C. Peran Al Washliyah Dalam Pendidikan Politik di Sumatera Utara
Al Washliyah dalam kegiatan politik praktis diawali dengan bergabungnya dengan Partai Masyumi, setelah Masyumi dibubarkan Bung Karno kemudian
bergabung dengan Parmusi lalu ke PPP, walaupun hanya pribadi-pribadi anggota Al Washliyah. Kondisi akhir Al Washliyah menjelang reformasi ialah, kegiatan
organisasi dirasakan semakin menurun, gairah untuk menghidupkan aktivitas organisasi di berbagai lapangan kegiatan dirasakan semakin berkurangan, kegiatan
pengkaderan semakin sepi, kepemimpinan Al Washliyah di daerah secara umum terkesan vakum, hanya ada nama dan pengurus inti, itu pun hanya ketua dan
sekretaris saja yang aktif, dan personilnya hampir tidak berubah sama sekali. Aset-aset Al Washliyah pada umumnya belum terdaftar secara resmi, bahkan di
antaranya ada yang diakui sebagai milik pribadi. Dalam kaitan gerakan politik lokal, sejarah juga mencatat, bahwa di
lembaga legislatif tingkat Provinsi Sumatera Utara, kader Al Washliyah dari tiga generasi yang berbeda, pernah menjadi pimpinan pada lembaga Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Provinsi Sumatera Utara. Dalam hal ini tersebutlah nama Drs. H. Harun Amin Nasution, kemudian digantikan oleh
Drs.H.Muhammad Kasim Inas, terakhir ialah Drs. H. Hasbullah Hadi, SH, M.Kn. selain itu masih banyak lagi kader-kader Al Washliyah lainnya yang menjadi
pimpinan lembaga legislatif ditingkat kabupaten kota. Mereka semua adalah para tokoh pemimpin yang punya peran besar dalam membangun dan membina jiwa
nasionalisme Indonesia.
Perlu dipahami bahwa Al Washliyah sebagai organisasi keagamaan Islam, bukanlah hanya sekedar sebagai sebuah organisasi pendidikan dan dakwah, tapi
Al Washliyah adalah juga merupakan sebuah organisasi perjuangan dan organisasi kader, yang senantiasa berusaha untuk menyiapkan calon pemimpin
bangsa, dan siap sedia berjuang untuk agama, bangsa dan negara. Al Washliyah Sumatera Utara khususnya berharap dengan banyaknya
kader yang terjun di dunia politik bisa memberikan contoh bahwa visi dan misi Al Washliyah ini bisa juga diterapkan di partai politik dimana digelutinya. Seperti
yang diungkapkan oleh H. Isma Fadli Ardya Pulungan, S.Ag, SH, MH berikut. “Sehingga tidak serta merta masyarakat menganggap politik itu
barang najis, barang yang harus di jauhi. Karena memang selama ini masyarakat menilai politik itu hanya asas kepentingan. Sehingga
ini tidak berbias kepada kepentingan masyarakat keumatan.”
Al Washliyah bertanggung jawab untuk mempersiapkan kadernya menjadi
seorang pemimpin. Setiap pelatihan yang dilakukan oleh Al Washliyah tetap di berikan materi tentang politik. Biasanya di Masima Masa Silaturahmi
Mahasiswa, Masa LKD Latihan Kepemimpinan Dasar, LKM Latihan Kepemimpinan Mengenah dan LKN Latihan Kader Nasional. Semua kegiatan
pelatihan ini dilakukan kepada masyarakat yang disebut sebagai warga Al Washliyah.
Pada masyarakat umum, Al Washliyah tidak pernah mengajarkan politik, tapi memberikan dakwah dan tausyiah. Melalui dakwah, tausyiah dan seminar
seminar yang diberikan, Al Washliyah berharap mampu memberikan pandangan tentang politik kepada masyarakat umum. Hal ini dikarenakan para kader Al
Washliyah tidak hanya berperan sebagai Dai tetapi juga banyak yang terjun langsung kedalam politik praktis.
Al Washliyah membebaskan para kadernya memilih partai politik mana yang akan digeluti, sebagai warga negara Indonesia. Bukan berarti Al Washliyah
menjadi terpecah-pecah oleh partai politik. Karena ketika seorang kader kembali ke Al Washliyah, maka ia adalah seorang warga Al Washliyah.
Dalam memberikan pemahaman politik terhadap masyarakat umum melalui murid-murid Al Washliyah, melalui sekolah. Karena di setiap sekolah
wajib memiliki pelajaran ke-Al Washliyah-an. Mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Disaat mengajar tentang Al Washliyah, di ajarkan pula
tentang politik Al Washliyah, dan tentu mengajar pelajaran lain seperti tentang pendidikan Kewarganegaraan. Lebih luas kepada masyarakat umum, Al
Washliyah mencoba memberi pemahaman politik melalui selebaran atau statemen dan juga Dai-Dai Al Washliyah dan guru-guru Al Washliyah yang ada di tengah-
tengah masyarakat. Mereka akan menjelaskan bagaimana posisi politik pada pemerintah pada waktu Dai Al Washliyah berdakwah, walaupun secara tidak
langsung. Tapi para kader yang menjadi Dai akan menjelaskan kondisi politik pada masyarakat.
Pendidikan politik yang di terapkan di Al Washliyah Sumatera Utara secara struktur memang hanya sebatas untuk kalangan warga Al Washliyah.
Dimana pendidikan politik di lakukan di dalam kegiatan pelatihan-pelatihan setiap
organisasi bagian, mulai dari APA, IPA, GPA, HIMMAH, ISARAH, IGA dan Muslimat Al Washliyah.
Seperti yang di ungkapkan oleh Drs. H. Hasbullah Hadi, SH, M.Kn berikut ini.
“Al Washliyah bukan organisasi politik, tapi kita memiliki peran di dunia politik, dengan banyaknya kader Al Washliyah yang berhasil
menjalankan tugaskan sebagai tokoh politik dan sebagai kader Al Washliyah.”
Al Washliyah adalah wadah untuk membina calon pemimpin, wadah untuk mengkader calon peminpin. Bukan hanya pemimpin politik, tetapi juga
membina kader-kader pemimpin intelektual melalui dunia perguruan tinggi, pemimpin dakwah dan sebagainya.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan