makan. Absorbsi cimetidin terutama terjadi pada menit ke 60 – 90. Cimetidin masuk ke dalam bentuk asal dalam urin, masa paruh eliminasinya sekitar 2 jam
Ganiswara, 1995.
2.4.5 Efek samping Cimetidin
Efek samping pada obat ini umumnya berhubungan dengan penghambat terhadap reseptor H
2
; bebrapa efek samping lain tidak berhubungan dengan penghambat reseptor. Efek samping ini antara lain nyeri kepala, pusing, mual,
diare dan impoten Ganiswara, 1995.
2.4.6 Penetapan Kadar Tablet Cimetidin Tablet Cimetidin dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri
ultraviolet dengan pelarut HCL 0,01N Pharmacopeia of The People’s Republic of China .
2.5 Tablet Cimetidin
Tablet cimetidin mengandung cimetidin C
10
H
16
N
6
S, tidak kurang dari 98,0 dan tidak lebih dari 102,0dari jumlah yang tertera pada etiket
Farmakope Indonesia IV, 1995.
2.5.1 Penetapan Kadar Tablet Cimetidin Tablet Cimetidin dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri
ultraviolet dengan panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 218 nm dengan menggunakan larutan HCL 0,01 N sebagai blanko Pharmacopeia of The
People’s Republic of China .
Universitas Sumatera Utara
2.6 Metode penetapan kadar Cimetidin 2.6.1 Spektrofotometri
Analisis spektrofotometri UVVisibel merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang telah lama dikenal dan banyak digunakan di berbagai
laboratorium. Hampir sebagian besar laboratorium pengujian memiliki peralatan ini mulai dari yang sederhana atau portable yang bisa dibawa ke lapangan hingga
yang telah dilengkapi sistem komputer sesuai dengan tujuan analisis dan aplikasi. Spektrofotometer sering digunakan karena mudah dioperasikan, waktu analisis
relatif cepat, hasilnya memiliki ketelitian cukup memadai dan aplikasinya dapat menjangkau di berbagai bidang analisis Sudjadi, 2007.
Menurut Dachriyanus 2004, Spektrofotometer UV-Visibel adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak
yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultaviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada panjang 400-800 nm.
Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk memperoleh elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari sampel di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada
panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer Dachriyanus, 2004.
Hukum Lambert Beer adalah hukum yang menghubungkan linearitas antara absorban dengan konsentrasi larutan sampel. Hukum Lambert Beer
biasanya ditulis dengan :
Universitas Sumatera Utara
A = ε . b . C
A = absorban serapan ε = koefisien ekstingsi molar M
-1
cm
-1
b = tebal kuvet cm C = konsentrasi M
Hukum lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang ditentukan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan.
Dalam hukum Lambert-Beer ada beberapa pembatas yaitu: -
Sinar yang digunakan dianggap kromatis. -
Penyerapan terjadi dalam satu volume yang mempunyai penampang luas yang sama.
- Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap
senyawa lain di dalam larutan. -
Tidak terjadi peristiwa fluoresensi dan fosforesensi. Spektofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spekrum
ultraviolet dan cahaya tampak terdiri dari suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan cahaya monokromatik dan jangkauan 200 nm hingga 800 nm.
Dalam pemeriksaan ini larutan yang dianalisa harus bening, dimana tidak terdapat kotoran. Pada panjang gelombang 240 nm- 280 nm, kesalahan pengukuran tidak
boleh ± 0,5. Pada panjang gelombang 280 nm- 320 nm, kesalahan pengukuran tidak boleh ± 1 nm. Serta tidak lebih dari ± 2 nm pada panjang gelombang di atas
320 nm. Spektrofotometer ultraviolet pada panjang gelombang lebih kecil dari 400 nm menggunakan pelarut yang dianalisis tidak berwarna. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
spektrofotometer sinar tampak, larutan yang dianalisis memiliki warna Depkes RI, 1979.
2.6.2 Instrumen
Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum, monokromator, sel pengabsorbsi dan detektor Khopkar, 1990.
- Sumber
Sumber yang biasa yang digunakan adalah lampu wolfram. Tetapi untuk daerah UV digunakan lampu hidrogen atau lampu deutrium. Kebaikan lampu
wolfram adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang Khopkar, 1990.
- Monokromator
Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang
diinginkan dari hasil penguraian dapat digunakan celah. Jika celah posisinya tetap maka prisma ataupun gratingnya yang dirotasikan untuk mendapatkan aaaa yang
diinginkan Khopkar, 1990. Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca dapat digunakan, tetapi
untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya adalah 10
mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk silinder dapat juga digunakan.
Kita harus menggunakan kuvet yang bertutup untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragam seluruhnya Khopkar, 1990.
Universitas Sumatera Utara
- Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang Khopkar, 1990.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI
3.1 Sampel yang diperiksa
Tablet Cimetidin 55,0 mg yang di produksi Oleh PT. Mutiara Mukti Farma MUTIFA Medan.
3.2 Alat dan bahan yang digunakan 3.2.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan yaitu: Spektrofotometer, neraca analitik, labu tentukur 100 ml, pipet volume 1 ml, beaker gelas 100 ml, erlen meyer 250
ml, mortir dan alu, pipet tetes, spantel, corong.
3.2.2 Bahan-bahan Bahan-bahan yang digunakan: HCL 0,01 N
3.3 Pembuatan Preaksi 3.3.1 Pembuatan Larutan Standart HCL 0,01 N
Diambil 18 ml HCL p, dan dipindahkan pelan-pelan kedalam beaker gelas yang berisi 500 ml akuades. Diaduk dengan batung pengaduk agar cairan
bercampur sempurna, dan dicukupkan larutan dengan akades 1 liter Farmakope Indonesia III, 1984.
3.4 Prosedur Kerja 3.4.1 Pembuatan Larutan Standar Cimetidin
Timbang seksama 55,0 mg cimetidin, masukan ke dalam labu tentukur 100 ml, tambakan 70 ml larutan HCl 0,01 N, kocok sampai larut, tambakan larutan
HCL 0,01 N sampai garis tanda, kocok, pipet 1,0 ml larutan, masukan ke labu
Universitas Sumatera Utara
tentukur 100 ml, encerkan dengan larutan HCL 0,01 N sampai garis tanda, kocok ukur serapan larutan pembanding A Pharmacopeia of The People’s Republic of
China .
3.4.2 Pembuatan Larutan Uji Cimetidin
Pembuatan larutan ujinya adalah yaitu :Ambil 20 tablet cimetidin, serbuk dan homogenkan di dalam mortir, timbang seksama sejumlah serbuk setara
dengan lebih kurang 55,0 mg cimetidin, masukan ke labu tentukur 100 ml, tambakan 70 ml larutan HCL 0,01 N sampai garis tanda kocok dan saring,
encerkan dengan larutan HCL 0,01 N sampai garis tanda, kocok, ukur serapan larutan uji B Pharmacopeia of The People’s Republic of China .
3.4.3 Cara Penetapan Serapan
Diukur serapan larutan A dan larutan B pada panjang gelombang serapan. Pada panjang gelombang serapan 218 nm dengan menggunakan HCL 0,01N
sebagai blankonya.
3.4.4 PERHITUNGAN
Kadar zat berkhasiat cimetidin yang larut dalam 30 menit adalah;
x x x
x 100
Dimana: Vm : Volume media disolusi ml
Vb : Volume awal larutan baku ml Fu : Faktor pengenceran larutan uji
Universitas Sumatera Utara
Fb : Faktor pengenceran larutan baku Au : Absorbansi larutan uji
Ab : Absorbansi larutan baku Bb : Bobot baku yang ditimbang mg
Ke : Kandungan cimetidin yang tertera pada etiket mg.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Telah dilakukan pengujian penetapan kadar terhadap tablet cimetidin dengan nomor bets 021038 menggunakan alat spektrofotometri. Dari hasil
pemeriksaan diperoleh kadar 98,97, 100,97, 101,78. Hasil perhitungan terlampir pada lampiran.
4.2 Pembahasan
Kadar tablet cimetidin dengan nomor bets 021038 yang diperoleh adalah 98,97, 100,99, 101,78. Kadar yang diperoleh ini jika dibandingkan dengan
persyaratan kadar tablet cimetidin dalam Farmakope Indonesia edisi IV, 1995 yaitu tidak kurang dari 98,0 dan tidak lebih dari 102,0, maka kadar cimetidin
tersebut memenuhi persyaratan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Kadar tablet cimetidin yang diproduksi oleh PT. Mukti Mukia Farama
MUTIFA yang ditentukan secara spektrofotometri ternyata kadarnya adalah 98,97, 100,99, 101,78 .Hasil ini memenuhi persyaratan
Farmakope Indonesia edisi IV, 1995 syarat kadar tablet cimetidin tidak kurang dari 98 dan tidak lebih dari dari 102 jumlah yang
tertera pada etiket b.
Penetapan kadar cimetidin dalam sediaan tablet yang dilakukan secara spektrofotometri memberikan hasil yang cukup baik.
5.2 Saran