PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,Pengangguran, Pendidikan, UMR Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2014.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh
negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum
kemiskinan dipahami sebagai keadaan dimana seseorang atau sekelompok
orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Sedangkan menurut Ravallion
(dalam Barika, 2013) menyatakan bahwa kemiskinan adalah kelaparan, tidak
memiliki tempat tinggal, bila sakit tidak mempunyai dana untuk berobat.
Orang miskin umumnya tidak mampu membaca karena tidak mampu
bersekolah, tidak memiliki pekerjaan, takut menghadapi masa depan,
kehilangan anak karena sakit. Kemiskinan adalah ketidakberdayaan,
terpinggirkan dan tidak memiliki rasa bebas. Negara sedang berkembang
biasanya memiliki tingkat pendapatan perkapita rendah dan laju pertumbuhan
ekonomi lambat bahkan terdapat beberapa negara yang mengalami stagnasi.
Lebarnya ketimpangan distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat
yang berpenghasilan tinggi dengan kelompok masyarakat berpenghasilan
rendah merupakan masalah yang banyak dialami oleh negara berkembang.
Menurut World Bank (2004), salah satu sebab kemiskinan adalah karena
kurangnya pendapatan dan aset (lack of income and assets) untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan dan tingkat
1
2
kesehatan dan pendidikan yang dapat diterima (acceptable). Di samping
itu kemiskinan juga berkaitan dengan keterbatasan lapangan pekerjaan dan
biasanya mereka yang dikategorikan miskin (the poor ) tidak memiliki
pekerjaan (pengangguran), serta tingkat pendidikan dan kesehatan mereka
pada umumnya tidak memadai. Mengatasi masalah kemiskinan tidak
dapat
dilakukan
secara terpisah dari masalah-masalah pengangguran,
pendidikan, kesehatan dan masalah-masalah lain yang secara eksplisit
berkaitan
erat
dengan
masalah
kemiskinan. Dengan
kata
lain,
pendekatannya harus dilakukan lintas sektor, lintas pelaku secara terpadu
dan terkoordinasi dan terintegrasi.
Oleh sebab itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan
secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan
dilaksanakan secara terpadu. Tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di suatu
negara tergantung pada dua faktor utama, yakni: (1) tingkat pendapatan
nasional
rata-rata,
dan
(2)
lebar
sempitnya kesenjangan distribusi
pendapatan. Setinggi apapun tingkat pendapatan nasional perkapita yang
dicapai oleh suatu negara, selama distribusi pendapatannya tidak merata,
maka tingkat kemiskinan di negara tersebut pasti akan tetap parah. Demikian
pula sebaliknya, semerata apapun distribusi pendapatan suatu negara, jika
tingkat pendapatan nasional rata-ratanya rendah, maka kemelaratan juga akan
semakin meluas (Todaro, 2011). Menurut Sri Kuncoro (2014), para peneliti
kemiskinan telah memiliki konsensus pada Copenhagen Programme of Action
of the World Summit for Social Development tahun 1995 yang menyebutkan
3
bahwa kemiskinan mempunyai berbagai wujud, termasuk kurangnya
pendapatan
dan sumber daya produktif yang memadai untuk menjamin
kelangsungan hidup; kelaparan, dan kekurangan gizi; kesehatan yang buruk;
keterbatasan akses pendidikan dan pelayanan dasar lainnya; peningkatan
morbiditas dan peningkaan kematian akibat penyakit; tunawisma dan
perumahan yang tidak memadai; lingkungan yang tidak aman; dan
diskriminasi sosial dan pengucilan. Hal ini sejalan dengan tujuan
pembangunan nasional Indonesia yaitu terwujudnya suatu masyarakat yang
cerdas, adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual.
Menurut Bappeda Jateng (2007) Penganggulangan kemiskinan di
provinsi Jawa Tengah dilaksanakan melalui lima pilar yang disebut “Grand
Strategy”.
Pertama,
perluasan
kesempatan
kerja,
ditujukan
untuk
menciptakan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik, dan sosial yang
memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh kesempatan dalam
pemenuhan
berkelanjutan.
hak-hak dasar
Kedua,
dan
peningkatan
taraf
hidup
secara
pemberdayaan masyarakat, dilakukan untuk
mempercepat kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat
dan
memperluas
partisipasi
masyarakat
miskin
dalam pengambilan
keputusan kebijakan publik yang menjamin kehormatan, perlindungan,
dan pemenuhan hak-hak dasar. Ketiga, peningkatan kapasitas, dilakukan
untuk
pengembangan
kemampuan
dasar
dan
kemampuan
berusaha
masyarakat miskin agar dapat memanfaatkan perkembangan lingkungan.
Keempat, perlindungan sosial, dilakukan untuk memberikan perlindungan
4
dan rasa aman bagi kelompok rentan dan masyarakat miskin baik laki-laki
maupun perempuan yang disebabkan antara lain oleh bencana alam, dampak
negatif krisis ekonomi, dan konflik sosial. Kelima, kemitraan regional,
dilakukan
untuk pengembangan
kerjasama
lokal,
dan
menata
ulang
hubungan
dan
regional, nasional, dan internasional guna mendukung
pelaksanaan ke empat strategi diatas.
Baik pemerintah pusat maupun daerah telah berupaya dalam
melaksanakan berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan
kemiskinan namun masih jauh dari induk permasalahan. Kebijakan dan
program yang dilaksanakan belum menampakkan hasil yang optimal.
Masih terjadi kesenjangan antara rencana dengan pencapaian tujuan
karena
kebijakan
dan program
penanggulangan
kemiskinan
lebih
berorientasi pada program sektoral.
Tabel 1.1
Persentase Perkembangan Kemiskinan di provinsi Jawa Tengah
Tahun 2011-2014
No Provinsi
2011
2012
2013
2014
1 DKI Jakarta
3,75
3,7
3,72
4,09
2 Jawa Barat
10,65
9,89
9,61
9,18
3 Banten
6,32
5,71
5,89
5,51
4 Jawa Tengah
15,76
14,98
14,44
13,58
5 Jawa Timur
14,23
13,08
12,73
12,28
6 DI Yogyakarta
16,08
15,88
15,03
14,55
Sumber: BPS Jawa Tengah
Berdasarkan data BPS persentase penduduk miskin di Jawa periode
2011-2014 tertinggi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebesar 14,55% di
tahun 2014, Jawa Tengah berada pada urutan kedua sebesar 13,58%,
sedangkan Jawa Timur berada di urutan ketiga dengan tingkat kemiskinan
5
sebesar 12,28. Jawa Barat dan Banten berada pada urutan keempat dan kelima
dengan tingkat kemiskinan sebesar 9,18% dan 5,51%. Dan DKI Jakarta berada
pada urutan terakhir dengan tingkat kemiskinan paling rendah di pulau Jawa
yaitu sebesar 4,09%.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik
untuk menganalisis masalah kemiskinan dalam skripsi yang berjudul “Analisis
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Pendidikan, UMR dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Tingkat Kemiskinan di provinsi Jawa
Tengah Tahun 2011-2014.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di
provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014?
2. Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di
provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014?
3. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di provinsi
Jawa Tengah tahun 2011-2014?
4. Bagaimana pengaruh UMR terhadap tingkat kemiskinan di provinsi Jawa
Tengah tahun 2011-2014?
5. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap tingkat kemiskinan
di provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014?
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan rumusan masalah,
dapat ditetapkan tujuan dari penelitian sebagai berikut :
1. Menganalisis bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat
kemiskinan di provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014.
2. Menganalisis bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat
kemiskinan di provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014.
3. Menganalisis
bagaimana
pengaruh
pendidikan
terhadap
tingkat
kemiskinan di provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014.
4. Menganalisis bagaimana pengaruh UMR terhadap tingkat kemiskinan di
provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014.
5. Menganalisis bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap
tingkat kemiskinan di provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada:
1. Bagi Pemerintah provinsi Jawa Tengah sebagai bahan pertimbangan
dalam melakukan pengambilan kebijakan terutama dalam hal kemiskinan.
2. Bagi
Bappeda
dan
BPS sebagai
bahan
pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan perencanaan pembangunan.
3. Sebagai referensi penelitian yang akan datang yang berkaitan dengan
kemiskinan.
E. Metode Penelitian
1. Alat dan Model Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
data panel yang terdiri dari Pooled Ordinary Least Square, Fixed Effect
7
Model, dan Random Effect Model. Model dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
TKM it 1 PE it 2 EDUCit 3UEit 4UMRit 5TGit u
keterangan:
TKM
PE
EDUC
UE
UMR
TG
1, 2 , 3
i
t
Uit
= tingkat kemiskinan kabupaten di Jawa Tengah
= pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa Tengah
= tingkat pendidikan kabupaten/kota di Jawa Tengah
= tingkat pengangguran kabupaten/kota di Jawa Tengah
= upah minimum regional kabupaten/kota di Jawa Tengah
= laju pertumbuhan pengeluaran pemerintah
= intersep
= koefisien regresi variabel bebas
= data cross section kabupaten/kota di Jawa Tengah
= data time series, tahun 2010-2014
= komponen error di waktu t untuk unit cross section
2. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh dari telaah dokumen, literatur-literatur, dan jurnal dari BPS,
dinas-dinas terkait, dan media internet. Data yang digunakan antara lain
pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2011-2014,
tingkat pengangguran terbuka kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 20112014, angka tamatan SMA dan perguruan tinggi kabupaten/kota di Jawa
Tengah tahun 2011-2014, upah minimum regional kabupaten/kota di Jawa
Tengah tahun 2011-2014, dan laju pertumbuhan pengeluaran pemerintah
kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2011-2014.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
8
1. BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan pendahuluan yang mencakup latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tinjauan umum mengenai teori-teori yang
digunakan sebagai literatur dan landasa berpikir yang sesuai topik
dari skripsi yang dapat membantu penelitian. Dalam bab ini juga
dijelaskan kerangka pemikiran atas permasalahan yang diteliti.
3. BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan menguraikan jenis
dan sumber
data,
metode pengumpulan data, variabel penelitian, dan definisi
operasional, metode analisis data serta estimasi model regresi
dengan panel data.
4. BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab
ini berisi mengenai
gambaran umum penelitian dan
analisis data dan intepretasi ekonomi.
5. BAB V : PENUTUP
Bab ini menyajikan secara singkat kesimpulan dan saran yang
dapat diambil dari penelitian yang dilakukan.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh
negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum
kemiskinan dipahami sebagai keadaan dimana seseorang atau sekelompok
orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Sedangkan menurut Ravallion
(dalam Barika, 2013) menyatakan bahwa kemiskinan adalah kelaparan, tidak
memiliki tempat tinggal, bila sakit tidak mempunyai dana untuk berobat.
Orang miskin umumnya tidak mampu membaca karena tidak mampu
bersekolah, tidak memiliki pekerjaan, takut menghadapi masa depan,
kehilangan anak karena sakit. Kemiskinan adalah ketidakberdayaan,
terpinggirkan dan tidak memiliki rasa bebas. Negara sedang berkembang
biasanya memiliki tingkat pendapatan perkapita rendah dan laju pertumbuhan
ekonomi lambat bahkan terdapat beberapa negara yang mengalami stagnasi.
Lebarnya ketimpangan distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat
yang berpenghasilan tinggi dengan kelompok masyarakat berpenghasilan
rendah merupakan masalah yang banyak dialami oleh negara berkembang.
Menurut World Bank (2004), salah satu sebab kemiskinan adalah karena
kurangnya pendapatan dan aset (lack of income and assets) untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan dan tingkat
1
2
kesehatan dan pendidikan yang dapat diterima (acceptable). Di samping
itu kemiskinan juga berkaitan dengan keterbatasan lapangan pekerjaan dan
biasanya mereka yang dikategorikan miskin (the poor ) tidak memiliki
pekerjaan (pengangguran), serta tingkat pendidikan dan kesehatan mereka
pada umumnya tidak memadai. Mengatasi masalah kemiskinan tidak
dapat
dilakukan
secara terpisah dari masalah-masalah pengangguran,
pendidikan, kesehatan dan masalah-masalah lain yang secara eksplisit
berkaitan
erat
dengan
masalah
kemiskinan. Dengan
kata
lain,
pendekatannya harus dilakukan lintas sektor, lintas pelaku secara terpadu
dan terkoordinasi dan terintegrasi.
Oleh sebab itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan
secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan
dilaksanakan secara terpadu. Tinggi rendahnya tingkat kemiskinan di suatu
negara tergantung pada dua faktor utama, yakni: (1) tingkat pendapatan
nasional
rata-rata,
dan
(2)
lebar
sempitnya kesenjangan distribusi
pendapatan. Setinggi apapun tingkat pendapatan nasional perkapita yang
dicapai oleh suatu negara, selama distribusi pendapatannya tidak merata,
maka tingkat kemiskinan di negara tersebut pasti akan tetap parah. Demikian
pula sebaliknya, semerata apapun distribusi pendapatan suatu negara, jika
tingkat pendapatan nasional rata-ratanya rendah, maka kemelaratan juga akan
semakin meluas (Todaro, 2011). Menurut Sri Kuncoro (2014), para peneliti
kemiskinan telah memiliki konsensus pada Copenhagen Programme of Action
of the World Summit for Social Development tahun 1995 yang menyebutkan
3
bahwa kemiskinan mempunyai berbagai wujud, termasuk kurangnya
pendapatan
dan sumber daya produktif yang memadai untuk menjamin
kelangsungan hidup; kelaparan, dan kekurangan gizi; kesehatan yang buruk;
keterbatasan akses pendidikan dan pelayanan dasar lainnya; peningkatan
morbiditas dan peningkaan kematian akibat penyakit; tunawisma dan
perumahan yang tidak memadai; lingkungan yang tidak aman; dan
diskriminasi sosial dan pengucilan. Hal ini sejalan dengan tujuan
pembangunan nasional Indonesia yaitu terwujudnya suatu masyarakat yang
cerdas, adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual.
Menurut Bappeda Jateng (2007) Penganggulangan kemiskinan di
provinsi Jawa Tengah dilaksanakan melalui lima pilar yang disebut “Grand
Strategy”.
Pertama,
perluasan
kesempatan
kerja,
ditujukan
untuk
menciptakan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik, dan sosial yang
memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh kesempatan dalam
pemenuhan
berkelanjutan.
hak-hak dasar
Kedua,
dan
peningkatan
taraf
hidup
secara
pemberdayaan masyarakat, dilakukan untuk
mempercepat kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat
dan
memperluas
partisipasi
masyarakat
miskin
dalam pengambilan
keputusan kebijakan publik yang menjamin kehormatan, perlindungan,
dan pemenuhan hak-hak dasar. Ketiga, peningkatan kapasitas, dilakukan
untuk
pengembangan
kemampuan
dasar
dan
kemampuan
berusaha
masyarakat miskin agar dapat memanfaatkan perkembangan lingkungan.
Keempat, perlindungan sosial, dilakukan untuk memberikan perlindungan
4
dan rasa aman bagi kelompok rentan dan masyarakat miskin baik laki-laki
maupun perempuan yang disebabkan antara lain oleh bencana alam, dampak
negatif krisis ekonomi, dan konflik sosial. Kelima, kemitraan regional,
dilakukan
untuk pengembangan
kerjasama
lokal,
dan
menata
ulang
hubungan
dan
regional, nasional, dan internasional guna mendukung
pelaksanaan ke empat strategi diatas.
Baik pemerintah pusat maupun daerah telah berupaya dalam
melaksanakan berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan
kemiskinan namun masih jauh dari induk permasalahan. Kebijakan dan
program yang dilaksanakan belum menampakkan hasil yang optimal.
Masih terjadi kesenjangan antara rencana dengan pencapaian tujuan
karena
kebijakan
dan program
penanggulangan
kemiskinan
lebih
berorientasi pada program sektoral.
Tabel 1.1
Persentase Perkembangan Kemiskinan di provinsi Jawa Tengah
Tahun 2011-2014
No Provinsi
2011
2012
2013
2014
1 DKI Jakarta
3,75
3,7
3,72
4,09
2 Jawa Barat
10,65
9,89
9,61
9,18
3 Banten
6,32
5,71
5,89
5,51
4 Jawa Tengah
15,76
14,98
14,44
13,58
5 Jawa Timur
14,23
13,08
12,73
12,28
6 DI Yogyakarta
16,08
15,88
15,03
14,55
Sumber: BPS Jawa Tengah
Berdasarkan data BPS persentase penduduk miskin di Jawa periode
2011-2014 tertinggi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebesar 14,55% di
tahun 2014, Jawa Tengah berada pada urutan kedua sebesar 13,58%,
sedangkan Jawa Timur berada di urutan ketiga dengan tingkat kemiskinan
5
sebesar 12,28. Jawa Barat dan Banten berada pada urutan keempat dan kelima
dengan tingkat kemiskinan sebesar 9,18% dan 5,51%. Dan DKI Jakarta berada
pada urutan terakhir dengan tingkat kemiskinan paling rendah di pulau Jawa
yaitu sebesar 4,09%.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik
untuk menganalisis masalah kemiskinan dalam skripsi yang berjudul “Analisis
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Pendidikan, UMR dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Tingkat Kemiskinan di provinsi Jawa
Tengah Tahun 2011-2014.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di
provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014?
2. Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di
provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014?
3. Bagaimana pengaruh pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di provinsi
Jawa Tengah tahun 2011-2014?
4. Bagaimana pengaruh UMR terhadap tingkat kemiskinan di provinsi Jawa
Tengah tahun 2011-2014?
5. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap tingkat kemiskinan
di provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014?
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan rumusan masalah,
dapat ditetapkan tujuan dari penelitian sebagai berikut :
1. Menganalisis bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat
kemiskinan di provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014.
2. Menganalisis bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat
kemiskinan di provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014.
3. Menganalisis
bagaimana
pengaruh
pendidikan
terhadap
tingkat
kemiskinan di provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014.
4. Menganalisis bagaimana pengaruh UMR terhadap tingkat kemiskinan di
provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014.
5. Menganalisis bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap
tingkat kemiskinan di provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2014.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada:
1. Bagi Pemerintah provinsi Jawa Tengah sebagai bahan pertimbangan
dalam melakukan pengambilan kebijakan terutama dalam hal kemiskinan.
2. Bagi
Bappeda
dan
BPS sebagai
bahan
pertimbangan dalam
pengambilan kebijakan perencanaan pembangunan.
3. Sebagai referensi penelitian yang akan datang yang berkaitan dengan
kemiskinan.
E. Metode Penelitian
1. Alat dan Model Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
data panel yang terdiri dari Pooled Ordinary Least Square, Fixed Effect
7
Model, dan Random Effect Model. Model dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
TKM it 1 PE it 2 EDUCit 3UEit 4UMRit 5TGit u
keterangan:
TKM
PE
EDUC
UE
UMR
TG
1, 2 , 3
i
t
Uit
= tingkat kemiskinan kabupaten di Jawa Tengah
= pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa Tengah
= tingkat pendidikan kabupaten/kota di Jawa Tengah
= tingkat pengangguran kabupaten/kota di Jawa Tengah
= upah minimum regional kabupaten/kota di Jawa Tengah
= laju pertumbuhan pengeluaran pemerintah
= intersep
= koefisien regresi variabel bebas
= data cross section kabupaten/kota di Jawa Tengah
= data time series, tahun 2010-2014
= komponen error di waktu t untuk unit cross section
2. Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh dari telaah dokumen, literatur-literatur, dan jurnal dari BPS,
dinas-dinas terkait, dan media internet. Data yang digunakan antara lain
pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2011-2014,
tingkat pengangguran terbuka kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 20112014, angka tamatan SMA dan perguruan tinggi kabupaten/kota di Jawa
Tengah tahun 2011-2014, upah minimum regional kabupaten/kota di Jawa
Tengah tahun 2011-2014, dan laju pertumbuhan pengeluaran pemerintah
kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2011-2014.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
8
1. BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan pendahuluan yang mencakup latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tinjauan umum mengenai teori-teori yang
digunakan sebagai literatur dan landasa berpikir yang sesuai topik
dari skripsi yang dapat membantu penelitian. Dalam bab ini juga
dijelaskan kerangka pemikiran atas permasalahan yang diteliti.
3. BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan menguraikan jenis
dan sumber
data,
metode pengumpulan data, variabel penelitian, dan definisi
operasional, metode analisis data serta estimasi model regresi
dengan panel data.
4. BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab
ini berisi mengenai
gambaran umum penelitian dan
analisis data dan intepretasi ekonomi.
5. BAB V : PENUTUP
Bab ini menyajikan secara singkat kesimpulan dan saran yang
dapat diambil dari penelitian yang dilakukan.