Interprestasi data Analisis Pengaruh Tenaga Kerja dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Kab/Kota di Profinsi Jawa Tengah

90 maka Kabupaten Wonogiri akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 49.959 Jutaan. 13. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabkota maupun antar waktu, maka kabupaten Karanganyar akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan industri meningkat sebesar Rp. 2.171.216 Jutaan . 14. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka Kota Sragen akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 457.250,2 Jutaan. 15. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka kabupaten Grobogan akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 34.260 Jutaan. 16. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka Kabupaten Blora akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 72.011 Jutaan. 17. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka Kabupaten Rembang akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri sebesar menurun Rp. 27.550 Jutaan. 91 18. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka kabupaten Pati akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 643.348,8 Jutaan. 19. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka kabupaten Kudus akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri meningkat sebesar Rp. 6.410.751 Jutaan. 20. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka Kabupaten Jepara akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri sebesar menurun Rp. 1.475.919,7 Jutaan. 21. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka kabupaten demak akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi indsutri menurun sebesar Rp. 126.405,7 Jutaan. 22. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka Kabupaten Semarang akan mendapat pengaruh individu terhadap 92 pertumbuhan ekonomi industri meningkat sebesar Rp. 2.089.202,5 Jutaan. 23. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka Kabupaten Temanggung akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 336.074,7 Jutaan. 24. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka kabupaten Kendal akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri meningkat sebesar Rp. 1.714.962,5 Jutaan. 25. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka Kabupaten Batang akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 505.140,6 Jutaan. 26. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka Kabupaten Pekalongan akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 590.721 Jutaan 27. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka Kabupaten Pemalang akan mendapat pengaruh individu terhadap 93 pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 588.507,9 Jutaan. 28. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka Kabupaten Tegal akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 688.483,8 Jutaan. 29. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka Kabupaten Brebes akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 455.212,1 Jutaan. 30. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka Kota Magelang akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 14.201 Jutaan. 31. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka Kota Surakarta akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 1.018.612,29 Jutaan. 32. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka Kota Salatiga akan mendapat pengaruh individu terhadap 94 pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 120.657,4 Jutaan. 33. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka Kota Semarang akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri meningkat sebesar Rp. 4.652.484 Jutaan. 34. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka Kota Pekalongan akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 289.408,1 Jutaan. 35. Bila terdapat perubahan tenaga kerja industri dan pengeluaran pemerintah industri baik antar kabupatenkota maupun antar waktu, maka Kota Tegal akan mendapat pengaruh individu terhadap pertumbuhan ekonomi industri menurun sebesar Rp. 202.325 Jutaan.

D. Analisis ekonomi

Pada analisis regresi data panel pengaruh tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di Jawa Tengah tahun 2002 – 2011, dengan model yang digunakan Random Effect Model REM. Interpretasi dari hasil regresi data panel analisis pengaruh tenaga kerja dan pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri di Jawa Tengah tahun 2001 – 2011 adalah : 95 Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat nilai Adjusted R 2 sebesar 0.610798. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel bebas dalam model mampu menjelaskan variasi pengaruh dari variabel terikat sebesar 61 persen, sedangkan sisanya sebesar 39 persen dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model tersebut. Dengan nilai konstanta sebesar 1108161, maka dapat dijelaskan sebagai berikut: apabila variabel bebas tenaga kerja sektor industri, pengeluaran pemerintah sektor industri dianggap konstan maka nilai pertumbuhan sektor industri KabupatenKota di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan sebesar Rp. 1.108.161 Jutaan. Dari hasil pengujiam regresi tenaga kerja diketahui bahwa berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri. Dengan nilai koefisien 1.084649. Hal ini berarti Peningkatan tenaga kerja industri sebesar 1 jiwa maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi industri mengalami penigkatan sebesar Rp. 1.084.649. Sedangkan hasil pengujiam regresi pengeluaran pemerintah diketahui bahwa berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri. Dengan nilai koefisien 6.293698. Peningkatan pengeluaran pemerintah industri sebesar 1 Juta maka akan menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi industri sebesar Rp. 6.293.698.

1. Tenaga kerja terhadap pertumbuhan sektor industri

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu 96 melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja dapat juga diartikan penduduk usia kerja berusia 15-64 tahun atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Hasil regres ditemukan bahwa tenaga kerja memberikan pengaruh yang positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri dilihat dari probabilitas sebesar 0.0111 dan nilai koefisien sebesar 1.084649. Hal ini berarti Peningkatan tenaga kerja industri sebesar 1 jiwa maka akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi industri mengalami penigkatan sebesar Rp. 1.084.649, Dengan menganggap variabel yang lain konstan. Semakin bertambah tenaga kerja industri maka akan semakin bertambah pertumbuhan ekonomi industri. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Ramesh Chandra Paudel di negara Srilanka 2009 ,”. Ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Ardyan Wahyu Sandhika dan Mulyo Herdanto di Kabupaten Kendal 2012. Hasil penelitian menunjukan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi sektor industri sesuai dengan teori penelitian ini adalah teori artur okun, yang lebih dikenal dengan hukum Okun 97 yang menyatakan tingkat pengangguran berbanding terbalik dengan dengan pertumbuhan output GNP, artinya bila laju pertumbuhan ekonomi yang naik maka meningkatkan pertumbuhan tenaga kerja atau mengurangi pengangguran sebaliknya jika laju pertumbuhan ekonomi yang rendah atau negatif akan diikuti tingkat pengangguran yang meningkat. Dan diperkuat oleh Rindang Bangun Prasetyo dan Muhamad Firdaus 2009 dalam penelitian yang berjudul “pengaruh infrastruktur pada pertumbuhan ekonomi wilayah di Indonesia” menyimpulkan bahwa perekonomian di indonesia lebih banyak bersifat padat karya daripada padat modal sehingga perlunya investasi dalam pembinanaan sumber daya manusia pendidikan akan membawa dampak positif yang sama terhadap angka produksi, bahkan akan lebih besar jika terus bertambahnya manusia demi menunjang perkembangan berkelanjutan dalam pembangunan dari segi ketrampilan dan pengetahuan sehingga terciptanya kualitas modal manusia baik tenaga kerja terampil dan terlatih yang bisa memanfaatkan barang-barang modal secara efektif yang bisa meningkat produktivitas. Menurut data Badan Pusat Statistik BPS menunjukan laju pertumbuhan tenaga kerja. Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2011, jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2011 mengalami penurunan terutama di Sektor Pertanian sebesar 7,56 persen dan Sektor Jasa Kemasyarakatan sebesar 98 3,29 persen. Sedangkan sektor-sektor yang mengalami kenaikan adalah Sektor Lainnya Sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Konstruksi, Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, Keuangan dan Lainnya sebesar 7,98 persen, Sektor Industri sebesar 3,74 persen dan Sektor perdagangan sekitar 0,89 persen. Jika dibandingkan dengan Agustus 2010 hampir semua sektor mengalami kenaikan jumlah pekerja, kecuali Sektor Pertanian mengalami penurunan jumlah pekerja sebesar 4,27 persen. Sektor Pertanian, Perdagangan, Industri dan Sektor Jasa Kemasyarakatan secara berurutan menjadi penampung terbesar tenaga kerja pada bulan Agustus 2010. Perubahan struktur ekonomi yang di Provinsi Jawa Tengah 2001-2011 sesuai model perubahan struktural yang memusatkan perhatiannya pada mekanisme yang memungkinkan negara-negara terbelakang untuk mentransformasikan struktur ekonomi mereka dari pola perekonomian pertanian ke perekonomian modern lebih berorientasi ke industri manufaktur. Hasil penelitian ini sesuai dengan perkembangan data yang didapat oleh penulis, ini membuktikan dari data tenaga kerja dibeberapa kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi sektor industri. Bila dalam masa yang akan datang pertumbuhan industri bisa bertambah besar terlebih sektor industri sebagai sektor pemimpin yang memilki saling kait mengkaitan dengan sektor lain baik itu sektor pertanian sebagai bahan baku, sektor transportasi sebagai pengangkutan, sektor prasarana: listrik, gas, air minum dan jalan raya maupun sektor keuangan dan jasa yang semua saling mendukung satu sama lain.