -3.265

[Rating = 1] -2.137 .157 184.606 1 .000 -2.446 -1.829 Location OCI 17.200 13.730 1.569 1 .210 -9.710 44.110 Link function: Logit.

Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016

Lampiran 17

Koefisien Determinasi Variabel OCI

Pseudo R-Square

Cox and Snell .006

Nagelkerke .011

McFadden .008

Link function: Logit.


(5)

Lampiran 18

Uji Hipotesis Peningkatan Relevansi-Nilai Kredit Laba Bersih

Sampel Variabel Estimate Sig. Nagelkerke

2011 Threshold

[Rating = 0] -4.217 .000

.333 [Rating = 1] -1.450 .000

Location Laba Bersih 20.902 .006

2012-2014 Threshold

[Rating = 0] -4.457 .000

.368 [Rating = 1] -1.288 .000

Location Laba Bersih 44.440 .000

2015 Threshold

[Rating = 0] -4.425 .000

.004 [Rating = 1] -2.135 .000

Location Laba Bersih 4.087 .664

Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016

Lampiran 19

Uji Hipotesis Peningkatan Relevansi-Nilai Kredit Laba Komprehensif

Sampel Variabel Estimate Sig. Nagelkerke

2011

Threshold

[Rating = 0] -4.227 .000

.334 [Rating = 1] -1.444 .000

Location Laba

Komprehensif 21.120 .006

2012-2014

Threshold

[Rating = 0] -4.421 .000

.361 [Rating = 1] -1.307 .000

Location Laba

Komprehensif 42.787 .000

2015

Threshold

[Rating = 0] -4.417 .000

.006 [Rating = 1] -2.128 .000

Location Laba

Komprehensif 2.857 .664

Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016


(6)

Lampiran 20

Uji Hipotesis Peningkatan Relevansi-Nilai Kredit OCI

Sampel Variabel Estimate Sig. Nagelkerke

2011 Threshold

[Rating = 0] -3.878 .000

.091 [Rating = 1] -2.053 .000

Location OCI 478.958 .027

2012-2014 Threshold

[Rating = 0] -4.187 .000

.062 [Rating = 1] -2.235 .000

Location OCI 64.992 .044

2015 Threshold

[Rating = 0] -2.299 .000

.001 [Rating = 1] -1.303 .000

Location OCI .469 .850

Sumber : Data sekunder diolah dengan SPSS, 2016