Analisis Penulis PENETAPAN AWAL BULAN QAMARIYAH MENURUT
agamanya, serta rencana-rencana lain yang berhubungan dengan hidup dan kehidupannya sebagai anggota masyarakat dari hamba Allah.
116
Abu Yusuf Al-Ansary mengutip pendapat Syaikh Ibnu Taimiyyah bahwa firman Allah
ﻮُﻤَﻠﻌَﺘِﻟ ا
supaya kamu mengetahui… berkaitan dengan firman Allah Dia menetapkan… bukan kepada
ُهَرﱠﺪَﻗَو
Dia menjadikan…. Karena sifat matahari yang bersinar dan bulan yang bercahaya tidak
berpengaruh dalam mengetahui hitungan tahun dan hisab. Namun yang memberikan pengaruh dalam hal itu adalah perpindahan keduanya dari satu
tempat ke tempat lainnya. Disamping itu dalam ayat lain dijelaskan bahwa penentuan bulan dan tahun tidak dikaitkan dengan matahari.
117
Firman Allah SWT dalam Q.S. At-Taubah 9 ayat 36 yang berbunyi:
ﺔﺑﻮﺘﻟا ٩
: ٣٦
Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan
bumi, di antaranya empat bulan haram”. Q.S. At-Taubah : 36 Dari beberapa penafsiran diatas, penulis menyimpulkan bahwa
kandungan dari surat Yunus ayat 5 yaitu Allah SWT menciptakan matahari, bulan dan tempat peredarannya bertujuan agar manusia mengetahui
pergantian waktu yang diakibatkan dari peredaran dan persinggungan keduanya.
116
Universitas Islam Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1990 jilid 10, 11, 12, h. 314.
117
Abu Yusuf Al-Ansary, Pilih Hisab Rukyat, Solo: Darul Islam,tth, h. 73.
Kedua, Analisis dari segi sejarah masuknya pengaruh Islam Jawa ke
Desa Wakal. Melihat sejarah terbentuknya Desa Wakal tidak terlepas dari peran Kiyai Daud atau biasa disebut dengan Perdana Awal yang berasal dari
Jawa. Kiyai Daud ibunya merupakan keturunan dari keluarga Raja Mataram Islam yang tinggal di Kerajaan Tuban. Sejak kecil Pattikuwa bersama saudara
laki-lakinya Kiyai Turi dan saudara perempuannya Nyai Mas dibesarkan dalam lingkungan keluarga ibunya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
almanak yang saat ini dipakai di Desa Wakal memiliki hubungan atau berasal dari Jawa yang merupakan almanak Islam pertama dibuat oleh Sultan Agung
Ngabdurahman Sayidin Panotogomo Molana Matarami. Karena mengingat Raja Pattikuwa memiliki hubungan dengan Kerajaan Mataram Islam dan
Pattikuwa sendiri dibesarkan dilingkungan Kerajaan Mataram Islam. Sumber sejarah yang lain adalah ketika Sultan Zainal Abidin 1486-
1500 M memerintah di Ternate, ia mengambil kesempatan untuk belajar mengenai agama Islam di Gresik. Disini ia bertemu dengan kepala daerah
Hitu dari Ambon yang beragama Islam, yaitu Pate Putih, yang datang untuk tujuan yang sama. Antara keduanya diadakan persetujuan yang berakibat
bahwa para sultan Ternate kemudian mengklaim sebagian dari Pulau Ambon.
118
Kerajaan Hitu juga merupakan bandar niaga utama di Maluku Tengah sekitar awal abad ke-16 bersamaan dengan meluasnya penanaman cengkih di
wilayah itu terutama di Jazirah Hoamoal di Seram Barat. Perluasan wilayah
118
Dahlan, Abdul Aziz, ed., Ensiklopedi Islam, Jilid 5, Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1999, hal. 99
.
penanaman cengkih ini ada kaitannya dengan perluasan kekuasaan Kerajaan Ternate di wilayah Maluku Tengah. Kedudukan istimewa Kerajaan Hitu
disebabkan adanya hubungan dengan Jepara di Jawa. Hubugan ini oleh Jamilu dan keturunannya yang dikenal sebagai keluarga Perdana Nusapati.
Dalam hikayat Tanah Hitu beberapa kali diceritakan mengenai pelayaran Jamilu dan sanak keluarganya ke Jepara untuk mengadakan perdagangan dan
pelayaran.
119
Secara arkeologis bukti-bukti kemapanan Islam dapat ditelusuri di wilayah bekas Kerajaan Hitu. Dapat dikatakan pada wilayah bagian selatan
kepulauan Maluku, kerajaan Hitu adalah sebuah wilayah dengan keagamaan dan budaya Islam yang paling kuat dan paling mapan. Daerah ini selama ini
memang dianggap sebagai wilayah kerajaan Islam di Pulau Ambon yang kekuasaan dan keislamannya sejajar dengan Ternate. Di wilayah ini
ditemukan bekas Masjid Kuno Tujuh Pangkat, yang dibangun diatas bukit bernama Amahitu. Selain bekas masjid kuno ditemukan juga naskah alquran
kuno dan naskah kuno lainnya, pucuk mustaka masjid kuno, mahkota raja, kompleks makam raja, penanggalan Islam kuno, timbangan zakat fitrah dan
lain-lain. Dari data arkeologi ini dapat menggambarkan bahwa kerajaan Hitu merupakan wilayah kerajaan dengan corak budaya Islam yang kuat.
120
119
RZ. Leirissa dkk., Ternate Sebagai Bandar Jalur Sutra, Jakarta: DEPDIKBUD, 1999. hal. 16.
120
Jejak Arkeologi Pengaruh Budaya Islam di Wilayah Maluku dan Maluku Utara oleh Wuri Handoko, artikel ini diakses pada tanggal 28 Januari 2011 dari website
http:arkeomaluku.com
Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa almanak hisab Islam yang sekarang digunakan di Desa Wakal adalah merupakan produk
atau almanak hisab Islam Jawa yang pertama dibuat oleh Sultan Agung Ngabdurahman Sayidin Panotogomo Molana Matarami.
Meskipun almanak hisab Islam yang sekarang digunakan di Wakal sama dengan almanak hisab Islam Jawa yang pertama dibuat oleh Sultan
Agung namun terdapat beberapa kekeliruan penulisan hari awal bulan sehingga menyebabkan jumlah hari dalam satu bulan kurang dari 29 hari dan
bahkan ada yang lebih dari 30 hari. Beberapa kekeliruan tersebut antara lain: 1. Awal bulan Muharram tahun Ha almanak hisab Islam Wakal jatuh pada
hari Ahad sedangkan pada almanak hisab Islam Jawa jatuh pada hari Selasa yang mengakibatkan kekeliruan yang fatal pada jumlah hari bulan
Dzulhijjah tahun Alif Wakal hanya 27 hari dari yang seharusnya 29 hari sehingga mengakibatkan jumlah tahun Alif Wakal hanya menjadi 352 hari
dari yang seharusnya 354 hari. Selain itu juga mengakibatkan jumlah hari bulan Muharram tahun Ha menjadi 32 hari dari yang seharusnya 30 hari.
2. Awal bulan Rajab tahun Ha almanak hisab Islam Wakal jatuh pada hari Jumat sedangkan pada almanak hisab Islam Jawa jatuh pada hari Kamis
yang mengakibatkan jumlah hari bulan Jumadil Akhir Tahun Ha menjadi 30 hari dari yang seharusnya 29 hari, dan juga mengakibatkan jumlah hari
bulan Rajab tahun Ha menjadi 29 hari dari yang seharusnya 30 hari. Sehingga mengakibatkan jumlah hari tahun Ha menjadi 357 hari lebih 2
hari dari yang seharusnya 355 hari tahun Ha almanak hisab Islam Jawa.
3. Awal bulan Muharram tahun Zai Wakal jatuh pada hari Jumat berbeda dengan almanak hisab Islam Jawa yang jatuh pada hari Kamis sehingga
mengakibatkan jumlah hari bulan Dzulhijjah tahun Jim Awal menjadi 30 hari dari yang seharusnya 29 hari. Selain itu juga mengakibatkan jumlah
hari bulan Muharram tahun Zai Wakal menjadi 29 hari dari yang seharusnya 30 hari.
4. Awal bulan Ramadhan tahun Zai Wakal jatuh pada hari Jumat dari yang seharusnya jatuh pada hari Selasa sehingga mengakibatkan kesalahan fatal
jumlah bulan Ramadhan tahun Zai yang hanya 27 hari dari yang seharusnya 30 hari. Selain itu juga mengakibatkan jumlah bulan Sya’ban
tahun Zai menjadi 32 hari dari yang seharusnya 29 hari. 5. Awal bulan Dzulqaidah tahun Zai Wakal jatuh pada hari Senin dari yang
seharusnya jatuh pada hari Jumat sehingga mengakibatkan kesalahan fatal jumlah hari bulan Syawal tahun Jai menjadi 32 hari dari yang seharusnya
29 hari dan juga mengakibatkan jumlah hari bulan Dzulqaidah Wakal menjadi 32 hari dari yang seharusnya 30 hari.
6. Awal bulan Dzulhijjah tahun Zai Wakal jatuh pada hari Jumat berbeda dari almanak hisab Islam Jawa yang jatuh pada hari Ahad sehingga
mengakibatkan jumlah hari bulan Dzulhijjah tahun Zai menjadi 31 hari dari yang sebenarnya 29 hari. Sehingga mengakibatkan jumlah hari tahun
Zai Wakal menjadi 360 hari jauh berbeda dengan yang seharusnya 354 hari.
7. Awal bulan Jumadil Akhir tahun Dal Wakal jatuh pada hari Jumat berbeda dengan almanak hisab Islam Jawa yang jatuh pada hari Selasa sehingga
mengakibatkan jumlah hari bulan Jumadil Akhir tahun Dal menjadi 33 hari dari yang seharusnya 29 hari dan juga mengakibatkan jumlah hari
bulan Jumadil Awal tahun Dal Wakal menjadi 33 hari dari yang seharusnya 30 hari. Hal ini mengakibatkan jumlah hari dalam setahun
menjadi 359 hari dari yang seharusnya 355 hari. 8. Awal bulan Dzulhijjah tahun Wawu Wakal jatuh pada hari Rabu
sedangkan almanak hisab Islam Jawa jatuh pada hari Sabtu sehingga mengakibatkan jumlah hari bulan Dzulqaidah tahun Wawu menjadi 28
hari dari yang seharusnya 30 hari dan juga mengakibatkan jumlah hari bulan Dzulhijjah tahun Wawu menjadi 32 hari dari yang seharusnya 29
hari. Hal ini mengakibatkan jumlah hari tahun Wawu menjadi 355 hari dari yang seharusnya 354 hari.
Untuk penjelasan lebih rinci dapat melihat Tabel Almanak Hisab Islam Jawa, Almanak Hisab Islam Wakal, Jumlah Hari Almanak Hisab Islam
Jawa dan Jumlah Hari Islam Wakal dalam lembar lampiran. Karena kesalahan tersebut mengakibatkan jumlah hari dalam satu
windu almanak hisab Wakal menjadi 2848 hari. Sedangkan jumlah hari dalam satu windu almanak hisab Islam Jawa adalah 354 x 8 + 3 = 2835 hari.
Selain masalah penyimpangan almanak hisab Islam Wakal, untuk saat ini almanak hisab Islam Jawa yang pertama kali dibuat oleh Sultan
Agung sendiri sudah tidak bisa digunakan lagi karena dalam setiap 15 windu
120 tahun, yang disebut satu kurup, almanak Jawa harus maju satu hari, agar kembali sesuai dengan almanak Hijriah.
Kurup pertama berlangsung dari Jum’at Legi 1 Muharam tahun Alip 1555 Saka1043 Hijriah1633 Masehi sampai Kamis Kliwon 30 Dulkijah
tahun Jimakir 1674 S1162 H1749 M. Di sini 30 Dulkijah dihilangkan. Dengan demikian Rabu Wage 29 Dulkijah tahun Jimakir 1674 Saka akhir
kurup pertama langsung diikuti oleh awal kurup kedua Kamis Kliwon 1 Muharam tahun Alip 1675 Saka. Jadi, awal windu 1 Muharam tahun Alip
bergeser dari Jum’at Legi menjadi Kamis Kliwon. Setelah 120 tahun berikutnya, awal windu harus bergeser lagi menjadi Rabu Wage, kemudian
pada gilirannya menjadi Selasa Pon, dan seterusnya. Setiap kurup periode 120 tahun dinamai menurut hari pertamanya.
121
1. Periode pertama tahun 1555-1674 Saka1043-1162 Hijriah1633-1749 Masehi disebut kurup Jamngiah Awahgi = tahun Alip mulai Jumuwah
Legi 2. Periode kedua tahun 1675-1794 Saka1163-1282 Hijriah1749-1866
Masehi disebut kurup kamsiah Amiswon = Alip-Kemis-Kliwon 3. Periode ketiga tahun 1795-1914 Saka1283-1402 Hijriah1866-1982
Masehi disebut kurup arbangiah Aboge = Alip-Rebo-Wage 4. Sejak tanggal 1 Muharam tahun Alip 1915 Saka, 1 Muharram 1403
Hijriyah yang bertepatan dengan tanggal 19 Oktober 1982, kita berada dalam kurup salasiah Asopon = Alip-Seloso-Pon, yaitu periode 1915-
121
Zubair Umar Al-Jaelani, Khulashat al-Kafiyyah, Kudus: Menara Kudus, tthn., hal. 14
2034 Saka1403-1523 Hijriah1982-2099 Masehi, di mana setiap tanggal 1 Muharam tahun Alip pasti jatuh pada hari Selasa Pon.
Karena telah masuk ke dalam kurup Asopon sehingga penggunaan almanak hisab Islam Jawa kurup pertama tidak bisa digunakan lagi.
Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa almanak hisab yang sekarang digunakan di Desa Wakal telah jauh menyimpang dari
almanak hisab Islam Jawa yang pertama kali dibuat oleh Sultan Agung. Sehingga tidak bisa dijadikan pedoman dalam penetapan awal bulan
Qamariyah. Tokoh adat masyarakat Wakal menggunakan hisab Wakal, tidak
terlepas dari taqlid buta kepada para pendahulu mereka yang telah diwariskan secara turun-temurun kepada Tupey atau Imam Besar Mesjid Nurul Awal
Wakal. Dengan kerangka pemikiran seperti itu, Tokoh adat masyarakat Wakal tidak mentelaah dan memperbaiki kembali terhadap metode yang
dipakai sejak dulu sampai sekarang. Sehingga hisab Wakal selalu berbeda dengan Pemerintah dan penganut hisab urfi lainnya.